Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA REMAJA

Disusun Oleh:

Fenny Priyanti (1130119018)

Aviva Rochmatul Aini (1130119023)

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

S1 KEPERAWATAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Keluarga Pada Remaja”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Dasar.

Makalah ini berisi tentangproses persalinan dan kelahiran makalah ini


kami lengkapi dengan pendahuluan sebagai pembuka yang menjelaskan latar
belakang, rumusan masalah, dan tujuan pembuatan makalah. Pembahasan yang
menjelaskan tentang definisi remaja, asuhan keperawatan keluarga pada tahap
remaja, serta penutup yang berisi tentang kesimpulan yang menjelaskan isi dari
makalah kami. Makalah ini juga kami lengkapi dengan daftar pustaka yang
menjelaskan sumber dan referensi bahan dalam penyusunan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan demi perbaikan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik pihak penyusun
maupun pembaca.

Surabaya, 18 November 2020

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 2

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Definisi Remaja............................................................................... 3
B. Ciri-ciri remaja................................................................................. 3
C. Tugas perkembangan keluarga ....................................................... 5
D. Masalah yang terjadi pada remaja dalam keluarga.......................... 6
E. Hubungan social remaja................................................................... 9
F. Remaja dan Kesehatan reproduksi................................................... 10
G. Remaja dan penyakit menular.......................................................... 11
H. Remaja dan Napza........................................................................... 13
I. Kehamilan pada remaja................................................................... 13
J. Peran orang tua dalam perkembangan remaja................................. 15
K. Peran perawat dalam perkembangan remaja................................... 17

BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan keperawatan........................................................................ 18

BAB 4 PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................... 23
B. Saran................................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja merupakan aset sumber daya manusia yang mempunyai peranan yang
vital sebagai generasi penerus bangsa dimasa yang akan datang. Menurut WHO
(World Health Organization, 2007) definisi remaja adalah suatu perkembangan
dari munculnya tanda-tanda seks sekunder sehingga tercapainya kematangan
seksual reproduksi, serta suatu proses pembentukan mental dan identitas dewasa
serta peralihan dari ketergantungan menjadi relatif mandiri.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Awal remaja berlangsung
mulai usia 13 tahun dan berakhir sampai 18 tahun. Menurut WHO (1995), yang
dikatakan usia remaja adalah antara 10-18 tahun.. Pada tahap ini adalah tahap
perkembangan yang rawan. Masalah yang paling banyak ditemukan pada remaja
antara lain seperti: kehamilan, penyalahgunaan obat dan alkohol, kecelakaan,
bunuh diri, dan penyakit karena hubungan sex ( Lancaster, 1996). Di Indonesia
sendiri, terdapat masalah-masalah pada remaja, antara lain: kehamilan,
penyalahgunaan obat dan napza, dan penyakit menular seksual.
Masalah umum yang terjadi pada remaja sebagian besar adalah bentuk
perilaku ataupun kebiasaan yang menyimpang baik secara kesehatan, moral,
maupun sosial. Bentuk perilaku – perilaku penyimpangan tersebut dapat kita sebut
sebagai kenakalan remaja. Perilaku-perilaku yang menyimpang tersebut dapat
berpengaruh serta berdampak negatif pada kesehatan remaja (Chandra, 2012).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari remaja ?
2. Bagaimana ciri-ciri pada remaja ?
3. Bagaimana hubungan sosial pada remaja ?
4. Bagaimana kesehatan produksi pada remaja ?
5. Apa hak remaja atas kesehatan reproduksi ?
6. Bagaimana penyakit menular pada remaja ?

1
7. Bagaiamana Napza pada remaja ?
8. Bagaimana kehamilan pada remaja ?
9. Bagaimana peran orang tua pada remaja ?
10. Bagaimana peran perawat pada remaja ?

C. Tujuan
a. Tujuan umum
Agar semua mahasiswa dapat mengetahui dan memahami asuhan
keperawatan komunitas pada aggregate remaja
b. Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu memahami definisi dari remaja.
2. Mahasiswa mampu memahami ciri-ciri pada remaja.
3. Mahasiswa mampu memahami hubungan sosial pada remaja.
4. Mahasiswa mampu memahami kesehatan produksi pada remaja.
5. Mahasiswa mampu hak remaja atas kesehatan produksi.
6. Mahasiswa mampu penyakit menular pada remaja.
7. Mahasiswa mampu Napza pada remaja.
8. Mahasiswa mampu kehamilan pada remaja.
9. Mahasiswa mampu peran orang tua pada remaja.
10. Mahasiswa mampu peran perawat pada remaja.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12 sampai 24 tahun.
Namun, jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam
dewasa dan bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja
tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka tetap dimasukkan
kedalam kelompok remaja.
Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada diantara fase anak dan
dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan
emosi. Untuk mendeskripsikan remaja dari waktu ke waktu memang berubah
sesuai perkembangan zaman. Ditinjau dari segi pubertas, 100 tahun terakhir usia
remaja putri mendapatkan haid pertama semakin berkurang dari 17,5 tahun
menjadi 12 tahun, demikian pula remaja pria. Kebanyakan orang menggolong
remaja 12-24 tahun dan beberapa literatur yang menyebutkan 15-24 tahun. Hal
yang terpenting adalah seseorang mengalami perubahan pesat dalam hidupnya
diberbagai aspek. (Ferry Efendi, 2009)
Tetapi berdasarkan penggolongan umur, masa remaja terbagi atas: (WHO, 1995)
1. Masa remaja awal (10-13 tahun)
2. Masa remaja tengah (14-16 tahun)
3. Masa remaja akhir (17-19 tahun)

B. Ciri-Ciri pada Remaja


Ciri-ciri remaja: (Wahit Iqbal, 2009)
1. Masa remaja sebagai periode penting.
Walaupun semua periode didalam rentang kehidupan penting pada usia remaja
perkembangan fisik dan mental, yg cepat menimbulkan perlunya membentuk
sikap nilai dan minat yg mempunyai akibat jangka panjang pada usia
berikutnya.

