Anda di halaman 1dari 23

LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Seminar Akhir Keperawatan pada Ny.S dengan masalah keperawatan


gangguan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran di ruang Flamboyan RSJ Menur
Surabaya ini telah diperiksa dan disetujui pada:
Hari :
Tanggal :

Mahasiswa, Profesi NERS STIKES


dr. SOEBANDI JEMBER

Oleh:

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

( ) ( )
NIDN. …………………………...... NIP……………………………………

Mengetahui,
Kepala Ruangan

( )
NIP. …………………………….
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya kami mampu
menyelesaikan pembuatan Laporan Seminar Akhir Keperawatan Jiwa di ruang
Flamboyan RSJ Menur Surabaya dengan Judul Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan pada Ny.S dengan diagnose keperawatan gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran ini dengan tepat waktu.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan dan juga atas bimbingan dari para pembimbing
akademik maupun pembimbing klinik dalam menyelesaikan penyusunan laporan
seminar akhir keperawatan jiwa ini.
1. Ns. Zidni Nuris Yuhbaba S.Kep.,M.Kep selaku pembimbing Akademik yang
telah memberikan bimbingan dan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan
laporan akhir departemen keperawatan jiwa ini.
2. Ns. Oyang Prasetya S.Kep selaku pembimbing ruangan RSJ Menur Surabaya
yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, koreksi, saran-saran dan semangat
dalam menyelesaikan laporan akhir departemen keperawatan jiwa ini.
3. Ns. Pujiati Sria S.Kep selaku kepala ruangan yang telah memberikan bimbingan,
petunjuk, koreksi, saran-saran dan semangat dalam menyelesaikan laporan akhir
departemen keperawatan jiwa ini.

Kami menyadari bahwa laporan akhir ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, penulis
mengharapkkan kritik serta saran dari pembaca untuk kesempurnaan dari laporan
seminar akhir ini. Demikian, semoga laporan seminar akhir ini dapat bermanfaat bagi
tenaga kesehatan RSJ Menur Surabaya dan mahasiswa Stikes dr. Soebandi. Terima
kasih

Surabaya, Februari 2021

Kelompok 3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan jiwa adalah kondisi dimana proses fisiologis atau mental seseorang
kurang berfungsi dengan baik sehingga mengganggu dalam fungsi sehari-hari.
Gangguan ini juga sering disebut gangguan psikiatri atau gangguan mental dan
dalam masyarakat umum kadang disebut sebagai gangguan saraf.Gangguan jiwa
yang dimiliki oleh seseorang bisa memiliki bermacam-macam gejala, baik yang
tampak jelas maupun yang hanya terdapat dalam pikirannya. Mulai dari perilaku
menghindar dari lingkungan, tidak mau berhubungan atau berbicara dengan orang
lain dan tidak mau makan hingga yang mengamuk dengan tanpa sebab yang jelas.
Mulai dari diam saja hingga yang berbicara dengan tidak jelas. Ada pula yang dapat
diajak bicara hingga yang tidak perhatian sama sekali dengan lingkungannya.
Dampak gangguan jiwa antara lain gangguan dalam aktifitas sehari-hari, gangguan
hubungan interpersonal dan gangguan fungsi dan peran sosial (Lestari, Choirriyah,
& Mathafi, 2014).
Halusinasi merupakan penginderaan tanpa rangsangan eksternal yang
berhubungan dengan salah satu jenis indera tertentu yang khas (Kaplan & Saddock
dalam Dermawan & Rusdi, 2013).Menurut Videbeck dalam Yosep Iyus (2011)
tanda pasienmengalami halusinasi pendengaran yaitu pasien tampak berbicara
ataupun tertawa sendiri, pasien marah-marah sendiri, menutup telinga karena pasien
menganggap ada yang berbicara dengannya.Halusinasi terjadi karena adanya reaksi
emosi berlebihan atau kurang, dan perilaku aneh Damaiyanti (2012). Bahaya secara
umum yang dapat terjadi pada pasien dengan halusinasi adalah gangguan psikotik
berat dimana pasien tidak sadar lagi akan dirinya, terjadi disorientasi waktu, dan
ruang ( Iyus Yosep, 2011).
Berdasarkan data WHO (World Healt Organization), memperkirakan 450 juta
orang mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan
jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada
usia tertentu dimasa hidupnya (Putri, Komala< Keliat & Wardani, 2018).
Menurut Riskesdas (2013) penduduk Indonesia mengalami skizofrenia sebanyak
0,17% atau sebanyak 400 ribu jiwa. Berdasarkan data dari Dinas Sosial Jawa Timur,
penderita gangguan jiwa di Jatim pada tahun 2016 mencapai 2369 orang.Jumlah itu
naik sebesar 750 orang dibandingkan tahun 2015 lalu yang hanya 1619 penderita.
Hasil Riskesdas Jatim 2018 terdapat prevalensi sebesar 4,53 untuk umur ≥ 15 tahun,
sedangkan gangguan mental emosiaonal untuk umur ≥ 15 tahunmengalami
penurunan yang signifikan dari tahun 2013 sebanyak 7,5, prevalensi turun menjadi
6,82 pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018).
Dari beberapa jenis terapi yang biasa dilakukan ataupun diberikan oleh perawat
ada 2 macam terapi yaitu, pemeberian terapi farmakologi dan nonfarmakalogi.Salah
satu pemberian terapi farmakologi yaitu dengan pemberian obat Clozapine untuk
mengatasi skizofrenia.Namun, sekitar 40 – 60 % pasien tidak memiliki respon yang
memadai, (Dellazizzo et al., 2018). Sedangkan pemberian terapi nonfamakologi
salah satu diantaranya adalah terapi aktivitas. Seperti mencuci piring, menjemur
pakaian, mencuci pakaian, mandi dan berolahraga. Semua pasien di RSJ Menur
khususnya Ruang Flamboyan mayoitas beragama islam, sehingga dari beberapa
jenis terapi komplementer yang dapat diberikan sebagai pengganti terapi aktivitas
yang bisa dilakukan yaitu, dengan pemberian murotal terapi. Dengan cara
mendengarkan ayat suci Al-Qur’an Surah Ar-Rahman ayat 1 sampai dengan ayat 78.
Manfaat mendengarkan surat Ar-Rahman yakni membuat sosok hamba mendapat
rida atas kehidupannya dari Allah SWT mati syahid, syafaat di hari kiamat,
meningkatkan rasa syukur, dan masih banyak lagi lainnya. Sehingga pada hati
pendengrnya akan diberi ketenangan oleh Allah SWT (Wuryaningsih, Anwar,
Wijaya, & Kurniyawan, 2015).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan secara paripurna dan untuk
mengetahui Efektifitas Murotal Terapi Terhadap Kemandirian Mengontrol
Halusinasi Pendengaran dan
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian
b. Mahasiswa mampu menganalisa data
c. Mahasiswa mampu menentukan diagnose keperawatan
d. Mampu membuat intervensi keperawatan
e. Mampu melakukan implementasi keperawatan
f. Mampu melakukan evaluasi
g. Mampu melakukan dokumentasi

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat bagi penulis
Menambah dan memahami dalam memberikan asuhan keperawtan jiwa pada
halusinasi
1.3.2 Manfaat bagi pendidikan
Manfaat penulisan ini dimaksudkan memberikan kontribusi laporan kasus bagi
pengembangan praktik keperawatan jiwa dan pemecahan masalah dalam bidang
atau profesi keperatawan jiwa
1.3.3 Manfaaat bagi rumah sakit
Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak rumah sakit untuk membuat kebijakan
dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan jiwa pada
pasien dengan halusinasi.
1.3.4 Manfaat bagi tenaga kesehatan
Sebagai bahan masukan khususnya untuk perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan jiwa yang komprehensif pada pasien dengan halusinasi dan sebagai
pertimbangan perawat dalam penatalaksanaan kasus sehingga perawat mampu
memberikan tindakan yang tepat pada pasien.
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Landasan Teori


