TIDUR GERONTIK
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
2020
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-
Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan Makalah ASUHAN KEPERAWATAN
LANSIA GANGGUAN POLA TIDUR Adapun makalah ini dibuat untuk
memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik, yang diselesaikan sesuai
sumber yang diberikan dalam penugasan. Dalam penyusunan makalah ini,
penulis telah mendapatkan bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan beribu terima kasih kepada:
Semoga dengan makalah ini dapat menunjang dalam proses belajar. Penulispun
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan dari pembaca makalah
ini.Semoga makalah ini dapat menambah wawasan pembaca agar mengetahui atau
menambah wawasan tentang ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN
GANGGUAN POLA TIDUR.Akhirnya penulis memohon petunjuk dan
perlindungan kepada Allah SWT. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................3
1.3 Manfaat Penulisan..........................................................................................3
BAB II......................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................5
2.1 Lanjut Usia.....................................................................................................5
2.2 Gangguan Pola Tidur......................................................................................8
BAB III..................................................................................................................12
KONSEP ASKEP..................................................................................................12
3.1 Pengkajian....................................................................................................12
3.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................15
3.3 Intervensi......................................................................................................16
3.4 Implementasi................................................................................................18
3.5 Evaluasi........................................................................................................18
BAB IV..................................................................................................................20
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................20
4.1 Kesimpulan...................................................................................................20
4.2 Saran.............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
menjadi 69,65 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,58%
(Kemenkes, 2013).
2
sekitar 2-4 kali. Hal ini berbeda dengan lansia yang lebih sering terbangun (Amir,
2007).
3
perawatan kepada anggota keluarga yang sakit atau tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usia masih muda.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batasan yang
tegas, pada usia berapa kondisi kesehatan seseorang mulai menurun. Setiap
orang memiliki fungsi fisiologis alat tubuh yang sangat berbeda, baik dalam hal
pencapaian puncak fungsi tersebut maupun saat menurunnya. Setelah mencapai
puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat,
kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai dengan bertambahnya usia
(Mubarak,et al, 2011). Macam-macam penuaan berdasarkan perubahan biologis,
fisik, kejiwaan, dan sosial dalam Fatimah (2010):
a. Penuaan biologik
Merujuk pada perubahan struktur dan fungsi yang terjadi sepanjang
kehidupan.
b. Penuaan fungsional
Merujuk pada kapasitas individual mengenai fungsinya dalam masyarakat,
dibandingkan dengan orang lain yang sebaya.
c. Penuaan psikologik
Perubahan prilaku, perubahan dalam persepsi diri, dan reaksinya terhadap
perubahan biologis.
d. Penuaan sosiologik
Merujuk pada peran dan kebiasaan sosial individu di masyarakat.
e. Penuaan spiritual
Merujuk pada perubahan diri dan persepsi diri, cara berhubungan dengan
orang lain atau menempatkan diri di dunia dan pandangan dunia terhadap
dirinya.
2.1.3 Batasan Umur Lanjut Usia
Menurut WHO (World Health Organization) kategori lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun.
b. Usia lanjut (elderly) : 60-74 tahun.
c. Usia tua (old) : 75-90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
Menurut Budi Anna Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki
karakteristik sebagai berikut:
6
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13
tentang kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang yang bervariasi dari rentang sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi
adaptif hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
2.1.4 Perubahan-Perubahan yang Terjadi Akibat Proses Penuaan
Perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya adalah sebagai-berikut:
a. Perubahan Kondisi Fisik
Perubahan kondisi fisik pada lansia meliputi perubahan dari tingkat
sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernapasan,
pendengaran, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan
tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, urogenital, endokrin, dan
itegumen. Pada sistem pendengaran, membran timpani menjadi atrofi
menyebabkan otosklerosis, penumpukan serumen, sehingga mengeras
karena meningkatnya keratin, perubahan degeneratf osikel, bertambahnya
persepsi nada tinggi, berkurangnya ‘pitch’ diserimination, sehingga terjadi
gangguan pendengaran derta tulang-tulang pendengaran mengalami
kekakuan (Mubarak,et al 2011).
b. Perubahan Kondisi Mental
Pada umumnya lansia mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Perubahan-perubahan mental ini erat sekali hubungannya
dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau
pengetahuan, dan situasi lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan kondisi mental diantaranya:
1. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa;
2. Kesehatan umum;
3. Tingkat pendidikan;
4. Keturunan;
5. Lingkungan;
6. Gangguan saraf panca indra;
7. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan;
7
8. Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
keluarga;
9. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran
diri dan konsep diri; (Mubarak,et al 2011).
c. Perubahan Psikososial
Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap
perubahan ini sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu yang
bersangkutan. Orang yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja,
mendadak dihadapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun.
Bila ia cukup beruntung dan bijaksana, maka ia akan mempersiapkan diri
dengan menciptakan berbagai bidang minat untuk memanfaatkan
waktunya, masa pensiunnya akan memberikan kesempatan untuk
menikmati sisa hidupnya. Namun, bagi banyak pekerja, pensiun berarti
terputus dengan lingkungan, teman-teman yang akrab, dan disingkirkan
untuk duduk-duduk di rumah atau bermain domino di klub pria lanjut usia
(Mubarak,et al 2011).
8
a) Secara subjektif klien mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga,
mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola tidur berubah, dan mengeluh
istirahat tidak cukup.
b) Secara objektif tidak ada gejala mayor dari gangguan pola tidur.
2) Gejala dan tanda minor
a) Secara subjektif klien mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
b) Secara objektif tidak ada gejala minor dari gangguan pola tidur
9
gelombang beta yang lambat. Sesorang yang tidur pada tahap pertama
dapat dibangunkan dengan mudah.
b) Tahap II S
eluruh tubuh kita seperti berada pada tahap tidur yang lebih dalam.
Tidur masih mudah dibangunkan, meskipun kita benar-benar berada
dalam keadaan tidur. Periode tahap 2 berlangsung dari 10 sampai 40
menit. Kadang-kadang selama tahap tidur 2 seseorang dapat terbangun
karena sentakan tiba-tiba dari ektremitas tubuhnya. Ini normal,
kejadian sentakan ini, sebagai akibat masuknya tahapan REM.
c) Tahapan III
Pada tahapan ini kecepatan jantung dan pernapasan serta proses tubuh
berlanjut mengalai penurunan akibat dominasi sistem saraf
parasimpatis. Seseorang lebih sulit dibangunkan. Gelombang otak
menjadi tertur dan terdapat penambahan delta lambat.
d) Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam yang ditandai dengan
rekomendasi gelombang delta yang lambat. Kecepatan jantung dan
pernapasan turun. Selama tidur seseorang mengalami sampai 4 sampai
6 kali suklus tidur dalam waktu 7 sampai 8 jam. Siklus tidur sebagian
besar merupakan tidur NREM dan berakhir dengan tidur REM.
2) Tidur REM (Rapid Eye Movement)
Tahap tidur REM sangat berbeda dari tidur NREM. Tidur REM
adalah tahapan tidur yang sangat aktif. Pola napas dan denyut jantung
tidak teratur dan tidak terjadi pembentukan keringat. Kadang-kadang
timbul twitching (berkedut) pada tangan, kaki, atau muka, dan pada
laki-laki dapat timbul ereksi pada periode tidur REM. Walaupun ada
aktivitas demikian orang masih tidur lelap dan sulit untuk
dibangunkan. Sebagian besar anggota gerak tetap lemah dan rileks.
Tahap tidur ini diduga berperan dalam memulihkan pikiran,
menjernihkan rasa kuatir dan daya ingat dan mempertahankan fungsi
sel –sel otak.
10
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas
tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan
memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Menurut
(Wartonah dan Tarwoto, 2010), faktor-faktor yang mempengaruhi tidur
yaitu sebagai berikut:
1) Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih
banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan
klieen kurang tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien
dengan hipertensi, ganguan pernapasan seperti asma, bronchitis, dan
penyakit persyarafan.
2) Lingkungan
Klien yang biasanya tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan
menghambat tidurnya.
3) Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan
keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
4) Kelelahan
Kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
5) Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang makan meningkatkan saraf simpatis
sehingga mengganggu tidurnya.
6) Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum
alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
7) Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara
lain:
1) Diuretic: menyebabkan insomnia
2) Antidepresan: menyupresi REM
11
3) Kafein: meningkatkan saraf simpatik
4) Narkotika: menyupresi REM
BAB III
KONSEP ASKEP
3.1 Pengkajian
a. Data biografi
Nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit , nama
penanggung jawab dan catatan kedatangan.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama klien datang ke rumah sakit atau ke fasilitas kesehatan
2) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan klien yang dirasakan saat dilakukan pengkajian
3) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan terdahulu biasanya penyakit hipertensi adalah
penyakit yang sudah lama dialami oleh klien dan biasanya dilakukan
pengkajian tentang riwayat minum obat klien.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga adalah mengkaji riwayat keluarga apakah
ada yang menderita penyakit yang sama.
1) Aktivitas/istirahat
12
b) Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
2) Sirkulasi
3) Integritas ego
4) Eliminasi
5) Makanan/cairan
6) Neurosensory
13
a) Gejala: Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala,
suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan
setelah beberapa jam) dan gangguang penglihatan (diplopia,
penglihatan kabur, epistaksis)
7) Nyeri/ketidaknyamanan
8) Pernapasan
9) Keamanan
10) Pembelajaran/penyuluhan
14
11) Cara penghitungan dengan quisioner PSQI (Pirtzburg Sleep Quality
Index).
