PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
respon peradangan terhadap bahan eksternal yang kontak pada kulit. Dikenal
dua macam jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan yang
maupun kronis.
pakaian, sepatu, kosmetika, obat topikal dan lain-lain), atau yang berhubungan
dengan pekerjaan atau hobi (semen, sabun cuci, pestisida, bahan pelarut,
1
bahan cat, tanaman dan lain-lain) dapat pula oleh bahan yang berada
disekitarnya (debu semen, bulu binatang atau polutan yang lain). Disamping
dermatitis kontak tersebut yaitu suhu udara, kelembaban, gesekan dan oklusi.
Dermatitis kontak pada lingkungan kerja terjadi lebih sedikit dari pada
dermatitis kontak iritan, namun bila hanya ditinjau dari statistik yang ada hal ini
utamanya adalah tidak tersedianya alat/bahan uji tempel (patch test) sebagai
sarana diagnostik.
2% dari populasi dan 20% wanita akan terkena setidaknya sekali seumur
hidupnya. Anak-anak dengan dermatitis kontak 60% akan positif hasil uji
standar, maka insiden dermatitis kontaknya lebih tinggi dari pada di Amerika
(WHO, 2009).
2
Di Indonesia laporan dari Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin FK Unsrat
4,45%. Di RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang Kalimantan Barat pada tahun
RS Dr. Pirngadi Medan insiden dermatitis kontak pada tahun 2011 sebanyak
37,54% tahun 2012 sebanyak 34,74% dan tahun 2013 sebanyak 40,05%.
penyakit disebabkan oleh 3 faktor host, agent dan lingkungan (Bustan, 2000).
faktor risiko terhadap kejadian dermatitis kontak antara lain; faktor agentnya
lingkungan fisik seperti kondisi lingkungan yang tidak mendukung dari aspek
sanitasi, kelembaban, suhu dan panas yang berlebihan serta kondisi posisi
3
penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat udara, suara, vibrasi
mekanis dan lain sebagainya. Kedua faktor kimia, yaitu gas, uap, debu, kabut,
asap, awan, cairan dan benda padat, ketiga faktor biologi baik golongan
sikap dan cara kerja. Faktor mental psikologis, yaitu suasana kerja, hubungan
luar (eksogen) dan dari dalam (endogen). Pada faktor dari luar (eksogen)
terdiri dari beberapa bagian yaitu yang pertama berupa pengaruh bahan kimia
(contoh : Deterjen, asam, basa, oli dan semen), kedua berupa unsur fisik
bakteri dan jamur), dan faktor terakhir berupa sumber air, tempat tinggal, dan
kulit Dermatitis.
air bersih dan sabun. Hygiene adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang
4
menitik beratkan pada usaha kesehatan perorangan atau manusia beserta
prevalensi kejadian penyakit dermatitis pada tahun 2010 4,78% penderita yang
dermatitis masih cukup besar dan terus meningkat dari tahun ke tahun.pada
tahun 2010 jumlah penderita dermatitis sebanyak 1359, pada tahun 2011
sebanyak 1763, dan termasuk urutan ketiga dari 10 besar penyakit yang ada,
dan pada tahun 2012 sebanyak 1783 orang dan termasuk urutan ke tujuh dari
5
2013 periode Januari jumlah penderita sebanyak 147 pasien, (Profil
pasien rawat jalan dan perlu penanganan untuk mengurangi kejadian penyakit
tersebut.
2013”
B. Rumusan Masalah
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
Tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
datang.
7
b. Untuk peneliti sebagai bahan tambahan
2. Manfaat Teoritis
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
terhadap paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Dikenal dua
macam jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan yang timbul
dermis. Daerah yang paling sering terkena adalah tangan dan pada individu
atopi menderita lebih berat. Secara definisi bahan iritan kulit adalah bahan
9
oleh sensitisasi. Mekanisme dari dermatitis kontak iritan hanya sedikit
diketahui, tapi sudah jelas terjadi kerusakan pada membran lipid keratisonit.
hipersensitifitas tipe lambat (tipe IV) yang diperantarai sel, akibat antigen
alergi.