2.1.1 PengertianHalusinasi
Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal terjadi pada
keadaan kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya kemampuan menilai realitas
(Keliat, 2009). Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi
yang tidak sesuai dengan kenyataan (Aziz, 2013).
Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa dimana klien merasakan suatu
stimulus yang sebenarnya tidak ada. Klien mengalami perubahan sensori persepi:
merasakan sensasi palsi berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau
penciuman. Jadi, dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah gangguan persepsi tanpa
ada rangsangan dari luar ekternal.
2.1.2Klasifikasi
1. Halusinasi pendengaran karakteristik ditandai dengan mendengar suara,
terutama suara-suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan karakteritik dengan adanya stimulus penglihatan dalam
bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun atau panorama
yang luas dan komplek. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusiansi penciuman karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan
bau yang menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang-kadang mencium
bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang, dan demensia.
4. Halusinasi peraba karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak
tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensai listrik datang dari tanah,
benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang
busuk, amis, dan menjijikkan.
6. Halusinasi sintetic karakteristik ditandai dengan meraskan fungsi tubuh seperti
darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukkan
urine.
2.1.3 Tahap atau Tingkatan Halusinasi
Menurut Stuart dan Laraia (2001), terdiri dari 4 fase :
1. Fase I : klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa
bersalah dan takut serta mencoba berfokus pada pikiran yang menyenangkan
untuk meredakan ansietas. Disini klien tersenyum atau tertawa dan tidak sesuai,
menggerakkan lidah tanpa suara pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik
sendiri.
2. Fase II : pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien mulai lepas
kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber
yag dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom
akibat ansietas seperti peningkatan tnda-tanda vital (denyut jantung, pernafasan
dan tekanan darah), asik dengan pengalaman sensori dan kehilangan
kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
3. Fase III : klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut. Disini klien sukar berhubungan dengan
orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah orang lain dan
berada pada kondisi yang sangat mencengangkan terutama jika akan
berhubungan dengan orang lain.
4. Fase IV : pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah
halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu
berespon terhadap perintah yang komplek dan tidak mampu berespon lebih pada
satu orang. Kondisi klien sangat membahayakan.

2.1.4Rentang Respon Halusinasi


Rentang respon yang paling adaptif adalah adanya pikiran logis, persepsi akurat,
emosi yang konsisten dengan pengalama, perilaku cocok, dan terciptanya hubungan
sosial yang harmonis. Sementara itu, respon maladaptif meliputi adanya waham,
halusinasi, kesukaran proses emosi, perilaku tidak terorganisir, dan isolasi sosial :
menarik diri.

Adaktif Maladaktif
Fikiran logis Pikiran kadang gangguan proses pikir :
waham
Persepsi akurat menyimpang ilusi halusianasi ketidakmampuan
Emosi konsisten emosi tidak stabil untuk mengalami emosi
Dengan pengalaman perilaku aneh ketidakteraturan
Perilaku sesuai Menarik Diri isolasi sosial
Hubungan sosiali

2.1.5 Etiologi
A. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2013), faktor predisposisi terjadinya halusinasi adalah:
a. Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis, meliputi adanya faktor herediter gangguan
jiwa, adanya risiko bunuh dir, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat
penggunaan NAPZA.
b. Psikologis
Pada klien yang mengalami halusinasi, dapat ditemukan adanya kegagalan yang
berulang, individu korban kekerasan, kurangnya kasih sayang, atau overprotektif.
c. Sosial Budaya
Klien dengan halusinasi didapatkan sosial ekonomi rendah, riwayat penolakan
lingkungan pada usia perkembangan anak, tingkat pendidikan rendah, dan
kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.
B. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan riwayat penyakit
infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak, kekerasan dalam keluarga,
atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau
tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan klien serta
konflik antar masyarakat.

