Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

HALUSINASI

1.1 DefinisiHalusinasi
Halusinasi dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi yang salah tanpa
dijumpai adanya rangsangan dari luar Yosep (2011).
Menurut Direja (2011) halusinasi merupakan hilangnya kemampuan
manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan
eksternal (dunia luar).
Sedangkan halusinasi menurut Keliat A. Budi, Akemat(2010) adalah
suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan
sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa penglihatan, pengecapan,
perabaan penghiduan, atau pendengaran.
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan
yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren/
persepsi palsu Maramis(2005).
1.2 Fase Halusinasi
Fasehalusinasimenurut Direja (2011)adalah:
1. Comforting
Klienmengalamiperasaanmendalamsepertiansietas sedang, kesepian,
rasabersalahdantakutsertamencobauntukberfokuspadapikiran yang
menyenangkanuntukmeredakanansietas. Di siniklientersenyumatautertawa
yang tidaksesuai, menggerakkanlidahtanpasuara, pergerakanmata yang
cepat, diamdanasyik.
2. Condemnin
Pada ansietasberatpengalamansensorimenjijikkandanmenakutkan.
Klienmulailepaskendalidanmungkinmencobauntukmengambiljarakdirinya
dengansumber yang dipersepsikan.Disiniterjadipeningkatantanda-
tandasistemsarafotonomakibatansietassepertipeningkatantanda-tanda vital
(denyutjantung, pernapasandantekanandarah),

1
asyikdenganpengalamansensoridankehilangankemampuanuntukmembedak
anhalusinasidenganrealita.
3. Controling
Pada ansietasberat, klien
berhentimenghentikanperlawananterhadaphalusinasidanmenyerahpadahalu
sinasitersebut. Di sinikliensukarberhubungandengan orang lain,
berkeringat, tremor, tidakmampumematuhiperintahdari orang lain
danberadadalamkondisi yang
sangatmenegangkanterutamajikaakanberhubungandengan orang lain.
4. Consquering
Terjadi pada
panikPengalamansensorimenjadimengancamjikaklienmengikutiperintahhal
usinasi. Di siniterjadiperilakukekerasan, agitasi, menarikdiri,
tidakmampuberesponterhadapperintah yang
kompleksdantidakmampuberesponlebihdari 1
orang.Kondisikliensangatmembahayakan.
1.3 Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2007), jenishalusinasiantaralain :
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, terutama suara – suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan
apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang
luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang –
kadangterhidubauharum.Biasanyaberhubungandengan stroke, tumor,
kejangdan dementia.

2
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasamengecap rasa seperti rasa darah, urinataufeses.
6. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
7. Halusinasi Kinesthetic
Merasakanpergerakansementaraberdiritanpabergerak.
1.4 Tanda dan Gejala
MenurutBudi Anna Keliat (2005)tandadangejalahalusinasiyaitu :
A. Bicara, senyum dan tertawa sendiri
B. Menarik diri dan menghindar dari orang lain
C. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata
D. Tidak dapat memusatkan perhatian
E. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya),
takut
F. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung
1.5 EtiologiHalusinasi
A. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor predisposisi penyebab terjadinya halusinasi
adalah:
1. Biologis

3
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada
daerah frontal, temporal dan
limbikberhubungandenganperilakupsikotik.
b. Beberapazatkimia di otaksepertidopaminneurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada
systemreseptordopamindikaitkandenganterjadinyaskizofrenia.
c. Pembesaranventrikel dan
penurunanmassakortikalmenunjukkanterjadinyaatropi yang
signifikan pada otakmanusia. Pada anatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi
korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-
mortem).
2. Psikologi
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan
yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah
penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
B. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah:
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk

4
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber koping
4. Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
1.6 Akibat Masalah
Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai
diri sendiri, orang lain dan lingkungan Keliat, B.A ( 2009).
Menurut Townsend, M.C (1998) suatu keadaan dimana seseorang
melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada
diri sendiri maupun orang lain.Seseorang yang dapat beresiko melakukan
tindakan kekerasan pada diri sendiri dan orang lain dapat menunjukkan
perilaku.
1. Data subjektif :
a. Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam
b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir
2. Data objektif :
a. Wajah tegang, merah
b. Mondar-mandir
c. Mata melotot rahang mengatup
d. Tangan mengepal
e. Keluar keringat banyak
f. Mata merah.
1.7 Pohon Masalah
MenurutIskandar (2014). Pohonmasalahdarihalusinasiyaitu :

Effect Risiko tinggi perilaku kekerasan

5
Core Problem GangguanPersepsiSensori: Halusinasi

Cause Isolasi sosial

1.8 Penatalaksanaan
MenurutBudi Ana dkk (2011).Penatalaksanaan pada pasien halusinasi yaitu :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan ,kepanikan dan
ketakutan pasien akibat halusinasi sebaiknya pada permulaan
dilakukan secara individu dan usahakan terjadi kontak mata
jika perlu pasien di sentuh atau dipegang
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang diberikan sehubungan
dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya.pendekatan
sebaiknya secara persuasif tapi nstruktif.perawat harus
mengamati agar obat yang diberikan betul di telanya serta
reaksi obat yang diberikan
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi
masalah yang adaSetelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif,perawat
dapatmenggali masalah pasien yang merupakan penyebababtimbulnya
halusinasi serta membantu mengatasi masalah yangada.
4. Memberi aktifitas kepada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan
fisik,misalnya berolahraga,bermain,atau melakukan kegiatan
untul menggali potensi keterampilan dirinya
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya diberitahu tentang
data pasien agar ada kesatuan pendapat kesinambungan dalam
asuhan keperawatan.

6
1.9 Masalah Keperawatan dan Data Yang Harus Dikaji
MenurutIskandar (2014) Masalah Keperawatan dan Data Yang Harus
Dikajisebagaibarikut :
Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji
Ds :
PERUBAHAN PERSEPSISENSORI:  Klien mengatakan mendengar
HALUSINASI. sesuatu
 Klien mengatakan melihat
bayangan putih
 Klien mengatak dirinya
seperti disengat listrik
 Klien mencium bau-bauan
yang tidak sedap, seperti
feses.
 Klien mengatakan kepalanya
melayang di udara
 Klien mengatakan dirinya
merasakan ada sesuatu yang
berebda pada dirinya
Do :
 Klien terlihat bicara atau
tertawa sendiri saat dikaji
 Bersikap seperti
mendengarkan sesuatu
 Berhenti bicara di tengah-
tengah kalimat unutk

7
menfengarkan sesuatu
 Disorientasi
 Kosentrasi rendah
 Pikiran cepat berubah-ubah
 Kekacauan alur pikiran

1.10 Diagnosa keperawatan


MenurutIskandar (2014). Diagnosakeperawatan perubahan persepsi sensori:
Halusinasiyaitu :
1. GangguanPresepsiSensori : Halusinasi
2. IsolasiSosial
3. ResikoPrilakuKekerasan
1.11Intervensi Keperawatan
MenurutIskandar (2014). Intervensikeperawatanpadahausinasiyaitu :
Pasien Keluarga
SP 1 SP 1
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi. 1. Mendiskusikan
2. Jelaskancaramengontrolhalusinasi maslah yang
:menghardik,obat, bercakap-cakap, dirasakan keluarga
melakukankegiatan. dalam merawat
3. Latihcaramengotrolhalusinasidenganm pasien
enghardik. 2. Menjelaskan
4. Masukanpadajadwalkegiatanuntuklati pengertian, tand
hanmenghardik. gejala dan jenis
SP 2 halusinasi yang
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian dialami pasien
pasien. beserta proses
2. Melatih pasien mengendalikan terjadinya
halusinasi dengan cara bercakap-cakap 3. Menjelaskan cara-
dengan oang lain cara merawat
3. Menganjurkanklienmemasukankedala pasien halusinasi.
mjadwalkegiatanharian.

8
SP 2
1. Melatih keluarga
SP 3 mempraktikkan
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian cara merawat
pasien pasien dengan
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi
halusinasi dengan melakukan kegiatan 2. Melatih keluarga
yang biasa dilakukan pasien melakukan cara
3. Menganjurkan pasien memasukkan merawat langsung
dalam jadwal kegiatan harian. kepada pasien
halusinasi.
SP 4
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien.
2. Memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara teratut
3. Menganjurkan pasien memasukkan SP 3
dalam jadwal kegiatan harian. 1. Membantu
keluarga membuat
jadwal aktivitas
dirumah termasuk
minum obat
2. Menjelaskan
follow up pasien
setelah pulang.

9
10

Anda mungkin juga menyukai