Anda di halaman 1dari 92

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN Tn.

S
DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
DENGAN METODE TERAPI PSIKORELIGIUS DZIKIR
DENGAN MENGGUNAKAN JARI TANGAN KANAN
DI RUANG MERPATI RSJ dr.RADJIMAN
WEDIODININGRAT LAWANG
KABUPATEN MALANG

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

NANANG QOSIM NIM. 19020056


PUTRI DWI NOVITA S NIM. 19020068
RIFATUL KAMILA NIM. 19020072
SANTI APRILLIA NIM. 19020080
SEPTIAN ADELA D.S NIM. 19020082

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2019-2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

Laporan praktek klinik Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. S dengan


diagnosa Perubahan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran dan penglihatan di
Ruang Merpati, RSJ dr.Radjiman Wediodiningrat oleh Mahasiswa S1 Program studi
Profesi Ners STIKES dr.Soebandi Jember mulai tanggal 30 Desember sampai
tanggal 18 Januari 2020

Lawang, Januari 2020

Pembimbing ruangan, Pembimbing Akademik,

MOH. SUPRIYADI., S.Kep., Ns NURUL MAURIDA., S.Kep., Ns.,M.Kep


NIK. 19670410 198803 1 001 NIK. 19880120 2019022 154

Kepala Ruang Merpati


RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat

MOH. SUPRIYADI., S.Kep., Ns


NIP/NIK. 19670410 198803 1 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Tn.S dengan gangguan sensori persepsi : halusinasi di ruang
Merpati RSJ dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang”.
Terselesaikannya laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak baik materi, moral, maupun spiritual. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Moh. Supriyadi., S.Kep., Ns selaku kepala ruangan Merpati
2. Ibu Nurul Maurida., S.Kep., Ns.,M.Kep selaku pembimbing akademik STIKES
dr. Soebandi jember
3. Bapak perawat diruang Merpati

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih kurang sempurna.
Untuk itu kami mengharapkan saran dan Masukan dari berbagai pihak yang bersifat
membangun. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pengembang pembelajaran untuk
ilmu kesehatan khususnya bagi keperawatan jiwa.

Lawang, Januari 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan jiwa adalah kondisi dimana proses fisiologis atau mental
seseorang kurang berfungsi dengan baik sehingga mengganggu dalam fungsi
sehari-hari. Gangguan ini juga sering disebut gangguan psikiatri atau
gangguan mental dan dalam masyarakat umum kadang disebut sebagai
gangguan saraf. Gangguan jiwa yang dimiliki oleh seseorang bisa memiliki
bermacam-macam gejala, baik yang tampak jelas maupun yang hanya
terdapat dalam pikirannya. Mulai dari perilaku menghindar dari lingkungan,
tidak mau berhubungan atau berbicara dengan orang lain dan tidak mau
makan hingga yang mengamuk dengan tanpa sebab yang jelas. Mulai dari
diam saja hingga yang berbicara dengan tidak jelas. Ada pula yang dapat
diajak bicara hingga yang tidak perhatian sama sekali dengan lingkungannya.
Dampak gangguan jiwa antara lain gangguan dalam aktifitas sehari-hari,
gangguan hubungan interpersonal dan gangguan fungsi dan peran sosial
(Lestari, Choirriyah, & Mathafi, 2014).
Halusinasi merupakan penginderaan tanpa rangsangan eksternal yang
berhubungan dengan salah satu jenis indera tertentu yang khas (Kaplan &
Saddock dalam Dermawan & Rusdi, 2013). Menurut Videbeck dalam Yosep
Iyus (2011) tanda pasienmengalami halusinasi pendengaran yaitu pasien
tampak berbicara ataupun tertawa sendiri, pasien marah-marah sendiri,
menutup telinga karena pasien menganggap ada yang berbicara dengannya.
Halusinasi terjadi karena adanya reaksi emosi berlebihan atau kurang, dan
perilaku aneh Damaiyanti (2012). Bahaya secara umum yang dapat terjadi
pada pasien dengan halusinasi adalah gangguan psikotik berat dimana pasien
tidak sadar lagi akan dirinya, terjadi disorientasi waktu, dan ruang ( Iyus
Yosep, 2011).
Berdasarkan data WHO (World Healt Organization), memperkirakan
450 juta orang mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa
mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan
mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu dimasa hidupnya (Putri,
Komala< Keliat & Wardani, 2018).
Menurut Riskesdas (2013) penduduk Indonesia mengalami
skizofrenia sebanyak 0,17% atau sebanyak 400 ribu jiwa. Berdasarkan data
dari Dinas Sosial Jawa Timur, penderita gangguan jiwa di Jatim pada tahun
2016 mencapai 2369 orang. Jumlah itu naik sebesar 750 orang dibandingkan
tahun 2015 lalu yang hanya 1619 penderita. Hasil Riskesdas Jatim 2018
terdapat prevalensi sebesar 4,53 untuk umur ≥ 15 tahun, sedangkan gangguan
mental emosiaonal untuk umur ≥ 15 tahunmengalami penurunan yang
signifikan dari tahun 2013 sebanyak 7,5, prevalensi turun menjadi 6,82 pada
tahun 2018 (Riskesdas, 2018).
Dari beberapa jenis terapi yang biasa dilakukan ataupun diberikan
oleh perawat ada 2 macam terapi yaitu, pemeberian terapi farmakologi dan
nonfarmakalogi. Salah satu pemberian terapi farmakologi yaitu dengan
pemberian obat Clozapine untuk mengatasi skizofrenia. Namun, sekitar 40 –
60 % pasien tidak memiliki respon yang memadai, (Dellazizzo et al., 2018).
Sedangkan pemberian terapi nonfamakologi salah satu diantaranya adalah
terapi aktivitas. Seperti mencuci piring, menjemur pakaian, mencuci pakaian,
mandi dan berolahraga. Sementara ada beberapa jenis terapi komplementer
yang dapat diberikan sebagai pengganti terapi aktivitas yang umum dilakukan
yaitu, dengan pemberian murotal terapi dengan cara mendengarkan ayat suci
Al-Qur’an Surah Ar-Rahman ayat 1 sampai dengan ayat 78, (Wuryaningsih,
Anwar, Wijaya, & Kurniyawan, 2015).
Terapi Dzikir dapat memberikan stimulasi baik terhadap otak, ketika
seseorang mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dapat memberikan respon
rileks , tenang dan rasa nyaman. Selain itu dengan pemberian terapi dzikir
dapat digunakan sebagai pengobatan stres. Beberapa studi menunjukkan
bahwa membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an juga dapat memberikan stimulus
positif untuk otak, (Putra et al., 2018). Terapi dengan alunan bacaan Al-
Qur’an. dapat dijadikan alternatif terapi baru sebagai terapi relaksasi bahkan
lebih baik dibandingkan dengan terapi audio lainnya karena stimulan Al-
Qur’an dapat memunculkan gelombang delta sebesar 63,11% (Abdurrachman
& Andhika, 2008) dalam (Ah, Endang, Miranti.Florencia, & Fanni, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan kesehatan jiwa pada klien gangguan sensori
persepsi : halusinasi pendengaran dan penglihatan dengan terapi dzikir dengan
menggunakan jari tangan kanan di ruang Merpati RSJ dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan dari laporan kasus ini adalah Mahasiswa mampu
melakukan asuhan keperawatan secara paripurna dan untuk mengetahui
gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran dan penglihatan
dengan terapi dzikir dengan menggunakan jari tangan kanan di ruang
Merpati RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. melakukan pengkajian pada Tn.S dengan gangguan sensori persepsi :
halusinasi di ruang Merpati RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
2. menganalisa data dari pengkajian pada Tn.S dengan gangguan sensori
persepsi : halusinasi di ruang Merpati RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang.
3. Menentukan diagnosa keperawatan pada Tn.S dengan gangguan sensori
persepsi : halusinasi di ruang Merpati RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang.
4. Melakukan intervensi keperawatan pada Tn.S dengan gangguan sensori
persepsi : halusinasi di ruang Merpati RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang.
5. Melakukan implementasi dan evaluasi keperawatan pada Tn.S dengan
gangguan sensori persepsi : halusinasi di ruang Merpati RSJ dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang.
6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Tn.S dengan gangguan
sensori persepsi : halusinasi di ruang Merpati RSJ dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan laporan kasus ini dapat sebagai acuan dalam pembuatan
asuhan keperawatan jiwa dengan gangguan sensori pesepsi halusinasi.

1.4.2 Manfaat Praktis


A. Manfaat bagi penulis
Menambah dan memahami dalam memberikan asuhan keperawtan jiwa
pada halusinasi
B. Manfaat bagi pendidikan
Manfaat penulisan ini dimaksudkan memberikan kontribusi laporan
kasus bagi pengembangan praktik keperawatan jiwa dan pemecahan
masalah dalam bidang atau profesi keperatawan jiwa
C. Manfaaat bagi rumah sakit
Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak rumah sakit untuk membuat
kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan asuhan
keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi.
D. Manfaat bagi tenaga kesehatan
Sebagai bahan masukan khususnya untuk perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan jiwa yang komprehensif pada pasien dengan
halusinasi dan sebagai pertimbangan perawat dalam penatalaksanaan
kasus sehingga perawat mampu memberikan tindakan yang tepat pada
pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi


2.1.1 Definisi Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal
terjadi pada keadaan kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya
kemampuan menilai realitas (Keliat, 2009). Halusinasi adalah persepsi
sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan
kenyataan (Aziz, 2013).
Menurut Keliat dalam Zelika (2015), halusinasi adalah salah satu gejala
gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien
merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau
penghiduan tanpa stimulus yang nyata. Menurut Sheila L Vidheak dalam
Darmaja (2014), halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau
pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar (Maramis, 2010). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa halusinasi adalah gangguan persepsi tanpa ada
rangsangan dari luar ekternal.
Menurut Surya dalam Pambayung (2015), halusinasi adalah hilangnya
kemampuan lansia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar). Halusinasi merupakan gangguan persepsi
dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenernya tidak terjadi..
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan
halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan
sesuatu melalui panca indra tanpa ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda
dengan ilusi, dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus,
salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang
terjadi, stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata ada oleh
klien.
2.1.2 Jenis-Jenis Halusinasi
Halusinasi terdiri dari beberapa jenis, dengan karakteristik tertentu,
diantaranya :
a. Halusinasi pendengaran (akustik, audiotorik): Gangguan stimulus dimana
pasien mendengar suara-suara terutama suara-suara orang, biasanya
pasien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan (visual): Stimulus visual dalam bentuk beragam
seperti bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambaran kartun
dan/atau panorama yang luas dan kompleks. Bayangan biasa
menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu (olfaktori): Gangguan stimulus pada penghidu, yang
ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti: darah, urine atau feses. Kadang-kadang terhidu bau harum.
Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba (taktil, kinaestatik): Gangguan stimulus yang ditandai
dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat.
Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau
orang lain.
e. Halusinasi pengecap (gustatorik): Gangguan stimulus yang ditandai
dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetik: Gangguan stimulus yang ditandai dengan
merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri,
makanan dicerna atau pembentukan urine.

2.1.3 Fase-Fase dalam Halusinasi


Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan
Laraia (2001) dalam Prabowo (2014), dan setiap fase memiliki karakteristik
yang berbeda, yaitu:
a. Fase I
Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa
bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini pasien tersenyum atau
tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan
mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.
b. Fase II
Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Pasien mulai lepas
kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan
sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem
saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut
jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori
dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
c. Fase III
Pasien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini pasien sukar berhubungan
dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah
dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan
terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
d. Fase IV
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika pasien mengikuti perintah
halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak
mampu berespon terhdap perintah yang kompleks dan tidak mampu
berespon lebih dari 1 orang. Kondisi pasien sangat membahayakan.
2.1.4 Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami
halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Faktor Presdiposisi
Menurut Yosep (2009) dalam Prabowo (2014), faktor presdiposisi yang
menyebabkan halusinasi adalah:
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu misalnya rendahnya kontrol
dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu mandiri
sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan
terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia.
Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivitasnya
neurotransmitter otak.
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyelahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya. Pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyata menuju alam khayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sundeen yang dikutip oleh Jallo (2008) dalam
Prabowo (2014), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untiuk
diinterprestasikan.
2) Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stress.
2.1.5 Rentang Respon
Menurut Stuart and Sundeen (1998), persepsi mengacu pada
indentifikasi dan interpretasi awal dari suatu stimulus berdasarkan informasi
yang diterima melalui panca indera. Respon neurobiologis sepanjang rentang
sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran logis, persepsi akurat, emosi
konsisten, dan perilaku sesuai sampai dengan respon maladaptif yang
meliputi delusi, halusinasi, dan isolasi sosial. Rentang respon dapat
digambarkan sebagai berikut:
Rentang Respon Neurobiologist
Respon Respon
Adaptif Maladaptif

Pikiran Logis Pikiran kadang menyimpang Kelainan pikiran


Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosional berlebihan Ketidakmampuan
Perilaku sesuai Perilaku tidak lazim untuk Emosi
Hubungan sosial mengalami
Ketidakteraturan Menarik diri

Rentang respon neurobiologis menurut Stuart and Sundeen (1998):


a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan
masalah tersebut. Respon adaptif :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul
dari pengalaman ahli
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain
dan lingkungan
b. Respon psikososial
Meliputi :
1) Proses piker terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan.
2) Ilusi adalah misalnya interprestasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan
panca indra.
3) Emosi berlebih atau berkurang.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas kewajaran.
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain.
c. Respon maladapttif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan
lingkungan, ada pun respon maladaptif antara lain :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan sosial.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3) Proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
4) Perilaku tidak terorganisi rmerupakan sesuatu yang tidak teratur.
5) Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh
individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai
suatu kecelakaan yang negatif mengancam (Damaiyanti & Iskandar,
2012).