15
2. Cemas berhubungan dengan ketidak mampuan untuk tidur, henti napas saat
tidur, (sleep apnea) dan ketidak mampuan mengawasi perilaku.
3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi tentang penyakit.
3.3 Intervensi
No Diagnose SLKI SIKI
keperawatan
1 Gangguan pola tidur Setelah Dukungan tidur:
berhubungan dengan dilakukan 1. Identifikasi pola
kerusakan transfer tindakan aktivitas tidur
oksigen, gangguan keperawatan 2. Identifikasi pola
metabolisme, 1x24 jam penganggu tidur
kerusakan eliminasi, diharapkan pola 3. Identifikasi makanan
pengaruh obat, tidur membaik, yang menganggu
imobilisasi, nyeri, dan dengan kriteria tidur (misalnya kopi,
lingkungan yang hasil: teh, alcohol)
mengganggu. 1. Keluhan 4. Identifikasi obat
sulit tidur tidur yang
menurun dikonsumsi
2. Keluhan 5. Modifikasi
pola tidur lingkungan tidur
menurun 6. Fasilitasi
3. Keluhan menghilangkan
istrirahat stretss sebelum tidur
tidak cukup 7. Tetapkan jadwal
menurun rutin
4. Kemampua 8. Ajarkaan teknik
n relaksasi.
beraktivitas
meningkat
16
dengan ketidak dilakuan 1. Identifikasi teknik
mampuan untuk tidur, tindakan relaksasi yang
henti napas saat tidur, keperawan efektif
(sleep apnea) dan 1x24 jam 2. Priksa ketegangan
ketidak mampuan diharapkan otot, frekuensi nadi,
mengawasi perilaku. tingkat ansietas tekanan darah, dan
menurun, suhu sebelum dan
dengan kriteria sesudah latihan.
hasil: 3. Ciptakan lingkungan
1. Pola tidur yang tenang dan
membaik nyaman
2. Prilaku 4. Jelaskan tujuan,
gelisah prosedur, dan
menurun manfaat relaksasi
5. Anjurkan
mengambil posisi
yang nyaman.
6. Anjurkan sering
mengulani teknik
relaksasi.
3 Kurangnya Setelah Edukasi kesehatan:
pengetahuan tentang dilakukan 1. Identifikasi faktor-
penyakit berhubungan tindakan 1x24 faktor yang dapat
dengan jan diharapkan meningkatkan dan
kurangterpaparnya tingkat menurunkan
informasi tentang pengetahuan motivasi prilaku
penyakit. membaik, hidup sehat.
dengan kriteria 2. Sediakan materi
hasil: pendidikan
1. Pertanyaan kesehatan
tentag 3. Jadwalkan
masalah pendidikan
yang kesehatan sesaui
17
dihadapi kesepakatan
2. Persepsi 4. Berikan kesempatan
yang keliru untuk bertanya
terhadap 5. Jelaskan faktor
masalah resiko yang
menurun mempengaruhi
3. Perilaku kesehatan
sesuai 6. Ajarkan prilaku
dengan hidup bersih dan
pengetahua sehat
n 7. Ajarkan strategi
meningkat prilaku hidup bersih
dan sehat.
3.4 Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan keperawatan
ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap
implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk
menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan
teknik psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan
memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan
evaluasi (Asmadi, 2008).
3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan
secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa
keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali
30 ke dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassessment) (Asmadi,
18
2008).Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian
tujuan keperawatan
19
BAB IV
4.1 Kesimpulan
1. Tidur adalah, suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada rasa stress
emosional, bebas dari kecemasan.
4.2 Saran
1. Klien sebaiknya dapat melaksanakan segala bentuk anjuran untuk
dapatmemperbaiki pelaksanaan gangguan pola tidur agar pemenuhan
kebutuhan tidur terpenuhi.
2. Keluarga bekerja sama untuk dapat membuat suasana ataupun
keadaanyang memicu ketenangan, agar klien tidak mengalami gangguan
tidur
3. Untuk setiap tindakan asuhan keperawatan yang diberikan, sebaiknya klien
melaksanakannya demi tercapainya asuhan keperawatan yang baik
untukklien.
20
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi (2008) Teknik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi KDM,
Salemba Medika Jakarta
Maryam Siti.R, dkk (2010) Asuhan Keperawatan Pada Lansia, Trans Info Media
Jakarta
Maryam Siti.R, dkk (2008) Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannnya, Salemba
Medika Jakarta
Nugroho Wahjudi (2000) Keperawatan Gerontik, edisi 2, Jakarta
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik. Jakarta: EGC
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik, edisi 4. Jakarta:
PPNI. (2017). STANDART DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA. Jakarta:
Tim Pokja PPNI.
21
22