Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KERAWATAN JIWA

PADA NY.E DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI


PENDENGARAN, PENGLIHATAN DAN PERABAAN
DI WISMA FLAMBOYAN RSJ PROF. HB.SA’ANIN PADANG

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Ilham Ardi
2. Fadhilah Sastriwati
3. Niara Wisty
4. Rahayu Agustina
5. Shinta Armelia Febri

PEMBIMBING KLINIK PEMBIMBING AKADEMIK

Ns.Sarie Andhika,S.Kep Ns.Engla Rati P,M.Kep

STIKES YARSI SUMBAR


BUKITTINGGI
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan asuhan keperawatan HALUSINASI ini tepat pada
waktunya.Meskipun banyak hambatan dalam Proses Pengerjaannya, tetapi kami
dapat menyelesaikannya dengan baik.

Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita tentang Halusinasi.Semoga laporan sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya laporan yang telah
disusun ini dapat berguan bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan seminar ini dari awal sampai
akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai semua usaha kita.Amin.

Penulis

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang………………………………….1
1.2. Ruang Lingkup………………………………….3
1.3. Tujuan Penulisan………………………………..3
1.4. Manfaat Penulisan………………………………4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. HALUSINASI…...……………………………..5
2.2. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa………….…15
BAB III. TINJAUAN KASUS
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………67
B. Saran………………………………………………68
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan jiwa sebagai

“keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau

kelemahan.” Definisi ini menekankan kesehatan sebagai suatu keadaan sejahtera yang

positif, bukan sekedar tanpa penyakit. Tidak ada satupun definisi universal kesehatan

jiwa, tetapi kita dapat menyimpulkan kesehatan jiwa seseorang dari prilakunya. Suatu

kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal

yang memuaskan. Pada kasus skizofrenia hal itu tidak terjadi karena kerusakan pada

sistem neurotransmilter di otak.

Skizofrenia (schizophrenia) adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak.

Menurut Nancy Andreasen 2008 (dalam yosep 2011) dalam Broken Brain, the Biological

Revolutionin Psychiatry,bahwa bukti-bukti terkini tentang skizofrenia merupakan suat

hal yang melibatkan banyak sekali faktor. Faktor-faktor ini meliputi perubahan struktur

fisik otak, perubahan struktur kimia otak, dan faktor genetik.

Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan

timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan prilaku yang aneh dan terganggu

(Videbeck, 2012). Skizofrenia tidak disebabkan oleh suatu penyakit badaniah, sebab dari

dahulu hingga sekarang para sarjana tidak dapat menemukan kelainan patologis-

anatomis atau fisiologis yang khas pada susunan saraf (dalam buku ilmu kedokteran

Maramis 2009).

Adapun salah satu gejala dari skizofrenia adalah halusinasi. Halusinasi adalah

terganggunya persepsi sensori seseorang, di mana tidak terdapat stimulus seperti

mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada, atau mengalami
suatu sensasi yang tidak ada pada tubuhnya. Gejala yang biasanya timbul, yaitu klien

merasakan ada suara dari dalam dirinya. Kadang suara itu datang menyejukkan hati,

memberi kedamaian, tapi kadang suara itu menyuruhnya melakukan sesuatu yang sangat

berbahaya, seperti bunuh diri (Yosep, 2011).

World Health Organization (WHO) memperkirakan tidak kurang dari 450 juta

penderita gangguan jiwa ditemukan didunia, bahkan berdasarkan data dari Study World

Bank di beberapa negara menunjukkan 8,1% dari kesehatan global masyarakat(Global

BurdenDisease)disebabkan oleh masalah gangguan jiwa.Angka tersebut menunjukkan

jumlah penderita gangguan jiwa dimasyarakat sangat tinggi.

Jumlah penderita gangguan jiwa se-indonesia dalam satu tahun dengan jumlah

penduduk 220 juta orang. Jumlah klien Gangguan jiwa di Indonesia terdiri dari psikosa

fungsional 520.000, sindroma otak organic akut 65.000, sindroma otak organic menahun

130.000, retardasi mental 2.600.000, nerosa 6.500.000, psikosomatik 6.500.000,

gangguan kepribadian 1.300.000, ketergantungan obat 1.000 (Yosep, 2011). Berdasarkan

data yang diperoleh dari 6 bulan terakhir, ditemukan 71 kasus (32%) halusinasi dari 216

kasus gangguan jiwa yang terjadi (RSJ prof. Hb sa’anin)

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk membahas masalah

gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di ruangan Flamboyan RS Jiwa Prof

SB Saanin padang tahun 2019.

1.2 Ruang Lingkup

Dalam ruang lingkup ini penulis hanya akan membahas tentang gangguan

persepsi sensori : halusinasi pendengaran di ruangan Flamboyan RS Jiwa Prof HB

Saanin padang tahun 2019.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran nyata tentang asuhan keperawatan jiwa pada

klien dengan perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran di ruangan

Flamboyan RS Jiwa Prof HB Saanin padang tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan persepsi sensori :

Halusinasi pendengaran.

b. Membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi sensori :

halusinasi pendengaran.

c. Melakukan intervensi keperawatan pada klien gangguan persepsi sensori :

halusinasi pendengaran.

d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien gangguan persepsi sensori :

halusinasi pendengaran.

e. Mengevaluasi hasil tindakan pada klien gangguan persepsi sensori : halusinasi

pendengaran.

f. Mendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi

sensori : halusinasi pendengaran.

g. Dapat membandingkan antara kesenjangan teori dengan kenyataan yang penulis

temukan dilapangan.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Bagi Klien

Hasil laporan kasus ini dapat digunakan oleh penderita agar dapat mempercepat proses

penyembuhan.

2. Bagi Petugas Kesehatan


Hasil laporan kasus ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

mengambil keputusan atas kebijaksanaan untuk mengatasi masalah yang berkaitan

dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil laporan kasus ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan kususnya tentang

asuhan keperawatan jiwa pada psien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi

pedengaran.

4. Bagi Penulis

Hasil laporan ini dapat meningkatkan wawasan dan pengetahan mahasiswa dalam

memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien gangguan persepsi sensori : halusinasi

pendengaran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HALUSINASI

2.1.1 Pengertian

Menurut Vascaloris(dalam yosep, 2011), halusinasi dapat di definisikan

sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang, di mana tidak terdapat stimulus.

Tipe halusinasi yang paling sering adalah halusinasi pendengaran (Auditory-

hearing voices or sounds), penglihatan (Visual-seeing persons or things),

penciuman (Olfactory-smelling Doors), pengecapan ( Gustatory-experiencing

tastes).

Halusinasi adalah hilangnya kemempuan manusia dalam membedakan

rangsangan internal (fikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi

persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang

nyata. Sebagai contoh klien sering mendengar suara padahal tidak ada orang yang

berbicara (direja, 2011)

Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsangan apapun pada

panca indra seseorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/ bangun, dasarnya

mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik. Klien yang salah terhadap

lingkungan tanpa stimulus yang nyata, memberi persepsi yang salah atau pendapat

tentang sesuatu tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata dan hilangnya

kemampuan manusia untuk membedakan rangsangan fikiran dan rangsangan

eksternal (dunia luat) (Maramis dalam trimelia 2011).

2.1.2 Rentang Respon Neurobiologis


Menurut Direja, 2011.

Adaptif Mal Adaptif

- Fikiran logis - Kadang- - Waham


- Persepsi kadang proses - Halusinasi
akurat fikir terganggu - Kerusakan
- Emosi - Ilusi proses emosi
konsisten - Emosi - Prilaku tidak
dengan berlebihan terorganisasi
pengalaman - Prilaku yang - Isolasi sosial
- Prilaku cocok tidak biasa
- Hubungan - Menarik diri
sosial
Harmonis

(Gambar 2.6 Rentang Respon Neurobiologis (Direja,2011).

2.2.3 Faktor penyebab

Yosep, 2011 faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah :


A. Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri
sejak kecil, mudah frustrasi, hilang percaya diri atau lebih rentan terhadap
stres.

b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang mmerasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi
(unwanted child) akan merasa disingkirkan , kesepian dan tidak percaya pada
lingkungannya.
c. Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
strees yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suat zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti
buffofenon dan dimetytanferase (DMP). Akibat stres berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmilter otak. Misalnya terjadi
ketidakseimbangan acetylcholin dan dopamin.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawaab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil Keputusan yang tepat demi masa
depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam khayal.
e. Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh dengan
orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia.
B. Faktor Presipitasi
Secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya. Penilaian induvidu terhadap stressor dan maslah
koping dapat mengindikasi kemungkinnan kekambuhan (Kelliat,2009).
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak akibat ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2) Stres lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
3) sumber koping.
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
2.2.4 Proses Terjadinya Halusinasi
1. Fase pertama (conforting)
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stres, perasaan terpisah,
kesepian klien mungkin melamun atau mengfokuskan pikiran padahal yang
menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan, cara ini menolong untuk
sementara.
2. Fase kedua (condeming)
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal
dan eksternal. Klien berada dalam tingkat listening pada halusinasi. Pikiran
internal menjadi menonjol. Gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa
bisikan yang tidak jelas, klien takut apabila orang lain mendengar dan klien
tidak mampu untuk mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan
halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang
lain atau tempat lain.
3. Fase ketiga
Halusinasi menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa
dan tidak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi kesenangan dan rasa
aman yang sementara.
4. Fase keempat (conkuerting)
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi
mengancam, memerintah dan memarahi, klien tidak dapat berhubungan dengan
orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya. Klien mungkin berada
dalam dunia yang menakutkan dalam waktu yang sangat singkat, berapa jam
atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi

2.2.5 Mekanisme Koping


a. Denial
Menghindari kenyataan yang tidak disetujui dengan mengacuhkan atau menolak
untuk mengalami kenyataan.

b. Proyeksi
Meningkatkan pikiran / impuls dan terutama keinginan yang tidak dapat
ditoleransi perasaan emosional / motivasi kepada orang lain.

c. Regresi
Menghindari stress terhadap karakteristik perilaku diri terhadap perkembangan
yang lebih awal (Stuart, 2011)
2.1.6 Tanda dan Gejala
Tipe halusinasi menurut Videbeck dalam yosep, 2011
Jenis Halusinasi Data subjektif Data Objektif
Halusinasi dengar 1) Mendengar suara 1) Mengarahkan
(auditor-hearing menyuruh telinga pada sumber
voices or sounds) 2) Mendengar suara suara
atau bunyi 2) Bicara atau tertawa
3) Mendngar suara sendiri
yang mengajak 3) Marah-marah tanpa
bercakap-cakap sebab
4) Mendengar 4) Menutup telinga
seseorang yang 5) Mulut komat-kamit
sudah meninggal 6) Ada gerakan tangan
5) Mendengar suara
yang mengancam
diri klien
Halusinasi 1) Melihat seseorang 1) Tatapan mata pada
penglihatan yang sudah tempat tertentu
(visual-seeing meninggal, melihat 2) Menunjuk ke arah
persons or thing) makhluk tertentu, tertentu
melihat bayangan, 3) Ketakutan pada
hantu atau sesuatu objek yang di lihat
yang menakutkan.

Halusinasi 1) Mencium sesuatu 1) Ekspresi wajah


penciuman seperti bau mayat, sering mencium
(olfaktory- darah, bayi, feses sesuatu dengan
smelling Doors) atau bau parfum gerakan cuping
2) Klien sering hidung,mengarahk
mengatakan sering an hidung ke
mencium bau tempat tertentu
sesuatu
3) Tipe halusinasi ini
sering menyertai
klien demensia,
kejang atau
penyakit
serebrovaskular
Halusinasi 1) Klien seperti 1) Mengusap,
perabaan(tactile- merasakan ada menggaruk-garuk
feeling bodily sesuatu yang meraba-raba
sensations) menggerayangi permukaan kulit.
tubuh seperti Terlihat
tangan, binatang menggerakkan
kecil,makhluk halus badan seperti
2) Merasakan sesuatu merasaakan
di permukaan kulit, sesuatu rabaan
merasakan sangat
panas atau dingin
Halusinasi 1) Klien seperti 1) Seperti mengecap
pengecapan merasakan makanan sesuatu. Gerakan
(gustatory- tertentu,rasa tertentu mengunyah,
experiencing atau mengunyah meludah atau
tastes) sesuatu muntah
Cenesthetic & 1) Klien 1) Klien terlihat
kinestetik melaporkan menatap tubuhnya
hallucinations bahwa fungsi sendiri dan terlihat
tubuhnya tidak merasakan sesuatu
dapat terdeteksi yang aneh tentang
misalnya tidak tubuhnya
ada denyutan di
otak, atau sensasi
pembentukan
urine dalam
tubuhnya
perasaan
tubuhnya
melayang di atas
bumi

2.1.7. Jenis Halusinasi


Deden dan rusli, 2013
1. Halusinasi patologis terdiri dari jenis :
A. Halusinasi Pendengaran (auditor)
Mendengar suara-suara / kebisingan, paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai percakapan lengkap antara dua
orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar jelas dimana
klien mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk melakukan
sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan.
B. Halusinasi Penglihatan (Visual)
Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar giometris, gambar
karton dan atau panorama yang luas dan komplek. Penglihatan dapat
berupa sesuatu yang menyenangkan / sesuatu yang menakutkan
C. Halusinasi Penciuman (Olfactory)
Membau bau-bau seperti bau darah, urine, fases umumnya bau- bau yang
tidak menyenangkan atau bau harum seperti bau parfum
D. Halusinasi Pengecapan ( Gustatory)
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine, fases.
E. Halusinasi Perabaan (taktil)
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus
yang jelas rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau
orang lain.
2. Halusinasi non patologis
Menurut NAMI (National Alliance For Mentally III) halusinasi dapat
terjadi pada seseorang yang bukan penderita gangguan jiwa. Pada umumnya
terjadi pada klien yang mengalami Stres yang berlebihan atau kelelehan bisa
juga pengaruh obat-obatan (Halusinasinogenik).
Halusinasi ini antara lain :
a. Halusinasi hipnogonik : Persepsi sensori yang palsu terjadi saat sebelum
seseorang jatuh tertidur.
b. Halusinasi hipnopomik : Persepsi sensori yang palsu terjadi saat
seseorang terbangun tidur.

2.1.7 Tahapan Halusinasi


Menurut direja, 2011
a. Fase pertama
Fase pertama, disebut dengan fase comporting yaitu fase yang
menyenangkan atau memberi rasa nyaman. Pada tahap ini masuk dalam
golongan nonpsikotik. Karakteristiknya yaitu klien mengalami stress, cemas,
perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat
diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal yang menyenangkan,
cara ini hanya menolong sementara. Prilaku klien tersenyum dan tertawa yang
tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons
verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya, dan suka
menyendiri.
b. Fase kedua
Fase kedua, disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu
halusinasi menjadi menjijikkan, termasuk dalam psikotik ringan.
Karakteristiknya pengalaman sensori menakutkan, kecemasan meningkat,
melamun, dan berfikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang
tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tau dan ia tetap dapat mengontrolnya.
Prilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sisitem syaraf otonum seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan
halusinasinya dan tidak dapat membedakan realitas.
c. Fase ketiga
Fase ketiga, disebut dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu
pengalaman sensori menjadi berkuasa, termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristiknya yaitu suara, bisikan, isi halusinasi semakin menonjol,
menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya
terhadap halusinasinya.Prilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi,
rentang perhatian hanya beberapa menit dan detik, tanda-tanda fisik berupa
berkeringat tremor dan tidak mampu mematuhi perintah.
d. Fase keempat
Fase keempat, disebut fase conquering atau panic yaitu klien lebur
dengan halusinasinya, termasuk dalam psikotik berat. Karakteristiknya,
halusinasi berubah menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi klien.
Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang control, dan tidak dapat
berhubungan secara nyata dengan orang lain dilingkungan. Prilaku klien :
prilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, prilaku kekerasan, agitasi,
menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah
kompleks, dan tidak mampu merespon lebih dari satu orang.

2.2 Konsep asuhan keparawatan jiwa

2.2.1 Pengkajian keperawatan jiwa

I. Identitas Diri
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status
pernikahan, no RM, alamat, agama.
II.Alasan Masuk
Umumnya klien dengan halusinasi dibawa kerumah sakit karena keluarga
merasa tidak mampu merawat, terganggu karena prilaku klien dan hal lain,
gejala dinampakkan dirumah sehingga klien dibawa kerumah sakit.
III.Faktor predisposisi
1. Faktor perkembanga terlambat
Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makan, minum, dan rasa aman. Usia
balita tidak terpenuhi kebutuhan otonomi. Usia sekolah mengalami
peristiwa yang tidak terselesaikan
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi peran ganda, tidak ada komunikasi, tidak ada penghangatan,
komunikasi dengan emosi berlebihan, komunikasi tertutup, orangtua yang
membandingkan anak-anaknya, orangtua yang otoritas dan konflik dalam
keluarga.
3. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial pada usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan
yang terlalu tinggi.
4. Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal
diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambar
diri negatif, dan koping deskrutif
5. Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel,
perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik
6. Faktor genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui kromoson
tertntu. Namun demikian kromosom yang keberapa yang menjadi faktor
penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian.
Diduga letak gen skizofrenia adalah kromosom nomor enam, dengan
kontribusi genetik tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak kembar identik
memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah
satunya mengalami skizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya
sebesar 15% seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami
skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua
oran tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.