2.1.6 Proses Terjadinya Masalah


Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Prabowo (2014)
yaitu :
a. Fase I
Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa
bersalah dan takut serta mencoba berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini pasien tersenyum atau
tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan
mata yang cepat, diam dan asik sendiri.
b. Fase II
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Pasien mulai lepas
kendali dan mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber
dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda- tanda sistem saraf
otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut
jantung, pernapasan, dan tekanan darah), asik dengan pengalaman sensori
dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan reaita.
c. Fase III
Pasien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini pasien sukar berhubungan
dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah
dari orang ain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan
terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
d. Fase IV
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika pasien mengikuti perintah
halusinasi. Di sini terjadi perikalu kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak
mampu berespon terhadap perintah yang komplek dan tidak mampu
berespon lebih dari 1 orang. Kondisi pasien sangan membahayakan.

2.1.7 Tanda dan Gejala


Menurut Hamid yang dikutip oleh Jallo (2008) dalam Prabowo
(2014), dan Menurut Keliat dikutip oleh Syahbana (2009), perilaku pasien
yang berkaitan dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri
b. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, dan respon
verbal yang lambat
c. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari
orang lain
d. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak
nyata
e. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah
f. Perhatikan dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan
berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya
g. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya), dan takut
h. Sulit berhubungan dengan orang lain
i. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah
j. Tidak mampu mengkuti perintah dari perawat
k. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panic, agitasi dan kataton.

2.1.8 Akibat Yang Ditimbulkan


Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat
beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko
mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/
membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
a. Memperlihatkan permusuhan
b. Mendekati orang lain dengan ancaman
c. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
d. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
e. Mempunyai rencana untuk melukai
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya
sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak
lingkungan (resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan). Hal
ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, dimana klien mengalami
panic dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar
kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi
ini klien dapat melakukan bunuh diri, membunuh orang lain bahkan merusak
lingkungan. Tanda dan gejalanya adalah muka merah, pandangan tajam, otot
tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan
kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.

2.1.9 Mekanisme Koping


a. Regresi : menjadi malas beraktifita sehari-hari
b. Proyeksi : menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain
c. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal

2.1.10 Penatalaksanaan
Menurut Maramis dalam Prabowo (2014), pengobatan harus secepat
mungkin harus diberikan, disini peran keluarga sangat penting karena setelah
mendapatkan perawatan di RSJ pasien dinyatakan boleh pulang sehingga
keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal merawat
pasien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai
pengawas minum obat.
a. Farmakoterapi
Neuroleptika dengan dosis efektif bermandaat pada penderita
skizofrenia yang menahun, hasilnya lebih banyak jika muali diberi dalam
dua tahun penyakit.
Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita
dengan psikomotorik yang meningkat.

DOSIS
KELAS KIMIA NAMA GENERIK (DAGANG)
HARIAN
Fenotiazin Asetofenazin (Tidal) 60-120 mg
Klopromazin (Thorazine) 30-800 mg
Flufenazine (Prolixine, Permiti) 1-40 mg
Mesoridazin (Serentil) 30-400 mg
Perfenazin (Trilaton) 12-64 mg
Proklorperazin (Compazine) 15-150 mg
Promazin (Sparine) 40-1200 mg
Tiodazin (Mellaril) 150-800 mg
Trifluoperazin (Stelazine) 2-40 mg
Trifluopromazine (Vesprin) 60-150 mg
Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) 75-600 mg
Tiotiksen (Navane) 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg
Dibenzondiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg
Dihidroindolon Molindone (Moban) 225-225

b. Terapi Kejang Listrik


Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
grandmall secara rtificial dengan melewatkan aliran listrik melalui
elektrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik
dpaat diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi
neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
c. Psikoterapi dan Rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu
karena berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan
pasien kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk
mendorong pasien bergaul dengan orang lain, pasien lain, perawat dan
dokter. Maksudnya supaya pasien tidak mengasingkan diri karena dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama, seperti terapi modalitas yang terdiri dari:
1) Terapi Aktivitas
a) Terapi Musik
Fokus : mendengar, memainkan alat musik, bernyanyi.
Yaitu menikmati dengan relaksasi musik yang disukai pasien
b) Terapi Seni
Fokus : untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai
pekerjaan seni.
c) Terapi Menari
Fokus pada : ekpresi perasaan melalui gerakan tubuh.
d) Terapi Relaksasi
Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok
Rasional : untuk koping/perilaku maladaptif/deskriptif,
meningkatkan partisipasi dan kesenangan pasien dalam kehidupan.
2) Terapi Sosial
Pasien belajar bersosialisasi dengan pasien lain
3) Terapi Kelompok
a) Terapi group (kelompok terapeutik)
b) Terapi aktibitas kelompok (adjunctive group activity therapy)
c) TAK Stimulus Persepsi: Halusinasi
 Sesi 1 : Mengenal halusinasi
 Sesi 2 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
 Sesi 3 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
 Sesi 4 : Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
 Sesi 5 : Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
4) Terapi Lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana di dalam keluarga (home
like atmosphere)

2.1.11 Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasan Effect

Cor Problem
Perubahan persepsi sensori: Halusinasi

Isolasi sosial: Menarik diri Causa

2.1.12 Terapi Dzikir


Terapi religius tidak diarahkan untuk merubah agama pasiennya tetapi
menggali sumber kopingnya (Yosep, 2009, hlm.344). Terapi Zikir adalah
ucapan yang selalu mengingatkan kita kepada Allah (Hawari, 2009, hlm.202).
dengan berzikir. Hati seseorang akan terasa tentram. Terdapat 3 sesi yang
menjadikan pasien halusinasi mampu melafalkan bacaan zikirnya, mampu
lebih nyaman untuk berzikir saat halusinasinya muncul, mampu
menyampaikan perasaanya setelah berzikir.
Terapi spiritual atau terapi religius yang antara lain zikir, apabila
dilafalkan secara baik dan benar dapat membuat hati menjadi tenang dan
rileks. Terapi zikir juga dapat diterapkan pada pasien halusinasi, karena
ketika pasien melakukan terapi zikir dengan tekun dan memusatkan perhatian
yang sempurna (khusu’) dapat memberikan dampak saat halusinasinya
muncul pasien bisa menghilangkan suara-suara yang tidak nyata dan lebih
dapat menyibukkan diri dengan melakukan terapi zikir.
Kegiatan terapi religius zikir, dapat menurunkan gejala psikiatrik,
Riset yaang lain menyebutkan bahwa menurunnya kunjungan ke tempat
ibadah, meningkatkan jumlah bunuh diri di USA ,Kesimpulan dari berbagai
riset bahwa religius mampu mencegah dan melindungi dari penyakit
kejiwaan, mengurangi penderitaan, meningkatkan proses adaptasi mengontrol
suara-suara yang tidak ada wujudnya seperti halusinasi pendengaran.
(Mahoney et.all, 1985 dalam Yosep, 2007).
Begitu pula yang diungkapkan oleh Keliat (2005, hlm. 3), jumlah
anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang jumlah
anggotanya berkisar 5-12 orang. Lama sesi untuk terapi religius zikir pada
saat penelitian adalah 10 menit, sehingga waktu yang diperlukan untuk satu
kali terapi religius zikir adalah 30 menit. Waktu yang optimal untuk satu sesi
adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok yang rendah, dan 60-120 menit
bagi fungsi kelompok yang tinggi (Stuart & Laraia, dalam Keliat, 2005, hlm.
4). Pada masing-masing kelompok diberikan 3 sesi terapi religius zikir,
setelah dilakukan terapi religius zikir dan diobservasi kembali didapatkan
hasil peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran pada
pasien halusinasi.
Terdapat 3 sesi yang menjadikan pasien halusinasi :
1. Mampu melafalkan bacaan zikirnya
2. Mampu lebih nyaman untuk berzikir saat halusinasinya muncul
3. Mampu menyampaikan perasaanya setelah berzikir.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
a. Alasan masuk RS
Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa
tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala
yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan.
b. Faktor prediposisi
1) Faktor perkembangan terlambat
a) Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.
b) Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.
c) Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan
2) Faktor komunikasi dalam keluarga
a) Komunikasi peran ganda
b) Tidak ada komunikasi
c) Tidak ada kehangatan
d) Komunikasi dengan emosi berlebihan
e) Komunikasi tertutup
f) Orangtua yang membandingkan anak-anaknya, orangtua yang otoritas
dan konflik dalam keluarga
3) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan
lingkungan yang terlalu tinggi.
4) Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri
tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran
diri negatif dan koping destruktif.
5) Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran
vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik.
6) Faktor genetic
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui kromoson
tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa yang menjadi
faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap
penelitian. Diduga letak gen skizofrenia adalah kromoson nomor enam,
dengan kontribusi genetik tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak
kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50%
jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika di zygote
peluangnya sebesar 15 %, seorang anak yang salah satu orang tuanya
mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia,
sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi
35 %.
c. Faktor presipitasi
Menurut Stuart (2007), pemicu gejala respon neurobiologis maladaptif
adalah kesehatan, lingkungan dan perilaku.
1) Kesehatan
Nutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sikardian, kelelahan
dan infeksi, obat- obatan sistem syaraf pusat, kurangnya latihan dan
hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
2) Lingkungan
Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga,
kehilangan kebebasab hidup dalam melaksanakan pola aktivitas
sehari-hari, sukar dala, berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial,
kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, dan ketidakmampuan
mendapat pekerjaan.
3) Sikap
Merasa tidak mampu, putus asam merasa gagal, merasa punya kekuatan
berlebihan, merasa malang, rendahnya kemampuan sosialisasi,
ketidakadekuatan pengobatan dan penanganan gejala.
4) Perilaku
Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,
ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak,
kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara sendiri.
Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis
halusinasinya. Apabila perawat mengidentifikasi adannya tanda-tanda
dan perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan
tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasinya saja. Validasi
informasi tentang halusinasi yang iperlukan meliputi :
a) Isi halusinasi
Menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang dikatakan.
b) Waktu dan frekuensi
Kapan pengalaman halusianasi munculm berapa kali sehari
c) Situasi pencetus halusinasi
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum
halusinasi muncul. Perawat bisa mengobservasi apa yang dialami
klien menjelang munculnya halusinasi untuk memvalidasi pertanyaan
klien.
d) Respon klien
Sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien. Bisa dikaji
dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami
pengalamana halusinasi. Apakah klien bisa mengontrol stimulus
halusinasinya atau sebaliknya.
d. Pemeriksaan fisik
Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan tekanan
darah), berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang dirasakan klien.
1) Status mental
a) Penampilan : tidak rapi, tidak serasi
b) Pembicaraan : terorganisir/berbelit-belit
c) Aktivitas motorik : meningkat/menurun
d) Afek : sesuai/maladaprif
e) Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang ada
sesuai dengan informasi
f) Proses fikir : proses inflamasi yang diterima tidak berfungsi dengan
baik dan dapat mempengaruhi proses fikir
g) Isi pikir : berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis
h) Tingkat kesadaran
i) Kemampuan konsentrasi dan berhitung
2) Mekanisme Koping
a) Regresi : malas beraktifitas sehari-hari
b) Proyeksi : perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain
c) Menarik diri : mempercayai orang lain dan asyik dengan
stimulus internal.
3) Masalah psikososial dan lingkungan : masalah berkenaan dengan
ekonomi, pekerjaan, pendidikan, dan perumahan atau pemukiman

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


a) Resiko perilaku kekerasan b.d halusinasi
b) Gangguan persepsi sensori : halusinasi b.d menarik diri
c) Isolasi sosial : menarik diri b.d harga diri rendah
2.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

Tgl No.Dx Dx. Perencanaan


Keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi
TUM : Setelah .....x interaksi, pasien mampu Bina hubungan saling percaya dengan
Pasien dapatmembina hubungan saling percaya menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
mengontrol halusinasidengan perawat dengan kriteria: 1. Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun
yang dialaminya 1. Ekspresi bersahabat non verbal
2. Menunjukkan rasa senang 2. Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan
Gangguan TUK 1 : 3. Ada kontak mata perawat berkenalan
persepsi Pasien dapat 4. Mau berjabat tangan 3. Tanyakan nama lengkap dan panggilan yang
sensori: membina hubungan 5. Mau menyebutkan nama disukai pasien
halusinasi saling percaya 6. Mau membalas salam 4. Buat kontrak yang jelas
7. Mau duduk berdampingan dengan 5. Tunjukkan sikap jujur dan menunjukkan sikap
perawat empati serta menerima apa adanya
8. Mau mengungkapkan perasaannya 6. Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan
kebutuhan dasar pasien
7. Beri kesempatan pasien untuk
mengungkapkan perasaannya
8. Dengarkan ungkapan pasien dengan penuh
perhatian pada ekspresi perasaan pasien
No. Dx. Perencanaan
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

TUK 2 : Setelah .......x interaksi, pasien dapat 1. Adakan kontak sering dan singkat secara
Pasien dapat menyebutkan: bertahap
mengenal a. Isi 2. Observasi tingkah laku yang terkait dengan
halusinasinya b. Waktu halusinasi (verbal dan non verbal)
c. Frekuensi 3. Bantu mengenal halusinasinya
d. Situasi dan kondisi yang a. Jika menemukan pasien sedang halusinasi,
menimbulkan halusinasi tanyakan apakah ada suara/bisikan yang
didengar atau melihat bayangan tanpa
wujud atau merasakan sesuatu yang tidak
ada
b. Jika pasien menjawab iya, lanjutkan apa
yang dialaminya
c. Katakan bahwa perawat percaya pasien
mengalami hal tersebut, namun perawat
sendiri tidak mengalaminya (dengan nada
bersahabat, tidak menuduh dan
menghakimi)
d. Katakan bahwa ada pasien lain yang
mengalami seperti pasien
e. Katakan bahwa perawat akan membantu
pasien
4. Jika pasien tidak sedang berhalusinasi,
klarifikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan dengan pasien: isi,
waktu daan frekuensi halusinasi (pagi, siang,
sore, malam atau sering, jarang), situasi dan
kondisi yang dapat memicu muncul atau
tidaknya halusinasi
5. Diskusi tentang apa yang dirasakan saat terjadi
halusinasi
6. Dorong untuk mengungkapkan perasaan saat
terjadi halusinasi
7. Diskusikan tentang dampak yang akan
dialaminya jika pasien menikmati
halusinasinya
TUK 3 : Setelah .....x interaksi pasien 1. Identifikasi bersama tentang cara tindakan
Pasien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya jika terjadi halusinasi
mengontrol dilakukan untuk mengendalikan 2. Diskusikan manfaat cara yang digunakan
halusinasinya halusinasinya pasien
a. Jika cara tersebut adaptif beri pujian
Setelah .....x interaksi pasien mampu b. Jika ma adaptif diskusikan dengan pasien
menyebutkan cara baru mengontrol kerugian cara tersebut
halusinasinya 3. Diskusikan cara baru untuk
memutus/mengontrol halusinasi paisen
Setelah .....x interaksi, pasien dapat a. Menghardik halusinasi: katakan pada diri
memilih dan mendemonstrasikan cara sendiri bahwa ini tidak nyata (saya tidak
mengatasi halusinasi mau mendengar/ ... pada saat halusinasi
terjadi)
Setelah .....x interaksi pasien b. Menemui orang lain untuk bercakap-cakap
melaksanakan cara yang dipilih untuk jika halusinasi datang
mengendalikan halusinasinya c. Membuat dan melaksanakan jadual
kegiatan sehari-hari yang telah disusun
Setelah .....x interaksi pasien mengikuti d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
terapi aktivitas kelompok penggunaan obat untuk mengendalikan
halusinasinya
4. Bantu paisen memilih cara yang sudah
dianjurkan dan latih untuk mencobanya
5. Pantau pelaksanaan tindakan yang telah
dipilih dan dilatih, jika berhasil beri pujian
6. Libatkan pasien dalam TAK : stimulasi
persepsi
TUK 4 : Setelah ......x pertemuan keluarga 1. Buat kontrak pertemuan dengan keluarga
Pasien dapat menyatakan setuju untuk mengikuti (waktu, tempat, topik)
dukungan dari pertemuan dengan perawat 2. Diskusikan dengan keluarga:
keluarga dalam a. Pengertian halusinasi
mengontrol Setelah ......x interaksi keluarga b. Tanda dan gejala
halusinasinya menyebutkan pengertian, tanda dan c. Proses terjadinya
gejala, proses terjadinya dan tindakan d. Cara yang bisa dilakukan oleh pasien dan
untuk mengendalikan halusinasinya keluarga untuk memutus halusinasi
e. Obat-obat halusinasi
f. Cara merawat pasien halusinasi dirumah
g. Beri informasi waktu follow up atau kapan
perlu mendapat bantuan
3. Beri reinforcement positif atas keterlibatan
keluarga
TUK 5 : Setelah .....x interaksi, pasien 1. Diskusikan tentang manfaat dan kerugian
Pasien dapat menyebutkan: tidak minum obat, dosis, nama, frekuensi, efek
menggunakan obat 1. Manfaat minum obat dan efek samping minum obat
dengan benar 2. Kerugian tidak minum obat 2. Pantau saat pasien minum obat
3. Nama, warna, dosis, efek terapi, 3. Anjurkan pasien minta sendiri obatnya pada
efek samping perawat
4. Beri reinforcement jika pasien menggunakan
Setelah .....x interaksi pasien obat dengan benar
mendemonstrasikan penggunaan obat 5. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa
dengan benar konsultasi dengan dokter
6. Anjurkan pasien berkonsultasi dengan
Setelah .....x interaksi pasien dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak
menyebutkan akibat berhenti minum diinginkan.
obat tanpa konsultasi dengan dokter
2.2.4 Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan tindakan
dari rencana keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas
yang telah dibuat dimana tindakan yang bdiberikan mencakup tindakan
mandiri dan kolaboratif. Pada situasi nyata sering implementasi jauh
berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa
menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan-tindakan
keperawatan yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang
dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat
membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal dan juga tidak
memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana
perawatan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai kondisi saat ini.
Setelah semua tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh
dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka
kontrak dengan klie dilaksanakan. Dokumentasikan semua tindakah yang
telah dilaksanakan beserta respon klien.

2.2.5 Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan. Tujuan
evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam keperawatan tercapai
atau tidak untuk melakukan pengkajian ulang untuk menilai apakah tujuan
tercapai sebagian, seluruhnya atau tidak tercapai dapat dibuktikan dari
perilaku pasien dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Dalam hal ini juga sebagai langka koreksi terhadap rencana
keperawatan semula. Untuk mencapai rencana keperawatan berikutnya
yang lebih relevan.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

PERTEMUAN 1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
a) Pasien tampak bicara dan tertawa sendiri
b) Pasien mondar mandir
c) Pasien merasa mendengarkam suara laki-laki yang menyuruh
memukul.
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
3. Tujuan khusus
a) Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b) Pasien dapat mengenal halusinasi yang di alaminya.
4. Tindakan keperawatan
a) Membina hubungan saling percaya
b) Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi halusinasi
c) Melatih pasien cara mengontrol halusinasi dengan menghardik.

B. Strategi Pelaksanaan (SP) 1 : Mengenal Halusinasi Dan Mengajarkan


Cara Mengontrol Halusinasi Dengan Menghardik
1. Orientasi
a) Salam terapeutik
Selamat pagi mas, sedang apa?”.” Kenalkan nama saya F, mas bisa
panggil saya Indah saja. Mas namanya siapa, senang di panggil siapa?”.
Oooo begitu baiklah mas, saya akan menemani mas kurang lebih dua
minggu ke depan, nanti bisa cerita masalah yang di alami mas.
b) Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan mas joko saat ini?....ooooo kalau saya lihat mas
tampak bicara, berbicara sama siapa?
c) Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap suara yang mas dengar dan
orang yang mengajak bicara?
2) Tempat
Dimana kita akan berbincang-bincang mas? di ruang makan, baiklah.
3) Waktu
Kita akan bercakap-cakap berapa menit?”.” 15 menit, ya baiklah.
2. Kerja
Apakah mas mendengar suara tanpa ada wujudnya? Saya percaya
mas mendengar suara tersebut, tetapi saya sendiri tidak mendengar suara
itu. Apakah mas mendengarnya trus menerus atau sewaktu-waktu? Kapan
yang paling sering mas mendengar suara itu? Berapa kali dalam sehari
mas mendengarnya? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada
waktu sendiri? Apa yang mas rasakan ketika mendengar suara itu?
Bagaimana perasaan mas ketika mendengar suara tersebut? Kemudian apa
yang mas lakukan? Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu hilang?
Apa yang mas alami itu namanya Halusinasi. Ada empat cara untuk
mengontrol halusinasi yaitu menghardik, minum obat, bercakap-cakap,
dan melakukan aktifitas.
Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan
menghardik, apakah mas bersedia? Bagaimana kalau kita mulai ya..
baiklah saya akan mempraktekkan dahulu baru mas mempraktekkan
kembali apa yang telah saya lakukan. Begini mas jika suara itu muncul
katakan dengan keras “ pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara
palsu” sambil menutup kedua telinga mas, seperti ini ya mas. coba
sekarang mas ulangi lagi seperti yang saya lakukan tadi. Bagus sekali
mas, coba sekali lagi mas. Wah bagus sekali mas.
3. Terminasi
a) Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan mas joko setelah berbincang-bincang tentang suara
yang mas dengar?, apakah mas sudah paham dengan cara mengardik?
b) Evaluasi Objektif
1) Jadi suara yang mas dengar adalah……muncul saat…….dan yang
mas lakukan saat suara-suara tersebut muncul…….
2) Pasien dapat mempraktikkan cara menghardik
c) Rencana tindak lanjut
Mas lakukan itu sampai suara itu tidak terdengar lagi, lakukan itu
selama 3 kali sehari yaitu jam 9:00, 14:00 dan jam 20:00 cara mengisi
buku kegiatan harian adalah sesuai dengan jadwal keegiatan harian
yang telah kita buat tadi ya Mas? Jika Mas melakukanya secara mandiri
makan Mas menuliskan M, jika Mas melakukannya dibantu atau
diingatkan oleh keluarga atau teman maka Mas buat B, Jika Mas tidak
melakukanya maka Mas tulis T. apakah Mas mengerti? Coba Mas
ulangi? Naah bagus Mas
d) Kontrak
1) Topik
Baik lah mas bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang
tentang cara yang kedua yaitu dengan minum obat untuk mencegah
suara-suara itu muncul, apakah mas bersedia?
2) Tempat
Baiklah kalau begitu, di mana kita akan bercakap-cakap, mungkin
mas punya tempat yang teduh dan santai untuk ngobrol?
3) Waktu
Berapa lama kita akan bercakap-cakap?”.” 10 menit atau 15 menit”.
”Sampai jumpa besok ya mas!”
PERTEMUAN 2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Klien sudah mengetahui cara mengardik untuk memutus atau
menghilangkan halusinasi
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
3. Tujuan khusus
Pasien mampu mengontrol halusinasi pendengaran dengan enam benar
minum obat.
4. Tindakan keperawatan
a) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b) Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa.
c) Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program.
d) Jelaskan akibat bila putus obat.
e) Jelaskan cara mendapatkan obat.
f) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar obat,
benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis dan kontinuitas.
g) Menganjurkan kepada pasien agar memasukan kegiatan ke
jadwal kegiatan harian pasien

B. Strategi Pelaksanaan (SP) 2 : Mengajarkan Cara Mengontrol Halusinasi


Dengan Minum Obat
1. Orientasi
a) Salam terapeutik
“ Selamat pagi, Mas?”. “ masih ingat nama saya ? Bagus!”.
b) Evaluasi/ Validasi
“ Bagaimana perasaan Mas saat ini ? apakah ada suara- suara yang
didengar dan belum diceritakan kemarin?“ “apakah sudah diterapkan
cara menghardik?“ “Coba mas praktkan lagi“
c) Kontrak
1) Topik
“Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap
tentang cara kedua untuk mengendalikan halusinasi yang Mas
alami?” , “ Bagaimana setuju?”
2) Tempat
“ Kita bercakap-cakap diruang makan saja ya!”.
3) Waktu
“Mas mau berapa lama kita bercakap-cakap ?”. “15 menit,
baiklah”.
2. Kerja
“Kemarin Mas sudah menceritakan tindakan yang dilakukan ketika
suara-suara tersebut muncul dan sudah mempelajari cara menghardik kan?
Bagaimana apakah dapat mengurangi/menghilangkan suara- suara yang
Mas dengar?” ooooo. begitu!”. “Kalau begitu sesuai kontrak kemarin,
saya akan memberitahu cara kedua yang dapat dilakukan ketika suara-
suara tersebut muncul ?”. “ Bagaimana?” “ Oke cara yang kedua dengan
minum obat tepat waktu, tepat obat, tepat pasien, tepat cara minum, dan
tepat dosis. Untuk obatnya akan saya jelaskan satu per satu ya ?”. Mas
sudah dapat obat dari ibuk Perawat belum? Mas Joko perlu meminum obat
ini secara teratur agar pikiran jadi tenang, dan tidurnya juga menjadi
nyenyak.“ Jadi yang warnanya orange ini namanya CPZ atau
chlorponazin, gunanya untuk mempermudah Mas tidur sehingga dapat
istirahat, minumnya dua kali sehari pagi hari dan siang hari, pagi jam
07:00 dan siang jam 13.00 WIB. Efek sampingnya badan terasa lemas,
keluar ludah terus menerus”.
“Nah, yang ini, namanya HPD atau haloperidole, karena Mas dapat
yang 5 mg maka warnanya jambon atau ping. Cara dan waktu minumnya
sama dengan CPZ, dua kali sehari gunanya obat ini untuk menghilangkan
suara-suara yang Mas dengar, selain dapat juga membuat Mas tambah
rilex, santai dan dapat mengontrol emosi, efek sampingnya badan menjadi
kaku terutama tangan dan kaki, mulut kering dan dada berdebar-debar dan
tremor”.
“Tapi Mas jangan khawatir, ada penangkalnya, maka diberikan obat
yang putih agak besar ini. Ini namanya Triheksipenidile atau THP,
fungsinya obat ini menetralkan atau menghilangkan efek samping yang
tidak mengenakkan tadi makanya obat ini harus diminum bersama dengan
obat CPZ dan HPB”.
3. Terminasi
a) Evaluasi Subyektif
“ Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang jenis dan
manfaat obat yang Mas minum setiap hari ?”
b) Evaluasi Obyektif
“ Coba sebutkan kembali jenis obat yang Mas minum, dan ambilkan
yang namanya HPD dan seterusnya, sebutkan manfaatnya sekalian
Bagus, di ingat-ingat ya ? “
c) Rencana Tindak Lanjut
“Jadwal minum obatnya sudah kita buat yaitu 07:00, 13:00 dan 19:00
pada jadwal kegiatan mas. Nah sekarang kita masukan kedalam
jadwal minum obat yang telah kita buat tadi ya mas. Jangan lupa
laksanakan semua dengan teratur ya mas.
d) Kontrak
1) Topik
Baik lah mas bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk
melihat manfaat minum obat dan berlatih cara untuk mengontrol
halusinasi yang ketiga yaitu bercakap-cakap dengan orang lain.
apakah mas bersedia?
2) Tempat
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap diteras saja?” setuju!”
3) Waktu
“Berapa lama kita akan bercakap-cakap ?’. “ 10 menit saja ya”.
PERTEMUAN 3
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Klien sudah mengetahui dua cara (menghardik dan minum obat) yang
dapat digunakan untuk memutus atatu menghilangkan halusinasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
3. Tujuan khusus
Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain
4. Tindakan Keperawatan
a) Evaluasi ke jadwal harian
b) Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain.
c) Menganjurkan kepada klien agar memasukan kegiatan ke jadwal
kegiatan harian klien.

B. Strategi Pelaksanaan (SP) 3 : Mengajarkan Cara Mengontrol Halusinasi


Dengan Bercakap-Cakap
1. Orientasi
a) Salam terapeutik
“ Selamat pagi, Mas?”. “ masih ingat nama saya ? Bagus!”.
b) Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan mas hari ini? Apakah Halusinasinya masih
muncul? Apakah mas telah melakukan dua cara yang telah kita
pelajari untuk menghilangkan suara-suara yang menganggu? Coba
saya lihat jadwal kegiatan harian mas? bagus sekali mas, sekarang
coba lihat obatnya. Ya bagus mas Joko minum obat dengan teratur
jam 07:00, 13:00 dan 19:00 dan latihan menghardik suara-suara juga
dilakukan dengan teratur.
Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan dua cara tadi
suara-suara yang mas dengarkan berkurang? Coba sekarang
praktekkan cara menghardik suara-suara yang telah kita pelajari. Coba
ceritakan perbedaan minum obat secara teratur dengan yang dulu tidak
teratur? Dan jelaskan kembali pada saya cara minum obat dengan
benar. Bagus sekali mas.
c) Kontrak
1) Topik
Baiklah mas sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan belajar
cara ketiga dari empat cara mengendalikan suara-suara yang
muncul yaitu bercakap-cakap dengan orang lain, Apakah
bersedia?
2) Tempat
“ Kita bercakap-cakap diruang Keperawatan saja ya!”.
3) Waktu
“Mas mau berapa lama kita bercakap-cakap ?”. “15 menit,
baiklah”.
2. Kerja
Begini ya mas, cara ketiga yaitu dengan bercakap-cakap, caranya
adalah jika mas mulai mendengar suara-suara, langsung saja mas cari
teman untuk diajak berbicara. Minta teman W untuk berbicara dengan
mas. contohnya begini mas: tolong berbicara dengan saya.. saya mulai
mendengar suara-suara. Ayo kita ngobrol dengan saya! Atau mas minta
pada ibu perawat untuk berbicara dengannya seperti “ buk tolong berbicara
dengan saya karena saya mulai mendengar suara-suara:. Coba mas
praktekkan, bagus sekali mas.
3. Terminasi
a) Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan mas setelah kita berlatih tentang cara mengontrol
suara-suara dengan bercakap-cakap.
b) Evaluasi Obyektif
Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara?
Coba sebutkan! Bagus sekali mas. Mari kita masukan kedalam jadwal
kegiatan harian ya mas.
c) Rencana Tindak Lanjut
Berapa kali mas akan bercakap-cakap. Ya dua kali mas. jam berapa saja
mas? baiklah mas jam 09:00 dan 16:00. Jangan lupa mas lakukan cara
yang ketiga agar suara-suara yang mas dengarkan tidak mengganggu
mas lagi
d) Kontrak
1) Topik
Baiklah mas bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang
tentang manfaat bercakap-cakap dan berlatih cara keempat untuk
mengontrol suara-suara atau halusinasi mas yaitu dengan cara
melakukan kegiatan aktivitas fisik, apakah W bersedia?
2) Tempat
“ Bagaimana kalau kita bercakap-cakap ditaman ?”, setuju!”.
3) Waktu
“ Mau berapa lama ? “ bagaimana kalau 10 menit saja ?”.
PERTEMUAN 4
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Klien sudah mengetahui tiga cara (menghardik, minum obat, dan bercakap-
cakap) yang dapat digunakan untuk memutus atatu menghilangkan halusinasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
3. Tujuan Khusus
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan.
4. Tindakan keperawatan
a) Evaluasi jadwal kegiatan harian.
b) Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan
yang mampu klien lakukan.
c) Menganjurkan klien memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan sehari-hari
klien.

B. Strategi Pelaksanaan (Sp) 4 : Mengajarkan Cara Mengontrol Halusinasi


Dengan Cara Melakukan Aktivitas
1. Orientasi
a) Salam Terapeutik
“ Selamat pagi Mas?” masih ingat nama saya ? Bagus !
b) Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan mas hari ini? Apakah masih ada halusinasinya?
Apakah mas telah melakukan tiga cara yang telah dipelajari untuk
menghilangkan suara-suara yang menganggu? Coba saya lihat jadwal
kegiatan hariannya? Bagus sekali mas, mas minum obatnya dengan
teratur, latihan bercakap-cakap dengan teman dan perawat juga dilakukan
dengan teratur. Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan ketiga
cara tadi suara-suara yang mas dengarkan berkurang? Bagus sekali mas,
dengan suara-suara itu sudah tidak menganggu mas lagi. Coba sekarang
mas praktekkan lagi bagaimana cara menghardik suara-suara yang telah
kita pelajari dan jelaskan kembali pada saya 6 cara minum obat yang
benar dan dengan siapa mas bisa bercakap-cakap. Bagus sekali mas, mas
sudah bisa mempraktekkannya.
c) Kontrak
1) Topik
Baiklah mas sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan latihan cara
yang muncul yaitu melakukan aktivitas fisik yaitu membersih kamar
tujuannya kalau mas sibuk maka kesempatan muncul suara-suara
akan berkurang. Apakah bersedia?
2) Tempat
“ Bagaimana kalo kita bercakap-cakap di taman saja, biar lebih santai
“.
3) Waktu
“Berapa lama kita akan bercakap-cakap ? bagaimana kalau 15 menit”
2. Kerja
Baiklah mari kita merapikan tempat tidur. Tujuannya agar mas dapat
mengalihkan suara yang didengar. Dimana kamar tidur mas? nah kalau kita
akan merapikan tempat tidur, kita pindahkan dulu bantal, guling dan
selimutnya. Bagus sekali sekarang kita pasang sepraynya lagi, kita mulai dari
arah atas.. ya sekarang bagian kaki, tarik dan masukkan, lalu bagian pinggir
dimasukkan. Sekarang ambil bantal dan letakkan dibagian atas kepala
selanjutnya kita lipat dan rapikan selimutnya dan letakkan dibawah kaki.
Bagus sekali mas. Mas dapat melakukannya dengan baik dan rapi.
3. Terminasi
a) Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan mas setelah kita membereskan tempat tidur apakah
selama kegiatan berlangsung, apakah suara-suara itu datang? O bagus
sekali mas jadi selama latihan suara-suara itu tidak ada ya mas.
b) Evaluasi Obyektif
Nah sekarang coba ulangi langkah-langkah yang tadi telah kita lakukan!
c) Kontrak
“Bagaimana kalau kapan-kapan kita bercakap-cakap lagi dengan topik
yang lain?”
d) Rencana Tindak Lanjut
“Jangan lupa untuk melakukan aktivitas yang mas sukai ya, agar mas bisa
segera sembuh dari halusinasi mas ya!”. Oh ya jika ada yang belum jelas
Mas bisa tanyakan kembali pada perawat ya!.” (Wijayaningsih, 2015).
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal MRS : 26 Desember 2019


Tanggal Dirawat Di Ruangan : 26 Desember 2019
Tanggal Pengkajian : 31 Desember 2019
Ruang Rawat : Merpati

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.S
Umur : 20 Tahun
Alamat : Jabung Malang
Pendidikan : Tidak Tamat SD
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Jenis Kelamin : Laki-laki
No CM : 115770

II. ALASAN MASUK


a. Data Primer :
Pasien mengatakan pasien dibawa ke RSJ karena memukul kucing, pasien
juga memukul ayahnya tanpa sebab. Pasien mengatakan mendengar bisikan
mengajak berzina, pasien suka marah marah
b. Data Sekunder :
Perawat membacakan rekam medis bahwa Tn.S sering marah-marah dan
sering mendengar bisikan mengajak berzina
c. Keluhan utama saat pengkajian :
Pasien mengatakan melihat kuyang setiap waktu siang dan malam dan
mendengar bisikan mengajak berzina

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG dan FAKTOR PRESIPITASI


Pasien marah-marah dirumah ± selama 3 hari, berbicara sendiri, tiba-tiba
memukul ibunya tanpa sebab. Setelah itu Tn.S dibawa ke RSJ oleh ayahnya, dan
tidak bisa tidur selama 2 hari.
IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ?
Pasien mengatakan pernah ke RSJ sebelumnya tanggal 12 oktober 2019
selama satu bulan
2. Faktor penyebab/pendukung :
a. Riwayat Trauma
Pasien mengatakan pernah melakukan kekerasan pada ayah dan ibunya
pada umur 20 tahun karena halusinasinya
Diagnosa Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
b. Pernah melakukan upaya/percobaan/bunuh diri
Pasien mengatakan tidak pernah melakukan upaya/percobaan bunuh diri
Diagnosa Keperawatan : -
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan,
kematian, perpisahan)
Pasien mengatakan pernah sakit hati karena putus cinta
Diagnosa Keperawatan : Berduka Disposinal
d. Pernah mengalami penyakit fisik (Termasuk gangguan tumbuh kembang)
Pasien mangatakan pernah kejang saat pertama masuk RSJ
Diagnosa Keperawatan : -
e. Riwayat penggunaan NAPZA
Klien mengatakan bahwa klien bahwa tidah pernah mengonsumsi obat-
obatan NAPZA
Diagnosa Keperawatan :
3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya
Pasien mengatakan bahwa keluarga sudah berupaya untuk melakukan
pengobatan terkait kondisi yang dialami klien. Keluarga membawa pasien
berobat ke RSJ Lawang.
Diagnosa keperawatan : Regimen terapeutik inefektif
4. Riwayat penyakit keluarga
Menurut status dan menurut klien : tidak ada anggota keluarga klien yang
mengalami gangguan jiwa.
Diagnosa keperawatan : -
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (sebelum dan sesudah sakit)
1. Genogram
X X X X

Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: meninggal
: menikah

Jelaskan :
Pasien adalah anak pertama dari dua bersaudara. Pasien tinggal serumah
dengan ibu ayah dan adiknya yang bernama putra. Pasien sejak kecil diasuh
oleh kedua orang tuanya. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa. Komunikasi dengan keluarganya baik.
Diagnosa Keperawatan : -
2. Konsep diri
a. Citra tubuh :
Pasien mengatakan bahwa pasien menyukai tubuhnya. Pasien menyukai
semua anggota tubuh karena memiliki fungsinya masing-masing
b. Identitas :
Pasien mengenal dan mengetahui namanya, oarang tua, adik dan pasien
mengetahui alamat rumahnya.
DS : saya laki-laki, nama saya Tn.S, ayah saya bernama Tn.R, ibu saya
bernama Ny.S dan adik saya bernama Tn.J rumah saya di Jabung
Malang
c. Peran :
Saat dirumah : pasien melakukan kegiatan sehari hari secara mandiri
seperti makan, mandi, minum. Dirumah pasien suka
membantu ayahnya dan bermain dengan adiknya.
Saat di RSJ : pasien lebih suka diam
d. Ideal diri :
Pasien mengatakan ingin cepat pulang, pasien lebih suka dirumah dari
pada di RSJ. Pasien ingin menjadi tentara setelah keluar dari RSJ
e. Harga diri:
Pasien mengatakan motivasi rendah untuk sembuh, pasien malu
berinteraksi dengan yang lain lebih suka diam diri, kontak mata kurang
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Pasien mengatakan orang terdekatnya adalah adiknya, pasien suka
bercerita dan bermain dengan adiknya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan social
Pasien mondar mandir berinteraksi dengan beberapa orang, pasien
mencari kesibukan sendiri jalan-jalan daripada diam berkumpul dengan
temannya yang lain.
c. Hambatan hubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan jarang bermunikasi dengan pasien lain. Pasien malu
dengan orang lain
Diagnosa keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan beragama islam, dan mengatakan sholat saat
dirumah.
b. Kegiatan ibadah
Pasien tidak beribadah sejak berada di RSJ
Diagnosa keperawatan : Hambatan pemenuhan spiritual

VI. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum :
Keadaan umum baik
2. Kesadaran
GCS : 4 5 6
Composmentis
Keterangan : 4 = Respon mata terbuka spontan tanpa perintah/sentuhan
5 = Respon verbal mampu menjawab pertanyaan yang diberikan
6 = Respon motorik dapat melakukan gerakan sesuai perintah

3. Tanda vital
TD : 110/80 mmHg
N : 82x/menit
S : 35,1 C
RR : 21x/menit
4. Ukur
BB : 67 kg
TB : 170 cm
5. Keluhan fisik
Jelaskan :
Pasien mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan
Diagnosa Keperawatan : -

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan (penampilan usia, cara perpakaian, kebersihan )
Jelaskan :
Pasien kebersihan kurang, pasien melakukan personal hygiene kalau
disuruh oleh perawat. Penampilan pasien tidak rapi, pasien berganti
pakaian setiap 2 hari sekali, pasien menyikat gigi setiap pagi, mandi setiap
pagi dan sore
Diagnosa keperawatan : Defisit Perawatan Diri
2. Pembicaraan (frekuensi, volume, jumlah, karater) :
Jelaskan :
Pasien berbicara dengan suara kecil, hanya berbicara sesuai jawaban dari
penyataan, saat berbicara mata pasien tidak fokus
Diagnosa keperawatan : -
3. Aktifitas motorik /psikomotor :
Kelambatan hipokinesia,hipoaktifitas Dari hasil observasi diruangan pasien
terlihat diam
Diagnosa keperawatan : -
4. Mood dan afek
a. Mood
Ketakutan : pasien mengatakan ketakutan, pasien selalu dilihatkan oleh
bayang-bayang kuyang, pasien dibisikan suara mengajak berzina.
b. Afek
Afek pasien Labil, dibuktikan dengan pasien terkadang tertawa saat
diajak bicara, tapi setelah itu diam dengan ekspresi datar
Diagnosa Keperawatan : -
5. Interaksi selama wawancara
Pasien kurang kooperatif, kontak mata pasien kurang/tidak fokus.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Intekraksi Sosial
6. Persepsi sensori
a. Halusinasi
(√) Pendengaran
(√) Penglihatan
( ) Perabaan
( ) Pengecapan
( ) Penciuman
b. Ilusi
( ) Ada
( ) Tidak ada
Jelaskan :
Pasien mengatakan mendengar bisikan yang mengajak zina dan melihat
kuyang siang dan malam hari. Halusinasi muncul saat pasien diam
sendirian ± 2 menit, pasien ketakutan saat halusinasinya muncul
Diagnosa Keperawatan : Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
Pendengaran dan Penglihatan
7. Proses pikir
a. Arus pikir
Perkataan pasien dapat dimengerti dengan baik oleh perawat, selama
interaksi berlangsung dapat diketahui bahwa pembicaraan sudah terarah.
Pasien menyadari bahwa dirinya berada di RSJ, pasien mampu
mengingat nama temannya di RSJ yang sudah diajak berkenalan,
orientasi waktu dan tempat.
b. Isi pikir
Pikiran Rendah diri : Pasien mengatakan malu karena tidak bisa
berkerja.
c. Bentuk pikir
Klien terkadang berbicara tidak sesuai dengan realita / kenyataan yang
ada.
Diagnosa keperawatan : -
8. Kesadaran
a. Orentasi waktu (waktu, tempat, orang)
Jelaskan :
Waktu : baik, dibuktikan dengan klien bisa menjawab hari dan tahun
Tempat : baik, dibuktikan dengan klien menjawab sekarang berada di
RSJ Lawang
Orang : baik, dibuktikan dengan pasiaen mengenal ibu ayah dan adiknya
Diagnosa keperawatan : -
9. Memori
a. Gangguan daya ingat jangka panjang ( >1 bulan ) √
b. Gangguan daya ingat jangka menangah (24 jam - < 1 bulan
c. Gangguan daya ingat pendek (kurun waktu 10 detik – 15 menit)
Jelaskan :
a. Pasien menceritakan tentang pengalamannya saat sebulan sebelum
masuk RSJ
b. Pasien mengingat saat masuk RSJ Lawang pada tanggal 25
November 2019.
c. Pasien mengingat tadi pagi makan dengan lauk, tempe, dan sayuran.
Diagnosa keperawatan : -
10. Tingkat Konsentrasi dan berhitung :
a. Konsentrasi
Pasien mudah beralih saat diwawancarai
b. Berhitung
Jelaskan :
Klien bisa berhitung degan lancar dan benar, bisa berhitung 1-10
4+9= 13
2x3= 6
6-4= 2
Diagnosa keperawatan : -
11. Kemampuan Penilaian
Pasien mengatakan dapat mengambil keputusan setelah diberi penjelasan.
DS : saya diam, nanti suara itu akan pergi
Diagnosa keperawatan : -
12. Daya tilik diri
Pasien tahu kalau pasien mengalami gangguan jiwa dan berada di RSJ
DS : P : “ mas memang sakit apa dan sekarang ini mas ada dimana?“
K : “ saya gangguan jiwa mbak, ini di RSJ “
Diagnosa keperawatan : -

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Perawatan kesehatan, transportasi, tempat tinggal.
Pasien mengatakan ingin memeriksa kesehatannya diantar oleh keluarga
ketika pulang dijemput ayah, tempat tinggal di malang
2. Kegiatan hidup sehari – hari
a. Perawatan diri
1) Mandi
Pasiaen mengatakan setiap hari mandi 2x sehari menggunakan sabun
dan menggosok gigi .
2) Berpakaian, berberhias dan berdandan
Pasien berpakaian tanpa bantuan, rapi, baju dan celana tidak terbalik
3) Makan
Pasien mampu makan tanpa bantuan sebanyak 3x sehari, porsi selalu
dihabiskan dan mampu membersihkan alat-alat makan setelah
menggunakannya
4) BAK / BAB
Pasien mampu memenuhi kebutuhan BAK dan BAB dikamar mandi
secara mandiri
Diagnosa keperawatan : -
b. Nutrisi
Berapa frekuensi makan dan frekuensi kudapan dalam sehari :
Jelaskan :
Pasien mengatakan frekuensi makan 3x sehari, 1 porsi habis, frekuensi
minum 4-5 gelas dalam sehari
Bagaimana nafsu makannya
Jelaskan :
Nafsu makan baik, makan habis 1 porsi
Bagaimana berat badannya :
Pasien mengatakan berat badannya tetap saat di RSJ 67 kg
c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama : 13.00 – 15.00 WIB
Tidur malam, lama : 21.00 – 04.30 WIB
Aktifitas sebelum/sesudah tidur : Menonton tv
Jelaskan :
Pasien mengatakan kalau malam terbangun mendengar bisikan
mengajak berzina dan melihat kuyang
2) Gangguan tidur
Pasien terbangun tengah malam.
Diagnosa keperawatan : -
3. Kemampuan lain – lain
- Pasien mengatakan bahwa kebutuhan hidupnya ditanggung oleh kedua
orang tuanya dan anggota keluarga yang lainnya dikarenakan Klien tidak
bekerja.
- Klien belum mampu dalam membuat maupun mengambil keputusan dan
Klien mengatakan jika dirinya nurut dan pasrah saat dibawa ke RSJ
Lawang oleh ayahnya.
Diagnosa keperawatan : -
4. Sistem pendukung
Jelaskan :
Klien mengatakan jika sudah diperbolehkan pulang dari RSJ, Klien akan
rajin kontrol ke puskesmas/RSJ Lawang. Yang mendukung perawatan
lanjutan Klien adalah keluarga dan dokter serta perawat yang selalu merawat
dan mengobati penyakitnya.
Diagnosa keperawatan : -

IX. MEKANISME KOPING


Jelaskan :
Klien mengatakan ketika menghadapi suatu masalah Klien sering marah-marah.
Diagnosa keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


a. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya :
Klien mengatakan bahwa dirinya lebih suka diam, dan hanya berinteraksi
dengan temannya kalau penting.
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya :
Klien mengatakan bahwa tidak ada masalah dengan lingkungannya.
b. Masalah dengan pendidikan, spesifiknya :
Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak tamat SD.
c. Masalah dengan pekerjaannya, spesifiknya :
Pasien mengatakan tidak bekerja.
d. Masalah dengan perumahannya, spesifiknya :
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga sangat baik, pasien tinggal
serumah dengan adik, ayah dan ibunya
e. Masalah dengan ekonominya, spesifiknya :
Pasien mengatakan perekonomiannya saat ini sudah cukup.
f. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya :
Pasien menceritakan bahwa dirinya dan keluarganya dulu jarang
memeriksakan kesehatan di pelayanan medis
g. Masalah lainnya, spesifiknya :
Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah perokok.
Diagnosa keperawatan : -

XI. ASPEK PENGETAHUAN


Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang
kurang tentang suatu hal ?
Bagaimana pengetahuan klien/keluarga saat ini tentang penyakit/gangguan
jiwa, perawatan dan penatalaksanaannya faktor yang memperberat masalah
(presipitasi), obat-obatan atau lainnya. Apakah perlu diberikan tambahan
pengetahuan yang berkaitan dengan spesifiknya masalah tsb.
Jelaskan :
Klien mengatakan bahwa tidak mengenali penyakitnya dengan pasti. Saat Klien
ditanya apakah klien mengetahui saat ini sakit apa, klien mengatakan “ya pokok
saya sering marah-marah dan memukul ibunya”. Klien memiliki sistem
pendukung yaitu keluarga khususnya orang tuanya yang selalu memberi
dukungan untuk berobat supaya bisa sembuh dari penyakitnya.
Diagnosa Keperawatan : -

XII ASPEK MEDIS


1. Diagnosa Medis
F06. 8 Gangguan Mental Organik

2. Diagnosa Muti Axis


Axis I : Gangguan mental organik
Axis II : Tidak ada
Axis III : G40. Epilepsi
Axis IV : Masalah dengan primary group
Axis V : 60-51

3. Terapi Medis
a. Resperidon 2 mg 1-0-1
b. Klobazom 10 mg 0-0-1
c. Depakote 250 mg 1-0-1

XII. ANALISA DATA


DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN
1 DS : Gangguan sensori persepsi:
a. Pasien mengatakan sering mendengar halusinasi pendengaran dan
bisikan suara mengajak zina. penglihatan
b. Pasien mengatakan melihat kuyang
c. Pasien juga mengatakan suara dan
kuyang muncul selama ± 2 menit
setiap sore dan malam.
DO :
a. Pasien suka berdiri di dekat jendela
b. Pasien bingung
c. Pasien suka mondar mandir
2 DS : Pasien mengatakan bahwa klien Resiko Perilaku Kekerasan
pernah memukul kucing dan ayahnya
DO :
a. Tatapan tajam
b. Pasien bingung
c. Mengepalkan tangan
3 DS : Pasien mengatakan mandi 2x sehari Defisit Perawatan Diri
kalau disuruh pasien, sikat gigi 1x sehari
pagi hari.
DO :
a. Gigi pasien kuning
b. Kuku kotor
4 DS : Pasien mengatakan lebih suka Harga Diri Rendah
sendiri, pasien malu berinteraksi dengan
pasien yang lain
DO :
Pasien menjawab dengan menunduk,
mata tidak fokus
5 DS : Gangguan Pemeliharaan
a. Selama di RSJ pasien tidak sholat Spiritual
DO :
a. Pasien tidak sholat ataupun
melakukan kegiatan ibadah yang lain
6 DS : Isolasi Sosial
a. Pasien mengatakan malas
berkomunikasi dengan temannya
saat di ruang kakak tua.
b. Pasien mengatakan lebih memilih
tidur daripada berkomunikasi dengan
temannya
DO :
a. Pasien murung, diam
b. Pasien malas berkomunikasi
7 DS : Pasien mengatakan ketika Koping Individu tidak
menghadapi suatu masalah, pasien efektif
sering menghindar, ditinggal tidur dan
terkadang marah-marah kepada anggota
keluarga yang lain
DO :
a. Pasien menyendiri
b. Kontak mata tidak terlalu fokus saat
berbicara

XIII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran
2. Risiko Bunuh Diri
3. Ketidakmampuan menolak keinginan menggunakan zat kembali
4. Regimen Terapeutik Inefektif
5. Harga Diri Rendah
6. Isolasi Sosial
7. Koping Individu Tidak Efektif

XIV. POHON MASALAH


Risiko perilaku kekerasan Effect

Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran Core Problem

Isolasi sosial Cause

Harga diri rendah Cause

Koping Individu Tidak Efektif Cause

XV. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi

Lawang, Desember 2019


Perawat yang mengkaji

..........................................
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

Nama : Kelompok 2 Ruang : Merpati

No CM : 115770 Unit :

Tgl Dx Perencanaan
Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
10 Gangguan Tum : Setelah 1x interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan : Bina hubungan saling
Des persepsi sensori Klien dapat menunjukkan tanda-tanda - Memberi salam pada setiap kali percaya mempermudah
2019 : Halusinasi mengontrol percaya pada perawat : berinteraksi dalam melakukan asuhan
halusinasinya yang 1. Ekspresi wajah - Tanya dan panggil nama kesukaan keperawatan.
dialaminya. bersahabat pasien
2. Menunjukkan rasa - Tunjukkan sikap simpati, jujur dan
Tuk 1 : senang menepati janji setiap kali berinteraksi
Klien dapat 3. Kontak mata baik - Tanyakan perasaan pasien dan
membina hubungan 4. Mau berjabat tangan masalah yang sedang di hadapi klien
saling percaya. 5. Bersedia menceritakan - Penuhi kebutuhan dasar klien
perasaan dan
mengungkapkan
masalahnya.
Tuk 2 : Setelah 1x interaksi klien dapat 2. Diskusikan dengan klien. Untuk menentukan jenis
Klien dapat menyebutkan - Halusinasi apa yang klien rasakan, halusinasi yang dialami
mengendalikan 1. Isi pendengaran, penglihatan, perabaan, pasien.
halusinasinya. 2. Frekuensi pengecapan, atau penciuman
3. Waktu - Kapan waktu munculnya halusinasi
4. Situasi/keadaan yang - Seberapa sering halusinasi yang
menimbulkan datang kepadanya
halusinasinya - Dalam situasi seperti apa
5. Perasaan saat halusinasi halusinasinya datang
mengganggu. - Bagaimana perasaan

Setelah 1x interaksi klien


Tuk 3 : mampu menyebutkan cara 3. Jelaskan pada pasien cara-cara Dengan mengontrol
Klien dapat mengontrol halusinasinya : mengontrol halusinasinya halusinasi diharapkan
menyebutkan cara 1. Menghardik - Menghardik, melawan bahwa klien mampu untuk cepat
mengontrol 2. Obat-obatan halusinasinya tidak nyata sehat kembali.
halusinasinya. 3. Bercakap-cakap - Bercakap-cakap dengan orang lain
4. Aktivitas kegiatan sehari- - Mengalihkan halusinasinya dengan
hari. beraktivitas kegiatan sehari-hari

Setelah 1x interaksi klien


Tuk 4 : mampu mengontrol 4. Jelaskan pada klien cara menghardik Dengan mengontrol
Klien dapat halusinasinya dengan cara - Membantu dan melatih klien dalam halusinasi dengan cara
mengontrol dengan menghardik. melaksanakan praktik menghardik menghardik diharapkan
cara menghardik untuk melawan halusinasinya. suara-suara yang sering
- Beri pujian saat klien mampu dan klien dengar dapat
dapat memperlihatkan cara hilang.
menghardik
- Jelaskan kapan cara menghardik
dilakukan.

Tuk 5 : 5. Bantu klien untuk memasukkan cara


Klien dapat Setelah 1x interaksi klien dapat menghardik pada jadwal klien. Dengan memasukkan
memasukkan pada memasukkan pada jadwal - Bantu dan pantau klien dalam latihan ke dalam jadwal
jadwal harian kegiatan harian melaksanakan praktek mengontrol harian diharapkan pasien
1. Membuat catatan halusinasinya dengan bercakap- mampu mengontrol
kegiatan cakap dengan orang lain halusinasinya dan
- Ajarkan klien mengikuti TAK terlebih lagi bisa
orientasi realita membuat jadwal menghilangkan
latihan bercakap-cakap halusinasinya.
- Ajarkan klien berkenalan dengan
orang lain.
DOKUMENTASI HASIL ASUHAN KEPERAWATAN

TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI


SP 1 S : pasien mengatakan suara bisikan yang
1. Membina hubungan saling percaya tidak berarti (kamu bodoh) bisikan
2. Mengetahui halusinasi (16.00) terdengar sewaktu-waktu dan saatb tidak
3. Mengontrol dengan menghardik, melakukan apa-apa, ketika muncul
minum obat, bercakar-cakap, bisikan pasien merasa gelisah dan
melakukan kegiatan jengkel
4. Memasukkan ke jadwal harian 1 hari
O : pasien terkadang melamun, dan pasien
sering menyendiri dan sering berbicara

A : pasien mampu BHSP

P : pertahankan hubungan saling percaya


dengan klien
- Evaluasi cara menghardik
- Lamjut SP 2
SP 2
1. Mengevaluasi SP 1
2. Melatih cara mengontrol halusinasi S : 1. Pasien mengatakan “ iyasaya bisa”
dengan melakukan kegiatan harian pergi kamu jangan ganggu saya kamu
tidak nyata

O : pasien mampu memperagakan cara


mengontrol halusinasinya dengan baik

A : pasien mampu menyebutkan cara


mengontrol halusinasinya dengan cara
menghardik
SP 3 :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian P : lanjut SP 3
2. Melatih klien mengendalikan - Mengontrol halusinasinya dengan
kegiatan (kegiatan yang bisa bercakap-cakap.
dilakukan di rumah)
3. Menganjurkan klien memasukkan S : klien mengatakn masih ingat cara
dalam jadwal kegiatan mengontrol jika halusinasinya datang
dengan melakukan kegiatan seperti
merapikan tempat tidur.

O : klien mampu mempraktekkan cara


menghardik jika halusinasinya datang
A:
1. Klien mampu mengendalikan
halusinasinya dengan melakukan
kegiatan.
2. Klien mampu memasukkan
jadwal kegiatan
3. SP 1,2,3 tercapai

SP 4 : P : lanjut SP 4
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian - Evaluasi klien cara mengontrol
klien. halusinasi dengan melakukan
2. Memberikan pendidikan kesehatan aktivitas.
tentang penggunaan obat teratur
3. Mengajarkan klien memasukkan dala
jadwal harian. S : klien mengatakan sudah minum obat
yang diberikan perawat secara teratur dan
mengerti fungsi obat yang di berikan.

O : klien tenang
- Klien terlihat meminum obat
sebelum makan

A : SP 1,2,3 tercapai

P : mengulang SP 1-4
Ajarkan klien untuk memperagakan cara
mengontrol halusinasinya dengan minum
obat.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari : Sabtu, 04 Januari 2020

Pertemuan ke 1

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara seperti yang mengajak
berzina dan melihat kuyang
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran dan penglihatan
3. Tujuan Khusus ( TUK )
1) Membina hubungan saling percaya
2) Pasien mampu mengontrol halusinasinya
4. Tindakan Keperawatan
1) Melatih pasien mengenali halusinasinya

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Selamat sore pak ! perkenalkan nama saya nanang qosim, bisa dipanggil
nanang, saya dari Stikes dr.Soebandi Jember, bapak namanya siapa ?
Evaluasi/validasi
Perasaan bapak sekarang bagaimana pak ? apa bapak masih mendengar
suara-suara ?
Kontrak : Pak, bagaimana kalau hari ini kita mengobrol tentang suara-
suara yang sering bapak dengar namun tidak ada wujudnya
pak ?
Topik : Bagaimana kalau hari ini kita ngobrol-ngobrol tentang
suara-suara yang sering bapak dengar namun tidak ada
wujudnya pak ?
Waktu : Waktunya 15 menit pak, apakah bapak bersedia ?
Tempat : tempatnya dimana pak ? apakah didalam atau diluar rungan
? bagaimana kalau diluar ruangan saja didepan teras ?
b FASE KERJA
Apakah bapak mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya ? saya
percaya bapak bapak mendengar suara-suara itu namun saya tidak
mendengarnya pak. Kapan suara-suara itu terjadi pak ? pagi, siang, sore atau
malam ? bapak mendengar suara itu jarang atau sering pak berapa kali bapak
mendengar suara-suara itu ? kira-kira kalau sudah mendengar suara itu
apakah lama atau hanya sebentar ? apa yang menyebabkan suara-suara itu
muncul pak ? apa dan bagaimana perasaan bapak saat mendengar suara-
suara itu ?
c FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif ( klien )
Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang dari tadi ?
Evaluasi Obyektif ( Perawat )
Setelah kita dari awal mengobrol tadi, bapak sudah bisa menyebutkan
isi, frekuensi, waktu dan siasi serta perasaan bapak pada saat mendengar
suara-suara yang tidak ada wujudnya.
2. Rencana Tindakan Lanjut
Nah, bagaimana kalau besok kita mengobrol lagi tentang cara
menghardik atau mengusir halusinasi yang bapak alami ?
3. Kontrak Yang Akan Datang
Topik : pak, besok kita bertemu lagi dan mengobrol tentang
mengontrol suara-suara yang sering ba[pak dengar dengan
cara menghardik atau mengusir suara-suara yang bapak alami
?
Waktu : Waktunya menyesuaikan ya pak besok akan saya panggil
bapak lagi
Tempat : Untuk tempatnya bisa disini lagi atau bisa kita tentukan
besok ya pak
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama: Tn. S Ruang: Merpati No. RM: 115770

No Tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI


DX & Jam KEPERAWATAN
1. 10 Des 1. Bina hubungan saling percaya. S:
2019 “pagi mas”
a. Beri salam sebelum “nama saya Tn.S”
berinteraksi “saya mendengar suara mengajak
b. Perkenalkan nama dan tujuan berzina dan melihat kuyang”
berinteraksi “jarang mas”
c. Tanya dan panggil nama “saya tidak tau mas tiba-tiba
kesukaan berinteraksi muncul ”
d. Tunjukkan sikap empati jujur “hanya sebentar mas”
dan menepati janji setiap “ya saya kesal mas tapi saya
berinteraksi tahan”
e. Tanyakan perasaan klien dan “iya mas”
masalah yang dihadapi klien
f. Penuhi kebutuhan dasar klien O:
- pasien lebih sering menunduk
2. Diskusikan dengan klien. - pasien melihat tangan perawat
ketika perawat nulis
a. Halusinasi apa yang klien - kontak mata dengan perawat
rasakan : pendengaran,
penglihatan, perabaan, A:
pengecapan atau penciuman. - pasien mampu menjalin
b. apa isi halusinasinya hubungan saling percaya dengan
c. kapan waktu munculnya perawat
halusinasi - pasien mampu mengenali
d. seberapa sering halusinasi yang halusinasi
dialami datang
e. dalam situasi apa halusinasinya P:
muncul. - Lanjut masalah pasien untuk
mengontrol halusinasinya dengan
menghardik
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari : Senin, 06 Januari 2020

Pertemuan ke 2

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara seperti yang mengajak
berzina dan melihat kuyang.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran dan penglihatan
3. Tujuan Khusus ( TUK )
3) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
4. Tindakan Keperawatan
2) Membantu pasien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Selamat sore pak ! masih ingatkah dengan saya siapa ? “bagus betul
sekali pak”
2. Evaluasi/validasi
Perasaan bapak sekarang bagaimana pak ? sesuai kesepakat kemarin,
hari ini kita mengobrol dan memperagakan cara mengontrol suara-suara
yang sering mengganggu bapak dengan cara mengahardik ya pak
3. Kontrak
Topik : Hari ini kita belajar cara mengontrol dan mengusir suara-
suara yang sering mengganggu bapak dengan cara
menghardik ya pak
Waktu : Waktunya 10-15 menit pak, apakah bapak bersedia ?
Tempat : Tempatnya dimana pak ? bagaimana kalau ditaman saja
pak?

b FASE KERJA
Pak, hari ini kita belajar cara menghardik suara-suara yang sering bapak
alami, apakah bapak mau dan sudah siap pak ? baiklah kalau sudah siap
akan saya contohkan terlebih dahulu ya, nanti bapak ikuti dan peragakan
seperti cara yang sudah saya ajarkan ya pak ! “(perawat tutup telinga) pergi-
pergi saya tidak mau dengar,jangan ganggu aku, stop, pergi saya tidak mau
diganggu lagi !” bagaimana pak, apakah bapak bisa menggunakan cara yang
seperti saya ajarkan barusan ? kalau begitu coba sekarang bapak peragakan
cara yang barusan kita pelajari pak, “nah bagus” coba sekali lagi pak, “nah
bagus, nanti kalau bapak mulai mendengar suara-suara yang tidak ada
wujudnya bapak gunakan cara ini ya !”
c FASE TERMINASI
4. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif ( klien )
Bagaimana perasaan bapak setelah kita mempelajari cara mengontrol
dan mengusir suara-suara yang sering mengganggu bapak dengan cara
menghardik dari tadi ?
Evaluasi Obyektif ( Perawat )
“Setelah kita dari awal mengobrol tadi, bapak sudah bisa ya pak
mengontrol dan mengusir suara-suara yang mengganggu bapak dengan
cara menghardik”
5. Rencana Tindakan Lanjut
“Nah, bagaimana kalau besok kita mengobrol lagi tentang cara minum
obat yang baik dan benar ya pak, dan manfaat minum obat serta
kerugian tidak minum obat”
6. Kontrak Yang Akan Datang
Topik : Pak, besok kita bertemu lagi dan mengobrol mengenai cara
minum obat yang baik dan benar dan manfaat minum obat
serta kerugian tidak minum obat
Waktu : Waktunya menyesuaikan ya pak besok akan saya panggil
bapak lagi
Tempat : Untuk tempatnya bisa disini lagi atau bisa kita tentukan
besok ya pak
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama: Tn. S Ruang: Merpati No. RM: 115770

No Tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI


DX & Jam KEPERAWATAN
2. 11 Des 1. Jelaskan pada klien S:
2019 mengontrol halusinasi dengan “sore mas”
cara menghardik “Baik mas”
“iya mas saya mau”
a. Bantu dan pantau klien dalam “saya mau belajar cara itu”
melaksanakan praktek “tutup telinga sambil mengatakan
menghardik untuk melawan (pergi pergi aku ngga mau lihat
halusinasinya. kamu lagi, kamu itu palsu ! pergi
b. Beri pujian saat klien dapat jangan ganggu saya lagi)”
mempraktikkan cara menghardik. “Baik mas”
c. Jelaskan kapan cara “iya mas”
menghardik dilakukan.
O:
- kontak mata pasien keperawat
kurang
- pasien bisa memperagakan cara
menghardik halusinasinya

A:
- pasien mampu mengontrol
halusinasinya dengan cara
menghardik
P:
- Lanjutkan intervensi (Sp 2)
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari : Rabu, 08 Januari 2020

Pertemuan ke 3

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara seperti yang mengajak
berzina dan melihat kuyang.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi penglihatan dan pendengaran
3. Tujuan Khusus ( TUK )
1) Klien mengerti pentingnya penggunaan obat
2) Klien mengerti akibat bila obat tidak digunakan sesuai program atau
bila putus obat
3) Menjelaskan cara mendapatkan atau berobat
4) Menjelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar
4. Tindakan Keperawatan
1) Mengevaluasi SP 1
2) Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan 6 benar
3) Menjelaskan manfaat atau keuntungan minum obat dan kerugian
tidak minum obat

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Selamat sore pak ! masih ingatkah dengan saya? Nah bagus.
2. Evaluasi/validasi
Pak bagaimana perasaannya sekarang ? Apa suara-suara itu masih sering
mengganggu bapak? Apakah sudah dipakai cara-cara yang telah kita
latih dari kemarin? sesuai janji saya kemarin bahwa hari kita akan
belajar tentang manfaat dan kerugian jika tidak minum obat pak.
3. Kontrak
Topik : bagaimana kalau hari ini kita ngobrol-ngobrol tentang
manfaat dan kerugian obat pak ?
Waktu : waktunya 15 menit pak, apakah bapak bersedia ?
Tempat : tempatnya dimana pak ? apakah didalam atau diluar ruangan
?
b FASE KERJA
Pak, saya ingin bertannya, pada saat bapak minum obat adakah bedanya
dengan tidak minum obat? Obat yang diminum bapak warna apa aja?
Apakah saat selesai minum obat bapak masih sering mendengar suara-suara
yang tidak ada orangnya? Nah kalau begitu artinya, bapak sangat penting
minum obat supaya bapak merasa lebih tenang dan suara-suara yang bapak
dengar dan mengganggu bapak tidak muncul lagi. Ada berapa obat yang
bapak minum? Kalau pagi bapak minum obat apa dan warna apa? Kalau
sore berapa pak yang dimunum? Warna apa saja pak? Nah obat yang warna
putih namanya THP agar pikiran bapak rileks atau santai untuk yang warna
pink HLP agar pikiran jadi teratur Nah, kalau begitu bapak tidak boleh
sampai tidak minum obat karena itu bisa berakibat fatal, bapak jika berhenti
minum obat maka akan lebih susah untuk disembuhkan sudah mengerti kkan
pak? Kalau bapak sudah sampai ke waktunya minum obat, bapak boleh
langsung bilang dan minta ke perawat yang jaga
c FASE TERMINASI
7. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif ( klien )
Bagaimana perasaan bapak setelah saya jelaskan manfaat obat yang
bapak minum ?
Evaluasi Obyektif ( Perawat )
Setelah kita belajar mengenai obat tadi, saya harap bapak bisa patuh ya
minum obatnya, kalau sudah waktunya minum obat minta ya ke
perawatnya
8. Rencana Tindakan Lanjut
Nah selanjutnya bagaimana kalau kita belajar bercakap-cakap dengan
orang lain pak?
9. Kontrak Yang Akan Datang
Topik : pak, besok kita bertemu lagi dan mengobrol mengenai
belajar bercakap-cakap dengan orang lain pak?
Waktu : Waktunya menyesuaikan ya pak besok akan saya panggil
bapak lagi
Tempat : Untuk tempatnya bisa disini lagi atau bisa kita tentukan
besok ya pak
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama: Tn. S Ruang: Merpati No. RM: 115770

No Tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI


DX & Jam KEPERAWATAN
3. 12 des Sp 3 S:
2019 1. Mengevaluasi SP 1 “sore juga”, “mas riski”
2. Menjelaskan dan melatih klien “baik”,”kadang-kadang mas ”,
minum obat dengan prinsip 6 “iya sudah” ,“iya”, “diluar
benar ruangan”, “iya ada”, “iya ada mas
3. Menjelaskan manfaat atau habis minum obat rasanya enak”,
keuntungan minum obat dan “saya minum obat warna putih
kerugian tidak minum obat sama pink”, “habis minum obat
tidak ada suara bisikan”, “ada dua
putih sama pink”, “minum dua
obat warna putih dan pink”,
“sama mas putih sama pink”, “oh
iya”, “iya mas”, “iya mengerti”,
“iya”

O:
- Kontak mata mudah teralihkan
- Pasien terlihat lemas tidak
bersemangat
A:
- pasien mampu menyebutkan
obat yang diminum
- pasien mengetahui jadwal
minum obat
P:
Lanjutkan SP 4 (mengontrol
halusinasi dengan beraktivitas)
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari : Jumat, 10 Januari 2019

Pertemuan ke 4

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara seperti yang mengajak
berzina dan melihat kuyang.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran dan penglihatan
3. Tujuan Khusus ( TUK )
1) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
4. Tindakan Keperawatan
1) Membantu pasien mengontrol halusinasinya dengan bercakap-cakap.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Selamat sore pak ! masih ingatkah dengan saya siapa ? “bagus betul
sekali pak”
2. Evaluasi/validasi
Perasaan bapak sekarang bagaimana pak ? Apakah bapak masih sering
mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya ?
3. Kontrak
Topik : Hari ini kita belajar mengontrol halusinasi atau suara-suara
yang mengganggu bapak dengan bercakap-cakap ya pak
Waktu : Waktunya 10-15 menit pak, apakah bapak bersedia ?
Tempat : bagaimana kalau tempatnya didalam ruangan saja apakah
bapak setuju?
b FASE KERJA
Pak untuk mencegah atau mengontrol suara-suara yang sering bapak dengar
namun tidak ada wujudnya itu bisa dengan cara bercakap-cakap bersama
orang lain. Jadi kalau bapak mulai dengar suara-suara yang tidak ada
wujudnya itu bapak langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta
teman atau perawat untuk mengobrol dengan bapak. Akan saya contohkan
ya pak, “tolong saya mulai mulai mendengar suara-suara ayo ngobrol
dengan saya”. Begitu ya pak caranya, coba bapak tirukan seperti yang saya
lakukan barusan bisa pak? Ya bagus! Coba sekali lagi pak, nah bagus sekali
terus berlatihh ya pak dan jadikan cara ini sebagai cara bapak untuk
mengusir suara-suara itu.
c FASE TERMINASI
10. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif ( klien )
Bagaimana perasaan bapak setelah kita mempelajari cara untuk
mengontrol suara-suara yang sering bapak dengar dengan bercakap-
cakap bersama orang lain?
Evaluasi Obyektif ( Perawat )
Setelah dari awal kita mengobrol tadi, bapak sudah bisa dan mampu
menirukan dan mempraktikan cara yang sudah saya ajari dengan baik.
11. Rencana Tindakan Lanjut
Bagaimana kalau besok kita ngobbrol lagi mengenai cara mengonntrol
suara-suara yang sering bapak dengar dengan cara mengisi waktu
dengan melakukan kegiatan
12. Kontrak Yang Akan Datang
Topik : Pak, besok kita bertemu lagi dan mengobrol mengenai cara
mengonntrol suara-suara yang sering bapak dengar dengan
cara mengisi waktu dengan melakukan kegiatan
Waktu : Waktunya menyesuaikan ya pak besok akan saya panggil
bapak lagi
Tempat : Untuk tempatnya bisa disini lagi atau bisa kita tentukan
besok ya pak
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama: Tn. S Ruang: Merpati No. RM: 115770

No Tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI


DX & Jam KEPERAWATAN
4. 13 des SP 3 S:
2019 1. Mengevaluasi SP2 “sore juga” “sudah jarang muncul
2. Melatih cara mengontrol mas” “baik mas” “iya mas
halusinasi dengan cara bersedia” “diluar saja mas” ,
melakukan kegiatan harian “tolong saya mulai mendengar
sesuai jadwal ruangan. suara-suara, ayo ngobrol dengan
saya”, “iya mas”
O:
 Kontak mata pasien ke
perawat mudah beralih.
 Pasien tenang dan kooperatif.
A:
 Pasien mampu pempraktekkan
mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap
P:
 Lanjutkan SP 4 Pasien :
Membantu pasien mengontrol
halusinasi dengan kegiatan
harian.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari : Sabtu, 11 Januari 2020

Pertemuan ke 5

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara seperti yang mengajak
berzina dan melihat kuyang.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran dan penglihatan
3. Tujuan Khusus ( TUK )
1) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan beraktivitas.
4. Tindakan Keperawatan
1) Membantu pasien mengontrol halusinasinya dengan beraktivitas

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Selamat sore pak ! masih ingatkah dengan saya siapa ? “bagus betul
sekali pak”
2. Evaluasi/validasi
Perasaan bapak sekarang bagaimana pak ? Apakah bapak masih sering
mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya ?
3. Kontrak
Topik : Hari ini kita belajar mengontrol halusinasi atau suara-suara
yang mengganggu bapak dengan beraktivitas ya pak
Waktu : Waktunya 10-15 menit pak, apakah bapak bersedia ?
Tempat : Tempatnya di luar ruangan ya pak

b FASE KERJA
Baiklah kita senam, tujuannya semakin banyak kegiatan yang bapak lakukan
maka kesempatan muncul suara-suara ejekan itu akan berkurang, dan badan
menjadi sehat dan aliran darah menjadi lancar serta pikiran menjadi jernih.
Nah sekarang ikuti instruktur mbak perawat yang ada didepan ya. Lakukan
senam dengan senyuman dan semangat. Begini pak kita pemanasan dulu lalu
gerakan inti jika music sudah menyala, kanan kirikakinya digerakkan dan
tangannya diangkat ya pak, oke pak bagus sekali

c FASE TERMINASI
13. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif ( klien )
Bagaimana perasaan bapak setelah kita mempelajari cara untuk
mengontrol suara-suara yang sering bapak dengar dengan kegiatan
senam? Apakah selama kegiatan senam berlangsung masih ada suara-
suara tersebut? Oh bagus jadi selama senam suara tersebut tidak ada ya
pak. Jadi bapak bisa melakukan kegiatan itu untuk menghilangkan
suara-suara ejekan tersebut ya pak.
Evaluasi Obyektif ( Perawat )
“bapak sudah mampu mrlakukan aktifitas dengan benar dan sesuai” !
14. Rencana Tindakan Lanjut
“Nah, bagaimana kalau besok kita mendengarkan murotal alquran agar
pikiran bapak rileks dan tenang sehingga suara-suara ejekan tadi bisa
benar-benar hilang”?
15. Kontrak Yang Akan Datang
Topik : Pak, besok kita bertemu lagi dan mendengarkan murotal
alquran agar pikiran bapak rileks dan tenang sehingga suara-
suara ejekan tadi bisa benar-benar hilang?
Waktu : Waktunya menyesuaikan ya pak besok akan saya panggil
bapak lagi
Tempat : Untuk tempatnya bisa disini lagi atau bisa kita tentukan
besok ya pak
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama: Tn. S Ruang: Merpati No. RM: 115770

No Tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI


DX & Jam KEPERAWATAN
4. 13 des SP 4 S:
2019 1. Mengevaluasi SP1, SP2, “walaikumsalam, baik”
dan SP3 “suarnanya kadang-kadang
2. Melatih cara mengontrol muncul” “tadi malem bangun
halusinasi dengan cara terus tidur lagi, ada suara-suaran
melakukan kegiatan harian tidak jelas” “minum obat,
sesuai jadwal ruangan. mengusir menghardik” “iya” .
O:
 Klien kooperatif, kontak mata
kurang.
 Klien sedang mengikuti
kegiatan senam tapi terlihat
kesulitan.
 Klien mengikuti kegiatan
harian dengan tertib
 Klien terlihat menyendiri.
A:
 Klien mampu menyebutkan
kegiatan dengan benar.
 Klien mampu melakukan
kegiatan harian sesuai jadwal
di ruangan.
 Klien mampu melakukan
kegiatan harian berupa senam
pagi.
P:
 Pasien : menganjurkan pasien
untuk mengikuti kegiatan di
ruangan.
 Perawat : melanjutkan SP 4
Membantu pasien mengontrol
halusinasi dengan kegiatan
harian.
BAB 4. PEMBAHASAN

