TAHUN 2019
OLEH:
WIWIN, S.Kep
NIM:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
merupakanbagianintegraldaripelayanankesehatanyang didasarkanilmudan
yang sakit maupun yang sehat, keperawatan pada dasarnya adalah human
scienceandhumancareandcaringmenyangkutupayamemperlakukanklien secara
manusiawidanutuhsebagaimanusiayangberbeda darimanusialainnya
biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. (Iin Inayah,
2004)
Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia di diagnosis ileus.
tahunnya. Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif
tanpa hernia yang di rawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan (Departemen
provinsi sulawesi tenggara ditemukan data pada pasien yang mengalami ileus
kasus rawat inap 60 kasus yang terdiri dari 38 perempuan dan 22 terdiri dari
laki-laki pada tahun 2018. Dan pada tahun 2019 mengalami peningkatan
yaitu sebanyak 97 kasus yang terdiri dari 49 perempuan dan 48 terdiri dari
laki-laki.
kondisi kesehatan klien, memberikan terapi atau obat-obatan yang tepat dan
sesuai dengan jangka waktu tertentu untuk mengobati penyebab dasar dan
klien dengan ileus paralitik yang di rawat diruang Laika waraka interna lt.II
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat
kompherensif.
Hasil studi kasus ini dapat dijadikan bahan bacaan dan menambah
ileus paralitik
3. Bagi Masyarakat
Hasil studi kasus ini bgi masyarakat khususnya yang mengalami atau
kesehatan keluarga serta dapat mengenal ciri-ciri serta tanda dan gejala
ileus paralitik
4. Bagi Mahasiswa
pasien dengan ileus paralitik dan sebagai bahan bacaan untuk menambah
pengetahuan khususnya teman-teman mahasiswa jurusan keperawatan
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Fisiologi
Panjang usus halus sekitar 12 kaki atau 3,6 meter . usus ini mengisi bagian
menjadi sekitar dua cm. usus halus dibagi menjadi duodenum, jejunum
dan ileum.
ligamentum treitz yaitu suatu pita muskulo fibrosa yang berperan sebagai
perlima bagian akhir adalah ileum. Masuknya kimus kedalam usus halus
tercerna kedalam usus besar yang diatur oleh katup ileus sekal. Katup
illeus sekal juga mencegah terjadinya refluk dari usus besar ke dalam usus
sebesar jari kelingking terletak pada daerah illeus sekal yaitu pada apeks
sekum.
Dinding usus halus terdiri dari empat lapisan dasar yang paling luar
Usus halus mempunyai dua lapisan lapisan luar terdiri dari serabut
serabut longitudinal yang lebih tipis dan lapisan dalam terdiri atas serabut
usus halus. Lapisan submukosa terdiri atas jaringan ikat sedangkan lapisan
mukosa bagian dalam tebal serta banyak mengandung pembuluh darah dan
kelenjar yang berfungsi sebagai absorbsi. Lapisan mukosa dan sub mukosa
atau lipatan kercking yang menonjol kedalam lumen sekitar tiga sampai
jari yang jumlahnya sekitar 4 atau 5 juta yang terdapat di sepanjang usus
halus, dengan panjang 0,5 sampai 1,5 mm. Mikrovilli merupakan tonjolan
luar setiap villus. Valvula coni ventes vili dan mikrovilli sama sama-
dari mulut dan lambung oleh kerja ptyalin, HCL, Pepsin, mucus dan lipase
lemak. Sehingga memberikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase
pancreas.
lemak dan protein melalui dinding usus kedalam sirkulasi darah dan limfe
untuk digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu juga diabsorbsi air, elektrolit
dan vitamin. Walaupun banyak zat yang diabsorbsi disepanjang usus halus
namun terdapat tempat tempat absorbsi khusus bagi zat-zat gizi tertentu.
Absorbsi gula, asam amino dan lemak hampir selesai pada saat kimus
bantuan garan-garam empedu. Sebagian besar vitamin yang larut dalam air
diabsorbsi dalam usus halus bagian atas. Absorbsi vitamin B12 berlangsung
kembali ke hati. Siklus ini disebut sebagai sirkulasi entero hepatic garam
2. Definisi
Inayah, 2004)
adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut yang yang biasanya timbul
mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama karena usus tidak dapat
3.1. Sepsis
chlorpromazine).
3.5. Pneumonia
4. Patofisiologi
cairan dan gas 170% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan
intra lumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus
ke darah. Oleh karena itu sekitar 8 liter cairan disekresi kedalam saluran
kehilangan cairan dan elektrolit adalah penciutan ruang cairan ekstra sel
5. Manifestasi Klinik
mukus, tetapi bukan material fekal dan tidak terdapat flatus. Terjadi
menjadi sangat keras dan akhirnya berbalik arah, dan isi usus terdorong
ke depan mulut. Apabila obstruksi terjadi pada ileum, maka muntah fekal
Komplikasi dari ileus menurut Brunner & suddart, (2015) antara lain:
intra abdomen.
volume plasma.
7. Pemeriksaan Diagnostik
8.1.4. Bedrest
8.2. Konservatif
1. Pengkajian
klien, data yang berhubungan dengan masalah klien serta data tentang
data tentang keluarga dan lingkungan yang ada (Hidayat, 2017). Adapaun
1.1. Biodata
timbulnya keluhan.
menerus (menetap)
tubuh. Secara umum data yang dapat di kumpulkan pada klien ileus
1.3.2. Sirkulasi
1.3.3. Eliminasi
1.3.4. Makanan/cairan
1.3.5. Istirahat
1.3.6. Aktivitas
aktivitas.
1.3.12. Palpasi
epigastrium
1.3.13. Auskultasi
hilang.
1.3.14. Perkusi
Hipertimpani
1.4.3. Therapy
❖ Intravenous Fluids dan electrolyte
❖ Terapi Na+,K+,komponen darah.
❖ Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan
intertisial.
❖ Dekrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan
intraselelur
❖ Analgesik bila terjadi nyeri.
2. Pathway
Predisposisi pasca
operatif bedah
Predisposisi sistemik meliputi, sepsis,obat-
obatan,gangguan elektrolit dan metabolik
infark mlokard, pneumonia,trauma biller
dan ginjal kolik,cidera kepala dan ,prosedur
ILEUS
bedah saraf, inflamasi intra abdomen dan
peritonitis refrope ritoneal
Hipomotilitas (kelumpuhan)
intestinal
ansietas Kecemasan
Respon psikologis
pemenuhan
misinterprestasi
kebutuhan
keperwatan dan
3. Diagnosa Keperawat n informasi
(Nur Arif Amin Huda, Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
mencerna makanan
(Nur Arif Amin Huda, Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
(Nur Arif Amin Huda, Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
manajemen nyeri
Hipovolemia Status cairan
intraseluler
5. Implementasi
klien, hal ini dilakukan karena pencacatan akan lebih akurat bila
pelaksana tindakan, serta menilai data yang baru (potter & perry, 2014)
6. Evaluasi keperawatan
KASUS
Dalam bab ini penulis membahas asuhan keperawatan pada klien dengan
ileus paralitik. Diruang laika waraka interna Lt.II RSU Bahtramas Provinsi
serta sumber data adalah klien dan keluarganya, tim kesehatan lainnya yang
diuraikan dalam intervensi, dan langka terakhir melakukan evaluasi untuk melihat
perkembangan.
1. IdentitasKlien
1.1. pasien
➢ No. RM : 36 31 39
➢ Nama : Ny.I
➢ Umur : 22 Tahun
➢ Pendidikan : SD
➢ Pekerjaan : IRT
➢ Agama : Islam
➢ Suku : Jawa
➢ Alamat : DesaLawoila
➢ Penanggung jawab
Nama : Tn. A
ccGenogram
? ? ? 57 ? ? 50
30 2 18
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal serumah
: Klien
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
3.1.1. Keluhan utama saat masuk rumah sakit dan saat ini :
keluhan mual dan muntah serta nyeri sakit perut yang hebat
pada daerah perut seperti terlilit, dan makin terasa nyeri pada
bagian perut
3.1.2. Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini :
keluhan mual dan muntah serta nyeri pada daerah perut dengan
nyerinya.
sebelumnya
dan obat-obatan
darah
3.1.5. Kebiasaan
sakit perut biasa akibat terlambat makan dan membeli obat magh
6.2. Nutrisi/metabolik
6.2.1. Makan
IMT :
sehari
ampas.