IV. Faktor presipitasi


Faktor – faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :
1. Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima
dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2. Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu (mekanisme
penerimaan abnormal)
3. Adanya hubungan yang bermusuh, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya.
V. Fisik
Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan tekanan
darah), berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang dirasakan klien.
VI. Psikososial
Genogram : yaitu minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan
klien dan keluarga dan jelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan. Dan pola asuh.
VII. Mekanisme koping
 Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari
 Proyeksi : menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha
untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain
 Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal.
VIII. Status Mental
1. Penampilan
Data ini didapat memalui observasi perawat/keluarga :
a) Penampilan tidak rapi jika ujung rambut sampai ujung kaki ada yang tidak
rapi.misalnya rambut acak-acakan, kancing baju tidak tepat, resleting tidak
dikunci, baju terbalik, baju tidak diganti-ganti.
b) Penggunaan pakaian tidak sesuai, misalnya pakaian dalam dipakai diluar.
c) Cara berpakaian tidak seperti biasanya,jika pengguanaan pakaian tidak
tepat (waktu, tempat, identitas, situasi, kondisi)
d) Jelaskan hal-hal yang ditampilakan klien dan kondisi lain yang tidak
tercantum, seperti penampilan, usia, sikap tubuh, cara jalan yang janggal.
e) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
2. Pembicaraan
a) Clang association adalah ide yang saling berkaitan dan didasarkan pada
suara atau irama,bukan pada makna.contoh : ”saya akan minum pil kalau
saya menengendarai mobil,tetapi saya bukan jail ,saya tidak usil “
b) Neologisme adalah kata-kata yang dibuat oleh klien.contoh : “saya takut
terhadap grittiz disini,saya akan lari.apakah anda gritiiz ? “
3. Aktivitas motorik
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat/keluarga
a) Lesu, tegang, gelisah, sudah jelas.
b) Agitasi : gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan.
c) Tik :gerakan-gerakan kecil pada otot yang tak terkontrol.
d) Grimasen : gerakan otot muka yang berubah-ubah yang involunter.
e) Tremor : jari-jari tangan dan lidah tampak gemetar ketika klien
merentangkan jari-jari dan lidah.
f) Kompulsif : kegiatan yang dilakukan berulang-ulang,seperti berulang kali
mencuci tangan, mencuci muka, mandi, mengeringkan tangan dan
sebagainya.
4. Alam perasaan
a) Sedih, putus asa, gembira berlebihan sudah jelas
b) Ketakutan, objek yang ditakuti sudah jelas
c) Khawatir, objek yang ditakuti belum jelas
5. Afek
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat/keluarga
a) Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang
mnyenangkan atau menyedihkan
b) Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang kuat
c) Labil : emosi yang cepat berubah-ubah
d) Tidak sesuai : emosi yang tidak sesuai atau bertentangan dengan stimulus
yang ada.
6. Interaksi selama wawancara
Data ini didapatkan melalui hasil wawancara dan observasi perawat/keluarga :
a) Bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung, sudah jelas
b) Kontak mata kurang : tidak mau menatap lawan bicara
c) Defensif : selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaraan
dirinya
d) Curiga : menunjukan sikap/perasaan tidak percaya pada orang lain.
7. Isi pikir
Data didapatkan melalui wawancara
a) Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha
menghilangkan nya.
b) Phobia : ketakutan yang patologis/tidak logis terhadap objek/situasi
tertentu.
c) Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ dalam tubuh
yang sebenarnya tidak ada.
d) Ide yang terkait : keyakianan klien terhadap kejadian yang banyak di
lingkungan yang bermakna dan terkait pada dirinya.
e) Pikiran magis : keyakin klien tentang kemampuaannya melakukan hal-hal
yang musathil/diluar kemampuannya.
9 Proses pikir ( data diperoleh dari observasi saat wawancara )
a. Sirkumstansia : pembicaraan yang berbelit-belit tetapi sampai pada
tujuan pembicaraan
b. Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit, tetapi tidak sampai
pada tujuan
c. Kehilangan asosiasi : pembicaraan tidak ada hubungan antara satu
kalimat dengan kalimat lainnya dan klien tidak menyadarinya.
d. Flinht of ideas : pembicaraan yang melombat dari satu topik ke
topik lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak
sampai pada tujuan
e. Bloking : pembicaraan berhenti tiba-tiba tanpa ada gangguan
ekternal kemudian dilanjutkan kembali
f. Perseverasi : pembicaraan yang berulang berkali-kali
g. Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara
h. Masalah keperawanan sesuai dengan data
10 Tingkat kesadaran
Data tentang bingung dan sedasi diperoleh melalui wawancara dan observasi,
stupor diperoleh melalui observasi, orientasi klien (waktu,temapt,orang)
diperoleh melalui wawancara. Pada skizofrenia klien bingung, tampak
bingung dan kacau.stupor : gangguan motorik seperti kekakuan,gerakan-
gerakan yang diulang, anggota tubuh klien dapat dikatakan dalam sikap
canggung dan dipertahankan klien, tapi klien mengerti semua yang terjadi
dilingkungan. Orientasi waktu, tempat, orang jelas,
11 Memori
Data diperoleh melalui wawancara
a. Gangguan daya ingat jangka panjang
b. Gangguan ingat jangka pendek
c. Gangguan daya ingat saat ini
d. Konfabulasi
12 Tingkat konsentrasi dan berhitung
Data diperoleh melalui wawancara
a. Mudah dialihkan
b. Tidak mampu berkonsentrasi
c. Tidak mampu berhitung
13 Kemampuan penilaian
a. Gangguan kemampuan penilaian ringan : dapat mengambil Keputusan
yang sederhana dengan bantuan orang lain.
b. Gangguan kemamuan penilaian bermakna : tidak mampu mengambil
Keputusan walaupun dibantu orang lain
14 Daya tilik diri
Data tilik juga terganggu,terutama selama proses penyakit.semakin
lama beberapa klien dapat mempelajari penyakiynya,mengantisipasi masalah
dan mencari bantuan yang teoat sesuai kebuuhan.akan tetapi klien yang
skizofrenia yang gagal memahami penyakitnya menyebabkan masalh jangka
panjang,penyakit tersebut menimbulkan kesulitan yang kronis.
IX. Pengetahuan
Data didapat melalui wawancara pada klien. Pada tiap item yang dimiliki oleh
klien simpulkan dalam masalah.
X. Aspek medis
Diagnosa medic klien yang telah di rumuskan oleh dokter yang merawat.
2.1.3 Pohon masalah

Resiko Prilaku menciderai diri gangguan pemeliharaan

kesehatan
Gangguan Persepsi Sensori:
Akibat
Halusinasi Pendengaran

Penyebab Isolasi Sosial : Menarik Diri defisit perawatan diri


Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah kronis

(Gambar 2.2 Pohon masalah gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran.

Keliat,2009).

2.1.4 Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

Menurut Yosep,2011 :

A. Resiko tinggi prilaku kekerasan

B. Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran

C. Isolasi sosial : menarik diri

D. Harga diri rendah kronis

E. Intoleransi aktivitas

F. Gangguan pemeliharaan kesehatan


BAB III
TINJAUAN KASUS

Ruang rawat : Wisma Flamboyan Tanggal dirawat : 19November 2019

I. Identitas

Nama : Ny.E

Umur :43 Tahun

Informan : Status dan klien

Jenis Kelamin : Perempuan

No. RM : 01.31.09

Ruang : Wisma Flamboyan

Tanggal Masuk : 19 desember 2019

Tanggal Pengkajian : 25 desember 2019

Alamat : Desa Dadok jorong perumahan kelurahan Paninggahan Solok

II. Alasan masuk

Klien masuk RSJ Prof. HB Sa’anin Padang pada tanggal 19/Desember/2019 melalui

IGD diantar keluarga dengan keluhan klien gelisah 1 minggu dengan gejala bicara

sendiri, tertawa sendiri, menangis tanpa sebab, merasa takut dan cemas. Marah-marah

tanpa sebab, menendang ibu, jalan ke luar rumah tanpa tujuan pulang sendiri dan

kadangu dicari, telanjang-telanjang didalam kamar, merasa paling hebat, curiga kepada

semua orang, makan kurang dalam beberapa hari, klien mengeluh sakit pinggang sebeleh

kiri

III. Faktor predisposisi


a. Gangguan jiwa masa lalu

Keluarga mengatakan keadaannya seperti ini sejak tahun 1997, terakhir dirawat

bulan april 2019, pulang tenang dan dijemput keluarga. Di rumah klien ada kontrol

ke Rumah Sakit Solok dan ada minum obat. Klien pernah mencoba minum baygon

tahun 2000

b. Pengobatan sebelumnya

Pengobatan klien tidak berhasil setelah pulang kerumah,keluarga sudah

berusaha membawa kontrol berobat ke RSUD Solok,untuk selanjutnya klien

menolaknya dan tidak mau memakan obatnya,pada saat dirumah pasien minum obat

tidak teratur dalam rentan 2minggu obat terkadang diminum kadang tidak. Saat

diberi obat klien meminumnya tapi tidak menelannya lalu membuangnya ke kolong

tempat tidur hingga penyakit klien kambuh kembali

Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan penatalaksanaan program

terapeutik

c. Riwayat trauma

1) Aniaya Fisik

Klien mengatakan pernah memukul keluarganya dengan tangan kosong, karena

keluarganya memaksanya ke rumah sakit jiwa.Klien berkata dulunya juga sering

ribut dengan mantan suami hingga klien memukul dan melempar barang-barang

seperti piring.

2) Aniaya Seksual

Klien mengatakan tidak pernah mengalami penganiayaan seksual baik sebagai

pelaku, korban maupun saksi.


3) Penolakan

Pasien mengatakan telah bercerai dengan suami karena klien dianggap terlalu

curiga dan mengalami gangguan jiwa, pasien berkata ia merasa malu karna

ucapan suami tentang dirinya, sekarang suami klien sudah menikah lagi, klien

sering mengkritik diri setelah becerai dan malu terhadap dirinya sendiri yang

terlalu curiga dan dianggap gila.

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

d. Riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Klien mengatakan pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan pada masa

lalu adalah bercerai dengan suami pada tahun 2000

Masalah Keperawatan : resiko perilaku kekerasan

IV. Fisik

1. Tanda - Tanda Vital :

TD : 120/80 mmHg

N : 78 x/i

S : 36,5

P : 19x/i

2. Ukuran : TB : 148 cm BB : 59 kg

3. Pada saat pengkajian klien mengatakan ada yang berbicara setelah itu klien tertawa

sendiri dan berbicara sendiri

Masalah Keperawatan : - Halusinasi pendenggaran

- Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

V. Psikososial
I. Genogram

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

: Serumah

Klien merupakan anak ke 4 dari 5 bersaudara. Semenjak sakit klien dirawat oleh

kakak dan ibunya. Pengambil keputusan di dalam keluarga adalah ibunya. Klien

mengatakan semenjak kecil di didik dan diasuh oleh ayahnya, klien berkata di didik

ayahnya dengan keras, klien berkata pernah berkeluarga tapi telah bercerai, Klien

mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

II. Konsep diri


a. Citra tubuh
Klien mengatakan menyukai seluruh tubuhnya mulai dari ujung rambut sampai
ujung kakinya,bagian tubuh yang paling disukai oleh klien adalah rambut dan
wajahnya.
b. Identitas diri
Pada saat pengkajian,klien mengatakan adalah seorang perempuan,klien dapat
menyebutkn identitas dirinya,klien bisa menyebutkan (nama,umur,jenis
kelamin,alamat) dan menggatkan tinggal di rumah bersama ibu dan kakaknya.
c. Peran diri
Klien mengatakan anak kandung dari kedua orang tuanya,tetapi ayah klien
sudah meninggal,dirumah klien dapat melakukan aktifitas rumah seperti
menyapu dan mencuci pakaian kemudian melipat pakaian.
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin pulang,klien mengatakan ingin
melakukan aktifitas rumah,dan tidak mau lagi di rawat di RSJ
e. Harga diri
Klien mengatakan tidak dihrgai oleh oarang-oarang disekitar dan
lingkungannya,klien merasa malu sudah masuk di RSJ ini ke 4 kalinya.
Masalah Keperawatan : - Harga diri rendah
- Halusinasi pendengaran
III. Hubungan sosial
a. Orang terdekat
Klien mengatakan dirumah dekat dengan ibu dan adik perempunya yangg tinggal
serumah
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok
Klien mengatakan tidak pernah mengerti kegiatan kelompok dan tidak ada
keinginan untuk ikut serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
c. Hubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan keluarga
maupun orang lain di sekelilingnya,klien memiliki banyak teman di lingkungan
rumahnya.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
IV. Spiritual
 Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan ia beragama islam dan mengetahui jika melakukan shalat itu
wajib. Selama dirawat di RSJ klien tampak jarang melakukan shalat lima waktu.
Masalah Keperawatan: Distress Spiritual
V. Status Mental
a. Penampilan
Penampilan berpakaian klien tampak tidak rapi,dan kotor,klien mengepang
rambutnya,muka bersih dan gigi klien terdapat ada karang gigi,kuku klien tidak
panjang tetapi kotor
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri
b. Pembicaraan
Klien berbicara ngaur lain yang di tanya lain juga yang dijawab,terkadang
koperatif,klien berbicara cepat dan keras.
Masalah keperawatan : Gangguan komunikasi verbal, halusinasi
- Gangguan interaksi sosial
- Harga Diri Rendah
c. Aktivitas motorik
Klien terkadang tampak gelisah, klien jalan mondar mandir di ruangan bersama satu
teman ceweknya.
Masalah keperawatan : Halusinasi perabaan
d. Afek
Afek klien sesuai dengan keadaan
e. Alam perasaan
Klien tampak tertawa-tertawa sendiri dan tidak jelas,kadang klien sedih,dan terasa
aroma berjalan dengan kekasihnya,dan jalan mondar mandir klien tampak gelisah.
Masalah keperawatan :Halusinasi
f. Afek
Afek klien sesaui dengan keadaan
Masalah keperawatan :Halusinasi Pendengaran
g. Proses pikir
sirkumstansial, saat berbicara dengan klien, pembicaraan sering berbelit-belit tapi
sampai pada tujuan pembicaraan.Seperti saat klien menceritakan halusinasinya
sangat panjang tetapi pada intinya klien berkata ada suara yang membuatnya
tertawa karena lucu.
Masalah keperawatan : Ganggauan proses fikir
h. Isi pikir
Klien mengatakan ingin pulang,sudah rindu dengan keluarga dan rumahnya,klien
mengatakan lebih suka berteman dengan tetangga rumahnya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
i. Tingkat kesadaran
Klien mengatakan ia menyadari bahwa ia berada di RSJ, klien mengetahui nama
anggota keluarganya,klien mampu mengenali orang disekitarnya,dan dapat
mengetahui sudah berapa hari dirinya dirawat.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
j. Memori
Pasien tidak mengalami gangguan jangka panjang dan jangka pendek. Hal ini
dapat dibuktikan dengan pasien dapat menyebutkan kenapa ia dirawat dan kapan ia
terakhir kali dirawat.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
k. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Saat berinteraksi dengan klien,perhatian klien fokus pada perawat,klien suka
tertawa sendiri saat menatap perawat,klien mampu berhitung dari 1-0.
Masalah keperawatan :
l. Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan sederhana. Seperti saat disuruh memilih mandi
dulu baru makan atau makan dulu baru mandi. Klien mengatakan mandi dulu, baru
makan.
m. Daya tilik diri
Klien tidak mengingkari penyakit yang dideritanya, klien tidak mengetahui tentang
penyakitnya.
Masalah keperawatan : Gangguan Proses Pikir
VI. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Makan
Dalam memenuhi kebutuhan makan dan minum, klien mampu sendiri tanpa
bantuan perawat, klien makan 3 x sehari dengan porsi normal habis hanya 1/3
saja.Klien makan diingatkan dan dipaksa terkadang klien mampu makan sendiri
tanpa disuruh.
b. BAK/BAB
Klien mengatakan mampu menggunakan dan membersihkan wc, setelah
menggunakan wc klien bisa membersihkan dan merapikan diri/ pakaian setelah
kembalinya dari wc. Klien mampu BAB/BAK dengan bantuan minimal.
c. Mandi
Klien mengatakan mandi 2x sehari. Klien mengatakan gosok gigi kadang ada dan
kadang tidak. Penampilan klien tampak tidak rapi, badan klien berbau, gigi klien
kotor dan berbau, rambut klien tampak kurang bersih, berketombe dan berkutu
d. Berpakaian
Klien tidak di bantu dalam berpakaian, klien mampu memilih dan memakai pakaian
sendiri,

e. Istirahat dan tidur


Klien tidur siang 2-3 jam dan tidur malam lebih kurang 8 jam, sebelum tidur klien
makan dan minum obat.
f. Penggunaan obat
Klien tidak tau nama obat, guna obat, cara minum obat, keuntungan minum obat,
kerugian tidak minum obat tetapi klien minum obat secara teratur meski harus
diarahkan terlebih dahulu.
g. Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan jika ia diperbolehkan pulang, klien akan rajin minum obat dan
rajin mengontrol ulang dirinya ke rumah sakit.
h. Kegiatan didalam rumah
Klien mengatakan sebelum ia masuk rumah sakit, klien tidak mampu mengerjakan
pekerjaan rumah, pekerjaan rumah biasanya dikerjakan oleh ibunya.
i. Kegiatan diluar rumah
Klien mengatakan dulu sebelum masuk RSJ klienkeluar rumah berjalan-jalan
Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
- Ketidak Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
VII. Mekanisme Koping
Klien mengatakan jika ada masalah klien tidak mau menceritakannya kepada orang lain
walaupun sama keluarganya. Klien memilih untuk memendamkannya dan menghindar.
Mekanisme Koping : ketidakefektifan koping individual

VIII. Masalah Psikososial dan Lingkungan


a. Masalah dengan kelompok
Klien mengatakan tidak ada terlibat dalam kelompok atau organisasi
b. Masalah dengan lingkungan
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan orang disekitarnya
c. Masalah dengan pendidikan
Klien mengatakan saat ini klien sudah lulus SMA tidak ada permasalahan pada
sekolah
d. Masalah dengan pekerjaan
Saat ini klien tidak memiliki pekerjaan, klien hanya membantu dirumah
e. Masalah ekonomi
Klien dibiayai oleh keluarga nya
f. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pelayanan kesehatan, klien dirawat
dengan BPJS.
IX. Pengetahuan
Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya dan apa penyebab penyakitnya.
Masalah keperawatan : Kurang pengetahuan
X. Aspek Medik
Terapi medik : Skizoafektif tipecampuran
1. Tanggal 19Desember 2019
a. Risperidon 2 x 2 mg
Indikasi: Obat untuk mengatasi gng.mental/mod tertentu seperti schizoprenia,
gng.biopolar, dan iritabilitas
b. THP 2 x 200 mg
Indikasi:
c. CPZ 1x100 mg
Indikasi: Obat untuk mengatasi kecemasan serta insomnia
d. DZP 1x 20 mg
Indikasi: Merupakan obat anti depresan/serangan panik
e. HLP 2x 1Tablet
XI. ANALISA DATA
N DATA MASALAH
O
1. Data Subjektif Gangguan persepsi Sensori
 Klien mengatakan mendengar suara- :Halusinasi Pendengaran.
suara bisikan, Klien mengatakan
bisikan itu membuatnya tertawa karena
lucu.
 Klien mengatakan mendengar suara
beberapa detik hingga menit lebih
sering saat akan tidur dan siang hari,
saat sedang menyendiri muncul juga
bisikan, suara-suara yang mengajaknya
bercerita tentang kelucuan dan
mengatakan orang disekitar nya lucu.
 Klien berkata menyukai suara nya
karna mengajak nya tertawa,
Data Objektif
 Klien tampak sering tiduran dalam
mulut klien komat-kamit.
 Klien juga tampak tertawa sendiri
 Klien sering tampak bicara
sendiri.
 klien dengan mudah tampak sedih
dan tiba tiba tertawa, kadang diam
dan berbicara.
2. Data Subjektif Harga diri rendah
 klien berkatapernah berkeluarga tapi
telah bercerai.
 Klien mengatakan kalau dirinya tidak
dihargai dirumah, keluarga tidak
menyayangi nya dan tidak ada peduli
pada dirinya.
 Klien mengatakan tidak mau mengikuti
kegiatan masyarakat, klien mengatakan
malu dengan keadaannya karena,
tetangga tau klien dirawat di Rumah
Sakit Jiwa.
Data Objektif
 Klien mengikuti aktifitas kelompok
seperti penyuluhan, TAK, senam.
 Selama diruangan rawatan pasien
jarang berkomunikasi dengan teman-
temannya, pasien lebih suka tiduran
sendirian dari pada berinteraksi dengan
pasien lain.
 Klien berbicara lambat, klien tidak mau
berkomunikasi dengan perawat
perempuan.
3. Data Subjektif Resiko Perilaku Kekerasan.
 Keluarga mengatakan pada saat
dirumah klien marah-marah tanpa
sebab, bicara ngaur dan kasar, klien
gelisah, jalan mondar mandir,
memecah kaca merusak alat rumah
tangga dan memukul
keluarganya.dengan tangan kosong,
karena karena keluarganya
memaksanya ke rumah sakit jiwa
Data Objektif
 Selama diruangan pasien terlihat
banyak tidur dan sendiri, pasien lebih
memilih untuk tidak berkomunikasi
karna takut melukai pasien lain.
 Pasien tampak kesal pada saat
menceritakan masa lalunya.
 Klien tampak tegang dan gelisah saat
berinteraksi.
4. Data Subjektif Defisit perawatan Diri
 Klien mengatakan mandi 2x sehari
 , klien mengatakan mandi jarang
memakaisabun dan jarang cuci rambut
dengan shampo.
 Klien mengatakan gosok gigi kadang
ada dan kadang tidak.
Data Objekttif
 Penampilan klien tampak tidak rapi,
 badan klien berbau,
 gigi klien kotor dan berbau,
 rambut klien tampak kurang bersih,
berketombe.

XII. Daftar Masalah Keperawatan

1. Gangguan persepsi Sensori :Halusinasi Pendengaran.


2. Harga diri rendah
3. Resiko Perilaku Kekerasan.
4. Defisit perawatan Diri
XIII. Pohon Masalah

Resiko Pk

Gangguan persepsi sensori :halusinasi pendengaran


Harga diri rendah

Defisit perawatan diri

XIV. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan persepsi Sensori :Halusinasi Pendengaran.

2. Harga diri rendah

3. Resiko Perilaku Kekerasan.

4. Defisit perawatan Diri


XV. Rencana Keperawatan

NO DIAGNOSA/TUJ KRITERIA HASIL INTERVENSI


UAN
1. Gangguan Setelah dilakukan 2 kali SP 1 klien
Persepsi Sensori : pertemuan klien : 1. Bina hubungan saling
(Halusinasi - dapat menyebutkan isi, percaya
Pendengaran) waktu, frekuensi, situasi 2. Identifikasi halusinasi (jenis,
Tujuan : pencetus dan perasaan isi, frekuensi, situasi, waktu,
klien mampu saat halusinasi muncul perasaan, respon
- Mengenali - Mampu menjelaskan 3. Latih mengontrol dengan
halusinasi yang dan memperagakan cara cara menghardik
dialaminya mengontrol halusinasi 4. Masukkan latihan
- mengontrol menghardik ke dalam jadwal
halusinasi kegiatan harian
- mengikuti
program
pengobatan
secara optimal

Keluarga mampu : Setelah 2 kali pertemuan, SP 1 Keluarga


- Merawat dan keluarga mampu 1. Diskusikan masalah yang
terlibat dalam menjelaskan tentang dirasakan keluarga dalam
perawatan klien halusinasi. merawat pasien.
baik dirumah 2. Jelaskan pengertian
sakit maupun halusinasi, jenis halusinasi
dirumah. yang dialami pasien, proses
- Menjadi system terjadinya, dan cara
pendukung merawat pasien halusinasi.
yang efektif 3. Jelaskan cara merawat
untuk klien halusinasi
4. Latih cara merawat
Setelah dua 2 pertemuan SP 2 klien
k;ien : 1. Evaluasi tanda dan gejala
- Mampu menyebutkan halusinasi
kegiatan yang telah 2. Validasi kemempuan pasien
dilakukan melakukan latihan
- Mampu menjelaskan menghardik dan berikan
cara mengotrol pujian
halusinasi dengan 3. Evaluasi manfaat melakukan
minum obat menghardik
4. Latih cara mengontrol
halusinasi deng obat
(jelaskan 6 benar : jenis,
guna, dosis, frekuensi, cara,
continuitas minum obat)
5. Masukkan kedalam jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum
obat.
Setelah 2 kali pertemuan, SP 2 Keluarga
keluarga mampu 1. Evaluassi kemampuan
mempraktekkan cara keluarga mengidentifikasi
merawat klien halusinasi gejala halusinasi.
2. Validasi kemampuan
keluarga dalam
membimbing pasien
melaksanakan latihan
menghardik.
3. Evaluasi manfaat yang
dirasakan dalam merawat,
berikan pujian.
4. Jelaskan 6 benar cara
membertikan obat, latih
cara.
5. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan memberi
pujian.
Setelah 1 kali pertemuan SP 3 klien
klien mampu 1. Evaluasi tanda dan gejala
- Menyebutkan kegiatan halusinasi
yang dilakukan 2. Validasi kemampuan pasien
- Mampu membuat melakukan latihan
jadwal kegiatan harian menghardik dan jadwal
dan memperagakannya minum obat, berikan pujian
3. Evaluasi manfaat melakukan
menghardik dan minum obat
sesuai jadwal.

4. Latih cara mengontrol


halusinasi deng cara
bercakap-cakap
5. Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat
dan bercakap-cakap.

Setelah 1 kali pertemuan, SP 3 Keluarga


keluarga mampu membantu 1. Evaluasi kemampuan
pasien untuk mengontrol keluarga mengidentifikasi
halusinasi dengan gejala halusinasi.
bercakap-cakap. 2. Validasi kemampuan
keluarga dalam
membimbing pasien
melaksanakan kegiatan yang
telah dilatih : menghardik
dan patuh minum obat.
3. Evaluasi manfaat yang
dirasakan keluarga dalam
merawat, beri pujian.
4. Jelaskan cara bercakap-
cakap dan melakukan
kegiatan untuk mengontrol
halusinasi.
5. Latih dan sediakan waktu
bercakap-cakap dengan
pasien terutama saat
halusinasi
6. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan berikan
pujian.
Setelah 1 kali pertemuan : SP 4 klien
- Mampu menyabutkan 1. Evaluasi tanda dan gejala
kegiatan yang telah halusinasi
dilakukan 2. Validasi kemampuan klien
- Mampu menje;laskan melakukan klatihan
cara mengontrol menghardik, minum obat
halusinasi dengan sesuai jadwal, dan bercakap-
melakukan kegiatan cakap dengan orang lain,
harian. berikan pujian.
3. Evaluasi manfaat melakukan
menghardik minum obat
sesuai jadwal, dan bercakap-
cakap dengan orang lain.
4. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan
melakukan kegiatan harian
(mulai dua kegiatan)
5. Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan
harian.
- Setelah 1 kali SP 4 Keluarga
pertemuan, keluarga 1. Evaluasi kemampuan
mampu menjelaskan keluarga mengidentifikasi
follow up pasien ketika gejala halusinasi.
pulang. 2. Validasi kemampuan
keluarga dalam
membimbing pasien
melaksanakan kegiatan yang
telah dilatih : menghardik,
patuh minum obat, dan
bercakap-cakap dengan
orang lain.
3. Evaluasi manfaat yang
dirasakan
4. keluarga Dalam merawat ,
berikan pujian.
5. Jelaskan follow up ke PKM,
tanda kambuh dan rujukan.
6. Anjurkkan membantu pasien
sesuai jadwal, beri pujian

2 Harga diri rendah - Sp 1 pasien


1. Identifikasi kemampuan
melakukan kegiatan dan
aspek posistif pasien (buat
daftar kegiatan)
2. Bantu pasien menilai
kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini (pilih dari
daftar kegiatan) buat daftar
kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini.
3. bantu pasien memilih salah
satu kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini untuk
dilatih.
4. Latih kegiatan yang dipilih
(alat dan cara
melakukannya)
5. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan dua
kali per hari.

- Sp 1 keluarga
1. Diskusikan masalah yang
dirasakan dalam merawat
pasien.
2. Jelaskan pengertian,tanda
dan gejala, dan proses
terjadinya harga diri rendah.
3. Diskusikan kemampuan
atau aspek positif pasien
yang pernah dimiliki
sebelum dan setelah sakit.
4. Jelaskan cara merawat
harga diri rendah terutama
memberikan pujian semua
hal yang positif pada
pasien.
5. Latih keluarga memberi
tanggung jawab kegiatan
pertama yang dipilih pasien:
bimbing dan beri pujian.
6. Anjurkan membatu pasien
sesuai jadwal dan
memberikan pujian.

-
Sp 2 pasien
1. Evaluasi kegiatan pertama
yang telah dilatih dan
berikan pujian.
2. Bantu pasien memilih
kegiatan kedua yang akan
dilatih.
3. Latih kegiatan kedua (alat
dan cara)
4. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan: dua
dua kegiatan masing masing
dua kali perhari.

Sp 2 keluarga
1) Evaluasi kegiatan keluarga
dalam membimbing pasien
melaksanakan kegiatan
pertama yang dipilih dan
dilatih pasien. Beri pujian.
2) Bersama keluarga melatih
pasien dalam melakukan
kegiatan kedua yang dipilih
pasien.
3) Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal.

- Sp 3 pasien
1. Evaluasi kegiatan pertama
dan kedua yang telah dilatih
dan berikan pujian.
2. Bantu pasien memilih
kegiatan ketiga yang akan
dilatih.
3. Latih kegiatan ketiga(alat
dan cara)
4. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan: tiga
kegiatan, masing masing
dua kali perhari.

- Sp 3 keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga
dalam membimbing pasien
melaksanakan kegiatan
pertama dan kedua yang
telah dilatih. Beri pujian
2. Bersama keluaga melatih
pasien melakukan kegiatan
ketiga yang dipilih
3. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan beri
puian.
- Sp 4 pasien
1. Evaluasi kegiatan
pertama,kedua,dan ketiga
yang telah dilatih dan beri
pujian.
2. Bantu pasien memilih
kegiatan keempat yang akan
dilatih.
3. Latih kegiatan keempat
(alat dan cara)
4. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan:
empat kegiatan masing
masing dua kali perhari.

- Sp 4 keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga
dalam membimbing pasien
melaksanakan kegiatan
pertama, kedua dan
ketiga.beri pujian
2. Bersama keluarga melatih
pasien melakukan kegiatan
keempat yang dipilih.
3. Jelaskan follow up
RSJ/PKM, tanda kambuh,
rujukan.
4. Anjurkan mambantu pasien
sesuai jadwal dan
memberikan pujian.
3 Resiko perilaku Setelah 2 kali pertemuan Sp 1 pasien
kekerasan klien: 1. Bina hubungan
1. Mampu menceritakan saling percaya
perasaan. 2. identifikasi penyebab,tanda
2. Mengetahui dampak pk dan gejala pk yang
3. Mampu mengontrol pk dilakukan akibat pk.
dengan cara layihan 3. Latih cara mengonrol pk
fisik. secara fisik : tarik nafa
dalam dan pukul bantal /
kasur.
4. Masuakan pada jadwal
kegiatan untuk latihan fisik.
Setelah 2 kali pertemuan Sp1 keluaraga
keluarga mampu 1. Diskusikan masalah yang
mengidentifikasi masalah dirasakan dalam merawat
dan menjelaskan cara klien.
merawat klien dengan 2. Jelaskan pengertian tanda
perilaku kekerasan. dan gejalandan proses
terjadinya pk.
3. Jelaskan cara merawat pk
4. Latih satu cara merawat pk
dengan melakukan pk
kegiatan fisik,tarik nafas
dalam dan pukul bantal dan
kasur.
5. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan beri
pujian.

Setelah 2 kali pertemuan Sp 2 pasien


klien 1) Evaluasi kegiatan latihan
1) Dapat mengetahui fisik.beri pujian
manfaat,kerugian, 2) Latih cara mengontrol pk
nama dosis,cara dan dengan cara minum obat.
efek minum obat. 3) Masukan kedalam jadwal
2) Dapat menggunakan kegiatan pasien.
obat sesuai program.

Setelah 2 kali pertemuan Sp 2 keluarga


keluarga mampu 1. Evaluasi kegiatan keluarga
mempraktekkan cara dalam merawat/melatih
merawat klien dengan pasien. Beri pujian
perilaku kekerasan. 2. Jelaskan 6 benar cara
memberikan obat.
3. Latih cara memberikan
membimbing minum obat.
4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan memberi
pujian.
Setelah 2 kali pertemuan Sp 3 pasien
klien: Evaluasi kegiatan latihan fisik
1) Mampu mengontrol pk dan obat.beri pujian
dengan cara meminta, 1. Latih cara mengontrol pk
menolak secara verbal yaitu
mengungkapkan mrngungkapkan,meminta,m
dengan baik enolak dengan baik.
2) Mampu memasukan 1. Masukan pada jadwal
kejadwal kegiatan.. kegiatan.
Setelah 2 kali pertemuan Sp 3 keluarga
keluarga mampu 1) Evaluasi kegiatan keluarga
mepraktekan cara merawat dalam merawat/melatih
klien dengan perilaku pasien fisik,dan
kekerasan. memberikan obat. Beri
pujian
2) Latih membimbing cara
bicara yang baik.
3) Latih cara membimbimbing
kegiatan spiritual.
4) Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan
memberikan pujian.
Setelah 2 kali pertemuan Sp 4 pasien
klien mampu menyebutkan 1. Evaluasi kegiatan latihan
kegiatan untuk dapat fisik obat,verbal. Beri
mengontrol pk. pujian
2. Latih cara mengontrol pk
dengan spiritual.
3. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
fisik,minim obat verbal dan
spiritual.
Setelah 2 kali pertemuan Sp 4 keluarga
keluarga mampu membuat 1) Evaluasi kegiatan keluarga
jadwal aktifitas dalam merawat/melatih
dirumah/perencanaa pulang pasien fisik memberikan
klien dan melaksanakan obat,latihan bicara yang
follow up klien setelah baik dan kegiatan piritual.
pulang. Beri pujian
2) Jelaskan follow up ke
RSJ/PKM tanda
kambuh,rujukan
3) Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan
memberikan pujian.
4 Defisit perawatn Setelah 2 kali pertemuan Sp 1 pasein
diri klien 2. ersihan diri
1. Mampu membina mandi,berdandan, makan
hubungan saling dan minum,bab/bak.
Membina hubungan 3. Jelaskan cara pentingnya
saling percaya kebersihan diri mandi
1. Identifikasi masalah 4. Jelaskan cara dan alat
perawatan diri: kebersihan diri mandi
kebpercaya 5. Masukan pada jadwal
2. Klien mampu menjaga kegiatan untuk latihan
kebersihan diri. mandi,sikat gigi,cuci
rambut,potong kuku.
Setelah 2 kali pertemuan Sp 1 keluarga
keluarga mampu 1) Diskusikan masalah yang
mengidentifikasi masalah dirasakan dalam merawat
dan menjelaskan cara klien
merawat klien dengan 2) Jelaskan pengertian, tanda
defisit perawatan diri. dan gejala
3) Jelaskan cara merawat klien
dengan defisit perawatan
diri
4) Latih cara merawat
kebersihan diri: mandi
5) Menganjurkan membantu
klien sesuai jadwal
membersihkan diri. Dan
beri pujian.
Setelah 2 kali pertemuan Sp 2 pasien
klien: 1) Evaluasi kegiatan
1) Mampu menjelaskan kebersihan diri.
pentingya berdandan. 2) Jelaskan cara dan alat untuk
2) Mampu melakukan berdandan, beri pujian
cara mearwat diri 3) Latih cara berdandan
dengan berdandan. setelah kebersihan diri:
cukur kumis, merapikan
jenggot.
4) Masukan pada jadwal
kegiatan untuk kebersihan
diri dan berdandan.
Setelah 2 kali pertemuan Sp 2 keluarga
kelurga mampu 1. Evaluasi kegiatan keluarga
mempraktekan cara kedalam merawat
merawat klien defisit klien/melatih klien
perawatan diri kebersihan diri:mandi beri
pujian.
2. Bimbing keluarga
membantu klien berdandan
3. Anjurkan membantu klien
berdandan. Beri pujian

Setelah 2 kali pertemuan Sp 3 pasien


klien: 1. Evaluasi kegiatan
1. Mampu menjelaskan kebersihan diri berdandan.
pentingnya makan dan Beri pujian
minum dengan baik. 2. Jelaskan cara dan alat
2. Mampu cara makan dan minum
melakukan cara 3. Latih cara makan dan
merawat diri dengan minum yang baik.
makan dan minum 4. Masukan pada jadwal
yang baik. kegiatan untuk latihan
kebersihan diri,berdandan
dan makan dan minum yang
baik.

Setelah 2 kali pertemuan Sp 3 keluarga


mempraktekan cara 1) Evaluasi kegiatan kelurga
merawat klien dengan dalam merawat/melatih
defisit perawatn diri klien kebersihan diri, dan
berdandan. Beri pujian
2) Bimbing keluarga
membantu makan dan
minum klien
3) Anjurkan membantu klien
sesuai hadwal dan memberi
pujian.

Setelah 2 kali pertemuan Sp 4 pasien


klien 1) Evaluasi kegiatan
1) Mampu menjelaskan kebersihan diri,berdandan,
pentingnya bab/bak makan dan minum.beri
secara mandiri pujian.
2) Mampu melakukan 2) Jelaskan cara bab/bak yang
cara merawat diri baik.
dengan bab/bak secara 3) Latih cara bab/bak yang
mandiri. baik.
4) Masukan pada jadwal
kegiatan untuk kebersihan
diri
mandi,berdandan,makan
dan minum, dan bab dan
bak
Setelah pertemuan keluarga Sp 4 keluarga
mampu membuat jadwal 1. Evaluasi kegiatan keluarga
aktifitas dalam merawat
dirumah/perencanaan klien/melatih klien
pulang klien dan kebersihan diri: mandi
melaksakan follow up klien berdandan,makan dan
setelah pulang. minum. Beri pujian
2. Bibing keluarga merawat
bab dan bak
3. Jelaskan follow up ke
RSJ/PKM tanda kambuh
rujuakn.
4. Mangajarkan mambantu
klien sesuai jadwal dan
berikan pujian.
XVI. Catatan Perkembangan
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
keperawatan

1. Halusinasi SP 1 klien S : - klien mengatakan mendengar


suara-suara saat siang hari dan di
Kamis 1. Bina hubungan saling suara-suara yang mengajak nya
percaya
26-12-2019 2. Identifikasi halusinasi bercerita tentang kelucuan dan
(jenis, isi, frekuensi, mengatakan orang yang disekitar nya
situasi, waktu, perasaan, lucu,
respon
3. Latih mengontrol dengan O : - klien tampak tertawa sendiri
cara menghardik saat duduk
4. Masukkan latihan
menghardik ke dalam - klien sering tampak bicara sendiri.
jadwal kegiatan harian
- klien tampak senyum-senyum
sendiri.

A : halusinasi pendengaran.

P : evaluasi sp 1 halusinasi
pendengaran

(hari/tgl : jum’at,27-desember-2019)

Jam : 10.30 wib.

