S
DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
DENGAN METODE TERAPI PSIKORELIGIUS DZIKIR
DENGAN MENGGUNAKAN JARI TANGAN KANAN
DI RUANG MERPATI RSJ dr.RADJIMAN
WEDIODININGRAT LAWANG
KABUPATEN MALANG
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Tn.S dengan gangguan sensori persepsi : halusinasi di ruang
Merpati RSJ dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang”.
Terselesaikannya laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak baik materi, moral, maupun spiritual. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Moh. Supriyadi., S.Kep., Ns selaku kepala ruangan Merpati
2. Ibu Nurul Maurida., S.Kep., Ns.,M.Kep selaku pembimbing akademik STIKES
dr. Soebandi jember
3. Bapak perawat diruang Merpati
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih kurang sempurna.
Untuk itu kami mengharapkan saran dan Masukan dari berbagai pihak yang bersifat
membangun. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pengembang pembelajaran untuk
ilmu kesehatan khususnya bagi keperawatan jiwa.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan dari laporan kasus ini adalah Mahasiswa mampu
melakukan asuhan keperawatan secara paripurna dan untuk mengetahui
gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran dan penglihatan
dengan terapi dzikir dengan menggunakan jari tangan kanan di ruang
Merpati RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
2.1.10 Penatalaksanaan
Menurut Maramis dalam Prabowo (2014), pengobatan harus secepat
mungkin harus diberikan, disini peran keluarga sangat penting karena setelah
mendapatkan perawatan di RSJ pasien dinyatakan boleh pulang sehingga
keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal merawat
pasien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai
pengawas minum obat.
a. Farmakoterapi
Neuroleptika dengan dosis efektif bermandaat pada penderita
skizofrenia yang menahun, hasilnya lebih banyak jika muali diberi dalam
dua tahun penyakit.
Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita
dengan psikomotorik yang meningkat.
DOSIS
KELAS KIMIA NAMA GENERIK (DAGANG)
HARIAN
Fenotiazin Asetofenazin (Tidal) 60-120 mg
Klopromazin (Thorazine) 30-800 mg
Flufenazine (Prolixine, Permiti) 1-40 mg
Mesoridazin (Serentil) 30-400 mg
Perfenazin (Trilaton) 12-64 mg
Proklorperazin (Compazine) 15-150 mg
Promazin (Sparine) 40-1200 mg
Tiodazin (Mellaril) 150-800 mg
Trifluoperazin (Stelazine) 2-40 mg
Trifluopromazine (Vesprin) 60-150 mg
Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) 75-600 mg
Tiotiksen (Navane) 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg
Dibenzondiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg
Dihidroindolon Molindone (Moban) 225-225
Cor Problem
Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
TUK 2 : Setelah .......x interaksi, pasien dapat 1. Adakan kontak sering dan singkat secara
Pasien dapat menyebutkan: bertahap
mengenal a. Isi 2. Observasi tingkah laku yang terkait dengan
halusinasinya b. Waktu halusinasi (verbal dan non verbal)
c. Frekuensi 3. Bantu mengenal halusinasinya
d. Situasi dan kondisi yang a. Jika menemukan pasien sedang halusinasi,
menimbulkan halusinasi tanyakan apakah ada suara/bisikan yang
didengar atau melihat bayangan tanpa
wujud atau merasakan sesuatu yang tidak
ada
b. Jika pasien menjawab iya, lanjutkan apa
yang dialaminya
c. Katakan bahwa perawat percaya pasien
mengalami hal tersebut, namun perawat
sendiri tidak mengalaminya (dengan nada
bersahabat, tidak menuduh dan
menghakimi)
d. Katakan bahwa ada pasien lain yang
mengalami seperti pasien
e. Katakan bahwa perawat akan membantu
pasien
4. Jika pasien tidak sedang berhalusinasi,
klarifikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan dengan pasien: isi,
waktu daan frekuensi halusinasi (pagi, siang,
sore, malam atau sering, jarang), situasi dan
kondisi yang dapat memicu muncul atau
tidaknya halusinasi
5. Diskusi tentang apa yang dirasakan saat terjadi
halusinasi
6. Dorong untuk mengungkapkan perasaan saat
terjadi halusinasi
7. Diskusikan tentang dampak yang akan
dialaminya jika pasien menikmati
halusinasinya
TUK 3 : Setelah .....x interaksi pasien 1. Identifikasi bersama tentang cara tindakan
Pasien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya jika terjadi halusinasi
mengontrol dilakukan untuk mengendalikan 2. Diskusikan manfaat cara yang digunakan
halusinasinya halusinasinya pasien
a. Jika cara tersebut adaptif beri pujian
