PENDAHULUAN
1
merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.Keadaan emosi ini tidak memiliki objek
yang spesifik.Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara
personal.
Terapi yang digunakan untuk pasien skizofrenia yang mengalami
kecemasan salah satunya adalah dengan terapi perilaku.Salah satu bentuk dari
terapi perilaku adalah dengan teknik relaksasi. Teknik relaksasi progresif yang
sering digunakan untuk mengurangi ketegangan otot serta kecemasan adalah
relaksasi progresif (Sheridan dan Radmacher, 2014). Latihan relaksasi progresif
sebagai salah satu tehnik relaksasi otot telah terbukti dalam program terapi
terhadap ketegangan otot mampu mengatasi keluhan anxietas, insomnia,
kelelahan, kram otot, nyeri leher dan pinggang, tekanan darah tinggi, fobi ringan
dan gagap (Davis, 2015). Menurut Black dan Mantasarin (2013), bahwa tekhnik
relaksasi progresif dapat digunakan untuk pelaksanaan masalah psikis.Relaksasi
yang dihasilkan oleh metode ini dapat bermanfaat untuk menurunkan kecemasan,
kontraksi otot dan memfasilitasi tidur.
2
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan teknik relaksasi otot progresif
terhadap penurunan tingkat kecemasan
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui Konsep Dasar Kecemasan
b. Untuk mengetahuiKlasifikasi Tingkat Kecemasan
c. Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang mempengaruhi kecemasan
d. Untuk mengetahui Konsep Dasar Relaksasi Otot Progresif
e. Untuk mengetahui Manfaat relaksasi otot progresif
f. Untuk mengetahui Fisiologi Kontraksi dan Relaksasi
g. Untuk mengetahui Prosedur relaksasi otot progresif
h. Untuk mengetahui Indikasi relaksasi otot progestif
i. Untuk mengetahui Teknik Terapi Relaksasi Otot Progresif
1.4 Manfaat
Meningkatkan pengetahuan, serta pemahaman, bagaimana pengaplikasian
relaksasi otot progresif terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien yang
mengalami gangguan kecemasan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
b. Kecemasan Sedang
Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya,
terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu
dengan arahan orang lain.
c. Kecemasan Berat
Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada
detil yang kecil dan spesifik dan tidak dapat berfikir hal-hal lain. Seluruh
perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak
perintah/arahan untuk terfokus pada area lain.
d. Panik
Individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang. Karena
hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan
perintah.Terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan
berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya
pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif.Biasanya disertai
dengan disorganisasi kepribadian.
5
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma
budaya seseorang. Fungsi kecemasan dalam ego adalah mengingatkan ego
bahwa adanya bahaya yang akan datang (Stuart, 2013).
2. Teori Interpersonal
Stuart (2013) menyatakan, kecemasan merupakan perwujudan penolakan
dari individu yang menimbulkan perasaan takut.Kecemasan juga
berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan
kehilangan yang menimbulkan kecemasan. Individu dengan harga diri
yang rendah akan mudah mengalami kecemasan.
3. Teori perilaku
Pada teori ini, kecemasan timbul karena adanya stimulus lingkungan
spesifik, pola berpikir yang salah, atau tidak produktif dapat menyebabkan
perilaku maladaptif. Menurut Stuart (2013), penilaian yang berlebihan
terhadap adanya bahaya dalam situasi tertentu dan menilai rendah
kemampuan dirinya untuk mengatasi ancaman merupakan penyebab
kecemasan pada seseorang.
4. Teori biologis
Teori biologis menunjukan bahwa otak mengandung fisik dan penurunan
kemampuan individu untuk mengatasi stressor merupakan penyerta dari
kecemasan.reseptor khusus yang dapat meningkatkan neuroregulator
inhibisi (GABA) yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang
berkaitan dengan kecemasan.
b. Faktor presipitasi
1) Faktor Eksternal
a) Ancaman Integritas Fisik Meliputi ketidakmampuan fisiologis
terhadap kebutuhan dasar sehari-hari yang bisa disebabkan karena
sakit, trauma fisik, kecelakaan.
6
b) Ancaman Sistem Diri Diantaranya ancaman terhadap identitas diri,
harga diri, kehilangan, dan perubahan status dan peran, tekanan
kelompok, sosial budaya.
2) Faktor Internal
a) Usia
Gangguan kecemasan lebih mudah dialami oleh seseorang yang
mempunyai usia lebih muda dibandingkan individu dengan usia yang
lebih tua (Kaplan & Sadock, 2014).
b) Stressor
Kaplan dan Sadock (2014) mendefinikan stressor merupakan tuntutan
adaptasi terhadap individu yang disebabkan oleh perubahan keadaan
dalam kehidupan.Sifat stresor dapat berubah secara tiba-tiba dan dapat
mempengaruhi seseorang dalam menghadapi kecemasan, tergantung
mekanisme koping seseorang.
