PENDAHULUAN
1
psikiatri serta mampu berperan sebagai perawat jiwa baik di Rumah
Sakit atau di komunitas.
b. Tujuan khusus
Setelah menyusun makalah ini diharapkan
1. Memenuhi tugas keperawatan Gadar Psikiatri
2. Teman-teman mahasiswa mampu menjelaskan pengertian
keperawatan Gadar Psikiatri.
3. Untuk memperdalam pengetahuan dalam keperawatan Gadar
Psikiatri.
1.3 Manfaat
Untuk menambah pengetahuan tentang kegawat daruratan psikiatri
dan dapat menemukan masalah baru dalam bidang kesehatan jiwa serta dapat
memberikan solusi untuk masalah tersebut.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
berhak mendapatkan perawatan kesehatan gawat darurat, pencegahan, primer,
spesialistik serta kronik. Perawatan GD harus dilakukan tanpa memikirkan
kemampuan pasien untuk membayar. Semua petugas medis harus diberi
kompensasi yang adekuat, adil dan tulus atas pelayanan kesehatan yang
diberikannya. Diperlukan mekanis mepembayaran penggantian atas
pelayanan gratis, hingga tenaga dan sarana tetapi terjaga untuk setiap
pelayanan. Ini termasuk mekanisme kompensasi atas penderita yang tidak
memiliki asuransi, bukan penduduk setempat atau orang asing. Semua pasien
harus mendapat pengobatan, tindakan medis dan pelayanan memadai yang
diperlukan agar didapat pemulihan yang baik dari penyakit atau cedera akut
yang ditindak secara gawat darurat. (Sadock, B.J., Sadock, V.A., et al. 2015)
Empat rujukan layanan kegawat daruratan psikiatrik biasanya dikenal
sebagai Psychiatric Emergency Service, Psychiatric Emergency Care Centres,
atau Comprehensive Psychiatric Emergency Programs. Tenaga kesehatan
terdiri dari berbagai disiplin, mencakup kedokteran, ilmu perawatan,
psikologi, dan karya social disamping psikiater. Untuk fasilitas, kadang
dirawat inap di rumah sakit jiwa, bangsal jiwa, atau unit gawat darurat, yang
menyediakan perawatan segera bagi pasien selama 24 jam. Di dalam
lingkungan yang terlindungi, pelayanan kegawat daruratan psikiatrik
diberikan untuk memperoleh suatu kejelasan diagnostik, menemukan solusi
alternative yang sesuai untuk pasien, dan untuk memberikan penanganan
pada pasien dalam jangka waktu tertentu. Bahkan diagnosis tepatnya
merupakan suatu prioritas sekunder dibandingkan dengan intervensi pada
keadaan kritis. Fungsi pelayanan kegawat daruratan psikiatrik adalah menilai
permasalahan pasien, memberikan perawatan jangka pendek, memberikan
pengawasan selama 24 jam, mengerahkan tim untuk menyelesaikan intervensi
pada tempat kediaman pasien, menggunakan layanan manajemen keadaan
darurat untuk mencegah krisis lebih lanjut, memberikan peringatan pada
pasien rawat inap dan pasien rawat jalan, dan menyediakan pelayanan
konseling lewat telepon. (Sadock, B.J., Sadock, V.A., et al. 2015).
4
Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke
Rumah sakit Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi
disertai bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan
polisi. Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat
membahayakan orang, diri sendiri baik secara fisik, emosional atau
sexualitas ( Nanda, 2015).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku
yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis
(Berkowitz,1993 dalam Depkes, 2015).
Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan, kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan
sebagaian caman. Pengertian Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk
ekspresi kemarahan yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan
tindakan-tindakan yang dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang
lain bahkan dapat merusak lingkungan. (Stuart dan Sunden, 2013).
Pada pengkajian awal dapat diketahui alas an utama klien masuk
kerumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. Dapat
dilakukan pengkajian dengan cara:
1. Observasi
a. Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara yang tinggi,
berdebat.
b. Sering pula tampak klien memaksakan kehendak :merampas
makanan, memukul jika tidak senang.
2. Wawancara
a. Diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda
marah yang dirasakanklien. Keliat (2017) mengemuk akan bahwa
tanda –tanda maraha dalah sebagai berikut :
1) Emosi : tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah
(dendam), jengkel.
2) Fisik : muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, keringat,
sakit fisik, penyalah gunaan obat dan tekanan darah.
3) Intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat,
meremehkan.
4) Spiritual : kemahakuasaan, kebajikan/kebenaran diri, keraguan,
tidak bermoral, kebejatan, kreativitas terhambat.
5
5) Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan
dan humor.
3. Gaduh/Gelisah
Tanda dan gejala pada pasien yang mengalami gaduh gelisah
diantaranya :
a. Gelisah
b. Mondar-mandir
c. Berteriak-teriak
d. Loncat-loncat
e. Marah-marah
f. Curiga
g. Agresif
h. Beringas
i. Agitasi
j. Gembira
k. Bernyanyi
l. Bicarakacau
m. Mengganggu orang lain
n. Tidak tidur beberapa hari
o. Sulit berkomunikasi
BAB III
KASUS PRILAKU KEKERASAN
3.1 Kasus Prilaku Kekerasan
Kasus ini terjadi pada Kamis (1/2/2018), ketika itu guru sedang
mengisi pelajaran seni lukis. Penganiayaan terjadi ketika siswa tidak terima
6
ditegur oleh guru karena melalaikan tugas. Kasus kekerasan yang terjadi itu
merupakan salah satu dari sekian kasus yang belum mampu diselesaikan.
Kasus-kasus kekerasan di sekolah seperti fenomenan gunung es, artinya kasus
yang terjadi jauh lebih banyak dari yang tampak.
7
Care Unit ( Ipcu ) Rsj. Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang, Mochamad
Ali Sodikin (2015)
Latihan Asertif merupakan salah satu terapi spesialis untuk melatih
kemampuan komunikasi interpersonal dalam berbagai situasi. Latihan
asertif bertujuan untuk membantu merubah persepsi untuk meningkatkan
kemampuan asertif individu, mengekspresikan emosi dan berfikir secara
adekuat dan untuk membangun kepercayaan diri
Teknik pelaksanaan latihan asertif menggunakan metode describing
(penjelasan / menggambarkan mengenai perilaku baru yang akan dilatih),
modeling (pemberian contoh perilaku yang dilatih), role playing (berlatih
perilaku yang dicontohkan dengan kelompok atau orang lain), feedback
(memberikan umpan balik terhadap perilaku baru yang telah
dipraktekkan, mana yang baik, dan mana yang perlu ditingkatkan),
transfering (mempraktekan dalam kehidupan sehari-hari).
Latihan asertif (Assretiveness Training) mengajarkan pasien untuk
berperilaku asertif yang dilakukan dalam 4 sesi pertemuan yaitu :
1. Pada sesi 1 pasien dilatih untuk dapat mengenali diri merubah
pikiran dan perasaan serta latihan berperilaku asertif
2. Sesi 2 pasien dilatih untuk mengungkapkan keinginan dan
kebutuhan serta cara memenuhinya
3. Pada sesi 3 pasien dilatih untuk menjalin hubungan sosial dalam
memenuhi kebutuhanny
4. Pada sesi 4 pasien dilatih untuk mempertahankan perubahan
perilaku asertif dalam berbagai situasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Psikiatri dipenuhi oleh fenomenologi dan penelitian fenomena
mental. Psikiatri adalah cabang ilmu kedokteran khusus yang berhubungan
dengan diagnose, keperawatan dan studi penyakit jiwa atau gangguan. Kondisi
Kedaruratan Adalah suatu kondisi dimana terjadi gangguan integritas
fisiologis atau psikologis secara mendadak. Semua masyarakat berhak
8
mendapatkan perawatan kesehatan gawat darurat, pencegahan, primer,
spesialistik serta kronik.
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku
yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.
Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan, kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagaian caman.
Pengertian Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan
yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat
membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak
lingkungan.
4.2 Saran
Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan untuk menambah
pengetahuan tentang kegawat daruratan psikiatri dan dapat menemukan
masalah baru dalam bidang kesehatan jiwa serta dapat memberikan solusi
untuk masalah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Awad A.G., Voruganti, L.N., (2008). The burden of schizophrenia on caregivers: a review.
Pharmacoeconomics, Vol: 26:149-162.
Kaplan dan Sadock. 2007. Sinopsis Psikiatri, Edisi 7, Jilid 1 dan 2. Jakarta: Bina
Rupa Aksara.
Mantovani, L. F. (2016). Family Burden in Schizophrenia: The Influence of Age of Onset
and Negative symptoms. Psychiatry Psychother , vol. 38 no.2 Port Alegre.
9
Maramis. 2008. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University
Press.
Mochamad Ali Sodikin, dkk. 2015. Pengaruh latihan Asertif dalam
Memperpendek Fase Intensif Dan Menurunkan Gejala Perilaku
Kekerasandi Ruang Intensive Psychiatric Care Unit ( Ipcu ) Rsj. Dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang. Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 3,
No.2, November 2015
10