Setelah .....x interaksi pasien mampu b. Jika ma adaptif diskusikan dengan pasien
menyebutkan cara baru mengontrol kerugian cara tersebut
halusinasinya 3. Diskusikan cara baru untuk
memutus/mengontrol halusinasi paisen
Setelah .....x interaksi, pasien dapat a. Menghardik halusinasi: katakan pada diri
memilih dan mendemonstrasikan cara sendiri bahwa ini tidak nyata (saya tidak
mengatasi halusinasi mau mendengar/ ... pada saat halusinasi
terjadi)
Setelah .....x interaksi pasien b. Menemui orang lain untuk bercakap-cakap
melaksanakan cara yang dipilih untuk jika halusinasi datang
mengendalikan halusinasinya c. Membuat dan melaksanakan jadual
kegiatan sehari-hari yang telah disusun
Setelah .....x interaksi pasien mengikuti d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
terapi aktivitas kelompok penggunaan obat untuk mengendalikan
halusinasinya
4. Bantu paisen memilih cara yang sudah
dianjurkan dan latih untuk mencobanya
5. Pantau pelaksanaan tindakan yang telah
dipilih dan dilatih, jika berhasil beri pujian
6. Libatkan pasien dalam TAK : stimulasi
persepsi
TUK 4 : Setelah ......x pertemuan keluarga 1. Buat kontrak pertemuan dengan keluarga
Pasien dapat menyatakan setuju untuk mengikuti (waktu, tempat, topik)
dukungan dari pertemuan dengan perawat 2. Diskusikan dengan keluarga:
keluarga dalam a. Pengertian halusinasi
mengontrol Setelah ......x interaksi keluarga b. Tanda dan gejala
halusinasinya menyebutkan pengertian, tanda dan c. Proses terjadinya
gejala, proses terjadinya dan tindakan d. Cara yang bisa dilakukan oleh pasien dan
untuk mengendalikan halusinasinya keluarga untuk memutus halusinasi
e. Obat-obat halusinasi
f. Cara merawat pasien halusinasi dirumah
g. Beri informasi waktu follow up atau kapan
perlu mendapat bantuan
3. Beri reinforcement positif atas keterlibatan
keluarga
TUK 5 : Setelah .....x interaksi, pasien 1. Diskusikan tentang manfaat dan kerugian
Pasien dapat menyebutkan: tidak minum obat, dosis, nama, frekuensi, efek
menggunakan obat 1. Manfaat minum obat dan efek samping minum obat
dengan benar 2. Kerugian tidak minum obat 2. Pantau saat pasien minum obat
3. Nama, warna, dosis, efek terapi, 3. Anjurkan pasien minta sendiri obatnya pada
efek samping perawat
4. Beri reinforcement jika pasien menggunakan
Setelah .....x interaksi pasien obat dengan benar
mendemonstrasikan penggunaan obat 5. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa
dengan benar konsultasi dengan dokter
6. Anjurkan pasien berkonsultasi dengan
Setelah .....x interaksi pasien dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak
menyebutkan akibat berhenti minum diinginkan.
obat tanpa konsultasi dengan dokter
2.2.4 Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan tindakan
dari rencana keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas
yang telah dibuat dimana tindakan yang bdiberikan mencakup tindakan
mandiri dan kolaboratif. Pada situasi nyata sering implementasi jauh
berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa
menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan-tindakan
keperawatan yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang
dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat
membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal dan juga tidak
memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana
perawatan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai kondisi saat ini.
Setelah semua tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh
dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka
kontrak dengan klie dilaksanakan. Dokumentasikan semua tindakah yang
telah dilaksanakan beserta respon klien.
2.2.5 Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan. Tujuan
evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam keperawatan tercapai
atau tidak untuk melakukan pengkajian ulang untuk menilai apakah tujuan
tercapai sebagian, seluruhnya atau tidak tercapai dapat dibuktikan dari
perilaku pasien dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Dalam hal ini juga sebagai langka koreksi terhadap rencana
keperawatan semula. Untuk mencapai rencana keperawatan berikutnya
yang lebih relevan.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
PERTEMUAN 1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
a) Pasien tampak bicara dan tertawa sendiri
b) Pasien mondar mandir
c) Pasien merasa mendengarkam suara laki-laki yang menyuruh
memukul.
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
3. Tujuan khusus
a) Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b) Pasien dapat mengenal halusinasi yang di alaminya.
4. Tindakan keperawatan
a) Membina hubungan saling percaya
b) Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi halusinasi
c) Melatih pasien cara mengontrol halusinasi dengan menghardik.
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.S
Umur : 20 Tahun
Alamat : Jabung Malang
Pendidikan : Tidak Tamat SD
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Jenis Kelamin : Laki-laki
No CM : 115770
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: meninggal
: menikah
Jelaskan :
Pasien adalah anak pertama dari dua bersaudara. Pasien tinggal serumah
dengan ibu ayah dan adiknya yang bernama putra. Pasien sejak kecil diasuh
oleh kedua orang tuanya. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa. Komunikasi dengan keluarganya baik.
Diagnosa Keperawatan : -
2. Konsep diri
a. Citra tubuh :
Pasien mengatakan bahwa pasien menyukai tubuhnya. Pasien menyukai
semua anggota tubuh karena memiliki fungsinya masing-masing
b. Identitas :
Pasien mengenal dan mengetahui namanya, oarang tua, adik dan pasien
mengetahui alamat rumahnya.
DS : saya laki-laki, nama saya Tn.S, ayah saya bernama Tn.R, ibu saya
bernama Ny.S dan adik saya bernama Tn.J rumah saya di Jabung
Malang
c. Peran :
Saat dirumah : pasien melakukan kegiatan sehari hari secara mandiri
seperti makan, mandi, minum. Dirumah pasien suka
membantu ayahnya dan bermain dengan adiknya.
Saat di RSJ : pasien lebih suka diam
d. Ideal diri :
Pasien mengatakan ingin cepat pulang, pasien lebih suka dirumah dari
pada di RSJ. Pasien ingin menjadi tentara setelah keluar dari RSJ
e. Harga diri:
Pasien mengatakan motivasi rendah untuk sembuh, pasien malu
berinteraksi dengan yang lain lebih suka diam diri, kontak mata kurang
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Pasien mengatakan orang terdekatnya adalah adiknya, pasien suka
bercerita dan bermain dengan adiknya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan social
Pasien mondar mandir berinteraksi dengan beberapa orang, pasien
mencari kesibukan sendiri jalan-jalan daripada diam berkumpul dengan
temannya yang lain.
c. Hambatan hubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan jarang bermunikasi dengan pasien lain. Pasien malu
dengan orang lain
Diagnosa keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan beragama islam, dan mengatakan sholat saat
dirumah.
b. Kegiatan ibadah
Pasien tidak beribadah sejak berada di RSJ
Diagnosa keperawatan : Hambatan pemenuhan spiritual
3. Tanda vital
TD : 110/80 mmHg
N : 82x/menit
S : 35,1 C
RR : 21x/menit
4. Ukur
BB : 67 kg
TB : 170 cm
5. Keluhan fisik
Jelaskan :
Pasien mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan
Diagnosa Keperawatan : -
3. Terapi Medis
a. Resperidon 2 mg 1-0-1
b. Klobazom 10 mg 0-0-1
c. Depakote 250 mg 1-0-1
..........................................
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No CM : 115770 Unit :
Tgl Dx Perencanaan
Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
10 Gangguan Tum : Setelah 1x interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan : Bina hubungan saling
Des persepsi sensori Klien dapat menunjukkan tanda-tanda - Memberi salam pada setiap kali percaya mempermudah
2019 : Halusinasi mengontrol percaya pada perawat : berinteraksi dalam melakukan asuhan
halusinasinya yang 1. Ekspresi wajah - Tanya dan panggil nama kesukaan keperawatan.
dialaminya. bersahabat pasien
2. Menunjukkan rasa - Tunjukkan sikap simpati, jujur dan
Tuk 1 : senang menepati janji setiap kali berinteraksi
Klien dapat 3. Kontak mata baik - Tanyakan perasaan pasien dan
membina hubungan 4. Mau berjabat tangan masalah yang sedang di hadapi klien
saling percaya. 5. Bersedia menceritakan - Penuhi kebutuhan dasar klien
perasaan dan
mengungkapkan
masalahnya.
Tuk 2 : Setelah 1x interaksi klien dapat 2. Diskusikan dengan klien. Untuk menentukan jenis
Klien dapat menyebutkan - Halusinasi apa yang klien rasakan, halusinasi yang dialami
mengendalikan 1. Isi pendengaran, penglihatan, perabaan, pasien.
halusinasinya. 2. Frekuensi pengecapan, atau penciuman
3. Waktu - Kapan waktu munculnya halusinasi
4. Situasi/keadaan yang - Seberapa sering halusinasi yang
menimbulkan datang kepadanya
halusinasinya - Dalam situasi seperti apa
5. Perasaan saat halusinasi halusinasinya datang
mengganggu. - Bagaimana perasaan
SP 4 : P : lanjut SP 4
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian - Evaluasi klien cara mengontrol
klien. halusinasi dengan melakukan
2. Memberikan pendidikan kesehatan aktivitas.
tentang penggunaan obat teratur
3. Mengajarkan klien memasukkan dala
jadwal harian. S : klien mengatakan sudah minum obat
yang diberikan perawat secara teratur dan
mengerti fungsi obat yang di berikan.
O : klien tenang
- Klien terlihat meminum obat
sebelum makan
A : SP 1,2,3 tercapai
P : mengulang SP 1-4
Ajarkan klien untuk memperagakan cara
mengontrol halusinasinya dengan minum
obat.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Pertemuan ke 1
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara seperti yang mengajak
berzina dan melihat kuyang
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran dan penglihatan
3. Tujuan Khusus ( TUK )
1) Membina hubungan saling percaya
2) Pasien mampu mengontrol halusinasinya
4. Tindakan Keperawatan
1) Melatih pasien mengenali halusinasinya
Pertemuan ke 2
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara seperti yang mengajak
berzina dan melihat kuyang.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran dan penglihatan
3. Tujuan Khusus ( TUK )
3) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
4. Tindakan Keperawatan
2) Membantu pasien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
b FASE KERJA
Pak, hari ini kita belajar cara menghardik suara-suara yang sering bapak
alami, apakah bapak mau dan sudah siap pak ? baiklah kalau sudah siap
akan saya contohkan terlebih dahulu ya, nanti bapak ikuti dan peragakan
seperti cara yang sudah saya ajarkan ya pak ! “(perawat tutup telinga) pergi-
pergi saya tidak mau dengar,jangan ganggu aku, stop, pergi saya tidak mau
diganggu lagi !” bagaimana pak, apakah bapak bisa menggunakan cara yang
seperti saya ajarkan barusan ? kalau begitu coba sekarang bapak peragakan
cara yang barusan kita pelajari pak, “nah bagus” coba sekali lagi pak, “nah
bagus, nanti kalau bapak mulai mendengar suara-suara yang tidak ada
wujudnya bapak gunakan cara ini ya !”
c FASE TERMINASI
4. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif ( klien )
Bagaimana perasaan bapak setelah kita mempelajari cara mengontrol
dan mengusir suara-suara yang sering mengganggu bapak dengan cara
menghardik dari tadi ?
Evaluasi Obyektif ( Perawat )
“Setelah kita dari awal mengobrol tadi, bapak sudah bisa ya pak
mengontrol dan mengusir suara-suara yang mengganggu bapak dengan
cara menghardik”
5. Rencana Tindakan Lanjut
“Nah, bagaimana kalau besok kita mengobrol lagi tentang cara minum
obat yang baik dan benar ya pak, dan manfaat minum obat serta
kerugian tidak minum obat”
6. Kontrak Yang Akan Datang
Topik : Pak, besok kita bertemu lagi dan mengobrol mengenai cara
minum obat yang baik dan benar dan manfaat minum obat
serta kerugian tidak minum obat
Waktu : Waktunya menyesuaikan ya pak besok akan saya panggil
bapak lagi
Tempat : Untuk tempatnya bisa disini lagi atau bisa kita tentukan
besok ya pak
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
A:
- pasien mampu mengontrol
halusinasinya dengan cara
menghardik
P:
- Lanjutkan intervensi (Sp 2)
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Pertemuan ke 3
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara seperti yang mengajak
berzina dan melihat kuyang.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi penglihatan dan pendengaran
3. Tujuan Khusus ( TUK )
1) Klien mengerti pentingnya penggunaan obat
2) Klien mengerti akibat bila obat tidak digunakan sesuai program atau
bila putus obat
3) Menjelaskan cara mendapatkan atau berobat
4) Menjelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar
4. Tindakan Keperawatan
1) Mengevaluasi SP 1
2) Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan 6 benar
3) Menjelaskan manfaat atau keuntungan minum obat dan kerugian
tidak minum obat
O:
- Kontak mata mudah teralihkan
- Pasien terlihat lemas tidak
bersemangat
A:
- pasien mampu menyebutkan
obat yang diminum
- pasien mengetahui jadwal
minum obat
P:
Lanjutkan SP 4 (mengontrol
halusinasi dengan beraktivitas)
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Pertemuan ke 4
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara seperti yang mengajak
berzina dan melihat kuyang.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran dan penglihatan
3. Tujuan Khusus ( TUK )
1) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
4. Tindakan Keperawatan
1) Membantu pasien mengontrol halusinasinya dengan bercakap-cakap.
Pertemuan ke 5
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara seperti yang mengajak
berzina dan melihat kuyang.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran dan penglihatan
3. Tujuan Khusus ( TUK )
1) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan beraktivitas.
4. Tindakan Keperawatan
1) Membantu pasien mengontrol halusinasinya dengan beraktivitas
b FASE KERJA
Baiklah kita senam, tujuannya semakin banyak kegiatan yang bapak lakukan
maka kesempatan muncul suara-suara ejekan itu akan berkurang, dan badan
menjadi sehat dan aliran darah menjadi lancar serta pikiran menjadi jernih.
Nah sekarang ikuti instruktur mbak perawat yang ada didepan ya. Lakukan
senam dengan senyuman dan semangat. Begini pak kita pemanasan dulu lalu
gerakan inti jika music sudah menyala, kanan kirikakinya digerakkan dan
tangannya diangkat ya pak, oke pak bagus sekali
c FASE TERMINASI
13. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif ( klien )
Bagaimana perasaan bapak setelah kita mempelajari cara untuk
mengontrol suara-suara yang sering bapak dengar dengan kegiatan
senam? Apakah selama kegiatan senam berlangsung masih ada suara-
suara tersebut? Oh bagus jadi selama senam suara tersebut tidak ada ya
pak. Jadi bapak bisa melakukan kegiatan itu untuk menghilangkan
suara-suara ejekan tersebut ya pak.
Evaluasi Obyektif ( Perawat )
“bapak sudah mampu mrlakukan aktifitas dengan benar dan sesuai” !
14. Rencana Tindakan Lanjut
“Nah, bagaimana kalau besok kita mendengarkan murotal alquran agar
pikiran bapak rileks dan tenang sehingga suara-suara ejekan tadi bisa
benar-benar hilang”?
15. Kontrak Yang Akan Datang
Topik : Pak, besok kita bertemu lagi dan mendengarkan murotal
alquran agar pikiran bapak rileks dan tenang sehingga suara-
suara ejekan tadi bisa benar-benar hilang?
Waktu : Waktunya menyesuaikan ya pak besok akan saya panggil
bapak lagi
Tempat : Untuk tempatnya bisa disini lagi atau bisa kita tentukan
besok ya pak
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
JURNAL P I C O
(PROBLEM) (INTERVENTION) (COMPARE) (OUTCOME)
Terapi Halusinasi merupakan Kriteria inklusi agar memenuhi syarat Fase comforting yaitu 1. Terapi religius
Psikoreligius terganggunya persepsi untuk berpartisipasi pasien harus fase menyenangkan. efektif untuk
Dzikir sensori seseorang, dimana memenuhi kedua syarat berikut : Klien mengalami stres, meningkatkan
Menggunakan Jari tidak terdapat stimulus. 1. Pasien mengalami tanda dan cemas, perasaan kemampuan
Tangan Kanan Tipe halusinasi yang gejala yang sama perpisahan, rasa bersalah, mengontrol
Pada Pasien paling sering adalah 2. Keberadaan pasien selama kesepian yang halusinasi
Halusinasi halusinasi pendengaran minimal 2 dari 3 minggu memuncak, dan tidak pendengaran dan
Pendengaran dan (Auditory-Hearing Voices 3. Beragama islam dapat diselesaikan. penglihatan.
penglihatan or Sounds), pengelihatan 4. Pasien dengan halusinasi Dengan berdzikir
(Visual-Seeing Persons or pendengaran dan penglihatan Klien tersenyum atau hati seseorang akan
Author : Things), penciuman tertawa yang tidak lebih tentram,
Arif Munandar, (Olfactory-Smelling Intervensi : sesuai, menggerakkan kegiatan terapi
Kellyana Irawati, Odors), pengecapan Responden melakukan dzikir dengan bibir tanpa suara, religius dzikir dapat
Yonni Prianto (Gustatory-Experiencing mengucapkan lafal sebagai berikut: pergerakan mata cepat, menurunkan gejala
Tastes). Astaqfirullahal’adzim sebanyak 3 respons verbal yang psikiatrik.
Tahun : 2019 kali, Subhannallah 33 kali, tahmid lambat jika sedang 2. Religius mampu
Pasien yang mengalami Alhamdulillah 33 kali, dan takbir asyik dengan mencegah dan
Tujuan : halusinasi disebabkan Allahu akbar 33 kali dan ditutup halusinasinnya dan suka melindungi dari
Terapi karena ketidakmampuan dengan kalimat tahlil laillahaillahlah menyendiri. Pada fase penyakit kejiwaan,
psikoreligius dzikir pasien dalam menghadapi muhammaddarasulullah sebanyak 1 condemming atau ansietas mengurangi
ini bertujuan untuk stressor dan kurangnya kali. Menggunakan tangan kanan , berat yaitu halusinasi penderitaan,
membuat hati dan kemampuan dalam Ibu jari jempol digunakan sebagai menjadi menjijikkan. meningkatkan
pikiran lebih mengontrol halusinasi. penunjuk ruas jari dan 1 jari dihitung proses adaptasi
tenang yang 7 kecuali ibu jari dihitung 5, Jangan Pengalaman sensori mengontrol suara-
tentunya akan Untuk mengalihkan hitung ruas jarinya, tetapi hitunglah menakutkan, kecemasan suara yang tidak ada
membuat seseorang halusinasi pendengaran ujung ruas jari kiri dan kanan + ujung meningkat, melamun, wujudnya seperti
lebih fokus dalam yang dialami oleh pasien jari. dan berpikir sendiri jadi halusinasi
melakukan peneliti menggunakan dominan. Mulai pendengaran dan
aktivitas, emosi tehnik pengalihan dengan Waktu dzikir yang dianjurkan : dirasakan ada bisikan penglihatan.
meluap-luap, rasa cara dzikir, agar Waktu shubuh adalah waktu yang yang tidak jelas.
dendam, dan responden dapat mulia untuk urusan riski, waktu Klien tidak ingin orang
merangsang mengalihkan halusinasi pagi sampai dhuhur adalah waktu lain tahu, dan ia tetap
gelombang otak pendengaran yang dialami yang baik untuk berkah rizki, dapat mengontrolnya.
melalui pemijatan sehingga pasien merasakan waktu maghrib baik dilakukan dzikir Meningkatnya tanda-
tangan pada ruas ketentraman jiwa. pada waktu keheningan malam tanda
jari – jari tangan. mampu melepaskan gelombang sistem saraf otonom
Dengan dilakukannya meta rohaniah sangat tajam seperti peningkatan
Metode : dzikir diharapkan sehingga gelora di hati semakin denyut
Penelitian ini halusinasi pendengaran cepat menghadirkan keesaan Allah. jantung dan tekanan
menggunakan yang dialami responden darah. Klien asyik
desain penelitian akan teratasi dengan Durasi yang dibutuhkan : dengan
kualitatif tujuan: frekuensi Menurut penelitian melakukan halusinasinya dan tidak
berkurang, durasi implementasi di Wisma Arjuna RSJ bisa membedakan
Sampel penelitian berkurang, gejala Grhasia DIY Ruang Arjuna sebanyak realitas.
: halusinasi berkurang. 6 pertemuan. Halusinasi yang
Berjumlah 5 didengar oleh pasien berbeda-beda
responden. Dzikir adalah menjaga waktunya. Berdasar hasil observasi
dalam ingatan agar selalu pasien melakukan dzikir
Hasil : ingat kepada Allah ta’ala. ketika mendengar suara palsu, ketika
dari 5 orang Dzikir dapat menyehatkan sedang sendiri.
dengan gangguan tubuh: hidup orang shaleh
jiwa yang lebih ceria, tenang, dan Lama dzikir :
dilakukan terapi seolah-olah tanpa masalah, Peneliti memberikan tindakan Dzikir
semuanya tidak karena setiap masalah ketika pasien mendengar suara-suara
ditemukan disikapi dengan konsep palsu, ketika waktu luang, dan ketika
gangguan kognitif, takwa. Fungsi dari dzikir pasien selesai melaksanakan sholat
dimana sebelum antara lain dapat wajib. Sehingga waktu yang
diberikan terapi mensucikan hati dan diperlukan untuk satu kali terapi
diukur kemampuan jiwa: berdzikir dapat religius dzikir adalah 60 menit.
