Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Ilham Ardi
2. Fadhilah Sastriwati
3. Niara Wisty
4. Rahayu Agustina
5. Shinta Armelia Febri
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan asuhan keperawatan HALUSINASI ini tepat pada
waktunya.Meskipun banyak hambatan dalam Proses Pengerjaannya, tetapi kami
dapat menyelesaikannya dengan baik.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita tentang Halusinasi.Semoga laporan sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya laporan yang telah
disusun ini dapat berguan bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan seminar ini dari awal sampai
akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai semua usaha kita.Amin.
Penulis
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang………………………………….1
1.2. Ruang Lingkup………………………………….3
1.3. Tujuan Penulisan………………………………..3
1.4. Manfaat Penulisan………………………………4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. HALUSINASI…...……………………………..5
2.2. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa………….…15
BAB III. TINJAUAN KASUS
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………67
B. Saran………………………………………………68
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
“keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau
kelemahan.” Definisi ini menekankan kesehatan sebagai suatu keadaan sejahtera yang
positif, bukan sekedar tanpa penyakit. Tidak ada satupun definisi universal kesehatan
jiwa, tetapi kita dapat menyimpulkan kesehatan jiwa seseorang dari prilakunya. Suatu
kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal
yang memuaskan. Pada kasus skizofrenia hal itu tidak terjadi karena kerusakan pada
Menurut Nancy Andreasen 2008 (dalam yosep 2011) dalam Broken Brain, the Biological
hal yang melibatkan banyak sekali faktor. Faktor-faktor ini meliputi perubahan struktur
timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan prilaku yang aneh dan terganggu
(Videbeck, 2012). Skizofrenia tidak disebabkan oleh suatu penyakit badaniah, sebab dari
dahulu hingga sekarang para sarjana tidak dapat menemukan kelainan patologis-
anatomis atau fisiologis yang khas pada susunan saraf (dalam buku ilmu kedokteran
Maramis 2009).
Adapun salah satu gejala dari skizofrenia adalah halusinasi. Halusinasi adalah
mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada, atau mengalami
suatu sensasi yang tidak ada pada tubuhnya. Gejala yang biasanya timbul, yaitu klien
merasakan ada suara dari dalam dirinya. Kadang suara itu datang menyejukkan hati,
memberi kedamaian, tapi kadang suara itu menyuruhnya melakukan sesuatu yang sangat
World Health Organization (WHO) memperkirakan tidak kurang dari 450 juta
penderita gangguan jiwa ditemukan didunia, bahkan berdasarkan data dari Study World
Jumlah penderita gangguan jiwa se-indonesia dalam satu tahun dengan jumlah
penduduk 220 juta orang. Jumlah klien Gangguan jiwa di Indonesia terdiri dari psikosa
fungsional 520.000, sindroma otak organic akut 65.000, sindroma otak organic menahun
data yang diperoleh dari 6 bulan terakhir, ditemukan 71 kasus (32%) halusinasi dari 216
Dalam ruang lingkup ini penulis hanya akan membahas tentang gangguan
Halusinasi pendengaran.
halusinasi pendengaran.
halusinasi pendengaran.
halusinasi pendengaran.
pendengaran.
temukan dilapangan.
1. Bagi Klien
Hasil laporan kasus ini dapat digunakan oleh penderita agar dapat mempercepat proses
penyembuhan.
Hasil laporan kasus ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan kususnya tentang
asuhan keperawatan jiwa pada psien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pedengaran.
4. Bagi Penulis
Hasil laporan ini dapat meningkatkan wawasan dan pengetahan mahasiswa dalam
memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HALUSINASI
2.1.1 Pengertian
tastes).
rangsangan internal (fikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang
nyata. Sebagai contoh klien sering mendengar suara padahal tidak ada orang yang
panca indra seseorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/ bangun, dasarnya
mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik. Klien yang salah terhadap
lingkungan tanpa stimulus yang nyata, memberi persepsi yang salah atau pendapat
tentang sesuatu tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata dan hilangnya
b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang mmerasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi
(unwanted child) akan merasa disingkirkan , kesepian dan tidak percaya pada
lingkungannya.
c. Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
strees yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suat zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti
buffofenon dan dimetytanferase (DMP). Akibat stres berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmilter otak. Misalnya terjadi
ketidakseimbangan acetylcholin dan dopamin.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawaab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil Keputusan yang tepat demi masa
depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam khayal.
e. Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh dengan
orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia.
B. Faktor Presipitasi
Secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya. Penilaian induvidu terhadap stressor dan maslah
koping dapat mengindikasi kemungkinnan kekambuhan (Kelliat,2009).
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak akibat ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2) Stres lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
3) sumber koping.
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
2.2.4 Proses Terjadinya Halusinasi
1. Fase pertama (conforting)
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stres, perasaan terpisah,
kesepian klien mungkin melamun atau mengfokuskan pikiran padahal yang
menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan, cara ini menolong untuk
sementara.
2. Fase kedua (condeming)
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal
dan eksternal. Klien berada dalam tingkat listening pada halusinasi. Pikiran
internal menjadi menonjol. Gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa
bisikan yang tidak jelas, klien takut apabila orang lain mendengar dan klien
tidak mampu untuk mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan
halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang
lain atau tempat lain.
3. Fase ketiga
Halusinasi menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa
dan tidak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi kesenangan dan rasa
aman yang sementara.
4. Fase keempat (conkuerting)
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi
mengancam, memerintah dan memarahi, klien tidak dapat berhubungan dengan
orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya. Klien mungkin berada
dalam dunia yang menakutkan dalam waktu yang sangat singkat, berapa jam
atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi
b. Proyeksi
Meningkatkan pikiran / impuls dan terutama keinginan yang tidak dapat
ditoleransi perasaan emosional / motivasi kepada orang lain.
c. Regresi
Menghindari stress terhadap karakteristik perilaku diri terhadap perkembangan
yang lebih awal (Stuart, 2011)
2.1.6 Tanda dan Gejala
Tipe halusinasi menurut Videbeck dalam yosep, 2011
Jenis Halusinasi Data subjektif Data Objektif
Halusinasi dengar 1) Mendengar suara 1) Mengarahkan
(auditor-hearing menyuruh telinga pada sumber
voices or sounds) 2) Mendengar suara suara
atau bunyi 2) Bicara atau tertawa
3) Mendngar suara sendiri
yang mengajak 3) Marah-marah tanpa
bercakap-cakap sebab
4) Mendengar 4) Menutup telinga
seseorang yang 5) Mulut komat-kamit
sudah meninggal 6) Ada gerakan tangan
5) Mendengar suara
yang mengancam
diri klien
Halusinasi 1) Melihat seseorang 1) Tatapan mata pada
penglihatan yang sudah tempat tertentu
(visual-seeing meninggal, melihat 2) Menunjuk ke arah
persons or thing) makhluk tertentu, tertentu
melihat bayangan, 3) Ketakutan pada
hantu atau sesuatu objek yang di lihat
yang menakutkan.
I. Identitas Diri
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status
pernikahan, no RM, alamat, agama.
II.Alasan Masuk
Umumnya klien dengan halusinasi dibawa kerumah sakit karena keluarga
merasa tidak mampu merawat, terganggu karena prilaku klien dan hal lain,
gejala dinampakkan dirumah sehingga klien dibawa kerumah sakit.
III.Faktor predisposisi
1. Faktor perkembanga terlambat
Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makan, minum, dan rasa aman. Usia
balita tidak terpenuhi kebutuhan otonomi. Usia sekolah mengalami
peristiwa yang tidak terselesaikan
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi peran ganda, tidak ada komunikasi, tidak ada penghangatan,
komunikasi dengan emosi berlebihan, komunikasi tertutup, orangtua yang
membandingkan anak-anaknya, orangtua yang otoritas dan konflik dalam
keluarga.
3. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial pada usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan
yang terlalu tinggi.
4. Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal
diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambar
diri negatif, dan koping deskrutif
5. Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel,
perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik
6. Faktor genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui kromoson
tertntu. Namun demikian kromosom yang keberapa yang menjadi faktor
penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian.
Diduga letak gen skizofrenia adalah kromosom nomor enam, dengan
kontribusi genetik tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak kembar identik
memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah
satunya mengalami skizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya
sebesar 15% seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami
skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua
oran tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.
kesehatan
Gangguan Persepsi Sensori:
Akibat
Halusinasi Pendengaran
Keliat,2009).
Menurut Yosep,2011 :
E. Intoleransi aktivitas
I. Identitas
Nama : Ny.E
No. RM : 01.31.09
Klien masuk RSJ Prof. HB Sa’anin Padang pada tanggal 19/Desember/2019 melalui
IGD diantar keluarga dengan keluhan klien gelisah 1 minggu dengan gejala bicara
sendiri, tertawa sendiri, menangis tanpa sebab, merasa takut dan cemas. Marah-marah
tanpa sebab, menendang ibu, jalan ke luar rumah tanpa tujuan pulang sendiri dan
kadangu dicari, telanjang-telanjang didalam kamar, merasa paling hebat, curiga kepada
semua orang, makan kurang dalam beberapa hari, klien mengeluh sakit pinggang sebeleh
kiri
Keluarga mengatakan keadaannya seperti ini sejak tahun 1997, terakhir dirawat
bulan april 2019, pulang tenang dan dijemput keluarga. Di rumah klien ada kontrol
ke Rumah Sakit Solok dan ada minum obat. Klien pernah mencoba minum baygon
tahun 2000
b. Pengobatan sebelumnya
menolaknya dan tidak mau memakan obatnya,pada saat dirumah pasien minum obat
tidak teratur dalam rentan 2minggu obat terkadang diminum kadang tidak. Saat
diberi obat klien meminumnya tapi tidak menelannya lalu membuangnya ke kolong
terapeutik
c. Riwayat trauma
1) Aniaya Fisik
ribut dengan mantan suami hingga klien memukul dan melempar barang-barang
seperti piring.
2) Aniaya Seksual
Pasien mengatakan telah bercerai dengan suami karena klien dianggap terlalu
curiga dan mengalami gangguan jiwa, pasien berkata ia merasa malu karna
ucapan suami tentang dirinya, sekarang suami klien sudah menikah lagi, klien
sering mengkritik diri setelah becerai dan malu terhadap dirinya sendiri yang
Klien mengatakan pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan pada masa
IV. Fisik
TD : 120/80 mmHg
N : 78 x/i
S : 36,5
P : 19x/i
2. Ukuran : TB : 148 cm BB : 59 kg
3. Pada saat pengkajian klien mengatakan ada yang berbicara setelah itu klien tertawa
V. Psikososial
I. Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Serumah
Klien merupakan anak ke 4 dari 5 bersaudara. Semenjak sakit klien dirawat oleh
kakak dan ibunya. Pengambil keputusan di dalam keluarga adalah ibunya. Klien
mengatakan semenjak kecil di didik dan diasuh oleh ayahnya, klien berkata di didik
ayahnya dengan keras, klien berkata pernah berkeluarga tapi telah bercerai, Klien
Resiko Pk
- Sp 1 keluarga
1. Diskusikan masalah yang
dirasakan dalam merawat
pasien.
2. Jelaskan pengertian,tanda
dan gejala, dan proses
terjadinya harga diri rendah.
3. Diskusikan kemampuan
atau aspek positif pasien
yang pernah dimiliki
sebelum dan setelah sakit.
4. Jelaskan cara merawat
harga diri rendah terutama
memberikan pujian semua
hal yang positif pada
pasien.
5. Latih keluarga memberi
tanggung jawab kegiatan
pertama yang dipilih pasien:
bimbing dan beri pujian.
6. Anjurkan membatu pasien
sesuai jadwal dan
memberikan pujian.
-
Sp 2 pasien
1. Evaluasi kegiatan pertama
yang telah dilatih dan
berikan pujian.
2. Bantu pasien memilih
kegiatan kedua yang akan
dilatih.
3. Latih kegiatan kedua (alat
dan cara)
4. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan: dua
dua kegiatan masing masing
dua kali perhari.
Sp 2 keluarga
1) Evaluasi kegiatan keluarga
dalam membimbing pasien
melaksanakan kegiatan
pertama yang dipilih dan
dilatih pasien. Beri pujian.
2) Bersama keluarga melatih
pasien dalam melakukan
kegiatan kedua yang dipilih
pasien.
3) Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal.
- Sp 3 pasien
1. Evaluasi kegiatan pertama
dan kedua yang telah dilatih
dan berikan pujian.
2. Bantu pasien memilih
kegiatan ketiga yang akan
dilatih.
3. Latih kegiatan ketiga(alat
dan cara)
4. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan: tiga
kegiatan, masing masing
dua kali perhari.
- Sp 3 keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga
dalam membimbing pasien
melaksanakan kegiatan
pertama dan kedua yang
telah dilatih. Beri pujian
2. Bersama keluaga melatih
pasien melakukan kegiatan
ketiga yang dipilih
3. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan beri
puian.
- Sp 4 pasien
1. Evaluasi kegiatan
pertama,kedua,dan ketiga
yang telah dilatih dan beri
pujian.
2. Bantu pasien memilih
kegiatan keempat yang akan
dilatih.
3. Latih kegiatan keempat
(alat dan cara)
4. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan:
empat kegiatan masing
masing dua kali perhari.
- Sp 4 keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga
dalam membimbing pasien
melaksanakan kegiatan
pertama, kedua dan
ketiga.beri pujian
2. Bersama keluarga melatih
pasien melakukan kegiatan
keempat yang dipilih.
3. Jelaskan follow up
RSJ/PKM, tanda kambuh,
rujukan.
4. Anjurkan mambantu pasien
sesuai jadwal dan
memberikan pujian.
3 Resiko perilaku Setelah 2 kali pertemuan Sp 1 pasien
kekerasan klien: 1. Bina hubungan
1. Mampu menceritakan saling percaya
perasaan. 2. identifikasi penyebab,tanda
2. Mengetahui dampak pk dan gejala pk yang
3. Mampu mengontrol pk dilakukan akibat pk.
dengan cara layihan 3. Latih cara mengonrol pk
fisik. secara fisik : tarik nafa
dalam dan pukul bantal /
kasur.
4. Masuakan pada jadwal
kegiatan untuk latihan fisik.
Setelah 2 kali pertemuan Sp1 keluaraga
keluarga mampu 1. Diskusikan masalah yang
mengidentifikasi masalah dirasakan dalam merawat
dan menjelaskan cara klien.
merawat klien dengan 2. Jelaskan pengertian tanda
perilaku kekerasan. dan gejalandan proses
terjadinya pk.
3. Jelaskan cara merawat pk
4. Latih satu cara merawat pk
dengan melakukan pk
kegiatan fisik,tarik nafas
dalam dan pukul bantal dan
kasur.
5. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan beri
pujian.
A : halusinasi pendengaran.
P : evaluasi sp 1 halusinasi
pendengaran
(hari/tgl : jum’at,27-desember-2019)
(hari/tgl : jum’at,27-desember-2019)
(hari/tgl : jum’at,27-desember-2019)
(hari/tgl : jum;at,27-desember-2019)
A : halusinasi
pendengaran, perabaan
penglihatan.
P : evaluasi sp 1
menghardik
(hari/jam/tgl : sabtu,28-
desember-2019
Jam : 11.00
Intervensi dilanjutkan
dengan sp 2 mengontrol
halusinasi minum obat,
jika dievaluasi sp 1
klien sudah mandiri.
A : halusinasi
pendengaran, perabaan
penglihatan.
P : evaluasi sp 1
menghardik
Jam : 11.00
Intervensi dilanjutkan
dengan sp 2 mengontrol
halusinasi minum obat,
jika dievaluasi sp 1
klien sudah mandiri.
3 Resiko Sp 1 pasien S : klien mengatakan kesal
perilaku 1.Bina hubungan dengan keluarga nya
kekerasan Saling percaya kenapa klien di antar ke rsj
2.identifikasi penyebab,tanda dan padahal klien tidak sakit.
Jum’at, 27- gejala pk yang dilakukan akibat pk.
desember- 3.Latih cara mengonrol pk secara fisik - klien mengatakan
2019 : tarik nafa dalam dan pukul bantal / mengontrol pk dengan
kasur. latihan fisik, tarik napas
dalam.
Masuakan pada jadwal kegiatan untuk
latihan fisik. O : klien masih nampak
marah , wajah klien
tampak kesal, mengatuk
geraham , nada bicara
kasar.
A : resiko prilaku
kekerasan.
P : evaluasi mengontrol
pk latihan fisik, tarik napas
dalam.
Jam : 11.00
Intervensi dilanjutkan sp 2
mengontrol pk dengan
minum obat , jika sp 1
mandiri.
P : evaluasi sp 1
Jam : 09.00
Intervensi dilanjiutkan sp
2 cara berdandan. Jika
dievaluasi sp 1 klien sudah
mandiri.
A : halusinasi
pendengaran,
penglihatan, perabaan.
P : evaluasi sp 2 minum
obat
(hari/jam/tgl : minggu 29
desember 2019)
Jam : 11.00
Jam : 11.00
A : resiko prilaku
kekerasan.
P : evaluasi kegiatan
kedua minum obat.
Jam : 11.00
(hari/tgl : minggu,29-
desember -2019)
Jam : 08.00
- pasien mengatakan
mengontrol halusinasi
nya dengan minum obat
5 benar .
O :- klien masih nampak
senyum-senyum sendiri
,ketawa-ketawa sendiri ,
kadang tiba-tiba sedih
tanpa sebab.
- klien nampak
menggaruk-garuk paha,
mual-mual tapi tidak
muntah.
A : halusinasi
pendengaran,penglihata
n, perabaan.
P : evaluasi sp 3
pendengaran,perabaan
penglihatan.
(hari/tgl : senin 30
desember-2019)
P : evaluasi kegiatan ke 3
yang dipilih klien
P : evaluasi sp 3 makan
dan minum yg baik.
Intervensi dilanjutkan sp 4,
jika di evaluasi sp 3 klien
sudah mampu.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dapat diperoleh
1. Pengkajian pada Ny.E dilakukan pada tanggal 24 Desember 2019. Dimana informasi
2. Dari hasil pengkajian maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan pada Ny.E adalah
Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan dari tanda dan gejala yang ditunjukkan
oleh klien.
Pendengaran, Harga diri rendah, Resiko Perilaku Kekerasan., Defisit perawatan Diri
tercapai dengan kriteria klien mampu mempraktekkan kegiatan yang sudah dilatih
(klien mandiri).
5. Pada evaluasi proses selama pasien diberikan Terapi Aktivitas Kelompok dan
Penyuluhan klien tampak mempraktikan hal yang diajarkan dalam TAK dan
B. SARAN
1. Kelompok selanjutnya diharapkan dapat memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien
untuk melaksanakan asuhan keperawatan jiwa secara optimal, selain itu perlu juga
2. Perawat dan mahasiswa sebaiknya melanjutkan perawatan klien sesuai dengan intervensi
yang telah dilakukan sebelumnya agar intervensi yang telah disusun dapat
3. Instansi pendidikan dan klinik mampu memberikan pengarahan agar lebih maksimal
Vascaloris (Yosep 2011) . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Bandung: PT Refika Aditama.
NitaFitria.(2009).
PrinsipDasardanAplikasiPenulisanLaporanPendahuluandanStrategiPelaksanaanTin
dakanKeperawatanuntuk 7 Diagnosis KeperawatanJiwaBerat. Jakarta:
SalembaMedika.
Nurjannah, intansari. (2009). Aplikasi Proses Keperawatan Pada Diagnosa Gangguan
Sensori Persepsi. Moco Medika : Yogyakarta.