6.3. Pola aktivitas dan latihan
keluarganya
6.4. Oksigenasi
(oksigen)
cepat pulang dari RS, klien juga mengatakan tidak sabar untuk
memiliki anak
sepenuhnya (composmentis)
Tanda-tanda vital :
kemerahan, akral hangat, turgor kulit baik, tidak ada oedem warna
kuku pink.
7.2. Kepala dan leher
Bentuk kepala pasien simetris anatara kiri dan kanan dan tidak
ada tampak lesi, serta tidak ada deviasi trakea dan peembesaran
bantu pendengaran
7.4.1. Inspeksi
7.4.2. Palpasi
Pada saat palpasi tidak ada nyeri tekan dan taktil premitus
7.4.3. Perkusi
7.4.4. Auskultasi
dada simetris anatara kiri dan kanan serta tidak ada sianosis
7.5.2. Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan dan ictus tidak teraba, dan pada
7.5.3. Perkusi
7.5.4. Auskultasi
bunyi tambahan
7.6.1. Inspeksi
7.6.2. Auskultasi
7.6.3. Perkusi
7.6.4. Palpasi
hepar
7.7. Sistem urinarius
7.7.1. Inspeksi
7.7.2. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada bagian perut bagian bawah dan
7.10.1. Inspeksi
7.10.2. Palpasi
Tanggal 21 oktober
Tabel.
1. Klasifikasi data
daerah perut
❖ Klien nampak menangis
pada perutnya
❖ Klien mengatakan tidur hanya N : 102x/menit
RR : 24x/menit
2. Analisa Data
1 DS : Nyeri akut
Q : seperti terlilit
R : daerah perut
S:6
T : hilang timbul
DO
❖ Skala 6
Perut
❖ Tanda-
tanda vital :
TD : 120/80mmhg
N : 102x/menit
S : 36.50C
RR : 24x/menit
DO
perut
❖ Skala nyeri 6
3 DS Konstipasi (D.0049)
DO
perut
4 DS Ansietas (D.0080)
DO
ini
❖ Tanda-tanda vital
TD : 120/80mmhg
N : 102x/menit
S : 36.5 0 C
RR : 24x/menit
3. Diagnosa Keperawatan (Berdasarkan Prioritas)
dengan :
DS :
Q : seperti terlilit
R : daerah perut
S:6
T : hilang timbul
DO :
❖ Tanda-tanda vital
TD : 120/80mmhg
N : 102x/menit
S : 36.50c
RR : 24x/menit
3.2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kontrol tidur ditandai
dengan :
DS :
DO :
❖ Skala nyeri 6
di tandai dengan :
DS :
DO :
dengan :
DS :
❖ Tanda-tanda :
TD : 120/80 mmhg
N : 102x/menit
S : 36.50c
RR : 24x/menit
4. Pathway kasus
ILEUS
Hipomotolitas (kelumpuhan
intestinal
Hilangnya kemampuan
intestinal dalam pasase
material feses
MK : Konstipasi
Kecemasan Respon
MK :
pemenuhan psikologis mis
Ansietas
informasi interprestasi
keperawatan dan
pengobatan
C. Intervensi Keperawatan
Tabel
Rencana Keperawatan
23/10/2019 Nyeri akut (D.0077) berhubungan Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri ( I.08238)
dengan agen pencedera fisiologis keperawatan di harapkan :
ditandai dengan : 1. kaji nyeri secara komphrensif
(L.08006) Tingkat nyeri
DS : menurun dengan kriteria 2. Identifikasi skala nyeri
hasil :
➢ Klien mengatakan nyeri pada 3. Identifikasi respon myeri non
daerah perut ✓ Keluhan nyeri menurun verbal
P : nyeri pada perut ✓ Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
Q : seperti terlilit ✓ Meringis menurun
ringan
✓ Frekuensi nadi membaik
R : daerah perut 5. Ajarkan teknik relaksasi nafas
✓ Tekanan darah membaik dalam untuk mengurangi nyeri
S:6
✓ Pola tidur membaik 6. Anjurkan klien untuk
T : hilang timbul
menggunakan teknik relaksasi
nafas dalam untuk mengurangi
DO : (L.08063) Konttrol nyeri nyeri
meningkat dengan kriteria
➢ Keadaan umum lemah hasil : 7. Fasilitasi istrahat dan tidur
➢ Klien nampak menangis ✓ Melaporkan nyeri 8. Observasi tanda-tanda vital
➢ Klien nampak gelisah terkontrol meningkat
9. Jelaskan apa penyebab dan
➢ Nampak posisi tangan klien ✓ Kemampuan mengenali pemicu nyeri
menggenggam bagian perut penyebab nyeri meningkat
10. Anjurkan penggunaan
➢ Skala : 6 ✓ Kemampauan analgesik secara tepat
menggunakan teknik non
➢ Nampak nyeri tekan pada farmakologis meningkat
daerah perut
✓ Keluhan nyeri menurun
➢ Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 MMHG
N : 102x/menit
S : 36.50c
RR : 24x/menit
23/10/2019 Gangguan pola tidur (D.0055) Setelah dilakukan asuhan Dukngan tidur ( I.05174)
berhubungan dengan kontrol tidur keperawatan di harapkan :
di tandai dengan 1. Identifikasi pola aktivitas tidur
(L.05045) Pola tidur
DS : membaik dengan kriteria 2. Identifikasi faktor penganggu
hasil : tidur (fisik dan/atau psikologis)
❖ klien mengatakan sulit untuk
memulai tidur karena klien ✓ Keluhan sering tidur 3. Modifikasi lingkungan
sangat terganggu dengan nyeri
✓ Keluhan sering terjaga 4. Batasi waktu tidur siang
pada perutnya
✓ Keluhan tidak puas tidur
❖ klien mengatakan waktu 5. Lakukan prosedur untuk
tidurnya 4-5 jam sehari ✓ Keluhan pola tidur meningkatkan kenyamanan
berubah
DO :
✓ Keluhan istirahat tidak
❖ Klien nampak gelisah cukup
❖ Klien nampak menangis
❖ Nampak nyeri tekan pada
perut klien
❖ Skala nyeri 6
S : 36.50c
RR : 24x/menit
D. Implementasi
RSU BAHTRAMAS
Nama : Ny.I
No.RM :
Umur : 22 Tahun
Tabel
PEMBAHASAN
Bab ini penulis membahas tentang laporan kasus yang telah di uraikan
pada sebelumnya yaitu tentang asuhan keperawatan pada Ny.I dengan ileus
paralitik diruang laika waraka interna Lt.II RSU Bahteramas Provinsi sulawesi
tenggara. Dalam hal ini penulis membahas tentang sejauh mana kesenjangan
anatara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus yaitu terdiri dari pengkajian,
selama penyusunan laporan kasus pada Ny.I dengan ileus paralitik diruang
laika waraka interna Lt.II RSU Bahteramas provinsi sulawesi tenggara. Asuhan
A. Pengkajian Keperawatan
verifikasi dan komunikasi tentang data klien. Fase proses keperawatan ini
mencakup dua langkah yaitu data dari sumber prmer (klien), dan sumber-
sekunder ( keluarga dan tenaga kesehatan) dan analis data sebagai dasar
untuk diagnosa keperawatan (bandman 1995 dalam potter & pery, 2015).
2015).
medis ileus paralitik, Klien masuk rumah sakit tanggal 20 oktober 2019
dengan keluhan mual dan muntah serta nyeri sakit perut yang hebat disertai
dengan kondisi klien yang melemah dan klien mengatakan sudah tidak BAB
kurang lebih 1minggu, Klien mengatakan nyeri pada daerah perut seperti
terlilit, dan makin terasa nyeri pada saat klien melakukan aktivitas atau
bergerak dan nyeri yang dirasakan nyeri hilang timbul dengan skala 6, klien
menangis serta lemas di sertai dengan ekspresi menahan rasa sakit dengan