JURNAL P I C O
(PROBLEM) (INTERVENTION) (COMPARE) (OUTCOME)
Terapi Halusinasi merupakan Kriteria inklusi agar memenuhi syarat Fase comforting yaitu 1. Terapi religius
Psikoreligius terganggunya persepsi untuk berpartisipasi pasien harus fase menyenangkan. efektif untuk
Dzikir sensori seseorang, dimana memenuhi kedua syarat berikut : Klien mengalami stres, meningkatkan
Menggunakan Jari tidak terdapat stimulus. 1. Pasien mengalami tanda dan cemas, perasaan kemampuan
Tangan Kanan Tipe halusinasi yang gejala yang sama perpisahan, rasa bersalah, mengontrol
Pada Pasien paling sering adalah 2. Keberadaan pasien selama kesepian yang halusinasi
Halusinasi halusinasi pendengaran minimal 2 dari 3 minggu memuncak, dan tidak pendengaran dan
Pendengaran dan (Auditory-Hearing Voices 3. Beragama islam dapat diselesaikan. penglihatan.
penglihatan or Sounds), pengelihatan 4. Pasien dengan halusinasi Dengan berdzikir
(Visual-Seeing Persons or pendengaran dan penglihatan Klien tersenyum atau hati seseorang akan
Author : Things), penciuman tertawa yang tidak lebih tentram,
Arif Munandar, (Olfactory-Smelling Intervensi : sesuai, menggerakkan kegiatan terapi
Kellyana Irawati, Odors), pengecapan Responden melakukan dzikir dengan bibir tanpa suara, religius dzikir dapat
Yonni Prianto (Gustatory-Experiencing mengucapkan lafal sebagai berikut: pergerakan mata cepat, menurunkan gejala
Tastes). Astaqfirullahal’adzim sebanyak 3 respons verbal yang psikiatrik.
Tahun : 2019 kali, Subhannallah 33 kali, tahmid lambat jika sedang 2. Religius mampu
Pasien yang mengalami Alhamdulillah 33 kali, dan takbir asyik dengan mencegah dan
Tujuan : halusinasi disebabkan Allahu akbar 33 kali dan ditutup halusinasinnya dan suka melindungi dari
Terapi karena ketidakmampuan dengan kalimat tahlil laillahaillahlah menyendiri. Pada fase penyakit kejiwaan,
psikoreligius dzikir pasien dalam menghadapi muhammaddarasulullah sebanyak 1 condemming atau ansietas mengurangi
ini bertujuan untuk stressor dan kurangnya kali. Menggunakan tangan kanan , berat yaitu halusinasi penderitaan,
membuat hati dan kemampuan dalam Ibu jari jempol digunakan sebagai menjadi menjijikkan. meningkatkan
pikiran lebih mengontrol halusinasi. penunjuk ruas jari dan 1 jari dihitung proses adaptasi
tenang yang 7 kecuali ibu jari dihitung 5, Jangan Pengalaman sensori mengontrol suara-
tentunya akan Untuk mengalihkan hitung ruas jarinya, tetapi hitunglah menakutkan, kecemasan suara yang tidak ada
membuat seseorang halusinasi pendengaran ujung ruas jari kiri dan kanan + ujung meningkat, melamun, wujudnya seperti
lebih fokus dalam yang dialami oleh pasien jari. dan berpikir sendiri jadi halusinasi
melakukan peneliti menggunakan dominan. Mulai pendengaran dan
aktivitas, emosi tehnik pengalihan dengan Waktu dzikir yang dianjurkan : dirasakan ada bisikan penglihatan.
meluap-luap, rasa cara dzikir, agar Waktu shubuh adalah waktu yang yang tidak jelas.
dendam, dan responden dapat mulia untuk urusan riski, waktu Klien tidak ingin orang
merangsang mengalihkan halusinasi pagi sampai dhuhur adalah waktu lain tahu, dan ia tetap
gelombang otak pendengaran yang dialami yang baik untuk berkah rizki, dapat mengontrolnya.
melalui pemijatan sehingga pasien merasakan waktu maghrib baik dilakukan dzikir Meningkatnya tanda-
tangan pada ruas ketentraman jiwa. pada waktu keheningan malam tanda
jari – jari tangan. mampu melepaskan gelombang sistem saraf otonom
Dengan dilakukannya meta rohaniah sangat tajam seperti peningkatan
Metode : dzikir diharapkan sehingga gelora di hati semakin denyut
Penelitian ini halusinasi pendengaran cepat menghadirkan keesaan Allah. jantung dan tekanan
menggunakan yang dialami responden darah. Klien asyik
desain penelitian akan teratasi dengan Durasi yang dibutuhkan : dengan
kualitatif tujuan: frekuensi Menurut penelitian melakukan halusinasinya dan tidak
berkurang, durasi implementasi di Wisma Arjuna RSJ bisa membedakan
Sampel penelitian berkurang, gejala Grhasia DIY Ruang Arjuna sebanyak realitas.
: halusinasi berkurang. 6 pertemuan. Halusinasi yang
Berjumlah 5 didengar oleh pasien berbeda-beda
responden. Dzikir adalah menjaga waktunya. Berdasar hasil observasi
dalam ingatan agar selalu pasien melakukan dzikir
Hasil : ingat kepada Allah ta’ala. ketika mendengar suara palsu, ketika
dari 5 orang Dzikir dapat menyehatkan sedang sendiri.
dengan gangguan tubuh: hidup orang shaleh
jiwa yang lebih ceria, tenang, dan Lama dzikir :
dilakukan terapi seolah-olah tanpa masalah, Peneliti memberikan tindakan Dzikir
semuanya tidak karena setiap masalah ketika pasien mendengar suara-suara
ditemukan disikapi dengan konsep palsu, ketika waktu luang, dan ketika
gangguan kognitif, takwa. Fungsi dari dzikir pasien selesai melaksanakan sholat
dimana sebelum antara lain dapat wajib. Sehingga waktu yang
diberikan terapi mensucikan hati dan diperlukan untuk satu kali terapi
diukur kemampuan jiwa: berdzikir dapat religius dzikir adalah 60 menit.
kognitif dengan mengingatkan kita kepada
instrumen ScoRS, Allah dan hanya kepada-
didapatkan 4 pasien Nya kita meminta
tidak ada gangguan pertolongan.
kognitif dan 1
pasien dengan Karena segala bentuk
gangguan kognitif masalah adalah dari-Nya,
ringan Kesimpulan: dan dengan berdzikir
Terapi dapat mengingatkan kita
psikoreligius dzikir agar selalu berfikir
menggunakan jari positif. Dzikir dapat
tangan kanan menyehatkan tubuh:
sangat efektif orang-orang yang kurang
dalam dzikir, atau konsep hidupya
meningkatkan kurang dikembalikan
kemampuan kepada Allah, hidupnya
kognitif pasien kelihatan super sibuk,
dengan skizofrenia tidak ada jeda menikmati
dengan masalah hidup, karena prosesi
keperawatan resiko hidupnya dikejar-kejar
perilaku kekerasan, oleh bayangan material.
halusinasi dan Dzikir dapat mencegah
isolasi sosial. manusia dari bahaya
nafsu: dzikir bertugas
sebagai pengendali nafsu,
membedakan yang baik
dan buruk.

Halusinasi yang didengar


oleh pasien berbeda-beda
waktu nya. Observasi
pasien melakukan dzikir
ketika mendengar suara
palsu, ketika sedang
sendiri, dan setelah sholat.
Peneliti meminta klien
untuk melakukan dzikir
secara mandiri setelah
sholat magrib, isya dan
shubuh. Dzikir juga
dilakukan secara bantuan,
diingatkan oleh peneliti
dan dapat dilakukan
secara mandiri.
Halusinasi merupakan terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak
terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang paling sering adalah halusinasi pendengaran
(Auditory-Hearing Voices or Sounds), pengelihatan (Visual-Seeing Persons or Things),
penciuman (Olfactory Smelling Odors), pengecapan (Gustatory-Experiencing Tastes)
(Yosep, 2007). Pasien yang mengalami halusinasi disebabkan karena ketidakmampuan
pasien dalam menghadapi stressor dan kurangnya kemampuan dalam mengontrol
halusinasi (Hidayati, 2014).
Terapi psikoreligius Dzikir menurut bahasa berasal dari kata ”dzakar” yang
berarti ingat. Dzikir juga di artikan “menjaga dalam ingatan”. Jika berdzikir kepada
Allah artinya menjaga ingatan agar selalu ingat kepada Allah ta’ala. Dzikir menurut
syara adalah ingat kepada Allah dengan etika tertentu yang sudah ditentukan Al-Qur’an
dan hadits dengan tujuan mensucikan hati dan mengagungkan Allah. Menurut Ibn
Abbas ra. Dzikir adalah konsep, wadah, sarana, agar manusia tetap terbiasa dzikir (ingat)
kepada-Nya ketika berada diluar shalat. Tujuan dari dzikir adalah mengagungkan Allah,
mensucikan hati dan jiwa, mengagungkan Allah selaku hamba yang bersyukur, dzikir
dapat menyehatkan tubuh, dapat mengobati penyakit dengan metode Ruqyah, mencegah
manusia dari bahaya nafsu (Fatihuddin, 2010).
Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Kim et all (2012)
batasan karakteristik dari gangguan persepsi sensori: auditori adalah halusinasi, marah,
ketakutan, kurang konsentrasi, perubahan pola komunikasi, kegelisahan, respon
emosional yang berlebih, perubahan alam perasaan yang cepat. Dengan dilakukannya
dzikir diharapkan halusinasi pendengaran yang dialami responden akan teratasi dengan
tujuan: frekuensi berkurang, durasi berkurang, gejala halusinasi berkurang. Seperti
pendapat Fatihuddin (2010) Dzikir adalah menjaga dalam ingatan agar selalu ingat kepada
Allah ta’ala. Dzikir dapat menyehatkan tubuh: hidup orang shaleh lebih ceria,
tenang, dan seolah-olah tanpa masalah, karena setiap masalah disikapi dengan konsep
takwa. Fungsi dari dzikir antara lain dapat mensucikan hati dan jiwa : berdzikir dapat
mengingatkan kita kepada Allah dan hanya kepada-Nya kita meminta pertolongan.
Karena segala bentuk masalah adalah dari-Nya, dan dengan berdzikir dapat
mengingatkan kita agar selalu berfikir positif. Dzikir dapat menyehatkan tubuh :
orang-orang yang kurang dzikir, atau konsep hidupya kurang dikembalikan kepada
Allah, hidupnya kelihatan super sibuk, tidak ada jeda menikmati hidup, karena prosesi
hidupnya dikejar-kejar oleh bayangan material. Dzikir dapat mencegah manusia dari
bahaya nafsu: dzikir bertugas sebagai pengendali nafsu, membedakan yang baik dan buruk.
Pendapat ini diperkuat dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Sulahyuningsih (2016) bahwa terapi religius efektif untuk meningkatkan kemampuan
mengontrol halusinasi pendengaran. Dengan berdzikir hati seseorang akan lebih tentram,
kegiatan terapi religius dzikir dapat menurunkan gejala psikiatrik. Religius mampu
mencegah dan melindungi dari penyakit kejiwaan, mengurangi penderitaan, meningkatkan
proses adaptasi mengontrol suara-suara yang tidak ada wujudnya seperti halusinasi
pendengaran.
Saat dilakukan terapi psikoreligius yang diterapkan 1 intervensi 5 hari didapatkan
Tn. S mampu melakukan terapi dzikir setelah dilakukan terapi religius zikir dan
diobservasi kembali didapatkan hasil peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi
pendengaran dan penglihatan pada pasien halusinasi.
BAB 5

IMPLIKASI KEPERAWATAN

Terapi religius yang dilakukan dengan tepat dapat berdampak pada peningkatan
kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran. Kemampuan mengontrol merupakan
tindakan keperawatan yang sangat bermanfaat untuk pasien halusinasi karena untuk
membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi. Intervensi yang dilakukan 1 kali
dalam sehari selama 5 hari. Intervensi yang di berikan adalah terapi zikir juga dapat
diterapkan pada pasien halusinasi. Rekomendasi dari penelitian ini, agar perawat dapat
menambahkan terapi religius zikir sebagai intervensi dalam tindakan keperawatan
mengontrol halusinasi pendengaran. Pada penelitian ini masih banyak kekurangan dalam
pengambilan data, maka pada penelitian selanjutnya diharapkan peneliti menambahkan
variabel bebas lainnya, misalnya dengan menambahkan terapi sholat. Hasil penelitian ini
dapat dijadikan rujukan atau referensi bagi peneliti berikutnya yang akan dilakukan.
BAB 6
PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan sensori perepsi. Dimana pasien
merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan
tanpa stimulus yang nyata. Hal ini dialami oleh seseorang yang mengalami gangguan
kejiwaan. Untuk itu dalam melakukan asuhan keperawatan hendaknya peneliti mampu
melakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal secara efektif, komunikatif dan
terapeutik. Sehingga dapat terjalin hubungan saling percaya antara perawatn dengan
pasien. Terbangun thrust yang baik yang dapat digunakan untuk memberikan intervensi
dan melaksanakan implementasi pada pasien dengan gangguan jiiwa khususnya pasien
dengan halusinasi.

1.2 SARAN
Adapun saran yang dapat penulis berikan yaitu sebagai berikut :
a. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan
halusinasi, sebagai tenaga kesehatan kita dituntut untuk tidak mengesampingkan
support system atau dukungan keluarga sebagai sistem pendukung yang mengerti
keadaan dan permasalahan pasien
b. Tenaga kesehatan melakukan pendekatan secara bertahap dan terus menerus
sehingga terbangun thrust yang baik dari pasien kepada tenaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat Budi Ana. 2009. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC

Keliat Budi Ana. 2009. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial : Menarik Diri. Jakarta :
FIK UI
Keliat Budi Ana. 2009. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC

Aziz R, dkk, 2013. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo.
Munandar, Arif. 2019. Terapi Psikoreligius Dzikir Menggunakan Jari Tangan Kanan
Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah
Istimewa Yogyakarta. Mahasiswa Magister Keperawatan Peminatan Jiwa
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Hidayati, dkk. 2014. Pengaruh Terapi Religius Zikir Terhadap Peningkatan Kemampuan
Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Halusinasi Di Rsjd Dr. Amino
Gondohutomo Semarang. Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sultan Agung
Semarang
SATUAN OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
TERAPI PSIKORELIGIUS : DZIKIR

SATUAN OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


TERAPI PSIKORELIGIUS : DZIKIR

PENGERTIAN Dzikir adalah menjaga dalam ingatan agar selalu ingat


kepada Allah ta’ala. Dzikir dapat menyehatkan tubuh:
hidup orang shaleh lebih ceria, tenang, dan seolah-olah
tanpa masalah, karena setiap masalah disikapi dengan konsep
takwa
TUJUAN Mengetahui pengaruh Dzikir untuk mengatasi pasien yang
halusinasi pendengaran.
INDIKASI 1. Pasien mengalami tanda dan gejala yang sama
2. Keberadaan pasien selama minimal 2 dari 3 minggu
3. Beragama islam
4. Pasien dengan halusinasi pendengaran
WAKTU Tindakan Dzikir ketika pasien mendengar suara-suara palsu,
ketika waktu luang, dan ketika pasien selesai melaksanakan
sholat wajib.
PERSIAPAN 1. Melakukan pengkajian pasien
2. Membuat rencana tindakan
PERAWAT
PERSIAPAN ALAT -
PERSIAPAN PASIEN 1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan yang akan
dilakukan
3. Menjelaskan prosedur tindakan
4. Menanyakan kesiapan pasien
CARA KERJA 1. Memberikan salam terapeutik
2. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
3. Menganjurkan tubuh pasien supaya tenang dan rileks
4. Menganjurkan pasien membaca basmalah sebelum dzikir
dimulai
5. Mengucapkan lafal sebagai berikut: Subhanallah,
Alhamdulilah, Allahuakbar, Lailahaillallah,
bismilahirohmanirohim.
6. Melakukan dzikir selama suara halusinasi sampai hilang
7. Mengucapkan alhamdulillah setelah kegiatan selesai
EVALUASI 1. Pasien tenang
2. Halusinasi berkurang

Anda mungkin juga menyukai