2 Harga diri Sp 1 pasien S : klien mengatakan keluarga tidak


rendah 1. Identifikasi menyayangi nya dan tidak ada peduli
kemampuan pada dirinya.
Kamis melakukan kegiatan
dan aspek posistif -klien merasa tidak berguna tapi
26-12-2019 pasien (buat daftar klien merasa punya kemampuan yg
kegiatan) positif untuk meningkatkan harga
2. Bantu pasien
diri nya.
menilai kegiatan yang
dapat dilakukan saat -klien mengatakan mampu
ini (pilih dari daftar
melakukan kegiatan mengganti alas
kegiatan) buat daftar
kegiatan yang dapat kasur.
dilakukan saat ini.
3. bantu pasien
memilih salah satu O : -klien tampak sedih
kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini - raut wajah klien lebih tampak
untuk dilatih. sedikit murung
4. Latih kegiatan yang
dipilih (alat dan cara
melakukannya) -Klien merasa tidak berharga
5. Masukan pada
jadwal kegiatan untuk - klien merasa rendah diri
latihan dua kali per
hari Dan merasa tidak berharga

A : harga diri rendah

(identifikasi aspek positif pasien,


latih kegiatan yg dapat dilakukan
saata ini yg dipilih klien.

P : Evaluasi kegiatan positif yg


dilakukan klien hari ini

(hari/tgl : jum’at,27-desember-2019)

Jam : 10.30 wib.

3 Resiko Sp 1 pasien S : klien mengatakan marah pada


perilaku 1) Bina hubungan keluarga nya karena kelurga nya
kekerasan Saling percaya memaksanya masuk ke rumah sakit
2) identifikasi jiwa
Kamis penyebab,tanda dan
gejala pk yang dilakukan - klien mengatakan mengontrol pk
26-12-2019 akibat pk. nya dengan cara fisik tarik napas
3) Latih cara mengonrol pk dalam.
secara fisik : tarik nafa
dalam dan pukul bantal /
kasur.
4) Masuakan pada jadwal O :- wajah klien tampak marah.
kegiatan untuk latihan
fisik. -bicara klien kasar, nada bicara
klien keras dan klien nampak
kesal saat bicara.

- klien nampak duduk diatas


meja dan memukul meja

A : resiko prilaku kekerasan

P : evaluasi cara mengontrol pk klien


latihan fisik sp 1.

(hari/tgl : jum’at,27-desember-2019)

Jam : 10.30 wib.

4 Defisit Sp 1 pasein S :- klien mengatakan sudah mandi


perawatan 1. bersihan diri pakai sabun, Tapi tidak gosok
diri mandi,berdandan, makan gigi, tidak cuci rambut.
dan minum,bab/bak.
Kamis 2. Jelaskan cara pentingnya
kebersihan diri mandi
26-12-2019 3. Jelaskan cara dan alat O : klien tampak sudah mandi,
kebersihan diri mandi namun masih tampak kusam, rambut
4. Masukan pada jadwal tidak disisir gigi klien tampak kuning
kegiatan untuk latihan ,badan klien masih bau.
mandi,sikat gigi,cuci
rambut,potong kuku

A : defisit perawatan diri

P: evaluasi sp I defisit perawatan diri


dengan menjaga kebersihan diri nya.
Sesuai dengan ADL klien.

(hari/tgl : jum;at,27-desember-2019)

Jam : 08.30 wib.

1. Halusinasi SP 1 klien S : -klien mengatakan


masih mendengar suara-
Jum’at 27 - 1. Bina hubungan saling percaya suara saat akan tidur dan
desember 2. Identifikasi halusinasi (jenis, isi,
frekuensi, situasi, waktu, perasaan, di siang hari, suara-
2019 suara yang mengajak
respon
3. Latih mengontrol dengan cara nya bercerita tentang
menghardik kelucuan dan
Masukkan latihan menghardik ke mengatakan orang orang
dalam jadwal kegiatan harian yang di liat lucu

-klien mengatakan telah


mengontrol halusinasi
nya dengan cara
menghardik

O :- klien masih nampak


senyum-senyum sendiri
,ketawa-ketawa sendiri ,
kadang tiba-tiba sedih
tanpa sebab menggaruk
garuk paha, mual tapi
tidak muntah.

- klien tampak pahama


cara mengontrol
halusinasi nya dengan
menghardik .

A : halusinasi
pendengaran, perabaan
penglihatan.

P : evaluasi sp 1
menghardik

(hari/jam/tgl : sabtu,28-
desember-2019

Jam : 11.00

Intervensi dilanjutkan
dengan sp 2 mengontrol
halusinasi minum obat,
jika dievaluasi sp 1
klien sudah mandiri.

1. Halusinasi SP 1 klien S : -klien mengatakan


masih mendengar suara-
Jum’at 27 - 4. Bina hubungan saling percaya suara saat akan tidur dan
desember 5. Identifikasi halusinasi (jenis, isi,
frekuensi, situasi, waktu, perasaan, di siang hari, suara-
2019 suara yang mengajak
respon
6. Latih mengontrol dengan cara nya bercerita tentang
menghardik kelucuan dan
Masukkan latihan menghardik ke mengatakan orang orang
dalam jadwal kegiatan harian yang di liat lucu

-klien mengatakan telah


mengontrol halusinasi
nya dengan cara
menghardik

O :- klien masih nampak


senyum-senyum sendiri
,ketawa-ketawa sendiri ,
kadang tiba-tiba sedih
tanpa sebab menggaruk
garuk paha, mual tapi
tidak muntah.

- klien tampak pahama


cara mengontrol
halusinasi nya dengan
menghardik .

A : halusinasi
pendengaran, perabaan
penglihatan.

P : evaluasi sp 1
menghardik

(hari/jam/tgl : sabtu 28-


desember-2019

Jam : 11.00

Intervensi dilanjutkan
dengan sp 2 mengontrol
halusinasi minum obat,
jika dievaluasi sp 1
klien sudah mandiri.
3 Resiko Sp 1 pasien S : klien mengatakan kesal
perilaku 1.Bina hubungan dengan keluarga nya
kekerasan Saling percaya kenapa klien di antar ke rsj
2.identifikasi penyebab,tanda dan padahal klien tidak sakit.
Jum’at, 27- gejala pk yang dilakukan akibat pk.
desember- 3.Latih cara mengonrol pk secara fisik - klien mengatakan
2019 : tarik nafa dalam dan pukul bantal / mengontrol pk dengan
kasur. latihan fisik, tarik napas
dalam.
Masuakan pada jadwal kegiatan untuk
latihan fisik. O : klien masih nampak
marah , wajah klien
tampak kesal, mengatuk
geraham , nada bicara
kasar.

-klien sudah mengontrol


pk dengan tararik napas
dalam.

A : resiko prilaku
kekerasan.

P : evaluasi mengontrol
pk latihan fisik, tarik napas
dalam.

(hari/tgl : sabtu 28-


desember-2019)

Jam : 11.00

Intervensi dilanjutkan sp 2
mengontrol pk dengan
minum obat , jika sp 1
mandiri.

Defisit Sp 1 pasein S : klien mengatakan


perawatan 1. bersihan diri sudah mandi sudah gosok
diri mandi,berdandan, makan dan gigi pakai odol dan cuci
minum,bab/bak. rambut pakai sampo.
Jum’at 27- 2. Jelaskan cara pentingnya
desember- kebersihan diri mandi -klien mengatakan mandi
2019 3. Jelaskan cara dan alat 2x sehari pagi dan sore.
kebersihan diri mandi
Masukan pada jadwal kegiatan untuk O : klien tampak sudah
latihan mandi,sikat gigi,cuci mandi ,sudah gosok gigi,
rambut,potong kuku sudah cuci rambut,badan
klien masih bau ketek jika
berkeringat.

A : defisit perawatan diri

P : evaluasi sp 1

(hari/tgl : sabtu 28-


desember- 2019)

Jam : 09.00

Intervensi dilanjiutkan sp
2 cara berdandan. Jika
dievaluasi sp 1 klien sudah
mandiri.

1 Halusinasi SP 2 klien S : -klien mengatakan


masih mendengar suara-
Sabtu 1. Evaluasi kegiatan menghardik. suara saat akan tidur dan
28desember 2. Latih cara mengontrol halusinasi
dengam obat, (jelaskan 6 benar : jenis, di siang hari, suara-
2019 suara yang mengajak
guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas
minum obat). nya bercerita tentang
3. Masukkan pada jadwal kegiatan kelucuan dan
untuk latihan menghardik dan minum mengatakan orang orang
obat. yang di liat lucu

-klien mengatakan telah


mengontrol halusinasi
nya dengan cara
menghardik

O : - klien masih nampak


senyum-senyum sendiri
,ketawa-ketawa sendiri ,
kadang tiba-tiba sedih
tanpa sebab.
Menggaruk-garuk paha,
dan mual tapi tidak
muntah.

- klien tampak pahama


cara mengontrol halusinasi
nya dengan menghardik.

A : halusinasi
pendengaran,
penglihatan, perabaan.

P : evaluasi sp 2 minum
obat
(hari/jam/tgl : minggu 29
desember 2019)
Jam : 11.00

2 Harga diri Sp 2 pasien S : - klien mengatakan


rendah merasa dirinya tidak
1. Evaluasi kegiatan pertama yang dihargai ,tidak berguna,
Sabtu telah dilatih.
2. Bantu pasien memilih kegiatan keluarga tidak
28- kedua yang akan dipilih. menyayangi nya dan
desember- 3. Latih kegiatan kedua (alat dan cara) tidak ada peduli pada
2019 4. Masukkan kedalam jadwal kegiatan dirinya.
untuk latihan : dua kegiatan masing-
masing dua kali per hari. - klien mengatakan telah
melakukan kegiatan
pertama membersihkan
tempat tidur .