3
2. Masa remaja sebagai periode peralihan
Pada masa ini remaja bukan lagi sebagai anak-anak dan juga bukan orang
dewasa, bila berprilaku anak-anak ia akan diajari bertindak dewasa tetapi bila
berprilaku dewasa dia dikatakan masih belum waktunya bertindak seperti
orang dewasa.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan
Ada Lima perubahan yg terjadi pada remaja:
a. Pertama peningkatan emosi
b. Kedua, perubahan fisik
c. Ketiga, perubahan perilaku
d. Keempat, perubahan pandangan terhadap nilai
e. Kelima bersikap ambivalen terhadap perubahan yang terjadi atas dirinya
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Terdapat dua alasan, pertama sepanjang masa anak-anak segala masalah
diselesaikan orang tua atau guru, kedua, karena remaja merasa mandiri
sehingga tidak perlu bentuan orang lain, sehingga banyak kegagalan-kegagalan
dalam menyelesaikan masalah karena berpengalaman.
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Identitas remaja sebagai masa mencari identitas. Identitas diri yg dicari remaja
berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam
masyarakat.
6. Masa remaja sebagai usia yg menimbulkan ketakutan
Karena anggapan bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, yang tidak
dapat dipercaya dan cendrung merusak maka remaja cenderung ragu dalam
membuat keputusan dan mencari bantuan dalam mengatasi masalahnya.
7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja cendrung untuk melihat dirinya dan orang lain sebagaimana yang ia
inginkan bukan sebagaimana adanya.

4
C. Tugas Perkembangan Keluarga
Tugas perkembangan yang pertama dan utama adalah menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja matur dan semakin mandiri.
Orang tua harus mengubah hubungan mereka dengan remaja putri atau putranya
secara progresif dari hubungan dependen yang dibentuk sebelumnya kearah suatu
hubungan yang makin mandiri. Pergeseran yang terjadi dalam hubungan anak dan
orang tua ini salah satu hubungan khas yang penuh dengan konflik-konflik
sepanjang jalan.
Agar keluarga dapat beradaptasi dengan sukses selama tahap ini, semua
anggota keluarga, khususnya orang tua, harus membuat “perubahan sistem” utama
yaitu, membentuk peran-peran dan norma-norma baru dan “membiarkan” remaja.
Kidwell dan kawan-kawan meringkas perubahan yang diperlukan ini  “secara
paradoks sistem keluarga yang dapat membiarkan anggotanya adalah sistem yang
akan bertahan dan menghasil sistem itu sendiri secara efektif pada generasi-
generasi berikutnya”.
Orang tua yang dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri,
tidak membiarkan anak-anaknya, seringkali menemukan “revolusi”. Oleh remaja
bila perpisahan berlangsung kemudian. Orang tua dapat juga mempercayai anak
agar mandiri secara prematur, dengan menyampaikan kebutuhan-kebutuhan
ketergantungannya. Dalam hal ini remaja ini dapat gagal mencapai kemandirian.
Menyangkut tiga tahap terakhir, hubungan perkawinan juga merupakan pusat
perhatian. Tugas perkembangan keluarga yang kedua bagi pasangan suami istri
adalah memfokuskan kembali hubungan perkawinan (Willson, 1988). Banyak
sekali pasangan suami istri yang telah begitu terikat dengan berbagai tanggung
jawab sebagai orang tua sehingga perkawinan tidak lagi memainkan suatu peran
utama dalam kehidupan mereka. suami biasanya menghabiskan banyak waktu
diluar rumah, karena bekerja dan melanjutkan karirnya, sementara itu, istrinya
juga bekerja sementara mencoba meneruskan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga
dan tanggung jawab sebagai orang tua. Dalam situasi seperti ini, hanya tersisa
sedikit waktu dan energy untuk hubungan perkawinan .
Akan tetapi disisi lain, karena anak-anak lebih bertanggung jawab terhadap
mereka sendiri, pasangan suami istri meninggalkan rumah untuk meniti karir

5
mereka atau dapat menciptakan kesenangan-kesenangan perkawinan setelah
anaknya telah meninggalkan rumah (postparental). Mereka dapat mulai
membangun pondasi untuk tahap siklus kehidupan keluarga berikutnya .
Tugas perkembangan keluarga yang ketiga yang mendesak adalah untuk para
anggota  keluarga, khususnya orang tua dan remaja, untuk berkomunikasi secara
terbuka. Karena adanya kesenjangan antara generasi, komunikasi terbuka
seringkali hanya merupakan suatu cita-cita, bukan suatu realita. Orang tua yang
berasal dari keluarga dengan berbagai masalah terbukti seringkali menolak dan
memisahkan diri dari anak mereka paling tua, sehingga mengurangi saluran-
saluran komunikasi terbuka yang mungkin telah ada sebelumnya.
Mempertahankan etika dan standar keluarga merupakan tugas-tugas
perkembangan keluarga lainnya. Meskipun aturan-aturan dalam keluarga belum
diubah, etika dan standar moral keluarga belum tetap dipertahankan oleh orang
tua. Remaja sangat sensitive terhadap ketidakcocokan antara apa dikatakan
dengan apa yang dipraktekkan. Namun demikian, orang tua dan anak-anak dapat
belajar dari satu sama lain dalam masyarakat yang majemuk dan berubah dengan
cepat saat ini. Transformasi nilai dari kaum muda juga mentransformasikan
keluarga. Adopsi gaya hidup yang lebih bebas dan sederhana melambangkan
transformasi nilai yang mempengaruhi setiap tahap kehidupan keluarga .
D. Masalah-Masalah yang Terjadi Pada Keluarga dengan Tahap
Perkembangan Anak  Usia Remaja
Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh
adanya pertengkaran dengan anggota-anggota keluarga,terus menerus mengritik
atau buat komentar-komentar yang merendahkan tentang penampilan atau
perilaku anggota keluarga, sering terjadi selama tahun-tahun awal masa remaja.
Pada saat ini hubungan keluarga biasanya berada pada titik rendah.
Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap
usia, terlebih selama masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan
perempuan sangat tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung pada keluarga
untuk memperoleh rasa aman. Yang lebih penting lagi, mereka memerlukan
bimbingan atau bantuan dalam menguasai tugas perkembangan masa remaja.
Kalau hubungan-hubungan keluarga ditandai dengan pertentangan, perasaan-

6
perasaan tidak aman berlangsung lama, dan remaja kurang memiliki kesempatan
untuk mengembangkan pola perilaku yang tenang dan lebih matang. Remaja yang
hubungan keluarganya kurang baik juga dapat mengembangkan hubungan yang
buruk dengan orang-orang diluar rumah. Meskipun semua hubungan, baik dalam
masa dewasa atau dalam masa kanak-kanak, kadang-kadang tegang namun orang
ang selalu mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain dianggap tidak
matang dan kurang menyenangkan. Hal ini menghambat penyesuaian sosial yang
baik.
Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah dan penuh
romantika, padahal sebenarnya masa ini merupakan masa yang penuh dengan
kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi keluarga dan lingkungan sosial.
Masa ini akan membuat remaja mengalami kebingungan disatu pihak masih anak-
anak, tetapi dilain pihak harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi ini
membuat mereka dalam kondisi konflik, sehingga akan terlihat bertingkah laku
aneh, canggung dan kalau tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan
kenakalan. Dalam usahanya mencari identitas diri, mereka sering membantah
orang tuanya, karena memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-
nilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya.
Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun sebenarnya
mereka juga belum memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang yang dianggap
penting dalam masa ini adalah teman sebaya. Mereka berusaha untuk mengikitu
pendapat dan gaya teman-temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan
dirinya. Karenanya sering kali remaja terlibat dalam geng-geng, dengan menjadi
anggota geng mereka akan saling memberi dan mendapat dukungan mental.
Beberapa kasus terakhir seperti geng-geng motor yang terlibat kegiatan
merupakan bentuk dari kecenderungan tersebut. Mereka akan berani melakukan
tindakan-tindakan kejahatan ketika dilakukan dalam kelompok dan tidak akan
berani melakukannya secara individual. Masalah lain yang sering mengganggu
anak remaja adalah masalah yang berkaitan dengan organ reproduksi (seksual).
Satu sisi mereka sudah mencapai kematangan seksual, yang menyebabkan mereka
memiliki dorongan untuk pemuasan tetapi disisi lain kebudayaan dan norma sosial
melarang pemuasan kebutuhan seksual diluar pernikahan. Padahal untuk menikah

7
banyak persyaratan yang harus dipenuhi, bukan hanya kemampuan dalam
melakukan hubungan seksual, tetapi diperlukan ekonomi, kematangan psikologi,
dan sebagainya.syarat-syarat ini sangat berat dan mungkin belum dicapai pada
usia remaja. Oleh karena itu, para remaja mencari kepuasan dalam bentuk
khayalan, membaca buku atau menonton film porno. Meskipun tingkah laku ini
sebenarnya tetap melanggar norma masyarakat, tetapi mereka melakukannya
dengan sembunyi-sembunyi.
Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana dalam
menyikapi, cara yang tepat dilakukan adalah dengan mengurangi control secara
bertahap terhadap anaknya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi diri sendiri
secara bertahap sampai akhirnya dewasa.
Masalah-masalah kesehatan
Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik. Tapi promosi
kesehatan tetap menjadi hal yang penting. Faktor-faktor resiko harus diidentifikasi
dan dibicarakan dengan keluarga, seperti pentingnya gaya hidup keluarga yang
sehat mulai dari usia 35 tahun, resiko penyakit jantung koroner meningkat
dikalangan pria dan pada usia ini anggota keluarga yang dewasa mulai merasa
lebih rentan terhadap penyakit sebagai bagian dari perubahan-perubahan
perkembangan dan biasanya mereka ini lebih menerima strategi promosi
kesehatan. Sedangkan pada remaja, kecelakaan terutama kecelakaan mobil
merupakan bahaya yang amat besar, dan patah tulang dan cedera karena atletik
juga umum terjadi.
Penyalahguanaan obat-obatan dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan
yang tidak dikehendaki, dan pendidikan dan konseling seks merupakan bidang
perhatian yang relevan. Dalam mendiskusikan topik ini dengan keluarga, perawat
dapat terjebak dalam perselisihan atau masalah antara orang tua dan kaum muda,
remaja biasanya mencari pelayanan kesehatan mencakup uji kehamilan,
menggunakan obat-obatan, uji AIDS, keluarga berencana, dan aborsi, diagnosis
dan perawatan penyakit kelamin. Agaknya telah menjadi trend yang sah bagi
remaja untuk menerima perawatan kesehatan tanpa ijin orang tua. Bila orang tua
diikutsertakan maka dilakukan wawancara terpisah sebelum mereka dikumpulkan

8
Kebutuhan kesehatan yantg lain adalah dalam bidang hubungan dan bantuan
untuk memperkokoh hubungan perkawinan dan hubungan remaja dengan orang
tua. Konseling langsung yang bersifat menunjang atau mulai rujukan ke sumber-
sumber dalam komunitas untuk konseling, dan juga pendidikan yang bersifat
rekreasional, dan pelayanan lainnya mungkin diperlukan, pendidikan promosi
kesehatan umum juga diindikasikan.
E. Hubungan Sosial pada Remaja
Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah berhubungan
dengan penyesuaian sosial, hal tersebut dikarenakan oleh kuatnya pengaruh
kelompok sebaya disebabkan remaja lebih banyak diluar rumah bersama teman
sebaya sebagai kelompok. (Wahit Iqbal, 2009)
Berikut adalah pengelompokan sosial pada remaja: (Wahit Iqbal, 2009)
1. Teman dekat, yaitu remaja yang mempunyai dua atau tiga teman akrab, jenis
kelamin sama mempunyai minat dan kemauan yang sama saling
mempengaruhi dan kadang-kadang bertengkar.
2. Kelompok kecil, terdiri dari dua kelompok teman dekat bisa sejenis bisa
berlawanan jenis dan saling mempengaruhi.
3. Kelompok besar terdiri dari beberapa kelompok kecil antar anggota terdapat
interaksi sosial yang longgar.
4. Kelompok terorganisasi, kelompok yang dibentuk oleh sekolah atau organisasi
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak
mempunyai klik atau kelompok besar.
5. Kelompok Geng, remaja yang tidak puas terhadap kelompok besar dan minat
utamanya untuk menghadapi penolakan melalui perilaku anti sosial.
F. Remaja dan Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut
sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat
disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan, namun
juga sehat secara mental dan sosial budaya. Remaja perlu mengetahui kesehatan
reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta
sebagai faktor yang ada disekitar kita, dengan informasi yang benar, diharapkan
remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses

9
reproduksi. Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka
mempunyai kesehatan reproduksi yang baik adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan mengenai sistem, proses, dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh
kembang remaja).
2. Perlunya remaja mendewasakan usia menikah serta bagaimana merencanakan
kehamilan agar sesuai dengan keinginan dirinya dan pasangan.
3. Penyakit menular seksual dan HIV atau AIDS serta dampaknya terhadap
kondisi kesehatan reproduksi.
4. Bahaya narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba) juga minuman keras
(miras) pada kesehatan pada kesehatan reproduksi.
5. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual.
6. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya.
7. Kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar
mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif.
8. Hal-hal reproduksi.
Proses reproduksi merupakan proses melanjutkan keturunan yang menjadi
tanggung jawab bersama antara pihak pria maupun wanita. Oleh karena itu,
baik pihak pria maupun wanita harus tahu dan mengerti mengenai berbagai
aspek kesehatan reproduksi. Angka kejadian remaja melakukan hubungan
seksual sebelum menikah, kehamilan yang tidak diharapkan, angka
penggunaan narkoba, angka pengidap PMS/HIV-AIDS, serta kasus-kasus
aborsi dikalangan remaja menunjukkan gejala yang cukup mengkhawatirkan.
Berikut ini merupakan penyebab terjadinya hal-hal tersebut:
a. Berdasarkan hasil survei dasar yang dilakukan oleh BKKBN Provinsi Jawa
Barat menunjukkan bahwa 83% remaja tidak tahu tentang konsep kesehatan
reproduksi yang benar, 61,8% tidak tahu persoalan disekitar masa subur dan
masalah haid, 40,6% tidak tahu resiko kehamilan remaja, dan 42,4% tidak
tahu tentang risiko PMS.
b. Remaja tidak memperoleh informasi yang cukup dan benar tentang
kesehatan reproduksi. Penelaahan terhadap 35 penilitian yang dilakukan di
negara maju dan berkembang menyimpulkan, pendidikan seksual berbasis
sekolah tidak menyebabkan terjadinya hubungan seksual lebih dini, juga

10
tidak menyebabkan bertambahnya kegiatan seksual remaja. Sebaliknya
justru berdampak pada penundaan kegiatan seksual dini.
c. Remaja belum menyentuh pelayanan kesehatan reproduksi (informasi,
konseling, pelayanan, medis) karena terhambat oleh beberapa faktor seperti
belum tersedianya pelayanan; kondisi geografis, ekonomis, dan psikologis,
petugas yang tidak akrab dengan remaja; dan kurangnya informasi tempat
pelayanan. Hasil survei menunjukkan bahwa 97,2% remaja menyatakan
butuh pusat konsultasi kesehatan remaja dan 65,3% mereka mengharapkan
pusat konsultasi berada juga didesa. (Ferry Efendi, 2009)
G. Remaja dan Penyakit Menular
Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang dapat ditularkan
dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual. Seseorang
berisiko tinggi terkena PMS bila melakukan hubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral, maupun anal. Bila tidak
diobati dengan benar, penyakit ini dapat berakibat serius bagi kesehatan
reproduksi, seperti terjadinya kemandulan, kebutaan pada bayi yang baru
lahir, serta kematian. Karena bentuk dan letak alat kelamin pria berada di luar
tubuh, gejala PMS lebih mudah dikenali, dilihat, dan dirasakan. Sedangkan,
pada wanita yang alat kelaminnya / berada di dalam tubuh, PMS sering kali
muncul tanpa gejala sehingga sering tidak disadari. (Ferry Efendi, 2009)
Gejala-gejala PMS pada pria adalah sebagai berikut:
1. Terdapat bintil-bintil berisi cairan pada alat kelamin (penis).
2. Adanya lecet atau borok pada penis.
3. Adanya luka tetapi tidak sakit pada penis.
4. Keras dan berwarna merah pada penis.
5. Adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam pada penis.
6. Rasa gatal yang hebat sepanjang penis.
7. Rasa sakit yang hebat pada saat buang air kecil.
8. Pada urine terdapat nanah atau darah yang berbau busuk.
9. Bengkak, panas, dan nyeri bada pangkal paha yang kemudian berubah
menjadi borok.
Gejala-gejala PMS pada wanita adalah sebagai berikut:

11
1. Rasa sakit atau nyeri pada saat buang air kecil atau berhubungan seksual.
2. Rasa nyeri pada perut bagian bawah.
3. Pengeluaran lendir pada alat kelamin. (vagina).
4. Keputihan berwarna putih susu, bergumpal, disertai rasa gatal dan
kemerahan pada alat kelamin dan sekitarnya.
5. Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal.
6. Timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual.
7. Terdapat bintil-bintil berisi cairan di sekitar alat kelamin.
8. Terdapat lecet atau borok pada alat kelamin.

Cara yang paling ampuh untuk mencegah penularan PMS adalah tidak
melakukan hubungan seksual (bagi remaja yang belum menikah), setia pada
pasangan (bagi pasangan yang sudah menikah), hindari hubungan seksual yang
tidak aman atau berisiko, selalu menggunakan kondom, dan selalu menjaga
kebersihan alat kelamin. Banyak penyakit yang dapat digolongkan sebagai PMS.
Di Indonesia, yang banyak ditemukan saat ini adalah gonorhoe (GO), raja singa
(sifilis), herpes kelamin, klamidia, trikomoniasis, kandidiasis vagina, dan kutil
kelamin. Kebanyakan PMS dapat diobati, namun ada beberapa yang tidak bisa
diobati secara tuntas seperti HIV/AIDS dan herpes kelamin. Jika sudah terkena
PMS, satu-satunya cara adalah berobat ke dokter atau tenaga kesehatan, jangan
mengobati diri sendiri. Selain diri sendiri, pasangan juga harus diobati agar tidak
saling menularkan kembali. Perlu diketahui bahwa PMS tidak dapat dicegah
hanya dengan memilih pasangan yang kelihatan bersih penampilannya, mencuci
alat kelamin setelah berhubungan seksual, minum jamu-jamuan, maupun minum
antibiotik sebelum dan sesudah berhubungan seksual.

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala


penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh. Penyebabnya adalah human
immunodeficiency virus (HIV). Salah satu cara penularan HIV adalah melalui
hubungan seksual. Selain itu, HIV dapat menular melalui pemakaian jarum suntik
bekas orang yang terinfeksi virus HIV, menerima tranfusi darah yang tercemar
HIV, atau dari ibu hamil yang terinfeksi virus HIV kepada bayi yang
dikandungnya. Di Indonesia, penularan HIV/AIDS paling banyak melalui

12
hubungan seksual yang tidak aman serta melalui jarum suntik (bagi pecandu
narkoba). Sesudah terjadi infeksi HIV, penderita awalnya tidak memperlihatkan
.gejala-gejala khusus. Setelah beberapa minggu, orang yang terinfeksi akan sering
menderita penyakit ringan sehari-hari seperti flu atau diare. Pada periode 3 sampai
4 tahun kemudian penderita tidak memperlihatkan gejala khas atau disebut
sebagai periode tanpa gejala, pada saat ini penderita merasa sehat dan dari luar
juga tampak sehat. Sesudahnya, tahun ke 5 atau 6 mulai timbul diare berulang,
penurunan berat badan secara mendadak, sering sariawan di mulut, serta terjadi
pembengkakan di kelenjar getah bening dan pada akhirnya bisa terjadi berbagai
macam penyakit infeksi, kanker, dan bahkan kematian.

Cara yang paling aman untuk menghindari terinfeksi HIV dan terkena AIDS
adalah melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang tetap (tidak berganti-
ganti pasangan seksual), hindari hubungan seksual di luar nikah, gunakan kondom
jika melakukan hubungan seksual berisiko tinggi seperti dengan pekerja seks
komersial, sedapat mungkin hindari tranfusi darah yang tidak jelas sumber
asalnya, serta gunakan alat-alat medis dan nonmedis yang terjamin steril.

H. Remaja dan Napza


Pecandu narkoba, khususnya pengguna jarum suntik, dapat menjadi sarana
penularan HIV/AIDS. Secara tidak langsung, narkoba dan miras biasanya terkait
erat dengan pergaulan seksual bebas. Di samping itu, kecanduan obat terlarang
pada orang tua akan mengakibatkan bayi lahir dengan ketergantungan obat
sehingga harus mengalami perawatan intensif yang mahal. Kebiasaan
menggunakan narkoba atau miras dapat menurun pada sifat anak yang dilahirkan,
yaitu menjadi peminum, pecandu, atau mengalami gangguan mental (cacat).
Seorang wanita pecandu mempunyai sikap hidup malas dan kekurangan gizi
sehingga dapat mengakibatkan keguguran kandungan atau melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah atau cacat. (Ferry Efendi, 2009)

I. Kehamilan pada Remaja


Kesehatan reproduksi secara langsung juga berhubungan dengan keadaan
anemia pada seseorang. Anemia merupakan keadaan yang sering disebut dengan