kognitif dengan mengingatkan kita kepada
instrumen ScoRS, Allah dan hanya kepada-
didapatkan 4 pasien Nya kita meminta
tidak ada gangguan pertolongan.
kognitif dan 1
pasien dengan Karena segala bentuk
gangguan kognitif masalah adalah dari-Nya,
ringan Kesimpulan: dan dengan berdzikir
Terapi dapat mengingatkan kita
psikoreligius dzikir agar selalu berfikir
menggunakan jari positif. Dzikir dapat
tangan kanan menyehatkan tubuh:
sangat efektif orang-orang yang kurang
dalam dzikir, atau konsep hidupya
meningkatkan kurang dikembalikan
kemampuan kepada Allah, hidupnya
kognitif pasien kelihatan super sibuk,
dengan skizofrenia tidak ada jeda menikmati
dengan masalah hidup, karena prosesi
keperawatan resiko hidupnya dikejar-kejar
perilaku kekerasan, oleh bayangan material.
halusinasi dan Dzikir dapat mencegah
isolasi sosial. manusia dari bahaya
nafsu: dzikir bertugas
sebagai pengendali nafsu,
membedakan yang baik
dan buruk.
IMPLIKASI KEPERAWATAN
Terapi religius yang dilakukan dengan tepat dapat berdampak pada peningkatan
kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran. Kemampuan mengontrol merupakan
tindakan keperawatan yang sangat bermanfaat untuk pasien halusinasi karena untuk
membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi. Intervensi yang dilakukan 1 kali
dalam sehari selama 5 hari. Intervensi yang di berikan adalah terapi zikir juga dapat
diterapkan pada pasien halusinasi. Rekomendasi dari penelitian ini, agar perawat dapat
menambahkan terapi religius zikir sebagai intervensi dalam tindakan keperawatan
mengontrol halusinasi pendengaran. Pada penelitian ini masih banyak kekurangan dalam
pengambilan data, maka pada penelitian selanjutnya diharapkan peneliti menambahkan
variabel bebas lainnya, misalnya dengan menambahkan terapi sholat. Hasil penelitian ini
dapat dijadikan rujukan atau referensi bagi peneliti berikutnya yang akan dilakukan.
BAB 6
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan sensori perepsi. Dimana pasien
merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan
tanpa stimulus yang nyata. Hal ini dialami oleh seseorang yang mengalami gangguan
kejiwaan. Untuk itu dalam melakukan asuhan keperawatan hendaknya peneliti mampu
melakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal secara efektif, komunikatif dan
terapeutik. Sehingga dapat terjalin hubungan saling percaya antara perawatn dengan
pasien. Terbangun thrust yang baik yang dapat digunakan untuk memberikan intervensi
dan melaksanakan implementasi pada pasien dengan gangguan jiiwa khususnya pasien
dengan halusinasi.
1.2 SARAN
Adapun saran yang dapat penulis berikan yaitu sebagai berikut :
a. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan
halusinasi, sebagai tenaga kesehatan kita dituntut untuk tidak mengesampingkan
support system atau dukungan keluarga sebagai sistem pendukung yang mengerti
keadaan dan permasalahan pasien
b. Tenaga kesehatan melakukan pendekatan secara bertahap dan terus menerus
sehingga terbangun thrust yang baik dari pasien kepada tenaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat Budi Ana. 2009. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC
Keliat Budi Ana. 2009. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial : Menarik Diri. Jakarta :
FIK UI
Keliat Budi Ana. 2009. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC
Aziz R, dkk, 2013. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo.
Munandar, Arif. 2019. Terapi Psikoreligius Dzikir Menggunakan Jari Tangan Kanan
Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah
Istimewa Yogyakarta. Mahasiswa Magister Keperawatan Peminatan Jiwa
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Hidayati, dkk. 2014. Pengaruh Terapi Religius Zikir Terhadap Peningkatan Kemampuan
Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Halusinasi Di Rsjd Dr. Amino
Gondohutomo Semarang. Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sultan Agung
Semarang
SATUAN OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
TERAPI PSIKORELIGIUS : DZIKIR