3) Lingkungan
Individu yang berada di lingkungan asing lebih mudah mengalami
kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan yang biasa dia tempati
(Stuart, 2013).
4) Jenis kelamin
Wanita lebih sering mengalami kecemasan daripada pria.Wanita memiliki
tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan pria.Hal ini
dikarenakan bahwa wanita lebih peka dengan emosinya, yang pada
akhirnya mempengaruhi perasaan cemasnya (Kaplan & Sadock, 2014).
5) Pendidikan
Dalam Kaplan dan Sadock (2013), kemampuan berpikir individu
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.Semakin tinggi tingkat pendidikan
maka individu semakin mudah berpikir rasional dan menangkap informasi
baru. Kemampuan analisis akan mempermudah individu dalam
menguraikan masalah baru.
7
2.4 Konsep Dasar Relaksasi Otot Progresif
Relaksasi otot progresif (progressive muscle relaxation) didefinisikan
sebagai suatu teknik relaksasi yang menggunakan serangkaian gerakan tubuh
yang bertujuan untuk melemaskan dan memberi efek nyaman pada seluruh tubuh
(Corey, 2013). Batasan lain menyebutkan bahwa relaksasi otot progresif
merupakan teknik untuk mengurangi kecemasan dengan cara menegangkan otot
dan merilekkannya secara bergantian (Miltenberger, 2013).
Soewondo (2016), relaksasi otot progresif merupakan suatu keterampilan
yang dapat dipelajari dan digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan
ketegangan sehingga menimbulkan rasa nyaman tanpa tergantung pada
hal/subjek di luar dirinya.Relaksasi progresif dipandang cukup praktis dan
ekonomis karena tidak memerlukan imajinasi yang rumit, tidak ada efek
samping, mudah dilakukan, serta dapat membuat tubuh dan pikiran menjadi
tenang, rileks dan lebih mudah untuk tidur (Davis & McKay, 2014).
Menurut Miltenberger (2013), teknik relaksasi dibedakan menjadi lima
jenis, yaitu relaksasi otot progresif, pernafasan diafragma, imagery training,
biofeedback, dan hypnosis. Dalam pelaksanaannya terdapat kesamaan prinsip
antara relaksasi otot progresif, imagery training, dan Hypnosis; yaitu terapis
barryak menggttnakan instruksi verbal untuk mengarahkan klien sementara klien
berkonsentrasi mengikuti instruksi. Smith (2015), menyebutkan bahwa seseorang
yang menguasai hypnosis pada umumnya akan dengan mudah melakukan
imagery training dan relaksasi progresif; dan demikian pula sebaliknya.
8
2.5 Manfaat relaksasi otot progresif
Relaksasi otot progresif telah digunakan dalam berbagai penelitian
didalam dan diluar negeri dan telah terbukti bermanfaat pada berbagai kondisi
subyek penelitian. Saat ini latihan relaksasi relaksasi otot progresif semakin
berkembang dan semakin sering dilakukan karena terbukti efektif mengatasi
ketegangan, kecemasan, stres dan depresi (Jacobson & Wolpe dalam Conrad &
Roth- 2017), membantu orang yang mengalami insomnia (Erliana, E., 2017),
hingga meningkatkan kualitas hidup pasien pasca operasi CABG (Dehdari,
2013), menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi esensial (Tri Murti,
2015), meredakan keluhan sakit kepala dan meningkatkan kualitas hidup (Azizi
& Mashhady,2015).
9
ohligeus oculi, musculus orbicularis oculi, musculus levator palpebra, musculus
triangularis, musculus orbicularis oris, musculus quadrates labii, musculus
bucsinator, musculus zigomaticus, musculus maseter, musculus temporalis,
musculus pterigoid, musculus genioglosus, dan musculus stiloglosus.
10
g. Terus menerus memberi instruksi.
h. Memberi instruksi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.
Teknik relaksasi otot progresif merupakan yang paling sesuai pada tahap awal
pelatihan relaksasi.Bilamana telah terampil dapat langsung diinstruksikan
untuk rileks. Peserta diminta untuk menjadikan perasaan rileks sebagai sebuah
sugesti yang dapat dihadirkan ketika diperlukan.
11
b. Prosedur
1. Gerakan 1 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan.
a) Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
b) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan
yang terjadi.
c) Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama 10 detik.
d) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks
yang dialami.
e) Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.
2. Gerakan 2 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan bagian belakang
Tekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangan tangan sehingga otot
di tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang. b) Jari-jari
menghadap ke langit-langit
3. Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot besar padabagian
atas pangkal lengan).
a) Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
b) Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak sehingga otot biseps
akan menjadi tegang.
4. Gerakan 4 : Ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya
mengendur.
a) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyentuh
kedua telinga.
b) Fokuskan perhatian gerekan pada kontrak ketegangan yang terjadi di
bahu punggung atas, dan leher.
5. Gerakan 5 dan 6: ditunjukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti
dahi, mata, rahang dan mulut).
a) Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot
terasa kulitnya keriput.