13
kurang darah di mana hemoglobin (Hb) kurang dari 12 gr%. Anemia terkait erat
dengan masalah kesehatan reproduksi terutama pada wanita. Jika seorang wanita
mengalami anemia, maka akan menjadi sangat berbahaya pada saat hamil dan
melahirkan. Wanita yang mengalami anemia berpotensi melahirkan bayi dengan
berat badan rendah (kurang dari 2,5 kg). Di samping itu, anemia dapat
mengakibatkan kematian ibu maupun bayi pada saat proses persalinan. Karena itu
untuk memastikan agar remaja tidak mengidap anemia, perlu dianjurkan untuk
memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Jika ternyata remaja mengalami anemia,
maka perlu dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi dan pil zat besi
sesuai dengan anjuran.
Selain anemia, kesehatan reproduksi juga berhubungan dengan kehamilan.
Kesiapan seorang wanita untuk hamil dan melahirkan (mempunyai anak)
ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, mental (emosi dan
psikologis), dan sosioekonomi. Secara umum, seorang wanita dikatakan siap
secara fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya, yaitu sekitar usia 20
tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan fisik.
Remaja dimungkinkan untuk menikah pada usia di bawah 20 tahun sesuai
dengan Undang' Undang Nomor l Tahun 1974 tentang Perkawinan bahwa usia
minimal menikah adalah 16 tahun bagi wanita dan 18 tahun bagi pria. Tetapi tetap
perlu diingat beberapa hal berikut:
1. Ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehamilannya termasuk
kontrol kehamilan. Ini berdampak pada meningkatnya berbagai risiko
kehamilan.
2. Ibu muda pada waktu hamil sering mengalarni ketidakteraturan tekanan darah
yang dapat berdampak pada keracunan kehamilan serta kejang yang berakibat
pada kematian.
3. Penelitian juga memperlihatkan bahwa kehamilan di usia muda ( usia kurang
dari 20 tahun) sering kali berkaitan dengan munculnya kanker rahim. Hal ini
berkaitan erat dengan belum sempurnanya perkembangan dinding uterus.
Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang karena
suatu sebab maka keberadaannya tidak diinginkan oleh salah satu atau kedua

14
calon orang tua bayi tersebut. Kehamilan yang tidak diinginkan disebabkan
oleh beberapa faktor di antaranya sebagai berikut:
a. Pengetahuan yang kurang lengkap dan tidak benar mengenai proses
terjadinya kehamilan dan metode-metode pencegahan kehamilan.
b. Akibat terjadinya tindak pemerkosaan.
c. Kegagalan alat kontrasepsi.

Beberapa kerugian KTD pada remaja adalah sebagai berikut: (Ferry Efendi, 2009)

1. Remaja wanita atau calon ibu merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil
maka ia bisa saja tidak mengurus kehamilannya dengan baik.

2. Sulit mengharapkan adanya perasaan kasih sayang yang tulus dan kuat dari ibu
yang mengalami KTD terhadap bayi yang dilahirkannya nanti sehingga masa
depan anak mungkin saja terlantar.

3. Mengakhiri kehamilannya atau sering disebut dengan aborsi. Di Indonesia,


aborsi dikategorikan sebagai tindakan ilegal atau melawan hukum. Karena
tindakan aborsi adalah ilegal maka sering dilakukan secara sembunyi-sembunyi
dan tidak aman. Aborsi tidak aman berkontribusi kepada kematian dan
kesakitan ibu.

Aborsi sangat berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan wanita terutama jika
dilakukan secara sembarangan oleh oknum yang tidak terlatih. Perdarahan yang
terus-menerus serta infeksi yang terjadi setelah tindakan aborsi merupakan
penyebab utama kematian wanita yang melakukan aborsi. Di samping itu, aborsi
juga berdampak pada kondisi psikologis. Perasaan sedih karena kehilangan bayi,
beban batin akibat timbulnya perasaan bersalah, dan rasa penyesalan dapat
mengakibatkan depresi. Oleh karena itu, konseling mutlak diperlukan kepada
pasangan sebelum mereka memutuskan untuk melakukan tindakan aborsi.
Tindakan aborsi harus diyakinkan sebagai tindakan terakhir jika sudah tidak ada
alternatif lain. (Ferry Efendi, 2009)

J. Peranan Orang Tua pada Remaja


Perilaku orang tua yang merokok, minum minuman beralkohol, atau gagal
menjaga kesehatan dengan baik dapat memengaruhi anak mereka untuk

15
melakukan tindakan yang serupa. Orang tua dengan perilaku buruk seperti itu juga
membuat anak-anak mereka memiliki keinginan untuk berhubungan seksual di
usia dini. Salah satu hasil penelitian menyebutkan lebih dari 50 persen remaja
dengan orang tua perokok, sudah memiliki pengalaman atau perilaku seksual yang
sangat aktif sejak usia sangat muda (15 tahun).
Selain meniru perilaku merokok orang tua mereka, anak-anak ini juga minum
minuman beralkohol dan menggunakan narkoba atau apapun yang biasa
digunakan kawan-kawan sebayanya. Selain itu, mereka juga lebih mudah
terjerumus dalam tindak kejahatan. Tapi jangan dengan mudah menyimpulkan
bahwa orang tua perokok menyebabkan anak mereka aktif secara seksual di masa
remaja. Studi Kesehatan Remaja Nasional di Amerika Serikat melakukan survei
untuk mengungkap perilaku seksual remaja dengan koresponden 19.000 remaja
Amerika dalam rentang usia 13 sampai 18 tahun. Remaja dan orang tuanya
diwawancarai secara terpisah dalam survei tersebut. Sekitar 31% dari seluruh
orang tua adalah perokok dan itu dianalisis sebagai pemicu paling kuat dari
perilaku seksual berisiko yang dilakukan anak remaja mereka. Hubungan perilaku
antara orang tua dengan anaknya sebenarnya sudah diketahui luas. Sebagai
contoh, remaja yang memiliki orang tua pecandu alkohol, yakan akan meniru
perilaku tersebut dan umumnya jika remaja mengonsumsi alcohol, mereka juga
berhubungan seksual di saat bersamaan. Karena orang tua menjadi figur panutan
untuk anaknya, sangat beralasan jika orang tua yang memiliki perilaku tidak sehat
akan memiliki anak yang perilakunya serupa. (Sumijatun, 2005)
Pakar pendidikan sudah lama memberitahu para orang tua bahwa anak-anak
akan berperilaku seperti apa yang mereka lihat setiap hari, bukan apa yang
diperintahkan atau diajarkan oleh orang tua untuk dilakukan. Wilder dan Watt
juga menemukan bahwa remaja pria lebih banyak memiliki perilaku seksual aktif
sejak dini, jika orang tua mereka sering lalai menggunakan sabuk pengaman
ketika berkendaraan. Namun, kecenderungan yang sama tidak ditemukan pada
remaja wanita. Wilder menyatakan bahwa sangat mungkin orang tua secara tidak
langsung mengajari anak-anaknya bahwa melakukan perilaku berisiko itu
menantang atau menyenangkan. Jika orang tua melakukan sebuah perilaku

16
berbahaya, itu akan memulai sebuah rantai situasi yang mendorong anak-anak
mereka untuk melakukan perilaku berbahaya yang lain.
Survei juga menganjurkan pengawasan tertutup dari orang tua selain dari
sekolah membuat anak berperilaku lebih aman dan sehat. Artinya, jika orang tua
berada di rumah ketika anak pulang sekolah, menemani mereka di malam hari,
dan menanyakan aktivitas harian mereka, maka orang tua akan mengurangi
potensi perilaku berbahaya si anak. Tetapi jika orang tua merokok dan minum
alkohol secara terus-menerus, maka pengaruh dari perilaku mengurangi manfaat
pengawasan yang sudah dilakukan. Penelitian itu menjadi penting, khususnya di
Amerika Serikat, karena sejak tahun 1999 ditemukan setengah dari siswa sekolah
menengah sudah melakukan hubungan seksual dan enam persen di antaranya
hamil. (Ferry Efendi, 2009)
Havighurst

K. Peranan Perawat pada Remaja


Mengingat remaja mengalami tumbuh kembang baik secara fisik, kognitif,
mental, moral, dan sosial, maka remajapun mempunyai tugas perkembangan
yang harus diselesaikannya. Perawat komunitas dapat membantu remaja
memenuhinya. Berikut tugas perkembangan remaja menurut havighurst
(dalam Helms & Turner, 1995; Dariyo, 2004) adalah :
a. Mampu menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis dan psikologis
yang akan berdampak positif terhadap pembentukan identitas dirinya dan
dapat meningkatkan harga dirinya.
b. Mampu belajar bersosaliasi sebagai seorang laki-laki atau perempuan yang
didasari atas saling menghargai dan menghormati.
c. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang lain
yang merupakan bukti kepercayaan orang tua terhadap remaja, tentu saja
hal ini sangat menunjang perkembangan konsep diri remaja.
d. Menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Umumnya, remaja
berusaha mempersiapkan diri dengan menempuh pendidikan formal
maupun non formal.
e. Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis.

17
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisa sehingga masalah
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok
yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi,
maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap pengkajian ada lima kegiatan
yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisa data, perumusan atau
penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah. Kegiatan
pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :
1. Data Inti, meliputi : riwayat atau sejarah perkembangan komunitas, data
demografi, vital statistic, status kesehatan komunitas.
2. Data lingkungan fisik,  meliputi : pemukiman, sanitasi, fasilitas, batas-batas
wilayah, dan kondisi geografis.
3. Pelayanan kesehatan dan sosial, meliputi : pelayanan kesehatan, fasilitas
sosial (pasar, toko, dan swalayan).
4. Ekonomi, meliputi : jenis pekerjaan, jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan,
jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan, jumlah pekerja dibawah umur, ibu
rumah tangga dan lanjut usia.
5. Keamanan dan transportasi.
6. Politik dan keamanan, meliputi : system pengorganisasian, struktur
organisasi, kelompok organisasi dalam komunitas, peran serta kelompok
organisasi dalam kesehatan.
7. Sistem komunikasi, meliputi : sarana untuk komunikasi, jenis alat komunikasi
yang digunakan dalam komunitas, cara penyebaran informasi.
8. Pendidikan, meliputi : tingkat pendidikan komunitas, fasilitas pendidikan
yang tersedia, dan jenis bahasa yang digunakan.
9. Rekreasi, meliputi : kebiasaan rekreasi dan fasilitas tempat rekreasi.

18
B. Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan
yang perlu pertimbangan berbagai faktor sebagai kriteria penapisan, diantaranya:
1. Sesuai dengan perawat komunitas.
2. Jumlah yang berisiko.
3. Besarnya resiko.
4. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan.
5. Minat masyarakat.
6. Kemungkinan untuk diatasi.
7. Sesuai dengan program pemerintah.
8. Sumber daya tempat.
9. Sumber daya waktu.
10. Sumber daya dana.
11. Sumber daya peralatan.
12. Sumber daya orang.
Masalah yang ditemukan dinilai dengan menggunakan skala pembobotan,
yaitu:
1 = sangat rendah, 2 = rendah, 3 = cukup, 4 = tinggi, 5 = sangat tinggi. Kemudian
masalah kesehatan diprioritaskan berdasarkan jumlah keseluruhan scoring
tertinggi.

C. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut SDKI untuk meningkatkan kesehatan yang bisa


ditegakkan pada adolesens, yaitu :

1. Manajemen Kesehatan tidak efektif berhubungan dengan:


a. Kurang terpaparnya informasi
b. Konflik pengambilan keputusan
c. Ketidakefektifan pola perawatan kessehatan keluarga
d. Kekurangan dukungan sosial

19
2. Risiko infeksi yang berhubungan dengan:
a. Peningkatan paparan pathogen organisme pathogen lingkugan
b. Malnutrisi
c. Kerusakan imunitas
3. Koping tidak efektif berhungungan dengan
a. Ketidaakpercayaan terhadap kemampuan diri mrngatasi masalah
b. Ketidakadekuatan sistem pendukung
c. Ketidakteratutan atau kekacauan lingkungan
d. Disfungsi sistem keliarga
e. Kerentanan personalitas
4. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan:
a. Perubahan fungsi tubuh (mis: proses penykit, kehamilan, kelumpuhan)
b. Perubahan fungis kognitif
c. Ketidaksesuaian budaya, keyakinan atau sistem nilai
d. Gangguan psikososial
D. Intervensi (Perencanaan) Keperawatan
Perencanaan asuhan keperawatan komunitas disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan komunitas yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan pasien. Jadi perencanaan keperawatan meliputi: perumusan tujuan,
rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan dan kriteria hasil untuk
mencapai tujuan.

Diagnosa Intervensi promosi kesehatan

1. Manajemen Kesehatan Dukungan pengambilan keputusan


tidak efektif
a. Identifikasi persepsi mengenai masalah
dan informasi yang memicu konflik
b. Diskusikan kekurangan dan kelebihan
dari setiap solusi
c. Motivasi pengungkapan tujuan
perawatan yang diharapkan
d. Fasilitasi pengambilan keputusan secara
kolaboratif

20
e. Informasikan alternatif soslusi scara
jelas
f. Berikan informasi yang diminta pasien
g. Kolaborasi dengan tenaga medis lain
untuk pengambilan keputusan

Edukasi Kesehatan

a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan


penerima informasi
b. Identifikasi fator-faktor yang dapat
meningkatkan adan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
c. Berikan materi dan media Pendidikan
Kesehatan
d. Jelaskan faktor resiko
e. Ajarkan perilaku hidup bersih sehat

2.      Risiko infeksi Pencegahan infeksi

a. Motitor tanda dan gejala


b. Cucit tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien
c. Pertahankan teknik aseptic pada pasien
beresiko tinggi
d. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
e. Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
f. Anjurkan peningkatan asuhan nutrisi
g. Anjurkan peningkatan asupan cairan
h. Kolaborasi pemberian imunisasi

E. Implementasi Keperawatan

21
Merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan komunitas yang
telah disusun. Prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, yaitu :

1. Berdasarkan respon masyarakat.


2. Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di masyarakat.
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara diri sendiri serta
lingkungannya.
4. Bekerja sama dengan profesi lain.
5. Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan masyarakat dan
pencegahan penyakit.
6. Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
7. Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan.

F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan kerhasialn tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan
pedoman atau rencana proses tersebut.

22
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi masa
yang yang menyenangkan, meski bukan berarti tanpa masalah. Banyak proses
yang harus dilalui seseorang dimasa transisi kanak-kanak menjadi dewasa ini.
Tantangan yang dihadapi orangtua dan petugas kesehatan dalam menangani
problematika remaja pun akan semakin kompleks. Namun ada penyelesaian
masalah untuk membentuk manusia-manusia kreatif dengan karakter yang kuat,
salah satunya dengan melakukan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok
remaja. Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama di mana
individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa,
biasanya antara usia 13-20 tahun. Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan
perubahan penampilan pada orang muda, dan perkembangan mental
mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan berhadapan dengan
abstraksi.
Asuhan keperawatan komunitas bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
pada masyarakat khususnya remaja. Remaja dengan jiwa yang masih labil masih
perlu bimbingan melalui penyuluhan agar resiko peningkatan angka kematian dan
perubahan pemeliharaan kesehatan pada remaja teratasi.

B. Saran
1. Bagi remaja
Kesehatan merupakan hal yang paling penting dan utama demi masa depan
nantinya agar cita-cita dapat tercapai, diharapkan dengan adanya penyuluhan
ini remaja menjadi manusia yang kreatif dan berrkarakter yang kuat dan
remaja dapat meningkatkan pemeliharaan kesehatan.
2. Bagi para pembaca
Makalah ini bisa digunakan sebagai tambahan bahan untuk menambah
wawasan mengenai asuhan keperawatan komunitas khususnya remaja
diharapkan para pembaca dapat menyempurnakan makalah ini lebih baik lagi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Efendy, Ferry., Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta :


Salemba medika.

Mubarak, Wahit I., Dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas : Konsep dan
Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.

Sumijatun., dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta : EGC.

Chairani, Reni. 2015. Modul Keperawatan Komunitas I. Jakarta : Salemba


Medika

PPNI, 2016. Standart Diagnosis Keperawatam Indonesia: Definisi dan Indikasi


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI

PPNI, 2016. Standart Intervensi Keperawatam Indonesia: Definisi dan Tindakan


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI

24

Anda mungkin juga menyukai