2. Epidemiologi
dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang
kontak alergik lebih jarang dijumpai pada anak-anak. Lebih sering timbul
pada usia dewasa tapi dapat mengenai segala usia. Prevalensi pada wanita
10
Bangsa Kaukasian lebih sering terkena dari pada ras bangsa lain.
beberapa negara berkisar 20-90 dari penyakit kulit akibat kerja. Ada variasi
yang besar oleh karena tergantung pada derajat dan bentuk industrialisasi
suatu Negara dan minat dokter kulit setempat terhadap dermatitis kontak
akibat kerja. Di Amerika Serikat penyakit kulit akibat kerja perseribu pekerja
pabrik 1,2%, tenaga kesehatan 0,8% dan pekerja bangunan 0,7%. Menurut
batu & semen 33%, pekerja rumah tangga 17% dan pekerja industri logam
dan mesin 11% sedangkan tenaga kesehatan 1%. 15 Sejak tahun 1974
insiden penyakit kulit akibat kerja telah menurun di Amerika Serikat, namun
terdiagnosis sebagai penyakit akibat kerja oleh dokter atau penderita atau
Kasus-kasus yang tidak dilaporkan ini diperkirakan mencapai 20-50 kali lipat
11
Di Eropa insiden juga tinggi seperti Swedia dermatitis kontak
Bergen 12%.
terdapat 301 pasien dermatitis kontak (laki-laki 109 orang dan wanita 192
orang), tahun 1993 sebanyak 332 orang (109 orang laki-laki dan 223 orang
wanita), tahun 1994 dijumpai 427 kasus (122 orang laki-laki dan 305 orang
wanita).
Golongan usia tertinggi adalah 25-44 tahun 1992 dan 1994 adalah
tahun 1993 adalah petani diikuti oleh penjual di pasar, tukang becak,
12
3. Etiologi
alkali, dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh
iritan tersebut, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud
mudah teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan dari pada kulit putih); jenis
13
b. Dermatitis Kontak Alergi
hapten memiliki berat mo lekul rendah, kurang dari 500- 1000 Da.
4. Patofisiologi
kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi
14
membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan
komplemen dan system kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit
ekspresi gen dan sintesis protein. Pada dermatitis kontak iritan terjadi
Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan
hampir semua orang, sedang iritan lemah hanya pada mereka yang
1) Fase Sensitisasi
15
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen.
atau pemeka. Terjadi bila hapten menempel pada kulit selama 18-
ion nikel saja atau ion kromium saja. Kedua reseptor antigen
tersebut terdapat pada permukaan sel T. Pada saat ini telah terjadi
pengenalan antigen (antigen recognition).
16
Selanjutnya sel Langerhans dirangsang untuk mengeluarkan IL-1
elisitasi bila kontak berikut dengan alergen yang sama. Proses ini
ruam pada kulit. Pada saat ini individu tersebut telah tersensitisasi
alergik.
2) Fase elisitasi
kedua dari antigen yang sama dan sel yang telah tersensitisasi
17
sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat.
oleh enzim dan sel, kerusakan sel Langerhans dan sel keratinosit
keratisonit. Selain itu sel mast dan basofil juga ikut berperan
3) Toleransi Imunologis
18
spesifik (pembentukan T supresor cell). Kedua keadaan imunologik
violet dan riwayat dermatitis atopik. Apabila dosis tinggi dari antigen
proses hardening tidak timbul pada setiap orang dan dapat hilang
19
keseimbangan antara sel efektor dan supresor. Keadaan toleransi
induksi sensitivitas.
5. Manifestasi Klinik
klinis dermatitis, yaitu terdapat efloresensi kulit yang bersifat polimorf dan
a. Fase akut.
20
Kelainan kulit umumnya muncul 24-48 jam pada tempat terjadinya
bervariasi ada yang ringan ada pula yang berat. Pada yang ringan
mungkin hanya berupa eritema dan edema, sedang pada yang berat
selain eritema dan edema yang lebih hebat disertai pula vesikel atau
bula yang bila pecah akan terjadi erosi dan eksudasi. Lesi cenderung
tidak ada maka proses akut akan menjadi subakut atau kronis. Pada
fase ini akan terlihat eritema, edema ringan, vesikula, krusta dan
pembentukan papul-papul.
c. Fase Kronis
fase akut yang hilang timbul karena kontak yang berulang-ulang. Lesi
telah dapat dihindari, bentuk kronis ini sulit sembuh spontan oleh karena
21
Selain berdasarkan fase respon peradangannya, gambaran klinis
a. Tangan
b. Lengan
Alergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam tangan
c. Wajah
topikal, alergen yang ada di udara, nikel (tangkai kaca mata). Bila di bibir
atau sekitarnya mungkun disebabkan oleh lipstik, pasta gigi dan getah
22
d. Telinga
Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab lainnya seperti obat
topikal, tangkai kaca mata, cat rambut dan alat bantu pendengaran.
Pada leher penyebabnya adalah kalung dari nikel, cat kuku (yang
berasal dari ujung jari), parfum, alergen di udara dan zat warna pakaian.
Kulit kepala relative tahan terhadap alergen kontak, namun dapat juga
pengeriting rambut.
f. Badan
g. Genitalia
Disebabkan oleh pakaian, dompet, kunci (nikel) di saku, kaos kaki nilon,
sepatu.
23
6. Pemeriksaan Penunjang
Alergi kontak dapat dibuktikan dengan tes in vivo dan tes in vitro. Tes in vivo
Setelah itu dibaca dan dievaluasi hasilnya. Indikasi uji tempel terbuka
Untuk uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk semacam
bahan yang dengan sinar ultra violet baru akan bersifat sebagai alergen.
Tehnik sama dengan uji tempel tertutup, hanya dilakukan secara duplo.
Dua baris dimana satu baris bersifat sebagai kontrol. Setelah 24 jam
24
ditempelkan pada kulit salah satu baris dibuka dan disinari dengan sinar
efek daripada sinar, maka punggung atau bahan test tersebut dilindungi
dengan secarik kain hitam atau plester hitam agar sinar tidak bisa
dermatitis sehingga akan menjadi lebih berat. Tidak perlu sembuh tapi
risert group, unit uji tempel dan penderita maka dengan mudah dilihat
25
hidup dengan menghindari ini itu, tidak boleh ini dan itu sehingga
bidang itu.
hewan. Namun hal tersebut belum standar dan secara klinis belum
bernilai diagnosis.
7. Pengobatan
sedikit basah,seperti saat habis mandi sehingga lotion yang dioleskan akan
a. Pengobatan topical
26
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum
terbuka), bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin
bila kronik berikan salep. Bila basah berikan kompres, bila kering
superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di
1) Kortikosteroid
27
kontak dengan demikian efek terapetik. Jenis yang dapat
akneiformis.
2) Radiasi ultraviolet
28
mast di dermis dan infiltrasi mononuklear. Fase induksi dan
3) Siklosporin A
atau dermis.
bentuk topikal.
b. Pengobatan Sistemik
29
Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin, atau
2010).
8. Pencegahan
meliputi:
Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun.
30
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang
Wartonah, 2006:78).
(Syamsumir, A, 1978).
d. Pencegahan penyakit
f. Menciptakan keindahan
31
Menurut Orem personal hygiene atau self care adalah suatu
(Hidayat, A, 2007).
sesuai dengan keadaan sehat dan sakit, yang ditekankan pada kebutuhan
adanya self care dan sebagai bagian dari kebutuhan dasar manusia,
32
seseorang mempunyai hak dan tanggung jawab dalam perawatan diri
1) Self care itu sendiri yang merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu
33
kebutuhan dasar manusianya. Faktor personal hygiene yang diteliti
1. Kebersihan Kulit
a) Mencuci tangan dengan air sabun atau bahan lain setiap kali
memotong rata.
3. Kebersihan Pakaian
34
Intoleransi makanan adalah respon sistem pencernaan akibat respon
sistem kekebalan. Hal ini terjadi ketika terjadi iritasi pada sistem
susu dan produk susu lainnya, adalah makanan yang paling banyak terjadi.