12
b) Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di
sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
6. Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami
oleh otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi
sehingga terjadi ketegangan di sekitar otot rahang.
7. Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar mulut.
Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan
di sekitar mulut.
8. Gerakan 9 : Ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian depan maupun
belakang.
a) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian
otot leher bagian depan.
b) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
c) Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa
sehingga dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan
punggung atas.
9. Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan.
a) Gerakan membawa kepala ke muka.
b) Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di
daerah leher bagian muka.
10. Gerakan 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung
a) Angkat tubuh dari sandaran kursi.
b) Punggung dilengkungkan
c) Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian
relaks.
d) Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot
menjadi lurus.
13
11. Gerakan 12 : Ditujukan untuk melemaskan otot dada.
a) Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara
sebanyakbanyaknya.
b) Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di
bagian dada sampai turun ke perut, kemudian dilepas.
c) Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.
d) Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi
tegang dan relaks.
12. Gerakan 13 : Ditujukan untuk melatih otot perut
a) Tarik dengan kuat perut ke dalam.
b) Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu
dilepaskan bebas.
c) Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.
13. Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan
betis).
a) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
b) Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga
ketegangan pindah ke otot betis
c) Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas. d) Ulangi setiap
gerakan masing-masing dua kali.
14
BAB III
PENANGANAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KECEMASAN
3.1 Kasus
Nn. A akan menghadapi uji kom untuk pertama kalinya di ruangan, nn. A sangat
cemas saat menghadapi ujikom tersebut. Saat memasuki ruangan nn. A bertemu
dengan perawat C yang mendampingi adiknya untuk melakukan uji kom juga.
Melihat keadan nn. A perawat C mengajarkannya terapi otot progresif untuk
menunrunkan Kecemasannya.
3.2 Penatalaksanaan Terapi Relaksasi Progresif Secara Mandiri Dan Kelompok
Pengaruh Teknik Relaksasi Progresif Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Klien
Skizofrenia Paranoid Di Rsjd Surakarta (2015)
Menurut jurnal diatas teknik relaksasi progresif dapat dilakukan dengan posisi
berbaring atau duduk di kursi. Dalam melakukan teknik relaksasi progresif,
mengulangi setiap petunjuk. Tegangkan setiap kelompok otot selama 5-7 detik
kemudian rileks selama 20-30 detik.
Langkah-langkahnya :
1) Mulailah dengan mengambil tiga dalam yaitu napas lambat, menghirup
melalui hidung dan melepaskan udara perlahan-lahan melalui mulut.
2) Kepalkan kedua telapak tangan, kencangkan bisep dan lengan bawah.
Bimbing pasien ke otot tegang, anjurkan memikirkan rasa dan
ketegangan otot sepenuhnya. Kemudian relaks.
3) Kerutkan dahi ke atas. Pada saat yang sama tekan kepala sejauh
mungkin kebelakang, putar searah jarum jam dan kebalikannya.
Kemudian relaks.
4) Kerutkan otot muka seperti cemberut, mata dikedipkan, bibir
dimonyongkan ke depan, dan bahu dibungkukan. Kemudian relaks
5) Lengkukan punggung ke belakang sambil tarik napas dalam, tahan.
Kemudian relaks.
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kecemasan merupakan reaktivitas emosional berlebihan, depresi yang
tumpul, atau konteks sensitif, respon emosional (Clift, 2014).Pendapat lain
menyatakan bahwa kecemasan merupakan perwujudan dari berbagai emosi yang
terjadi karena seseorang mengalami tekanan perasaan dan tekanan batin. Kondisi
tersebut membutuhkan penyelesaian yang tepat sehingga individu akan merasa
aman. Namun, pada kenyataannya tidak semua masalah dapat diselesaikan
dengan baik oleh individu bahkan ada yang cenderung di hindari.Situasi ini
menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan dalam bentuk perasaan
gelisah, takut atau bersalah (Supriyantini, 2013)
4.2 Saran
Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan untuk menambah
pengetahuan tentang kegawat daruratan psikiatri dan dapat menemukan masalah
baru dalam bidang kesehatan jiwa serta dapat memberikan solusi untuk masalah
tersebut.
16
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, F., Andrijono., Saifuddin, A.B., editors., (2010). Buku Acuan Nasional
Onkologi Ginekologi. Edisi kedua.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Affandi. I. (2008). Mengatasi kecemasan Penderita Kanker. Diunduh dari:
http://www.imamaffandi.wordpress.co m/2008/02/07. tanggal 25 April
2008.
Kwan. (2007). Medical Music Therapy: The use of songs within a biopsychological
framework. Diunduh dari Singaporemusictherapy.com. tanggal 09 Juni
2008.
Watanabe, E., Fukuda, S., Hara, H., Maeda, Y., Ohira, H., & Shirakawa, T. (2014). Differences
in relaxation by means of guided imagery in a healhty community sample.
Alternative Therapies in Health Medicine Journal, 12, 60-72.
17