Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

RELAKSASI OTOT PROGRESIF


“Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah ISU GLOBAL”

Dosen Pembimbing :
Isni Lailatul Maghfiroh, S.Kep., Ners., M.Kep

Di Susun Oleh:

1. Dwi Irma Lailatul Khasanah (1702012334)


2. Ichda Solikhatin Nisa’ (1702012342)
3. Merysatul Madhona Maghfiroh (1702012351)
4. Nurma Fathiyatul Ilmiah Rizqi (1702012359)
5. Silvi Dwi Anggraini (1702012369)
6. Wulandini Furi Gardensari (1702012380)

5A KEPERAWATAN

S – 1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH lAMONGAN

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Stuart & Laraia (2005) Gangguan fisik dapat mengancam
integritas diri seseorang, ancaman tersebut berupa ancaman eksternal dan internal.
Sedangkan Taylor (2007) mengatakan bahwa ancaman gangguan fisik yang
terjadi dalam kehidupan individu dapat menjadi stressor yang bisa menyebabkan
terjadinya stress dan kecemasan. Stres dan kecemasan serinhkali terjadi pada
kehidupan seseorang dan disebabkan oleh semua peristiwa yang dialami sehari-
hari.
Menurut Stuart dan Laraia (2005) ansietas adalah kekhawatiran yang tidak
jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik, dialami secara subyektif
dan dikomunikasikan secara interpersonal. Respon individu bersifat unik dan
membutuhkan pendekatan yang unik pula. Salah satu terapi spesialis keperawatan
jiwa sebagai manajemen ansietas adalah dengan progressive muscle relaxation
yang merupakan bagian dari terapi relaksasi.
Penggunaan relaksasi dalam bidang klinis telah dimulai semenjak awal
abad 20 ketika Edmund Jacobson melakukan penelitian dan dilaporkan dalam
sebuah buku Progressive Relaxation yang diterbitkan oleh Chicago University
Press pada tahun 1938. Jacobson menjelaskan mengenai hal-hal yang dilakukan
seseorang pada saat tegang dan rileks. Pada saat tubuh dan pikiran rileks, secara
otomatis ketegangan yang seringkali membuat otot-otot mengencang akan
diabaikan (Zalaquet & mcCraw, 2000 dalam ramdhani & Putra, 2009).
Progressive muscle relaxation adalah terapi relaksasi dengan gerakan
mengencangkan dan melemaskan otot–otot pada satu bagian tubuh pada satu
waktu untuk memberikan perasaan relaksasi secara fisik. Gerakan
mengencangkan dan melemaskan secara progresif kelompok otot ini dilakukan
secara berturut-turut (Synder & Lindquist, 2002). Pada latihan relaksasi ini
perhatian individu diarahkan untuk membedakan perasaan yang dialami saat
kelompok otot dilemaskan dan dibandingkan ketika otot-otot dalam kondisi
tegang. Dengan mengetahui lokasi dan merasakan otot yang tegang, maka kita
dapat merasakan hilangnya ketegangan sebagai salah satu respon kecemasan
dengan lebih jelas (Chalesworth & Nathan, 1996).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang di maksut dengan relaksasi otot progresif?
1.2.2 Apa saja langka langka dari relaksasi otot progesif?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang di maksut relaksasi otot progresif
1.3.2 Untuk mengetahui Apa saja langka langka dari relaksasi otot progesif.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Terapi Relaksasi Otot Progresif

Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang
tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti (Herodes, 2010) dalam
(Setyoadi & Kushariyadi, 2011). Terapi relaksasi otot progresif yaitu terapi
dengan cara peregangan otot kemudian dilakukan relaksasi otot (Gemilang,
2013). Relaksasi progresif adalah cara yang efektif untuk relaksasi dan
mengurangi kecemasan (Sustrani, Alam, & Hadibroto, 2004). Kecemasan
adalah respon emosi tanpa objek spesifik yang secara subjektif dialami dan
dikomunikasikan secara interpersonal (Suliswati, et al., 2005). Kecemasan
(ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai
dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality
Testing Ability/RTA, masih baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak
mengalami keretakan kepribadian/splitting of personality), perilaku dapat
terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2008). Ansietas
adalah suatu keadaan emosioanal yang tidak menyenangkan yang ditandai
oleh rasa ketakutan serta gejala fisik yang menegangkan serta tidak diinginkan
(Davies, 2009).
Relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang
didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis dan parasimpatis, selain itu
ketika otot-otot telah rileks maka organ tubuh akan kembali berfungsi dengan
normal. Setelah seseorang melakukan relaksasi, dapat membantu tubuh
menjadi rileks, dengan demikian dapat memperbaiki berbagai aspek kesehatan
fisik. Membantu individu untuk dapat mengontrol diri dan memfokuskan
perhatian sehingga dapat mengambil respon yang tepat saat berada dalam
situasi yang menegangkan. Selain dapat memiliki respon yang tepat, dengan
relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi yang
berlebihan karena adanya kecemasan. Untuk mengatasi berbagai masalah yang
berhubungan dengan stres seperti hipertensi, sakit kepala, insomnia,
mengurangi tingkat kecemasan, mengurangi kemungkinan gangguan yang
berhubungan dengan stres dan mengontrol anticipatory anxiety sebelum
situasi yang menimbulkan kecemasan.

2.2 Langkah-Langkah Relaksasi Otot progesif

2.2.1 GERAKAN 1:
Ditujukan untuk melatih otot tangan.
1. Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
2. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang
terjadi.
3. Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan relaks
selama 10 detik.
4. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks
yang dialami.
5. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
2.2.2 GERAKAN 2:
Ditujukan untuk melatih otot tangan bagian belakang:
1. Tekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan
sehingga otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah
menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit.
2.2.3 GERAKAN 3:
Ditujukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian atas pangkal
lengan).
1. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
2. Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot
biseps akan menjadi tegang.
2.2.4 GERAKAN 4:
Ditujukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.
1. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga
menyantuh kedua telinga.
2. Fokuskan atas, dan leher.

2.2.5 GERAKAN 5 DAN 6:


Ditujukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti otot dahi,
mata, rahang, dan mulut).
1. Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot
terasa dan kulitnya keriput.
2. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan disekitar mata dan
otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
2.2.6 GERAKAN 7:
Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot
rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi
ketegangan disekitar otot rahang.
2.2.7 GERAKAN 8:
Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir
dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di
sekitar mulut.
2.2.8 GERAKAN 9:
Ditujukan untuk merileksikan otot leher bagian depan maupun belakang.
1. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian
otot leher bagian depan.
2. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat
3. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa
sehingga dapat merasakan ketegangan dibagian belakang leher dan
punggung atas.
2.2.9 GERAKAN 10:
Ditujukan untuk melatih otot leher begian depan.
1. Gerakan membawa kepala ke muka.
2. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di
daerah leher bagian muka.
2.2.10 GERAKAN 11:
Ditujukan untuk melatih otot punggung
1. Angkat tubuh dari sandaran kursi.
2. Punggung dilengkungkan.
3. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik,
kemudian relaks.
4. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil
membiarkan otot menjadi lemas.
2.2.11 GERAKAN 12:
Ditujukan untuk melemaskan otot dada.
1. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara
sebanyak-banyaknya.
2. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan
ketegangan di bagian dada sampai turun ke perut, kemudian
dilepas.
3. Saat ketegangan dilepas, lakukan napas normal dengan
lega.
4. Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan
antara kondisi tegang dan relaks.
2.2.12 GERAKAN 13:
Ditujukan untuk melatih otot perut.
1. Tarik dengan kuat perut kedalam.
2. Tahan sampai menjadi kencang dank eras selama 10 detik,
lalu dilepaskan bebas.
3. Ulangi kembali seperti gerakan awal perut ini.
2.2.13 GERAKAN 14-15:
Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan betis).
1. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa
tegang.
2. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa
sehingga ketegangan pindah ke otot betis.
3. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
4. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.

2.3 Hasil penelitihan

Dari hasil penelitian didapatkan nilai ρ-value sebesar 0.000 karena


ρ-value < α (0,05) maka Ho ditolak, yang berarti ada pengaruh relaksasi
otot progresif terhadap penurunan skala nyeri punggung bagian bawah
pada ibu hamil trimester III. Bagi petugas kesehatan terutama bidan dapat
memberikan cara pengelolaan nyeri punggung bagian bawah pada ibu
hamil sehingga dapat mengurangi tingkat skala nyeri yang dialami oleh
ibu hamil.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai
pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan skala nyeri
punggung bagian bawah pada ibu hamil trimester III di Puskesmas
Cibeureum Kota Tasikmalaya tahun 2018, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut.
1. Sebagian besar ibu hamil trimester III sebelum terapi relaksasi otot
progresif memiliki skala nyeri punggung bagian bawah dengan
kategori sedang.
2. Sebagian besar ibu hamil trimester III setelah terapi relaksasi otot
progresif memiliki skala nyeri punggung bagian bawah dengan
kategori ringan.
3. Ada pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan skala
nyeri punggung bagian bawah pada ibu hamil trimester III, terbukti
dengan nilai ρvalue kurang dari α (0,05).
3.2 Saran
Makalah ini masi banyak kekurangan, kritik yang membangun sangat di
butuhkan untuk penulis agar bisa membuat makalah atau karya tulis yang
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori Dan Praktek Dalam
Keperawatan. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.

Goldman, R & Klatz, R. 2007. Anti-Aging Revolution. Advantage Quest Publications


Edition. Page 393 – 418.

Guyton, A.C. & Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC.

Hamarno, R. 2010. Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Tekanan


Darah Klien Hipertensi Primer di Kota Malang. Tesis. Program Studi Magister
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Depok.

Hayens., Leenen & Soetrisno. 2006. Buku Pintar Menaklukkan Hipertensi. Penterjemah
Karyani. Jakarta : Ladang Pustaka & Intimedia.

Joyce, James., Baker, Colin & Swain, Helen. 2008. Prinsip-Prinsip Sains untuk
Keperawatan. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai