S DENGAN DIAGNOSA
KENDARI
MADANI FENI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era modernisasi kemajuan di bidang teknologi transportasi dan semakin
berkembangnya mobilitas manusia berkendara di jalan raya menyebabkan kecelakaan
yang terjadi semakin meningkat serta angka kematian semakin tinggi. Trauma pada
penduduk Indonesia masih tetap merupakan penyebab kematian pada seluruh
kelompok umur di bawah umur 45 tahun. Lebih dari seper dua pasien trauma
merupakan akibat kecelakaan lalu lintas, selebihnya akibat terjatuh, luka tembak dan
luka tusuk, keracunan luka bakar dan tenggelam.
kepala divisi hubungan masyarakat (kadiv Humas) menyatakan, sebanyak
1.547 jiwa meninggal dunia akibat korban kecelakaan lalu lintas di seluruh Indonesia
sejak awal Januari 2012. Angka kecelakaan lalu lintas cukup tinggi dan menonjol,
datanya selama satu setengah bulan ada 9.884 kasus, meninggal dunia 1.547 jiwa,
luka berat 2.562 jiwa dan luka ringan 7.564 jiwa, Salah satu kematian akibat
kecelakaan adalah di akibatkan trauma abdomen. Kecelakaan lalu lintas merupakan
penyebab kematian 75% trauma tumpul abdomen, trauma abdomen merupakan
penyebab terbanyak kehilangan nyawa yang bersifat tragis, trauma abdomen yang
tidak di ketahui masih tetap menjadi momok sebagai penyebab kematian yang
seharusnya bisa di cegah.. (Depkes RI 2012)
Dalam kasus ini “ waktu adalah nyawa” dimana di butuhkan suatu penanganan
yang profesional yaitu cepat, tepat cermat dan akurat baik di tempat kejadian (pre
hospital), transportasi sampai tindakan definitif di rumah sakit.
Perawat merupakan ujung tombak dan berperan aktif dalam memberikan
pelayanan membantu klien mengatasi permasalahan yang di rasakan baik dari aspek
psikologis maupun aspek fisiologi secara komprehensif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Trauma Abdomen ?
2. Apa penyebab dari trauma abdomen ?
3. Bagaimana patofisiologi dari trauma abdomen ?
4. Bagaimana pathway dari trauma abdomen ?
5. Apa saja tanda dan gejala dari trauma abdomen ?
6. Apa saja komplikasi dari trauma abdomen ?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostic dari trauma abdomen ?
8. Apa saja penatalaksanaan dari trauma abdomen ?
9. Bagaimana konsep keperawatan pada trauma abdomen ( trauma tumpul ) ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Trauma Abdomen ( trauma tumpul )
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Pengertian
Trauma abdomen merupakan trauma yang terjadi pada regio abdomen dan
dapat diakibatkan oleh trauma tumpul maupun oleh trauma tajam yang dapat
mengenai organ-organ pada abdomen. Gejala utama yang dapat terjadi dapat
berupa nyeri, tenderness, maupun adanya jejas yang tampak pada abdomen.
Trauma ini juga dapat mengakibatkan perdarahan dan infeksi. (Legome, 2016)
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan
cedera (Sjamsuhidayat, 1998). Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan
terhadap struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan
oleh luka tumpul atau yang menusuk. Cedera abdomen bisa terbuka atau tertutup.
Cedera abdomen tertutup terjadi akibat pukulan langsung dari suatu benda tumpul.
Cedera abdomen terbuka meliputi luka tembus, benda yang tertanam (menusuk),
dan organ-organ yang protusi. Resiko infeksi tinggi. Benda yang tertanam
(menusuk) dalam abdomen ditangani dengan cara yang sama seperti saat
menangani benda yang tertanam (menusuk) dalam dada : stabilkan benda tersebut
dan telepon 118 atau layanan medis darurat setempat.
2. Etiologi
Penyebab trauma abdomen menurut Sjamsuhidajat (1997) antara lain :
trauma, iritasi , infeksi,obstruksi dan operasi.
Kerusakan organ abdomen dan pelvis dapat disebabkan trauma tembus,
biasanya tikaman atau tembakan dan trauma tumpul akibat kecelakaan mobil,
pukulan langsung atau jatuh.. Luka yang tampak ringan bisa menimbulkan cedera
eksterna yang mengancam nyawa (Boswick,1996).
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang terjadi pada
abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan
kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan
kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau
benda tumpul lainnya. Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka
tembak yang menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka
tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka
tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen.
3. Patofisiologi
Trauma abdomen terjadi karena trauma ,infeksi ,iritasi dan obstruksi.
Kemungkinan bila terjadi perdarahan intra abdomen yang serius pasien akan
memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah
merah dan akhirnya gambaran klasik syok hemoragik. Bila suatu organ viseral
mengalami perforasi, maka tanda – tanda perforasi ,tanda-tanda iritasi peritonium
cepat tampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan ,
nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi
peritonitis umum.
Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami tatikardi dan peningkatan
suhu tubuh , juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda –tanda peritonitis belum
tampak .Pada fase awal perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak khas yang muncul.
Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk kerongga abdomen , maka operasi harus
dilakukan (Sjamsuhidajat ,1997).
4. Pathway
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis trauma abdomen dapat meliputi : nyeri (khususnya
karena gerakan),nyeri tekan dan lepas (mungkin menandakan iritasi peritonium
karena cairan gastrointestinal atau darah) distensi abdomen ,demam, anoreksia,
mual dan muntah ,takikardi ,peningkatan suhu tubuh ( Smeltzer,2001).
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :
1) Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat
timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri
lepas.
2) Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan
oleh iritasi.
3) Cairan atau udara dibawah diafragma.
4) Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa.
Tanda ini ada saat pasien dalam posisi rekumben.
5) Mual dan muntah.
6) Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah).
Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi.
6. Komplikasi
Menurut smeltzer(2001) komplikasi yang disebabkan karena adanya trauma
pada abdomen adalah dalam waktu segera dapat terjadi syok hemoragik dan
cidera, pada fase lanjut dapat terjadi infeksi, thrombosis vena,emboli pulmonar,
stress ulserasi dan perdarahan, pneumonia, tekanan ulserasi, ateletasis maupun
sepsis.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan rektum,Laboratorium Radiologi, IVP/sistogram, Parasentesis
perut, Lavase peritoneal.
8. Penatalaksanaan
Menurut FKUI (2001) penatalaksanaan kedaruratan yang di lakukan pada
pasien trauma abdomen adalah mengkaji ABCDE, lalu Pemasangan NGT untuk
pengosongan isi lambung dan mencegah aspirasi, Kateter dipasang untuk
mengosongkan kandung kencing dan menilai urin yang keluar (perdarahan).
Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan trauma tumpul jika terjadi
rangsangan peritoneal : syok , bising usus tidak terdengar . prolaps visera melalui
luka tusuk , darah dalam lambung, buli-buli, rektum , udara bebas intraperitoneal ,
lavase peritoneal positif , cairan bebas dalam rongga perut.
Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam
nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian.
Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka
trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan
prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka
dan bersihkan jalan napas.
1. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan
teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat
dagu, periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya
jalan napas. Muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.
2. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara ‘lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk
memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan
pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat
tidaknya pernapasan).
3. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengalsengal
dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada
tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio
kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30 kali
kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).
Hospital
1. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang
ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal
untuk menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada
luka masuk dan luka keluar yang berdekatan
2. Penanganan pada trauma benda tumpul di rumah sakit
a. Pengambilan contoh darah dan urine Darah di ambil dari salah satu
vena permukaan untuk pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk
pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap,
potasium, glukosa, amilase.
b. Pemeriksaan rontgen Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks
anteroposterior dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada
penderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara
ekstraluminal di retroperitoneum atau udara bebas di bawah diafragma,
yang keduanya memerlukan laparotomi segera.
c. Study kontras urologi dan gastrointestinal Dilakukan pada cedera yang
meliputi daerah duodenum, kolon ascendens atau decendens dan dubur
(Hudak & Gallo, 2001).
B. Konsep Keperawatan Trauma Tumpul Abdomen
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas klien
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya : nama, umur,
agama, pendidikan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin dan diagnose
medis. Untuk klien anak biasanya disertakan juga identitas orang tua.
2) Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri dibagian perut dan umumnya terdapat jejas pada
perut.
3) Riwayat penyakit sekarang
Kaji penyebab trauma yang dialami klien. Riwayat trauma sangat penting
untuk menilai penderita yang cedera. Misalnya dalam tabrakan kendaraan
bermotor meliputi kecepatan kendaraan, “ mechanism of injury” nya,
posisi dan keadaan penderita saat dan setelah kejadian, dan sebagainya.
Setelah itu secara anamnesis dilakukan evaluasi, baik pada penderita
sendiri yang sadar, atau pada keluarga penderita dan orang lain bila
penderita tidak sadar.
4) Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah klien mempunyai riwayat hipertensi, diabetes mellitus,
jantung, asma dan alergi.
5) Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat hipertensi,
diabetes mellitus,atau penyakit menular dan berbahaya lainnya.
6) Riwayat penggunaan obat
Kaji obat apa yang sudah di konsumsi selama ini, obat apa yang sudah di
minum sebelum masuk rumah sakit.
b. Pengkajian primer
1. Airway : apakah ada penumpukan secret dijalan napas, bunyi napas ronchi,
dan lidah tidak jatuh kebelakang.
2. Breathing : RR klien normal, irama napas teratur, dan tidak menggunakan alat
bantu pernapasan
3. Circulation : periksa tanda tanda vital, nadi karotis dan nadi perifer teraba
kuat, capillary refill kembali dalam 3 detik, akral dingin, dan tidak sianosis.
4. Disability : kesadaran komposmentis atau bisa mengalami penurunan.
5. Eksposure : terdapat luka lecet, jejas dan hematoma pada abdomen.
c. Pengkajian sekunder
1. Pemeriksaan B1-B6
B1 ( Breathing )
I : inspeksi apakah ada jejas pada dada serta jalan napas, amati pergerakan
dada, pola napas, dan apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan.
P : palpasi simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernapasan
tertinggal
P : lakukan perkusi dada, umumnya suara sonor.
A : auskultasi adakah suara abnormal, wheezing dan ronchi, normalnya
suara vesikuler.
B2 ( Blood )
Kaji TD, nadi, suhu badan, dan apakah ada keluhan nyeri dada. Auskultasi
suara jantung, kaji CRT dan kelainan jantung lainnya.
B3 ( Brain )
Inspeksi klien gelisah atau tidak. Lakukan pemeriksaan kesadaran
menggunakan Glasgow coma scale ( GCS )
B4 ( Bladder )
Kaji fungsi perkemihan klien, output dan input.
I : inspeksi adakah jejas pada daerah rongga pelvis dan adakah distensi
pada daerah vesica urinaria.
P : palpasi adakah nyeri tekan daerah vesica urinaria dan adanya distensi
P : perkusi adakah nyeri ketok pada daerah vesica urinaria
B5 ( Bowel )
I : inspeksi abdomen ditemukan adanya jejas jejas dan hematom, terdapat
distensi abdomen
P : palpasi pada dinding abdomen biasanya didapatkan adanya nyeri, baik
nyeri tekan superfisial, nyeri tekan dalam, atau nyeri lepas. Bila sampai
terjadi suatu defans muskuler dan nyeri tekan seluruh perut mungkin
sudah terjadi suatu iritasi pada peritoneum nya. Selain itu juga menilai
adanya cairan dalam rongga abdomen ( dengan tes undulansi )
P : perkusi didapatkan suara redup yang mungkin menandakan ada suatu
perdarahan di vakum intra abdomen. Selain itu juga menilai apakah ada
suatu perforasi usus, yang biasanya ditandai dengan hilangnya pekak
hepar.
A : auskultasi kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan dari
bising usus atau menghilang. Darah intraperitoneum yang bebas atau
akibat adanya kebocoran ( ektravasasi ) abdomen dapat menimbulkan
ileus, yang mengakibatkan hilangnya bunyi usus. Apabila trauma terkena
usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus tidak normal dan
biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual, muntah dan
BAB hitam (melena).
B6 ( Bone )
Inspeksi adakah jejas dan kelainan bentuk ekstremitas terutama daerah
pelvis. Serta palpasi apakah ada ketidak stabilan pada tulang pinggul atau
pelvis.
d. Pemeriksaan penunjang
Radiologi
- Ultrasonography (USG) : digunakan untuk mengetahui adanya internal
bleeding yang disertai dengan adanya rupture organ padat, dan buli-
buli.
- Foto BOF (buick oversic foto) : anteropoterior digunakan untuk
mengetahui adanya udara ekstraluminal diretroperitoneum atau udara
bebas dibawah subdriafragma.
- CT scan : merupakan sarana diagnostic yang paling akuran karena bisa
memberi informasi yang berhubungan dengan cederah organ tertentu
dan tingkat beratnya, dan juga dapat mendiagnosis cedera
retroperitoneum dan organ panggul yang sukar diakses melalui
pemeriksaan fisik maupun sarana diagnostic yang lain. Akan tetapi
pemeriksaan inia memerlukan waktu dan sukar dilaksanakan pada
kasus dengan tingkat emergensi yang tinggi.
Laboratorium : cek darah lengkap, urin, dan kimia lengkap.
2. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan trauma abdomen
2) Resiko infeksi berhubungan dengan luka pada abdomen, tidak adekuatnya
pertahanan tubuh
3. Intervensi keperawatan
4. Implementasi keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien dengan
trauma abdomen diharapkan sebagai berikut :
a. Nyeri dapat hilang atau terkontrol
b. Tidak terjadinya infeksi
BAB III
TINJAUAN KASUS
Saat pengkajian Tn. S mengeluh nyeri pada abdomen post operasi. Nyeri
dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan saat digerakkan, terdapat luka post operasi
laparatomi hari 1, tertutup dengan kain steril 7 cm, terpasang drain, auskultasi:
peristaltic usus 4x/mnt, perkusi: tympani. TTV: TD= 100/70 mmHg, R= 23x/mnt,
N=89 x/mnt, S=37 0C, Sp O2 =95%. Skala Nyeri = 6, CRT 3 detik, terpasang NRM O 2
=3 lpm, kesadaran komposmentis, GCS 14 (E4V5M5). Keluarga sangat cemas
melihat keadaan Tn. S dan selalu bertanya-tanya tentang keadaan Tn. S.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.S DENGAN DIAGNOSA
Identitas Klien
1. Nama : Tn. S
2. Umur : 32 tahun
3. Jenis kelamin : laki – laki
4. Agama : Islam
5. Alamat: Lapulu
6. Diagnose Medis : Trauma tumpul abdomen post op laparatomi
1. Keluhan Utama :
P: saat di gerakkan
Q: tertusuk-tusuk
R: Abdomen
S: 6
T: hilang timbul
2. Riwayat kesehatan sekarang :
±1 hari yang lalu sebelum MRS sedang menebang pohon dan kemudian tertimpa balok
kayu pada perut. Setelah kejadian pasien di bawa di RS Kota tetapi karena keterbatasan
sarana dan prasarana pasien dirujuk ke RSU Bahteramas dengan suspect perdarahan
intra abdomen
5. Riwayat Alergi :
Klien tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan, makanan, minuman dan lingkungan.
Review Of system
2. System Pernapasan
Pola napas : teratur, Bunyi napas : vesikuler, Tipe pernapasan : hidung, Retraksi dada :
normal, terpasang NRM O2 =3 lpm, , Sp O2 =95%.
3. System kardiovaskuler
Crt 3 detik
4. System neurologis
GCS 14 , Eyes : 4, Mototrik : 5, Verbal : 5
5. System pencernaan
Auskultasi: peristaltic usus 4x/mnt, perkusi: tympani
6. System integument
Terdapat luka post operasi laparatomi hari 1, tertutup dengan kain steril 7 cm, terpasang
drain.
7. Sistem Reproduksi
Klien tidak ada kelainan pada area reproduksi klien
Umur : 32 thn No RM :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik ( luka post op laparatomi hari 1 ),
ditandai dengan :
DS : Klien mengeluh nyeri pada abdomen post operasi laparatomi.
DO : wajah klien nampak meringis
- P: saat di gerakkan
- Q: tertusuk-tusuk
- R: Abdomen
- S: 6
- T: hilang timbul
2. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ditandai dengan :
DS : Keluarga mengatakan sangat cemas melihat keadaan Tn. S
DO : - Keluarga klien nampak cemas
- Keluarga klien selalu bertanya-tanya tentang keadaan klien
No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Nyeri akut berhubungan Pain Level 1. Lakukan pengkajian nyeri secar
dengan agen injuri fisik ( luka Pain Control komprehensif termasuk lokas
post op laparatomi hari 1 ) Comfort Level karakteristik, durasi, frekuens
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kualitas dan faktor presipitasi
selama 3x24 jam, pasien tidak mengalami 2. Observasi reaksi nonverbal da
nyeri, dengan kriteria hasil: ketidaknyamanan
- Mampu mengontrol nyeri (tahu 3. Kontrol lingkungan yang dapa
penyebab nyeri, mampu menggunakan mempengaruhi nyeri seperti suh
teknik nonfarmakologi untuk ruangan, pencahayaan, da
mengurangi nyeri, mencari bantuan) kebisingan
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang 4. Kurangi faktor presipitasi nyeri
dengan menggunakan manajemen nyeri 5. Ajarkan tentang tehnik no
- Mampu mengenali nyeri (skala, farmakologi: napas dalam, relaksas
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) distraksi, kompres hangat/dingin
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri 6. Berikan analgetik untuk mengurang
berkurang nyeri
- Tanda vital dalam rentang normal 7. Tingkatkan istirahat
- Tidak mengalami gangguan tidur 8. Monitor vital sign sebelum da
sesudah pemberian analgesi
pertama kali
2. Kecemasan berhubungan Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penuruna
dengan perubahan status Koping kecemasan)
kesehatan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Gunakan pendekatan yan
selama 3x24 jam, kecemasan klien teratasi menenangkan
dengan kriteria hasil : 2. Jelaskan semua prosedur dan ap
- Klien mampu mengidentifikasi dan yang dirasakan selama prosedur
mengungkapkan gejala cemas 3. Temani pasien/keluarga untu
- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan memberikan keamanan da
menunjukkan tehnik untuk mengontrol mengurangi takut
cemas 4. Instruksikan untuk menggunaka
- Vital sign dalam batas normal tehnik relaksasi
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa 5. Dengarkan dengan penuh perhatian
tubuh dan tingkat aktivitas 6. Identifikasi tingkat kecemasan
menunjukkan berkurangnya kecemasan 7. Bantu pasien/keluarga mengena
situasi yang menimbulka
kecemasan
8. Dorong pasien/keluarga untu
mengungkapkan perasaan, ketakutan
persepsi.
Tanggal Implementasi TTD Ja Evaluasi TT
& m
jam
7/12/20 1. Melakukan pengkajian nyeri secara 15. S:
Jam komprehensif termasuk lokasi, 00 - klien mengeluh nyeri pada luka post
08.00 karakteristik, durasi, frekuensi, operasi hari 1.
kualitas dan faktor presipitasi P: saat di gerakkan
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dan Q: tertusuk –tusuk
ketidaknyamanan R: abdomen
3. Mengontrol lingkungan yang dapat S: 6
mempengaruhi nyeri seperti suhu T: kadang –kadang
ruangan, pencahayaan, dan O:
kebisingan - klien meringis nampak menahan nyeri .
4. Mengurangi faktor presipitasi nyeri - Tegang
5. Mengajarkan tentang tehnik non - TD 100/70 mmHg, Nadi 89 x/menit, RR
farmakologi: napas dalam, relaksasi, 23x/menit, Suhu 37°c
distraksi, kompres hangat/dingin - klien mengatakan mau di ajari relaksasi
6. Memberikan analgetik untuk nafas dalam
mengurangi nyeri A;
7. Meningkatkan istirahat masalah keperawatan untuk diagnosa
8. Memonitor vital sign sebelum dan keperawatan nyeri akut teratasi sebagian.
sesudah pemberian analgesik
pertama kali - klien mau melakukan relaksasi nafas
dalam
P:
Lanjutkan intervensi :
- kaji skala nyeri secara komprehensif
- ajarkan relaksasi progresif
- kolaborasi dalam pemberian analgetik
- berikan lingkungan dengan stimulus rendah
7/12/20 1. Menggunakan pendekatan yang 15. S:
Jam menenangkan 00 - Keluarga mengatakan cemas dengan
08.00 2. Menjelaskan semua prosedur dan apa keadaan klien
yang dirasakan selama prosedur O:
3. Menemani pasien/keluarga untuk - Keluarga klien nampak cemas
memberikan keamanan dan
mengurangi takut A:
4. Menginstruksikan untuk Masalah keperawatan untuk diagnosa
menggunakan tehnik relaksasi keperawatan kecemasan teratasi sebagian
5. Mendengarkan dengan penuh - Keluarga klien sudah mengetahui
perhatian prosedur dan apa yang dirasakan klien
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/31108352/askep_trauma_abdomen