2.1.6 Pohon Masalah


Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perubahan sensori perseptual: halusinasi


Isolasi sosial : menarik diri

Harga Diri Rendah


2.1.7 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap klien serta
ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien halusinasi adalah :
a. Data subjektif
1.mendengar suara-suara atau kegaduahan
2. mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3. mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
4. melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu
atau monster
5. mencium bau-bauan seperti bau darah, urine, feses, kadang-kadang bau
itu menyenangkan
6. merasakan rasa seperti darah, urine, atau feses
7. merasa takut atau senang dengan halusinasinya

b. Data objektif
1. bicara atau tertawa sendiri
2. marah –marah tanpa sebab
3. mengarahkan telinga ke arah tertentu
4. menutup telinga
5. menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6. ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
7. menciun sesuatu seperti bau-bauan tertentu
8. menutup hidung
9. sering meludah
10. muntah
11. menggaruk-garuk permukaan kulit
2.1.8 Akibat yang ditimbulkan
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga bisa
membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (risiko mencederai
diri, orang lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV,
di mana klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi
halusinasinya.Klien benar-benar kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap
lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri, membunuh orang lain
bahkan merusak lingkungan.

2.1.9 Penatalaksaan Medis


Menurut Maramis dalam Prabowo (2014), pengobatan harus secepat mungkin
harus diberikan, disini peran keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan
perawatan di RSJ pasien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai
peranan yang sangat penting didalam hal merawat pasien, menciptakan lingkungan
keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat.
a. Farmakoterapi
Neuroleptika dengan dosis efektif bermandaat pada penderita skizofrenia yang
menahun, hasilnya lebih banyak jika muali diberi dalam dua tahun
penyakit.Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita dengan
psikomotorik yang meningkat.
NAMA GENERIK DOSIS
KELAS KIMIA
(DAGANG) HARIAN
Fenotiazin Asetofenazin (Tidal) 60-120 mg
Klopromazin (Thorazine) 30-800 mg
Flufenazine (Prolixine, Permiti) 1-40 mg
Mesoridazin (Serentil) 30-400 mg
Perfenazin (Trilaton) 12-64 mg
Proklorperazin (Compazine) 15-150 mg
Promazin (Sparine) 40-1200 mg
Tiodazin (Mellaril) 150-800 mg
Trifluoperazin (Stelazine) 2-40 mg
Trifluopromazine (Vesprin) 60-150 mg
Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) 75-600 mg
Tiotiksen (Navane) 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg
Dibenzondiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg
Dihidroindolon Molindone (Moban) 225-225
b. Terapi Kejang Listrik
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmall
secara rtificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang
pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada skizofrenia
yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi
kejang listrik 4-5 joule/detik.
c. Psikoterapi dan Rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena
berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan pasien kembali ke
masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong pasien bergaul
dengan orang lain, pasien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya pasien
tidak mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik,
dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti terapi
modalitas yang terdiri dari:
1) Terapi Aktivitas
a) Terapi Musik
Fokus : mendengar, memainkan alat musik, bernyanyi. Yaitu menikmati
dengan relaksasi musik yang disukai pasien
b) Terapi Seni
Fokus : untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai pekerjaan
seni.
c) Terapi Menari
Fokus pada : ekpresi perasaan melalui gerakan tubuh.
d) Terapi Relaksasi
Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok
Rasional : untuk koping/perilaku maladaptif/deskriptif, meningkatkan
partisipasi dan kesenangan pasien dalam kehidupan.
2) Terapi Sosial
Pasien belajar bersosialisasi dengan pasien lain
3) Terapi Kelompok
a) Terapi group (kelompok terapeutik)
b) Terapi aktibitas kelompok (adjunctive group activity therapy)
c) TAK Stimulus Persepsi: Halusinasi
 Sesi 1 : Mengenal halusinasi
 Sesi 2 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
 Sesi 3 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
 Sesi 4 : Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
 Sesi 5 : Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
4) Terapi Lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana di dalam keluarga (home like
atmosphere)

2.2 Konsep Murottal al-qur’an

2.2.1 Definisi Terapi Mendengarkan Murottal al-qur’an


Al-qur’an merupakan ayat suci umat islam yang diturunkan melalui nabi
Muhammad saw. Al-qur’an sendiri terdiri dari 30 juz, 144 surat, serta 6236 ayat. Al-
murottal yang adalah pengumpulan bacaan ayat-ayat al-Qur’an lewat rekaman bacaan
al-Qur’an yang bertujuan untuk melestarikan al-Qur’an dengan cara merekam bacaan
alQur’an. Sudah diketahui bahwa terdapat hukum-hukum bacaan (tajwid) yang harus
diperhatikan dalam pembacaan al-Qur’an.Menurut Safri dkk (2014) murottal al-qur’an
efektif dalam memberikan respon individu baik secara psikologis maupun secara
fisiologis. Suara murottal dapat menurunkan hormon-hormon stres; mengaktifkan
endorphin alami; meningkatkan perasaan rileks; mengalihkan perhatian dari rasa takut,
cemas, dan tegang; memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan
darah; serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas
gelombang otak. Mansouri (2017) bahwa suara Al-Qur'an termasuk gelombang suara
dengan frekuensi dan panjang gelombang tertentu yang menghasilkan untaian getaran
sehingga mempengaruhi sel-sel otak dan mengembalikan keseimbangan serta
koordinasi dalam meningkatkan kekuatan pertahanannya melawan penyakit.Salah satu
obat terapi non farmakologik yang dapat membantu adalah bacaan Al-Qur’an
(Wirakhmi dan Hikmanti, 2016).

2.2.2 Tahapan-tahapan Terapi Mendengarkan Murottal al-qur’an


Terapi murottal al-qur’an dapat dilaksanakan dengan beberapa tahapan berikut ini
(Hidayati, 2017):
a. Formulasi Masalah
Formulasi masalah dilakukan agar peserta dapat mengungkapkan permasalahan
dan perasaannya terkait permasalahan yang sedang dihadapi.Tahapan ini
bertujuan agar peserta mampu mengidentifikasi perasaannya dengan lebih baik
serta menumbuhkan dukungan antar peserta.
b. Mendengarkan Murottal al-qur’an
Murottal al-qur’an secara bersama-sama diperdengarkan pada pertemuan tatap
muka, selain itu para peserta juga diberikan tugas untuk mendengarkan murottal
di rumah sebanyak dua kali sehari, yaitu pada pagi dan malam hari.
c. Pemaknaan
Pemaknaan terhadap surat Al-Qur’an yang diperdengarkan dilakukan agar peserta
dapat lebih memahami makna dari surat yang diperdengarkan dan lebih dapat
menghayati dalam mendengarkan surat tersebut.
d. Berbagi Pengalaman
Pada tahapan ini para peserta diminta untuk menceritakan pengalaman selama
menjalani sesi terapi. Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi perubahan yang dirasakan oleh peserta setelah menjalankan
proses terapi murottal al-qur’an.

2.2.3. Manfaat Terapi Mendengarkan Murottal al-qur’an


Mendengarkan murottal al-qur’an memiliki beberapa manfaat, diantaranya :
1. Meningkatkan kualitas hidup
2. Menurunkan tingkat kecemasan
3. Menurunkan stress
4. Menurunkan tingkat nyeri
5. Mengurangi gangguan psikologis
6. Meningkatkan kadar β-Endorphin yang selanjutnya meningkatkan perasaan
rileks

2.2.4 Surat Ar-Rahman (Yang Maha Pemurah)


Surat Ar-Rahman merupakan surat ke-55 dalam Al-Qur’an dan merupakan salah satu
surat Makkiyah (turun di Makkah). Surat Ar-rahman terdiri atas 78 ayat yang
menceritakan mengenai kemurahan Allah kepada hambanya yang ditunjukkan dengan
nikmat-nikmat dalam kehidupan. Ayat-ayat dalam surat Ar-Rahman tergolong pendek
dan ada ayat yang merupakan pengulangan hingga 31 kali .Wirakhmi dan Hikmanti
(2016) manyatakan bahwa pengulangan ayat yang dilakukan hingga berkali-kali
merupakan penekanan atas keyakinan yang sangat kuat terhadap Allah. Surat Ar-
rahman yang memiliki jumlah ayat cukup banyak dibandingkan dengan surat pendek
pada umumnya juga memiliki panjang kalimat yang ratarata cenderung pendek pada
setiap ayatnya. Hal tersebut menjadikan mendengarmurottal al-qur’an surat Ar-rahman
tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama atau terlalu cepat. Durasi waktu rata-rata
untuk medengarkan murottal al-qur-an surat Ar-rahman secara penuh adalah 15-30
menit menit. Durasi pemberian terapi musik atau suara selama 15-30 menit dapat
memberikan efek relaksasi.Adapun intensitas suara yang dapat menimbulkan
kenyamanan dan ketenangan adalah suara yang tergolong rendah, yaitu berada antara 40
hingga 60 dB (Nuhan, Astuti, & Murhan 2018).

2.2.5 Hubungan Murrotal Al-Qur’an dengan Halusinasi


Murotal terapi dapat memberikan stimulasi baik terhadap otak, ketika seseorang
mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dapat memberikan respon rileks , tenang dan
rasa nyaman. Selain itu dengan pemberian murotal terapi dapat digunakan sebagai
pengobatan stres.Beberapa studi menunjukkan bahwa membaca ayat-ayat suci Al-
Qur’an juga dapat memberikan stimulus positif untuk otak, (Putra et al., 2018).Terapi
dengan alunan bacaan Al-Qur’an. Stimulan murotal Al-Qur’an dapat dijadikan alternatif
terapi baru sebagai terapi relaksasi bahkan lebih baik dibandingkan dengan terapi audio
lainnya karena stimulant Al-Qur’an dapat memunculkan gelombang delta sebesar
63,11% (Abdurrachman & Andhika, 2008) dalam (Ah, Endang, Miranti.Florencia, &
Fanni, 2016).
2.2.6 Pelaksanaan

Kriteria pasien yang akan mendapat terapi :


a. Pasien yang terdiagnosa halusinasi
b. Pasien yang telah kooperatif
c. Pasien yang menyetujui akan diterapi
d. Pasien yang mengenali isi,kapan munculnya,frekuensi, halusinasi pasien
e. Pasien yang mendapatkan terapi obat
f. Pasien yang sedang mengalami hausinasi pada saat akan diberikan terapi
murotal al-Qur’an Surah Ar-Rahman.

Cara melakukan terapi murotal :


g. Mencuci tangan
h. Menghubungkan sound dengan MP3/tablet berisikan murottal al-qur’an
i. Memposisikan pasien berbaring diatas tempat tidur
j. Meletakkan sound di atas meja
k. Mendengarkan murrotal al-qur’an selama 15 menit atau lebih
No Tujuan Kegiatan Waktu PJ
1. Setelah dilakukan
2.2.6.1 Bina hubungan saling 15- 26 Februari Kel 3
tindakan percaya dengn pasien 2021
keperawatan selama menggunakan komunikasi
15-30 menitterapeutik.
diharapkan terjadi
2.2.6.2 Kaji halusinasi pasien
penurunan skormeliputi : isi, frekuensi,
halusinasi padawaktu terjadi, situasi
pasien pencetus, perasaan, dan
respon.
2.2.6.3 Berikan posisi yang
nyaman pada pasien.
2.2.6.4 Anjurkan pasien untuk
menenagkan diri.
2.2.6.5 Lakukan pemberian
terapi murottal al-quran
selama 15-30 menit
2.2.6.6 Evaluasi kegiatan
didalam catatan keperawatan.
A. Satuan Acara Pelaksanaa

B. Implementasi

N Implementasi
o
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengkaji halusinasi pasien meliputi : isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan, dan respon pasien terhadap halusinasi

3. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien.


4. Melakukan pemberian terapi murottal Al-quran selama 15-30 menit
5. Mengevaluasi hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan.

C. Metode Pelaksanaan
1. Mengidentifikasi halusinasi : isi, frekuensi, waktu terjadi,
situasi pencetus, perasaan, dan respon pasien sebelum pemberian intervensi.
2. Pemberian terapi murrotal al-qur’an surah Ar-Rahman
selama 15-30 menit diberikan kepada klien yang sedang mengalami halusinasi
3. Waktu pemberian terapi tergantung pada berapa kali pasien
mengalama halusinasi dalam satu hari.

D. Aspek yang Diharapkan


1. Klien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
2. Memberikan respon (mendengarkan Murottal Al-Quran).
3. Menjelaskan perasaan setelah mendengar Murottal Al-Quran.
4. Menceritakan adanya penurunan pada halusinasinya saat pelaksanaan kegiatan
maupun sehari setelah kegiatan.
BAB 4
PEMBAHASAN

Terapi mendengarkan murottal Al-qur’an dilakukan selama 3 hari pada setiap harinya
dilakukan terapi sebanyak 2 kali yaitu pagi dan siang hari, dengan pemberian terapi stimulasi
persepsi mendengarkan murottal Al-qur’an surah Ar-rahman dan selama 15-30 menit diruang
flamboyan RSJ Menur Surabaya
Pada evaluasi pre terapi(Senin 22 februari 2021) :
No. ASPEK YANG DINILAI KETERANGAN
1. Frekuensi halusinasi sebelum Tidak muncul Jarang muncul Sering muncul

mendengar murottal Al-qur’an

Berdasarkan tabel diatas sebelum mendengar murottal Al-qur’an, frekuensi halusinasi


jarang muncul (2 kali dalam 1 hari).Pasien mengatakan suara-suara ejekan masih muncul pada
malam dan pagi hari, terkadang saat pasien mau tidur dan bangun tidur.
Pada evaluasi post terapi (Kamis, 25 februari 2021) :
No. ASPEK YANG DINILAI KETERANGAN
1. Frekuensi halusinasi setelah Tidak muncul Jarang muncul Sering muncul

mendengar murottal Al-qur’an

Berdasarkan tabel diatas setelah mendengar murottal Al-qur’an, frekuensi halusinasi


tidak muncul.Pasien mengatakan sudah merasa tenang dan lebih nyaman.Saat mendengarkan
murottal Al-qur’an pasien mulai istirahat dengan tanda-tanda mata mulai menutup dan tenang,
hal ini menunjukkan pasien mengalami relaksasi. Evaluasi dilakukan secara pre post kepada
klien yang mengalami halusinasi.
Dari hasil diatas terdapat pengaruh terapi mendengar murottal Al-qur’an hasil pre
terapi menunjukkan halusinasi muncul 2 kali dalam 1 hari, sedangkan pada post terapi
menunjukkan halusinasi tidak muncul lagi 1 har. Pemberian terapi murottal Al-qur’an. Hal
ini sesuai dengan jurnal penelitian yang dilakukan oleh Mimi Aisyah, dkk (2019), penelitian
yang sama juga dilakukan oleh Deden (2017) yang berjudul Efektifitas Pemberian Murotal
Terapi Untuk Mengurangi Halusinasi Pendengaran, hasil penelitian tersebut menunjukkan
pemberian murotal terapi efektif untuk mengurangi halusinasi pendengaran, selain itu
penelitian juga dilakukan oleh Ricky Zainuddin , Rahmiyanti Hashari yang berjudul
Efektifitas Murotal Terapi Terhadap Kemandirian Mengontrol Halusinasi Pendengaran juga
menunjukkan pemberian murotal terapi efektif untuk mengurangi halusinasi pendengaran.
Terapi murottal Al-Quran dapat menghasilkan gelombang alfa (8 hz-12 hz) yang
mempengaruhi batang obat sehingga akan berdampak pada peningkatan fungsi serotonin.
Terapi Al-Quran yang di dengarkan masuk melalui telinga diteruskan hingga koklea, stimulus
suara di transmisikan ke area serebral, sistem limbik, dan korpus kolosum.Ketika suara di
perdengarkan, seluruh daerah sistem limbik dirangsang untuk menghasilkan sekresi
feniletilamin yang merupakan suatu neuro yang bertanggung jawab pada perasaan.Pada saraf
otonom, stimulasi suara menyebabkan sistem saraf parasimpatis berada di atas sistem saraf
simpatis sehingga merangsang gelombang otak alfa yang menghasilkan kondisi rileks
(Faradisi, 2012).
Terapi suara seperti mendengarkan Murottal Al-Quran dapat melepaskan endorphin
oleh kelenjar pituitari sehingga akan mengubah keadaan mood/perasaan. Keadaan psikologis
yang tenang akan mempengaruhi sistem limbik dan saraf otonom yang menimbulkan rileks,
aman dan menyenangkan sehingga merangsang pelepasan zat kimia gama amino butric acid,
enchepalin dan beta endorphin yang akan mengeliminasi neurotransmiter rasa nyeri maupun
kecemasan(Wahidah, 2015).
Faktor yang mempengaruhi dari penerapan intervensi ini adalah sikap pasien yang
antusias dan optimis, suasana lingkungan yang nyaman dan mendukun.Kekurangan dalam
intervensi kelompok ini yaitu adanya keterbatasan waktu dalam menerapkan perlakuan.

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan pada Tn.B dengan gangguan persepsi sensori :
Halusinasi pendengaran maka penulis dapat menyimpulkan bahwa penerapan jurnal Mimi
Aisyah, dkk 2019 dengan judul efektifitas terapi Murottal Al-Quran terhadap skor halusinasi
pada pasien halusinasi, terbagi menjadi 3 sesi yang sudah diterapkan selama 3 hari terbukti
efektif menurunkan frekuensi halusinasi pasien menurun/berkurang dari hari-hari sebelumnya.

5.2 Saran
Diharapkan terapi mendengarkan Murottal Al-Quran dapat diterapkan pada pasien
halusinasi sebagai salah satu cara non farmakologis dalam mengontrol halusinasi, sehingga
diharapkan hal tersebut dapat meningkatkan tingkat kesembuhan pasien serta kualitas dan
mutu pelayanan ruang flamboyan di RSJ Menur Surabaya.

DAFTAR PUSTAKA
Riskesdas.2018. Hasil Utama Riskesdas 2018 Provinsi Jawa Timur. Kementrian
Kesehatan RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.Puslitbang
Humaniora dan Manajemen Kesehatan.
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Kementerian Kesehatan RI. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.Puslitbang Humaniora dan Manajemen
Kesehatan.
Keliat, Budi Anna. 2009. Proses Keperawatan Jiwa.Jakarta : ECG
Keliat, Budi Ana, Wiyono, Akemat Pawiro dan Susanti, Herni.(2011). Manajemen
Kasus Gangguan Jiwa CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC.
WHO. 2013. The World Health Report: 2013 mental
health.www.who.int/mental_health. Diakses tanggal 19 Desember 2019.
Dermawan, R., &Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa : Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing
Yosep, H. I., dan Sutini, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental
Health Nursing. Bandung: Refika Aditama
1.1 LAMPIRAN SOP

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


“Terapi Murottal”
Pengertian : Pemanfaatan kemampuan terapi murottal pada Anak
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 15-30 menit diharapkan
terjadi berkurangnya halusinasi pada pasien
Persiapan alat dan bahan : Handphone dan Sound
N PROSEDUR
O
PRE INTERAKSI
1 Siapkan alat-alat
2 Cuci tangan
TAHAP ORIENTASI
3 Beri salam dan panggil dengan namanya
4 Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien
TAHAP KERJA
5 Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
6 Menanyakan keluhan utama klien
7 Memulai kegiatan dengan cara yang baik
8 Bantu untuk memilih posisi yang nyaman.
9 Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan telepon selama
mendengarkan murottal
10 Pastikan sound handphone dan perlengkapan dalam kondisi baik.
11 Pastikan volume sesuai dan tidak terlalu keras.
13 Biarkan klien mendengarkan dan perawat tetap menemani
TERMINASI
14 Evaluasi hasil kegiatan (hilang atau tidak halusinasinya)
15 Simpulkan hasil kegiatan
16 Berikan umpan balik positif
17 Kontrak pertemuan selanjutnya
18 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
19 Bereskan alat-alat
20 Cuci tangan
21 DOKUMENTASI
Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
- Nama Klien, Umur, Jenis kelamin, dll
- Tindakan yang dilakukan (terapi murottal)
- Lama tindakan
- Reaksi selama, setelah terapi pemberian terapi
- Respon pasien.
- Nama perawat
- Tanggal pemeriksaan

Anda mungkin juga menyukai