Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Oleh :

Siti A’inurrohmah
7319044

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM

JOMBANG

2021
BAB 1

KONSEP TEORI

1.1 Definisi

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan Elektrolit masuk ke
dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi
ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi
yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika
salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan dan elektrolit
sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan
cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah salah satu bagian dari fisiologi
homeostasis..

Cairan didalam tubuh manusia sebanyak 50%-60%. Cairan tubuh dibagi dalam
dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan
intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan
ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok
yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.

1.2 Etiologi
Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi karena beberapa
kondisi klinis seperti gagal ginjal, anoreksia nervosa, diabetes mellitus, gastroenteritis,
pankreatitis, cedera kepala, kanker, trauma multiple, luka bakar, dan anemia sel abit
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


a. Usia
Usia seseorang mempengaruhi fungsi organ. Kemampuan organ untuk mengelola
keseimbangan cairan dan elektrolit secara efisien juga terpengaruh.
b. Temperature Lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan keringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl
melalui keringat 10-30 gr/hari.
c. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energy,
proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari intersisiel ke intraseluler.
d. Stress
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan
glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
e. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan
hormon akan mengganggu keseimbangan cairan (Tarwoto dan Wartonah, 2010)

1.4 Jenis-Jenis Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit


a. Ketidakseimbangan Volume Cairan
1. Kekurangan volume cairan (Hipovolemik)
- Kehilangan cairan dari system gastrointestinal seperti diare, muntah.
- Keringat berlebihan, demam, penurunan asupan cairan per oral, penggunaan
obat-obatan diuretic.
2. Kelebihan volume cairan (Hipervolemik)
Gagal jantung kongestif, gagal ginjal, sirosis, asupan natrium berlebih.
b. Ketidakseimbangan Elektrolit

1. Hiponatremia
Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilangan melalui gastrointestinal
pengeluaran diuretic.
2. Hipernatremia
Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat, Pemberian larutan salin
hipertonik lewat IV secara iatrogenic.
3. Hipokalemiagastrointestial
Penggunaan diuretic yang dapat membuang kalium, diare, muntah atau
kehilangan cairan lain melalui saluran.
4. Hiperkalemia
Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular yang parah seperti akibat
luka bakar dan trauma.
5. Hipokalsemia
Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat, hipoalbuminemia,
hopoparatiroidisme, difisiensi vitamin D, penyakit-penyakit neoplastik,
pancreatitis.
6. Hiperkalsemia
Metastase tumor tulang, osteoporosis, imobilisasi yang lama.
1.5 Tanda dan Gejala
a. Kelelahan
b. Kram otot dan kejang
c. Mual
d. Pusing
e. Pingsan
f. Muntah
g. Mulut kering
h. Denyut nadi lemah
i. Kejang
j. Palpitasi
k. Tekanan darah naik turun
l. Kurangnya koordinasi
m. Kekakuan sendi
n. Rasa haus
o. Suhu naik
p. Anoreksia
1.6 Pathway Nursing Process

Faktor mal absorbsi Faktor makanan Faktor psikologi


-Karbohidrat -Makanan besi - Rasa takut
- Lemak -Beracun - Cemas
-Protein -Alergi makanan

Penyerapan sari-sari makanan

Terdapat zat-zat yg saluran pencernaan tidak adekuat gangguan motilitas usus


tidak diserap
Tekanan Osmotik gangguan sekresi hiperperistaltik
Meningkat

Sekresi air dalam Peningkatan


Reabsorbsi dalam elektrolit terganggu penyerapan makanan
usus besar terganggu

Merangsang usus mengeluarkan isinya

DIARE

BAB sering dg Konsistensi cair Inflamasi saluran pencernaan

Kulit disekitar cairan yang frekuensi agen pirogenik mual dan muntah
Anus lecet dan keluar banyak defekasi
Teriritasi dehidrasi anoreksia
Suhu tubuh
Kemerahan, meningkat
3. Diare
1. Hipovolemia
4..Hipertermi 5. Nausea
7. Gangguan 2. Resiko
integritas kulit 6. Defisit Nutrisi
Ketidak
seimbangan
elektrolit
BAB 2
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Identitas klien
Kaji identitas klien yang meliputi : nama, usia, alamat, pendidikan dll.
2. Riwayat keperawatan
Awal serangan : gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul
diare.
Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, BB menurun, tonus dan turgor kulit
berkurang, selaput kadir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4x
dengan konsisten encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi
4. Riwayat Psikososial keluarga
5. Kebutuhan dasar
a. Pola Eliminasi
Mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4x sehari dengan
konsistensi cair, berlendir dan kadang disertai darah
b. Pola Nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, malas makan dan minum.
c. Pola Istirahat dan Tidur
Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman
d. Pola Aktifitas
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat disentri abdomen.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah : Hematokrit meningkat, leukosit menurun tapi pada kondisi tertentu
memungkinkan lonjakan pada leukosit
2. Feses : pada pemeriksaan feses biasanya didapatkan bakteri atau parasit
3. Elektrolit: Pada pemeriksaan elektrolit didapatkan kadar natrium dan kalium
menurun
4. Urinalisa : Urin pekat, BJ meningkat
5. Analisa Gas Darah : Asidosis metabolik (bila sudah kekurangan cairan)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipovolemia b.d Kehilangan cairan aktif
b. Diare b.d Iritasi gastrointestinal
c. Hipertemi b.d Penyakit
d. Nausea b.d Iritasi lambung
e. Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
f. Kerusakan integritas kulit b.d Kelembaban
g. Resiko ketidakseimbangan elektrolit d.d ketidakseimbangan cairan,diare
DIAGNOSIS
NO RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN
1 SDKI 0023 I.03116
Hipovolemia Observasi
berhubungan dengan 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
kehilangan cairan aktif ( misal : frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun,
turgor kulit menurun, membran mukosa
Tujuan : kering, volume urine menurun,
Setelah dilakukan asuhan hematokrit meningkat, haus, lemah)
keperawatan 2x24 jam
2. Monitor intake dan output cairan
pasien tidak mengalami
penurunan volume cairan Terapeutik
intravaskuler, interstisial 3. Hitung kebutuhan cairan
atau intraseluler 4. Berikan asupan cairan oral

