LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Bayi Dengan Sepsi Neonaerum
telah di laksanakan dan disetujui oleh pembimbing klinik dan akademik pada
tanggal..di ruang PICU-NICU RSD dr. Soebandi Jember
Jember,
Oktober 2016
Pembimbing Ruangan
Pembimbing Akademik
(................................)
(.)
Mengetahui,
Kepala Ruangan
(...)
LEMBAR KONSULTASI
No.
Tanggal
Uraian Pembimbing
Paraf
dan
gejala
pada
saluran
pernapasan
meliputi
gawat
F. WOC
Bakteri, virus
G.
H.
Antenatal
Intranatal
Pascatnatal
I.
J. Penyakit infeksi
selama kehamilan
K.
L.Kuman melewati
plasenta &
M. umbilikus
N.
Masuk ke
sirkulasi
janin
O.
Perawatan
antenatal yg tidak
memadai
Proses
persalinan
tidak hygiene
Meningkatkan
invasi kuman
Masuk ke
tubuh bayi
Ketuban
pecah lama
>18 jam
Inhalasi cairan
amnion yg
terinfeksi
Prematur
Imaturitas
sistem imun
Peningkatan
risiko infeksi
Masuk ke sal.cerna
& sal.nafas
P.
Q.
SEPSIS NEONATORUM
R.
S.
T.
U.
V.
Perawatan BBL
yg tidak baik
Imaturitas
sistem imun
Rentang
terhadap infeksi
Prosedur
infasif
Peningkatan
risiko infeksi
nosokomial
Masuk ke
tubuh bayi
W.
X.
Y.
Z.
B1
B2
B3
B5
AA.
Disfungsi
AB.
neurologis
Vasokonstriksi
pemb.darah
Saluran
cerna
Mual,
muntah,
diare
AC.
Pusat
AD.
termoregulasi
terganggu
AE.
AF. Instabilitas
termolegulasi
AG.
Hipotermi
AH.
Perubahan membrane
kapiler alveolar
Hipertermi
AI.
AJ.
MK: Ketidakefektifan
Termoregulasi
AK.
MK:
Gangguan
pertukaran
gas
MK:
Ketidakseim
bangan
nutrisi:
kurang dari
kebutuhan
tubuh
Perdarahan
Saluran cerna
Reflek hisap lemah
(prematur), tidak
mau minum &
menetek
MK: Risiko
ketidakstabilan
glukosa darah
Stimulasi
ke saraf
pusat
MK: Risiko
keterlambatan
perkembangan
Kebutuhan
nutrisi tidak
terpenuhi
Peningkatan jumlah
sel leukosit abnormal
darah yg terinfeksi
menyebar keseluruh
tubuh
MK:
Pertumbuhan
tidak
proporsional
MK: Risiko
infeksi
Instabilitas
termolegulasi
MK : Gangguan
jaringan cerebral
AL. Sumber patway : Surasmi (2009), Amin & Kusuma (2013) , NANDA (2015)
AM.
MK: Risiko
ketidakseimbangan
Volume Cairan
B10
Disorentasi
eyes, verbal,
Penurunan
kesadaran
AN.
AO.
Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan
serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amnionitis dan
korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilicus masuk ke tubuh bayi. Cara
lain yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat
terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius,
kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara
tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau posrt de
entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman
(misalnya herpes genitalis, candida albican dan n. gonorrea).
3. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan
AR.
BB.
1. Pengkajian
a. Identitas:
BH.
Meningitis:
peningkatan
3. Intervensi Keperawatan
BN. No.Dx
1. Gangguan
pertukaran gas
BO. Tujuan
BP.
Intervensi
BR. Klien
tidak 1. Lakukan manajemen pertukaran gas:
mengalami
gangguan
BS.Atur
posisi
klien
dengan
pertukaran gas 2x24 jam
meninggikan bagian kepala tempat
1. Fungsi paru klien dalam
tidur
batas normal
BT.
2. Tidak terdapat dispnea, 2. Lakukan monitoring dan evaluasi:
sianosis,
takikardi,
BU.
pernapasan
cuping
a. Fungsi paru (frekuensi napas,
hidung
kedalaman, dan usaha napas)
3. Tindak
menggunakan
b. Dispnea, takikardi, pernapasan
otot aksesoris untuk
cuping hidung, otot aksesoris
bernapas
untuk bernapas
BV.
c. Sianosis
d. Gas darah
BW.
BX.
3. Jelaskan pada keluarga klien tentang
perawatan manajemen pertukaran gas
BY.
4. Laksanakan hasil kolaborasi:
a. O2
BZ.
b. Dengan laboran cek kadar gas
darah arteri
BQ. Rasional
1. Penatalaksanaan yang baik menjamin
keberhasilan:
CA.
Memaksimalkan
potensial
ventilasi dan mengurangi dispnea
2. Perbaikan pertukaran gas diketahui dengan
monitoring yang adekuat
a. Menentukan tindak lanjut yang sesuai
CB.
b. Adanya dispnea, pernafasan cuping
hidung dan takikardi menandakan
terdapatnya
peningkatan
kerja
pernafasan
c. Indikasi telah terjadi penurunan O2
d. Kadar PaO2 yang rendah dan PaCO2
yang tinggi menunjukkan perburukan
pernapasan
3. Pengetahuan yang adekuat merupakan
modal yang baik bagi perilaku sehat yang
lebih permanen
4. Profesionalisme lebih tepat:
a. Membantu memenuhi kebutuhan O2
dalam jaringan
b. Menunjukkan kondisi pernapasan
CC.
2. Hipertermi
4. Risiko
2. Kemampuan menghisap
dengan kondisi klien
adekuat
CT.
3. Kebutuhan
kalori
c. Tentukan kemampuan klien untuk
terpenuhi
memenuhi kebutuhan nutrisi
d. Catat kandungan nutrisi dan kalori
pada asupan
e. Timbang klien pada interval yang
tepat
2. Lakukan monitoring dan evaluasi
terhadap:
a. Derajat kesulitan menghisap dan
menelan
b. Bising usus
CU.
CV.
c. Kebutuhan kalori yang dibutuhkan
klien
3. Jelaskan pada keluarga klien tentang
perawatan nutrisi bagi klien
CW.
4. Laksanakan hasil kolaborasi :
a. Dengan ahli gizi dalam pemberian
diet/pemenuhan nutrisi
CX.
b. Pemasangan NGT jika klien tidak
dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
peroral
CY. Glukosa darah klien 1. Lakukan manajemen kestabilan gula
5. Pertumbuhan
tidak
proposional
darah:
a. Tanyakan keluarga klien tentang
ketidak stabilan glukosa darah
CZ.
DA.
DB.
b. Beri diet sesuai indikasi
DC.
2. Lakukan monitoring dan evaluasi:
DD.
a. Faktor yang dapat menyebabkan
ketidakseimbangan glukosa
b. Tanda dan gejala hiperglikemi atau
hipoglikemi
3. Jelaskan pada keluarga klien tentang
perawatan menstabilkan gula darah
4. Laksanakan hasil kolaborasi:
DE.
Dengan laboran cek kadar
gula darah secara berkala
1. Lakukan menejemen pertumbuhan
DH.
a. Ketahui riwayat kesehatan klien
DI.
b. Tentukan kemampuan klien untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi
2. Monitoring dan evaluasi
a. Lingkar kepala, lingkar lengan,
berat badan, panjang badan usia
2.
3.
4.
1.
2.
keberhasilan
a. Pengetahuan keluarga klien tentang
glukosa darah meningkatkan kepatuhan
keluarga dalam membantu terhadap
tindakan
keperawatan
dalam
menstabilkan glukosa darah klien
b. Diet yang sesuai meningkatkan status
kesehatan
Perubahan status gula darah diketahui
dengan monitoring yang adekuat
a. Mengantisipasi
faktor
pencetus
ketidakseimbangan glukosa darah
b. Mengetahui perubahan-perubahan yang
terjadi
Pengetahuan keluarga klien yang adekuat
dapat membantu proses keperawatan
Profesionalisme lebih tepat:
DF.Mengantisipasi terjadinya komplikasi
lanjut
Penatalaksanaan yang baik menjamin
keberhasilan:
a. Kesehatan yang buruk menghambat
proses pertumbuhan
b. Mengetahui keadekuatan pemenuhan
nutrisi
Perubahan pertumbuhan secara proposional
diketahui dengan monitoring yang adekuat
a. Kesesuaian pengukuran menentukan
2. Maturasi
fisik
berkembang normal
6. Risiko
perluasan
infeksi
DJ.
Klien
tidak
mengalami
perluasan
infeksi dalam waktu 3x24
jam
1. Tanda-tanda vital dalam
batas normal
2. Tidak ada tanda-tanda
perluasan infeksi
tulang
tingkat pertumbuhan yang proporsional
b. Bayi selama disusui
b. Kecukupan asupan nutrisi
3. Jelaskan pada keluarga klien tentang 3. Pengetahuan yang adekuat membantu
pertumbuhn yang sesuai dan sarankan
proses keperawatan dan perhatian keluarga
selalu memperhatikan kondisi klien
membantu memonitoring pertumbuhan
klien
1. Lakukan manajemen pengendalian 1. Penatalaksanaan yang baik menjamin
infeksi:
keberhasilan
a. Pertahankan tekhnik isolasi
a. Menghindari penyebaran infeksi
b. Terapkan kewaspadaan universal
b. Meminimalkan
risiko
terinfeksi
DK.
menyebar
2. Lakukan monitoring dan evaluasi:
2. Perubahan status pengendalia infeksi
DL.
diketahui dengan memonitoring yang
DM.
adekuat
a. Faktor yang dapat meningkatkan
a. Mempersiapkan kemungkinan buruk
kerentanan terhadap infeksi
yang akan terjadi
b. Tanda-tanda vital
b. Reaksi demam indicator adanya infeksi
DN.
lanjut
c. Tanda-tanda perluasan infeksi
c. Mengenali sejak dini adanya tandaDO.
tanda perluasan infeksi mengurangi
DP.
risiko perluasan infeksi lebih cepat
3. Jelaskan pada keluarga klien tentang 3. Pengetahuan keluarga yang adekuat dapat
penerapan tekhnik isolasi pada klien
membantu proses keperawatan
4. Laksanakan hasil kolaborasi:
4. Profesionalisme lebih tepat:
a. Pemberian antibiotik
a. Antibiotik mencegah perkembangan
DQ.
mikroorganisme pathogen
b. Dengan laboran untuk pemeriksaan
b. Memantau adanya perluasan infeksi
darah
melalui hasil laboratorium