Kadang suatu respon kekebalan dipicu oleh suatu zat (alergen) yang
makanan dicerna dan diserap, gejala biasanya akan timbul dengan segera,
35
Alergi makanan seringkali menyerupai keadaan lainnya, seperti
terhadap stres emosi atau stres fisik, pencemaran makanan oleh racun
BAB III
KERANGKA KONSEP
dermatitis akut atau kronik adalah spesifik dan dapat dikenal. Penyakit
dermatitis adalah suatu penyakit yang dapat mengganggu konsep diri dari
Sebab penyakit ini dapat menyebabkan kurangnya rasa percaya diri. Selain
36
itu penyakit ini dapat juga menyebabkan masalah yang serius yaitu penyakit
Dermatitis, namun faktor tersebut menjadi variabel yang tidak diteliti. Oleh
karena itu, untuk mengetahui hubungan antar variabel tersebut dapat dilihat
Personal hygiene
Intoleransi zat
makanan
Umur
Riwayat Alergi
37
Lama Kerja
Keterangan :
C. Variabel Penelitian
38
3. Variabel Yang Tidak Diteliti, yakni variabel yang masuk dalam variabel
1. Dermatitis
bulan Januari .
Kriteria Objektif :
menderita Dermatitis.
39
tingkat Hygine perorangan responden maka peneliti memberikan 10
diberi nilai 1 dan apabila jawaban ‘’tidak’’ diberi nilai 0.(Sugiyono, 2010).
R
K
I=
Dimana :
I = Interval kelas
R = Range / rentang (100 + 0 = 100)
K = Jumlah kategori (2)
R
jadi untuk I = K
100 %
= 2
= 50%
40
Kriteri objektif :
Baik : apabila skor jawaban responden ≥ 50% benar
Kurang : apabila skor jawaban responden < 50% benar
2. Intoleransi zat makanan
menggunakan skala Gutman, yakni jawaban ‘’ya’’ diberi nilai 1 dan apabila
R
K
I=
Dimana :
I = Interval kelas
41
R = Range / rentang (100 + 0 = 100)
K = Jumlah kategori (2)
R
jadi untuk I = K
100 %
= 2
= 50%
Kriteria objektif :
D. Hipotesis
42
2. Hipotesis Nol (Ho)
BAB IV
METODE PENELITIAN
43
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat,
(Notoatmodjo, 2010).
1. Populasi
2. Sampel
N
n=
1+ N ( d 2 )
44
Keterangan :
N : Besar populasi
n : Besar sampel
Sehingga di dapatkan :
147
n=
1+147( 0 ,012 )
147
n=
2
n=73
3. Kriteria sampel
a. Kriteria inklusi
45
3. Bersedia menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
Poasia.
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini yaitu diambil secara langsung dari
2. Data sekunder
1. Pengolahan Data
a. Editing
46
Data yang telah diisi oleh responden dikumpulkan dan kemudian
pengukuran.
b. Koding
ini kegiatan yang dilakukan ialah mengisi daftar kode yang disediakan
c. Skoring
d. Tabulasi
e. Entry
2. Analisis Data
a. Analisis univariat
47
Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang
P= X 100 %
individu).
b. Analisis bivariat
48
Σ ( 0-E )2
X2 =
E
Keterangan :
X2 = Nilai Chi
Penilaian :
dependen
variabel dependen.
49
x2
v 2=
√ n.t
Keterangan :
X2 = nilai chi
n = besar sampel
N ( ad−bc ) ❑2❑
x 2=
( a+b )( c +d ) ( a+c ) ( b+ d )
Tabel 4.1
50
Tabel kontigensi 2 x 2 rasio prevalensi (point prevalence rate case)
Keterangan :
Kaidah Keputusan :
3. Penyajian Data
51
Penyajian data dilakukan setelah data diolah dan disajikan dalam
(dinarasikan).
E. Etika Penelitian
52
3. Kerahasiaan (confidentiality)
53
54