Edukasi
5. Anjurkan memperbanyak asupan cairan
Kriteria hasil :
oral
L.03028
- Mempertahankan urine 6. Anjurkan menghindari perubahan posisi
output sesuai dengan mendadak
usia, BB, BJ urine
Kolaborasi
normal
7. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
- Tekanan darah,nadi, (misal : NaCl, RL)
suhu tubuh dalam batas
8. Kolaborasi pemberian IV hipotonis
normal
( misal : Glukosa2,5%, NaCl 0,4%)
- Tidak ada tanda - tanda
9. Kolaborasi pemberian cairan IV koloid
dehidrasi,elastisitas
(misal : albumin, Plasmante)
turgor kulit
10. Kolaborasi pemberian produk darah
baik,membran mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan
2. SDKI 0220 I.03101
Diare berhubungan Observasi
dengan Iritasi 1. Identifikasi penyebab diare
gastrointestinal
2. Identifikasi riwayat pemberian makanan
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan 3. Monitor warna, volume, frekuensi dan

keperawatan 2x24 jam konsistensi tinja

pasien tidak diare lagi 4. Monitor tanda dan gejala hipovolemia

5. Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah


perianal
Kriteria hasil :
L.04033 Terapeutik
- Feses terbentuk, BAB 6. Berikan asupan cairan oral ( misal :
sehari 1-3x larutan gula garam, oralit, renalyte)

- Tidak mengalami diare 7. Pasang jalur intravena

- Menjaga daerah sekitar 8. Berikan cairan intravena ( misal ringer


rectal dari iritasi asetat, ringer laktat) jika perlu

- Menjelaskan penyebab 9. Ambil sample darah untuk pemeriksaan


diare dan rasional darah lengkap dan elektrolit
tindakan
10. Ambil sample feses untuk kultur, jika
- Mempertahankan perlu
turgor kulit
Edukasi
11. Anjurkan makan porsi kecil dan sering
secara bertahap

12. Ajarkan menghindari makanan


pembentuk gas, pedas dan mengandung
laktosa

13. Anjurkan melanjutkan pemberian air


minum secukupnya

Kolaborasi
14. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
(loperamide)

15. Kolaborasi pemberian obat pengeras


feses (misal : smektiti, kaolin-pek)
3. SDKI 0037 I.03122
Resiko Observasi
ketidakseimbangan 1. Identifikasi kemungkinan penyebab
elektrolit dibuktikan ketidakseimbangan elektrolit
dengan
2. Monitor kadar serum elektrolit
ketidakseimbangan
cairan,diare 3. Monitor mual, muntah dan diare

4. Monitor kehilangan cairan

5. Monitor tanda dan gejala hipokalemi dan


Tujuan :
hiperkalemi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan 2x24 jam 6. Monitor tanda dan gejala hiponatremi
keseimbangan elektrolit dan hipernatremi
meningkat.
Terapeutik
7. Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
Kriteria hasil :
8. Dokumentasikan hasil pemantauan
L.03021
Keseimbangan elektrolit 9. Berikan diet yang tepat
meningkat ditandai
10. Pasang akses intravena, jika perlu
dengan :

- Serum natrium normal


Edukasi
- Serum kalium normal
11. Jelaskan tujuan dan prosedur
- Serum klorida normal pemantauan

12. Jelaskan jenis, penyebab dan penanganan


ketidakseimbangan elektrolit

Kolaborasi
13. Kolaborasi pemberian suplemen eletrolit

3. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari


tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi menjadi dua yaitu evaluasi
proses atau evaluasi formatif, dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan
evaluasi hasil dan sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada
tujuan yang telah ditentukan. (Afnuhazi, 2015)
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, R. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.

PPNI (2017). Standar Diagnosa keperawatan : Defisi dan Indikator Diagnostik.


Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Wartonah, Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai