DOSEN:
RENY CHAIDIR, SKp, M.Kep
OLEH:
RAKES (1710142010029)
KATA PENGANTAR
Tim penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu Reny Chaidir,
SKp, M.Kep yang telah memberikan ilmu, membimbing, serta mendidik penulis
selama proses perkuliahan ini.
Tim penulis menyadari bahwa asuhan keperawatan ini masih jauh dari kata
sempurna sehingga tim penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun dari semua pihak. Harapan tim penulis semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan bidang kesehatan terutama bidang
keperawatan di Indonesia di masa yang akan datang. Aamiin.
15 Oktober 2020
Tim Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................… I
DAFTAR ISI....................................................................................................… II
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ……………………………………………….. 1
B. RUMUSAN MASALAH …………………………………………….. 2
C. TUJUAN UMUM ……………………………………………………. 2
D. TUJUAN KHUSUS ………………………………………………….. 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ketoasidosis diabetikum (KAD) merupakan komplikasi yang dialami oleh
pasien dengan diabetes melitus tipe 1 (DMT1) dengan trias dari hiperglikemia,
asidosis, dan ketosis. KAD disebabkan oleh penurunan insulin efektif dalam darah
yang disertai dengan peningkatan hormon regulator kontra (seperti glukagon,
katekolamin, kortisol, dan hormon pertumbuhan). Penurunan insulin dan
peningkatan hormon regulator kontra menyebabkan terjadinya peningkatan
produksi glukosa oleh hati dan ginjal serta gangguan penggunaan glukosa perifer
yang mengakibatkan hiperglikemia dan hiperosmolalitas. Peningkatan lipolysis
yang disertai dengan produksi benda- benda keton menyebabkan ketonemia dan
asidosis metabolik. Hiperglikemia dan asidosis menyebabkan terjadinya diuresis
osmotik dan hilangnya elektrolit.
KAD adalah penyebab utama kesakitan dan kematian pada penderita
diabetes mellitus tipe 1 (DMT1), terutama pada anak-anak. Mortalitas terutama
berhubungan dengan terjadinya edema serebri (menyebabkan 57%-87% dari
seluruh kematian karena KAD). Angka kematian akibat KAD di Amerika Serikat
adalah 1%-3%. Frekuensi KAD sendiri bervariasi antar negara, berkisar antara
15% dan 67% di Eropa dan Amerika Utara serta dapat lebih sering di negara
negara berkembang.
KAD dapat terjadi pada saat diagnosis maupun pada penderita lama. KAD
berulang terjadi bila pemberian insulin tidak teratur atau bahkan tidak diberikan
sama sekali. Ketoasidosis diabetes pada anak remaja hampir selalu dikarenakan
ketidakpatuhan pemberian insulin. Namun KAD dapat pula terjadi ketika
penderita DMT1 mengalami diare dan infeksi. KAD bisa menyebabkan dehidrasi
berat dan bahkan syok sehingga membutuhkan pengelolaan gawat darurat.
Tatalaksana KAD meliputi koreksi hiperglikemia, dehidrasi, dan gangguan
elektrolit dengan cairan dan insulin intravena. Monitoring klinik dan laboratorium
yang ketat serta observasi penderita secara individual sangat penting dilakukan
untuk memberikan penanganan yang optimal.
2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan Ketoasidosis diabetikum (KAD)?
2. Bagaimanakah gambaran klinis dan penatalaksanaan pasien dengan
Ketoasidosis diabetic (KAD)?
C. TUJUAN UMUM
Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai Ketoasidosis diabetikum
(KAD) serta mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien KAD.
3
D. TUJUAN KHUSUS
1. Menganalisa kasus dengan berdasarkan teori terkait Asuhan Keperawatan
Ketoasidosis Diabetikum (KAD).
2. Memperoleh gambaran hasil pengkajian Asuhan Keperawatan dengan
Ketoasidosis Diabetikum (KAD).
3. Memaparkan rumusan diagnosa Asuhan Keperawatan dengan
Ketoasidosis Diabetikum (KAD).
4. Memaparkan rencana Asuhan Keperawatan dengan Ketoasidosis
Diabetikum (KAD).
5. Memaparkan tindakan Asuhan Keperawatan dengan Ketoasidosis
Diabetikum (KAD).
6. Memaparkan hasil evaluasi Asuhan Keperawatan dengan Ketoasidosis
Diabetikum (KAD).
4
BAB II
PEMBAHASAN KETOASIDOSIS DIABETIKUM (KAD)
A. PENGERTIAN
Ketoasidosis diabetikum (KAD) adalah kondisi komplikasi yang
mengancam hidup pada pasien dengan diabetes melitus tipe 1 (DMT1). KAD
adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolik berupa peningkatan keasaman
tubuh oleh benda-benda keton akibat kekurangan atau defisiensi insulin.
Gangguan metabolik tersebut menyebabkan munculnya trias hiperglikemia,
asidosis dan ketosis. Kriteria diagnostik KAD yaitu glukosa > 250 mg/dl, pH = <
7.3, serum bikarbonat <18 mEq/L, dan ketoanemia atau ketourinia. Akibat
diuresia osmotik, KAD biasanya menyebabkan pasien mengalami dehidrasi berat
dan sampai menyebabkan syok.
B. ETIOLOGI
Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM) atau diabetes melitus
tergantung insulin disebabkan oleh destruksi sel B langerhans island akibat proses
autoimun. Sedangkan non-insulin dependen diabetik melitus (NIDDM) atau
diabetes melitus tidak tergantung insulin disebabkan kegagalan relatif sel B dan
resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati. Sel B tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini
sepenuhnya. Artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat
dari berkurangnya sekresi insulin pada perangsangan sekresi insulin, berarti sel B
pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.
D. PATOFISIOLOGI
Ketoasidosis diabetikum (KAD) disebabakan oleh tidak adanya insulin atau
tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan
pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Ada tiga gambaran kliniks
yang penting pada diabetes ketoasidosis yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit dan
asidosis.
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula. Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak
terkendali. Kedua faktor ini akan mengakibatkan hipergikemia. Dalam upaya
untuk mnghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan
mengekresikan glukosa bersama – sama air dan elektrolit (seperti natrium, dan
kalium). Diurisis osmotik yang ditandai oleh urinasi berlebihan (poliuri) ini kan
menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elekrolit. Penderita ketoasidosis yang
berat dapat kehilangan kira – kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga 500 mEg
natrium, kalium serta klorida selam periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis)
menjadi asam – asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah
menjadi benda keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terajdi produksi benda
6
keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal
akan mencegah timbulnya keadaan tersebut. Benda keton bersifat asam, dan bila
bertumpuk dalanm sirkulasi darah, benda keton akan menimbulkan asidosis
metabolik (Brunner dan Suddarth, 2002).
E. WOC
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Analisa Darah
a. Kadar glukosa darah bervariasi tiap individu.
b. pH rendah (6,8 -7,3).
c. PCO2 turun (10 – 30 mmHg).
d. HCO3 turun (<15 mEg/L).
e. Keton serum positif, BUN naik.
f. Kreatinin naik.
g. Ht dan Hb naik.
h. Leukositosis.
i. Osmolalitas serum meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/L.
7
2. Elektrolit
a. Kalium dan Natrium dapat rendah atau tinggi sesuai jumlah cairan
yang hilang (dehidrasi).
b. Fosfor lebih sering menurun.
c. Urinalisa.
d. Leukosit dalam urin.
e. Glukosa dalam urin.
G. PENATALAKSANAAN
Prinsip terapi KAD adalah dengan mengatasi dehidrasi, hiperglikemia, dan
ketidakseimbangan elektrolit, serta mengatasi penyakit penyerta yang ada.
Pengawasan ketat, KU jelek masuk HCU/ICU.
Fase I/Gawat :
a. Rehidrasi
1) Berikan cairan isotonik NaCl 0,9% atau RL 2L loading dalam 2 jam
pertama, lalu 80 tpm selama 4 jam, lalu 30-50 tpm selama 18 jam (4-
6L/24jam)
2) Atasi syok (cairan 20 ml/kg BB/jam)
3) Bila syok teratasi berikan cairan sesuai tingkat dehidrasi
4) Rehidrasi dilakukan bertahap untuk menghindari herniasi batang otak
(24 – 48 jam).
5) Bila Gula darah < 200 mg/dl, ganti infus dengan D5%
6) Koreksi hipokalemia (kecepatan max 0,5mEq/kgBB/jam)
7) Monitor keseimbangan cairan
8
b. Insulin
1) Bolus insulin kerja cepat (RI) 0,1 iu/kgBB (iv/im/sc)
2) Berikan insulin kerja cepat (RI) 0,1/kgBB dalam cairan isotonic
3) Monitor gula darah tiap jam pada 4 jam pertama, selanjutnya tiap 4
jam sekali.
4) Pemberian insulin parenteral diubah ke SC bila : AGD < 15 mEq/L
³250mg%, Perbaikan hidrasi, Kadar HCO3.
Fase II/Maintenance:
1) Liquid maintenance
a. Nacl 0.9% atau D5 atau maltose 10% bergantian.
b. Sebelum maltose, berikan insulin reguler 4IU.
2) Kalium
Perenteral bila K+ 240 mg/dL atau badan terasa tidak enak.
3) Saat sakit, makan sesuai pengaturan makan sebelumnya. Bila tidak nafsu
makan, boleh makan bubur atau minuman berkalori lain.
4) Minum yang cukup untuk mencegah dehidrasi.
H. KOMPLIKASI
1. ARDS (adult respiratory distress syndrome).
2. Patogenesis terjadinya hal ini belum jelas, kemungkinan akibat
rehidrasi yang berlebihan, gagal jantung kiri atau perubahan
permeabilitas kapiler paru.
3. DIC (disseminated intravascular coagulation).
4. Edema otak.
5. Adanya kesadaran menurun disertai dengan kejang yang terjadi terus
menerus akan beresiko terjadinya edema otak.
6. Gagal ginjal akut.
7. Dehidrasi berat dengan syok dapat mengakibatkan gagal ginjal akut.
8. Hipoglikemia dan hiperkalemia.
9. Terjadi akibat pemberian insulin dan cairan yang berlebihan dan tanpa
pengontrolan.
9
10
BAB III
3.1 Pengkajian
pemeriksaan fisik :
dipasang.
a) Airways : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputum atau
benda asing yang menghalangi jalan nafas
Dengan/tanpa sputum, purulen (tergantung pasien ada/ tidak ada infeksi
atau tidak)
b) Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya penggunaan
otot bantu pernafasan
bunyi nafas kusmaul (cepat dan dalam disertai jeda), nafas berbau aseton,
hiperventilasi)
c) Circulation : kaji nadi, capillary refill
(hipotensi ortestatik, takikardi, nadi lemah, akral dingin, pucat, kulit
kering, sakit kepala)
d) Disability : status neurologis, tingkat kesadaran
(kesadaran mungkin menurun/koma (GCS berat: 3-8, GCS sedang: 9-12,
GCS ringan: 13-15), nyeri abdomen, pusing/pening, kacau mental.
penglihatan kabur.
e) Exposure : bisa jadi edema paru, hipertrigliserida, infark miokard akut,
hipoglikemi, hipokalsemi, edema otak, hiperkloremi, hipokalemia,
kejang.
g) Data subyektif :
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit sekarang
Status metabolik
Intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori, infeksi atau
penyakit-penyakit akut lain, stress yang berhubungan dengan
faktor-faktor psikologis dan social, obat-obatan atau terapi lain
yang mempengaruhi glukosa darah, penghentian insulin atau obat
anti hiperglikemik oral.
h) Data Obyektif :
1) Aktivitas / Istirahat
13
2) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi,
kebas dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki,
penyembuhan yang lama, takikardia.
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi
yang menurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena
jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata
cekung.
3) Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah
finansial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
4) Eliminasi
14
8) Pernapasan
15
7.Identifikasi tanda-tanda
hipovolemia
3 Resiko Syok Tingkat syok 1.Monitor status kardiopulmal
menurun
2.Monitor status oksigen
1.Kekuatan nadi
3.Monitor status Cairan
(3)
4.Monitor Tingkat kesadaran
2.output urine (3)
dan respon pupil
3.Akral dingin (4)
5.Monitor Frekuensi dan
4.Rasa Haus (3) kekuatan nadi
terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
8. Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
9. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
10. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan
5 Keletihan Tingkat Keletihan 1.Identifikasi gangguan tubuh
Menurun yang mengakibatkan kelelahan
BAB
19
IV
DAFTAR PUSTAKA
20
Wallace TM, Matthews DR. Recent Advance in The Monitoring and management
of Diabetic Ketoacidosis. QJ Med 2004; 97 : 773-80.