O : klien masih tampak


murung, sering
termenung,cenderung
diam.

- klien mau melakukan


kegiatan pertama yang
dipilih membersihkan
tempat tidur.

A : harga diri rendah

Latih kegiatan kedua yg


dipilih klien.
P : evaluasi kegiatan kedua
yang dipilih klien

(hari/tgl : minggu, 29-


desember-2019.

Jam : 11.00

3 Resiko Sp 2 klien S : klien mengatakan


perilaku 1. Evaluasi kegiatan latihan masih kesal dengan
kekerasan fisik. keluarga nya kenapa klien
2. Latih cara mengontrol pk di antar ke rsj karna klien
Sabtu 28 - dengan obat (jelaskan 6 benar
merasa tidak sakit..
desember- : jenis, guna, dosis, frekuensi,
2019 cara, kontinuitas minum obat). - klien mengatakan
3. Masukkan pada jadwal
mengontrol pk dengan
kegiatan untuk latihan fisik dan
minum obat. tarik napas dalam.

O : klien masih nampak


marah , wajah klien
tampak kesal, mengatuk
geraham , nada bicara
kasar.

-klien sudah mengontrol


pk dengan tararik napas
dalam.

A : resiko prilaku
kekerasan.

P : evaluasi kegiatan
kedua minum obat.

(hari/tgl : minggu 29-


desember-2019)

Jam : 11.00

4 Defisit Sp 2 pasien S :- klien mengatakan


perawatan 1. Evaluasi kegiatan kebersihan sudah mandi
diri. diri klien.
2. Jelaskan cara dan alat untuk -klien mengatakan
sabtu, berdandan. mandi 2x sehari.
3. Latih cara berdandan setelah
28- kebersihan diri : sisiran, rias - klien mengatakan
desember- muka. sudah gosok gigi pakai
2019 4. Masukkan pada jadwal odol.
kegiatan untuk kebersihan diri
dan berdandan. -klien mengatakan sudah
mandi pakai shampo.

O : klien tampak sudah


mandi, sudah cuci rambut,
tapi rambut tidak di sisir
dan tidak mau pakai bedak
, badan klien masih bau
ketek jika berkeringat

A : defisit perawatan diri

P : evaluasi sp 2 cara dan


alat untuk berdandan.

(hari/tgl : minggu,29-
desember -2019)

Jam : 08.00

1 Halusinasi Sp 3 klien S : -klien mengatakan


masih mendengar suara-
Minggu 1. Evaluasi kegiatan latihan suara saat akan tidur dan
29/12/ 2019 menghardik dan minum obat.
2. Latih cara mengontrol halusinasi di siang hari, suara-
dengan bercakap-cakap saat terjadi suara yang mengajak
halusinasi. nya bercerita tentang
Masukkan pada jadwal kegiatan kelucuan dan
untuk latihan menghardik, minum obat mengatakan orang orang
dan bercakap-cakap yang di liat lucu

-klien mengatakan telah


mengontrol halusinasi
nya dengan cara
menghardik.

- pasien mengatakan
mengontrol halusinasi
nya dengan minum obat
5 benar .
O :- klien masih nampak
senyum-senyum sendiri
,ketawa-ketawa sendiri ,
kadang tiba-tiba sedih
tanpa sebab.

- klien nampak
menggaruk-garuk paha,
mual-mual tapi tidak
muntah.

- klien tampak pahama


cara mengontrol
halusinasi nya dengan
menghardik dan minum
obat ,pasien sering lupa
jika disuruh sebutkan
nama obat dan
kegunaanya.

-klien tampak belum


paham mengontrol
halusinasi bercakap-
cakap dengan teman.

A : halusinasi
pendengaran,penglihata
n, perabaan.

P : evaluasi sp 3
pendengaran,perabaan
penglihatan.

(hari/tgl : senin 30
desember-2019)

Jam : 10.30 wib.

3 Resiko Sp 3 klien S : - klien mengatakan


prilaku merasa dirinya tidak
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik dan
kekerasan.se dihargai ,tidak berguna,
minum obat.
nin 30 - 2. Latih cara mengontol pk secara keluarga tidak menyayangi
desember- verbal (3 cara yaitu mengungkapkan, nya dan tidak ada peduli
2019. meminta, menolak dengan benar). pada dirinya.
Masukkan pada jadwal kegiatan
klien mengatakan diri nya
dulu hebat sekarang sudah
menjadi oang yang tidak
berguna.

.- klien telah melakukan


kegiatan pertama yang
dipilih membersihkan
tempat tidur.

-klien mengatakan telah


melakukan kegiatan kedua
merapikan tempat tidur
setelah bangun pagi.

O : klien masih tampak


murung, sering termenung,
sudah mau bicara tapi
sebentar.

-klien bisa melakukan


kegiatan pertama dengan
mandiri.

- klien bisa melakukan


kegiatan kedua merapikan
tempat tidur setelah
bangun pagi.

-klien tampak belum


mandiri dengan kegiatan
ke tiga yang dipilih masih
di bantu petugas.

A : harga diri rendah

P : evaluasi kegiatan ke 3
yang dipilih klien

(hari/tgl : selasa 31-


desember-2019

Jam : 09.00 WIB.

4 Defisit Sp 3 klien. S :- klien mengatakan


perawatan sudah mandi.
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri
diri.selasa dan berdandan klien. -klien mengatakan mandi
31-desember- 2. Jelaskan cara dan alat makan dan 2x sehari pagi dan sore.
minum yang baik.
2019 - klien mengatakan sudah
3. Latih cara makan makan dan
minum yang baik. gosok gigi pakai odol.
Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan kebersihan diri, berdandan dan -klien mengatakan sudah
makan & minum yang baik cuci rambut 1x sehari
pakai shampo.

Sudah sisiran, pakai bedak


dan pakai hipka untuk
ketiak .

O : klien tampak sudah


mandi, sudah gosok gigi,
sudah cuci rambut, rambut
sudah di sisir dan sudah
diikat, sudah pakai bedak
, dan sudah pakai hipka
untuk menghilangkan bau
badannya.

-sebelum makan klien cuci


tangan, makan klien bersih
nasi klien tidak disiram
pakai air setelah makan
klien minum dan cuci
tangan, dan meletakkan
gelas dan piring ke tempat
kotor.

A : defisit perawatan diri

P : evaluasi sp 3 makan
dan minum yg baik.

(hari/tgl :1 januari -2020)

Jam : 07.00 WIB.

Intervensi dilanjutkan sp 4,
jika di evaluasi sp 3 klien
sudah mampu.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan dari asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian pada Ny.E dilakukan pada tanggal 24 Desember 2019. Dimana informasi

yang didapatkan dari klien sendiri dan studi dokumentasi.

2. Dari hasil pengkajian maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan pada Ny.E adalah

Gangguan persepsi Sensori :Halusinasi Pendengaran, Harga diri rendah, Resiko

Perilaku Kekerasan, Defisit perawatan Diri ,Ketidakefektifan penatalaksanaan

program terapeutik, Gangguan Proses Pikir, Ketidakefektifan Koping Individual.

Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan dari tanda dan gejala yang ditunjukkan

oleh klien.

3. Rencana asuhan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang

ditegakkan dan sesuai dengan standar asuhan keperawatan jiwa.

4. Pada evaluasi tujuan umum untuk diagnosaGangguan persepsi Sensori :Halusinasi

Pendengaran, Harga diri rendah, Resiko Perilaku Kekerasan., Defisit perawatan Diri
tercapai dengan kriteria klien mampu mempraktekkan kegiatan yang sudah dilatih

(klien mandiri).

5. Pada evaluasi proses selama pasien diberikan Terapi Aktivitas Kelompok dan

Penyuluhan klien tampak mempraktikan hal yang diajarkan dalam TAK dan

Penyuluhan selama proses perawatannya di RSJ HB SA’ANIN Padang.

B. SARAN

Untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan jiwa, kelompok menyarankan:

1. Kelompok selanjutnya diharapkan dapat memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien

untuk melaksanakan asuhan keperawatan jiwa secara optimal, selain itu perlu juga

dipahami konsep teoritis agar penegakan diagnosa lebih cepat.

2. Perawat dan mahasiswa sebaiknya melanjutkan perawatan klien sesuai dengan intervensi

yang telah dilakukan sebelumnya agar intervensi yang telah disusun dapat

diimplementasikan secara berkelanjutan.

3. Instansi pendidikan dan klinik mampu memberikan pengarahan agar lebih maksimal

dalam menerapkan dan memberikan asuhan keperawatan jiwa


DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization (WHO).Global Burden Disease 2011. Switzerland. 2011.

Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Videbeck (2012).Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: ECG.

Vascaloris (Yosep 2011) . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Bandung: PT Refika Aditama.

Direja( 2011) .Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :EGC.

NitaFitria.(2009).
PrinsipDasardanAplikasiPenulisanLaporanPendahuluandanStrategiPelaksanaanTin
dakanKeperawatanuntuk 7 Diagnosis KeperawatanJiwaBerat. Jakarta:
SalembaMedika.
Nurjannah, intansari. (2009). Aplikasi Proses Keperawatan Pada Diagnosa Gangguan
Sensori Persepsi. Moco Medika : Yogyakarta.

Rasmun, (2011). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga.


Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API). Jakarta :
Fajar Inter Pratama.
Kelliat .(2009). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Kekambuhan. EGC: Jakarta
Stuart, GW.2011.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5.Jakarta : EGC.

Deden dan Rusli. 20013. Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .

Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai