Anda di halaman 1dari 27

EVIDENCE BASED PRACTICE: AROMATERAPI UNTUK

MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN


PENYAKIT DALAM DAN PASCABEDAH

Disusun Oleh :
Zam-zam Ginanjar
Visi Aurora Amartha
Siti Rosita

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXVI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan dan kelancaran pada kami dalam penyusunan makalah ini, karena
Alhamdulillah tugas ini dapat selesai dengan tepat waktu. Tugas ini disusun untuk
memenuhi tugas profesi ners stase Keperawatan Dasar Profesi (KDP). Adapun
makalah ini membahas tentang telaah jurnal terkait aromaterapi terhadap
penurunan intensitas nyeri pada pasien penyakit dalam dan pascabedah.
Demikian makalah ini kami buat dengan sebaik baiknya. Kami sadar
bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang
bersifat membangun sebagai bahan pembelajaran pada masa depan.
Akhir kata terima kasih atas segala perhatian yang telah diberikan dan
kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang pembaca.

Bandung, 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul……………………………….………………………… i
Kata Pengantar……………………………….……………………………. ii
Daftar Isi……………………………….……………………………….. iii
BAB I : PENDAHULUAN……………………………….……………. 1
BAB II : METODE……………………………….…………………… 4
BAB III : HASIL REVIEW……………………………….…………… 5
BAB IV : PEMBAHASAN…………………………………………….. 9
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN…………………………………... 11
5.1 Simpulan……..……………………………….…………… 11
5.1 Saran……………………………….……………………… 11
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak


menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial. Terdapat empat
proses dari mulai terpaparnya stimulus cedera jaringan hingga dipersepsikan
sebagai nyeri yaitu tranduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. Rangsang nyeri
diterima oleh nosiseptor di kulit. Sel yang nekrotik akan melepaskan K+ dan
protein intrasel yang dapat mengakibatkan inflamasi. Mediator penyebab nyeri
akan dilepaskan. Leukotrien, prostatglandin E2, dan histamin akan mensensitisasi
nosiseptor selain itu lesi jaringan juga mengaktifkan pembekuan darah sehingga
melepaskan bradikinin dan serotonin. Jika terdapat penyumbatan pembuluh darah,
akan terjadi iskemia dan penimbunan K+ dan H+ ekstrasel yang diakibatkan akan
semakin mengaktifkan nosiseptor yang telah tersensitasi. Perangsangan nosiseptor
melepaskan substansi peptide P (SP) dan peptide yang berhubungan dengan gen
kalsitonin (CGRP), yang meningkatkan respon inflamasi dan menyebabkan
vasodilatasi serta meningkatkan permeabilitas pembuluh darah (Bahrudin, 2017).
Berdasarkan diagnosa keperawatan NANDA tahun 2018-2020, nyeri
masuk kedalam salah satu diagnosa dalam domain 12 kenyamanan yang
dibedakan berdasarkan durasi yaitu akut (< 3 bulan) dan kronik (> 3 bulan).
Adapun nyeri berdasarkan asalnya terbagi menjadi nosiseptif (kerusakan jaringan
viseral dan somatik hingga mengakibatkan pengeluaran mediator inflamasi) dan
neuropatik (didahului oleh kerusakan sistem saraf). Penanganan nyeri yang efektif
tergantung pada pemeriksaan dan penilaian nyeri. Pemeriksaan pasien nyeri dapat
menggunakan mnemonik PQRST (Provokatif Quality Region Severity Time)
untuk mengumpulkan informasi terkait proses nyeri pasien sedangkan untuk
menilai skala nyeri yang sering digunakan pada dewasa yaitu VAS (Visual Analog
Scale) dan NRS (Numeric Rating Scale), pada anak menggunakan Wong Baker
Face Pain Scale, dan pada bayi 0-1 tahun menggunakan NIPS (Neonatal Infant
Pain Scale) (Yudianta, 2015).
Ruang Fresia 1 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung merupakan ruang rawat
inap penyakit dalam. Pasien pada ruangan ini memiliki beragam diagnosa medis

1
yang mengakibatkan timbulnya nyeri akibat proses perkembangan penyakit
tersebut seperti penyakit kanker atau tumor dapat menimbulkan nyeri akibat
adanya penekanan massa. Selain dari proses penyakit, nyeri juga dapat timbul dari
proses pemeriksaan diagnostik dan prosedur pembedahan. Nyeri yang tidak
teratasi akan menimbulkan efek negatif pada fisiologis dan psikologis pasien.
Dampak nyeri terhadap psikologis yaitu gangguan tidur dan sulit berhubungan
dengan orang lain karena perhatiannya terfokus pada nyeri yang dirasakan. Selain
itu, ada pula dampak fisiologis akibat nyeri seperti menghambat penyembuhan
penyakit, memperpanjang waktu perawatan di Rumah Sakit, dan meningkatkan
biaya perawatan Rumah Sakit (Black & Hawk, 2014: Smeltzer et. al, 2008).
Dengan demikian, penting bagi tenaga kesehatan terutama perawat di Ruang
Fresia untuk memberikan manajemen nyeri yang adekuat pada pasien.
Manajemen nyeri terbagi menjadi dua yaitu terapi farmakologi (analgetik)
dan terapi nonfarmakologi. Black dan Hawk (2014) menyatakan penatalaksanaan
nyeri akan lebih efektif jika dikombinasikan dengan terapi nonfarmakologi. Salah
satu terapi nonfarmakologi yang dapat digunakan yaitu aromaterapi. Selain dapat
digunakan pada beberapa penyakit dan beberapa jenis nyeri (akut dan kronis),
aromaterapi juga efektif digunakan pada setiap rentang nyeri baik nyeri ringan,
sedang, maupun berat (Ayan, 2013; Handayani, 2015).
Aromaterapi merupakan penggunaan ekstrak minyak esensial tumbuhan
yang digunakan untuk memperbaiki mood dan kesehatan (Primidiati,2002).
Mekanisme kerja aromaterapi dalam tubuh manusia berlangsung melalui sistem
sirkulasi tubuh dan sistem penciuman. Zat yang terkandung dalam essensial oil
rose, lemon, dan lavender salah satunya adalah linalool yang berguna untuk
menstabilkan sistem saraf sehingga dapat menimbulkan efek tenang bila dihirup,
selain itu dapat digunakan untuk meringankan depresi, frigiditas, ketegangan
syaraf, nyeri, sakit kepala dan insomnia (Sharma, 2009; Wong, 2010).
Pada saat aromaterapi dihirup, molekul yang mudah menguap akan
membawa unsur aromatik yang terkandung didalamnya kedalam hidung, dimana
silia-silia muncul dari sel-sel reseptor. Apabila molekul-molekul menempel pada
rambut-rambut tersebut maka suatu pesan elektro kimia akan ditranmisikan
melalui saluran olfaktori kedalam sistem limbik. Hal ini akan merangsang memori

2
dan respon emosional. Hipotalamus yang berperan sebagai regulator
memunculkan pesan yang harus disampaikan ke otak. Pesan yang diterima
kemudian diubah menjadi tindakan berupa senyawa elektro kimia yang
menyebabkan perasaan tenang dan rileks (Koensomardiyah, 2009). Berdasarkan
penjelasan diatas, kami tertarik untuk melakukan telaah literatur terkait penurunan
skala nyeri dengan aromaterapi.

3
BAB II
METODE

Literature review ini menggunakan pencarian berbasis komputer yang


dilakukan dengan menggunakan kata kunci dan istilah pada masing-masing
database. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian database menggunakan
bahasa Inggris dan terjemahan bahasa Indonesia yaitu nyeri, aromaterapi, dan
penyakit dalam. Sumber data penelitian adalah sumber data sekunder yang berasal
dari literature yang diperoleh melalui website Google Scholar, Science Direct,
dan Proquest. Untuk dimasukan ke dalam literature review ini, penulis memiliki
kriteria inklusi diantaranya sebagai berikut: (1) Artikel jurnal menggunakan
design penelitian Quasi Eksperimental, Randomized Control Trial (RCT), dan
Case Study, (2) Tersedia dalam artikel full text, (3) Tahun terbit mulai dari 2013
s/d 2018. Total artikel jurnal yang telah diseleksi berdasarkan kriteria inklusi
didapatkan sebanyak 9 artikel.

4
BAB III
HASIL REVIEW

Dari hasil literature review yang telah dilakukan, diuraikan mengenai


pengaruh aroma terapi terhadap penurunan nyeri. Secara umum hasil penelitian
menyatakan bahwa aromaterapi bermanfaat dalam menurunkan nyeri dan
kecemasan, mekanisme kerja perawatan aromaterapi dalam tubuh manusia
berlangsung melalui dua sistem fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan sistem
penciuman sehingga diharapkan aromaterapi tersebut cocok untuk diterapkan
pada yang memiliki permasalahan yang mempunyai penyakit dalam dan
pascabedah. Adapun penjelasan jurnal tersebut, kami mengelompokan menjadi
beberapa kategori, yaitu berdasarkan negara, tahun, metode, jenis aromaterapi,
durasi, dan efek.

Tabel 3.1 Hasil Analisis Jurnal


No Negara Peneliti Metode Jenis Aromaterapi Durasi Efek
1 Indonesia Nunung Deskriptif Aroma yang 5-7 detik, Pada nyeri akut
Handayani, kualitatif disukai yaitu sebanyak dan kronis
Atni dengan citrus, lavender, 4-15 kali didapat kan sakit
Supratiwi, strategi rest forest, dan berkurang badan
Suci Embedded rose. Dengan cara menjadi relaks,
Darmayanti, Single Case dihirup dan ada
dan Atma Study bersamaan nafas penurunan
Kharisma, dalam. intensitas nyeri
2015

2 Indonesia Husnah Suri Quasi Essensial Oil 5-6 jam Menurunkan


Annisa, eksperimen Rose. skala nyeri yang
Nurul Huda Dengan cara signifikan pada
dan Erwin, dihirup. pasien kanker
2015 stadium II

5
3 Turki Murat Double Essensial Oil 10 menit Penurunan skala
Ayan, Ufuk blind Rose. dan 30 nyeri pada nyeri
Tas, Erkan randomized, Dengan cara menit ringan, sedang,
Sogut, placebo dihirup. dan berat
Mustafa cantrolled sebanyak 1-2 poin
Suren, intervention
Levent al study
Gurbuzler
dan Feridun
Koyuncu,
2015
4 Japan Tomomi Quasi Citrus Junos Oil Tidak Dapat
Bohgaki eksperimen disebutkan menurunkan nyeri
Yoshitada
Katagiri,
Makoto
Usami,
2014
5 Indonesia Fadha Quasi Lemon 10 menit Bahwa menghirup
Purwandari, eksperimen Dengan cara aroma terapi
Siti dihirup lemon efektif
Rahmalia, dalam
Febriana menurunkan skala
Sabrian, nyeri pada pasien
2014 post laparatomi
6 Indonesia Sulastri, Quasi Jeruk masam Tidak Aroma jeruk
Mae Sri eksperimen Dengan cara disebutkan masam dapat
Hartati dihirup mengurangi nyeri
Wahyuning dan kecemasan
sing, Elsi pada fase aktif
Dwi H kalla 1
2015

6
7 Indonesia Dasna, Kuantitatif Lavender, 60 menit. Efektif dalam
Gamya Tri dengan menggunakan alat megurangi skala
Utami, menggunka steam atau intensintas nyeri
Arneliwati n rancangan penguapan yang pada infark
2015 penelitian diisi 5 tetes miokard klien
quasi Essensial Oil
eksperimen lavender dan diisi
dengan air 10-15cc.
pendekatan Diletakkan
pre nd post disamping atau
test only sejajar kepala
non dengan jarak 10-
equivalent 20cm
contro
group
8 Indonesia Argi Quasi Lavender, 10 menit Menurunkan
Virgona eksperimen Dengan intensitas nyeri
Bangun, menggunakan pasien pasca
Susi pembakar minyak operasi bedah
Nuraeni dan tungku mayor
2013 sebanyak 3 tetes,
responden
bernafas normal,
tidak melakukan
aktivitas lain &
dalam kondisi
ruangan yang
tenang.
9 Irian Heart Mohsen Quasi Essensial oil 60 menit Mengurangi
Journal Ziyaefard eksperimen lavender, kecemasan dan
2017 Dengan rasa nyeri pada
menggunakan pasien yang

7
kapas yang telah menjalani
dibasahi 5 tetes angiografi
Essensial oil koroner
lavender dan akan
dihirup selama 5
menit.

8
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam upaya meningkatkan asuhan keperawatan diperlukan suatu metode


yang efektif dan efisien berdasarakan Evidence Based Practice (EBP).
Berdasarkan 9 jurnal yang telah direview, aromaterapi yang sering digunakan
untuk menurunkan intensitas atau skala nyeri pada pasien penyakit dalam dan
pasien pascabedah yaitu lavender, lemon, dan mawar. Dalam penggunaannya
pasien dapat memilih dari ketiga jenis aromaterapi tersebut disesuaikan dengan
aroma yang disukai pasien. Adapun untuk pengaruhnya tidak jauh berbeda karena
zat aktif yang terkandung dalam ketiga aromaterapi ini sama yaitu linalool.
Adapun pengaruh dari aromaterapi lavender, lemor, dan mawar berdasarkan jurnal
akan dibahas satu persatu.
Hasil penelitian Handayani dkk (2015), setelah pemberian aromaterapi
menunjukan terdapat penurunan skala nyeri 1-2 poin pada pasien dengan nyeri
kronis dan akut. Perbedaannya hanya pada nyeri kronis didapatkan upaya untuk
mengatasi nyeri yang sudah lama dialami dan adanya ambang nyeri yang tinggi,
sedangkan nyeri akut ada faktor lain yang mampu memperberat nyeri. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayan et al (2013) yang menyatakan
terdapat penurunan skala nyeri sebanyak 1-2 poin setelah diberikan aromaterapi
Essensial Oil Rose. Hal ini diperkuat dengan penelitian Annisa dkk (2015), bahwa
terdapat penurunan skala nyeri yang signifikan pada kelompok eksperimen setelah
menghirup aroma terapi Essensial Oil Rose.
Hasil penelitian Bohgaki et. al (2014), menunjukkan bahwa terdapat efek
analgesik pada Citrus Junos Oil berdasarkan evaluasi kuantitatif aktivitas jaringan
otak dalam (DBN) menggunakan elektro ensefalo gram (EEG) oksipital alfa-2
rhythm (10-13 Hz). Berdasarkan penelitian Purwandari dkk (2014) menunjukan
adanya penurunan skala nyeri yang signifikan pada pasien post laparotomi. Hal ini
sejalan dengan penelitian Sulastri dkk (2015), bahwa terdapat perbedaan nilai
rata-rata intensitas nyeri post SC sebelum (6,00±1,044) dan sesudah (4,91±1,379)
diberikan aromaterapi Jeruk Masam.

9
Hasil penelitian Dasna dkk (2015), menunjukan perbedaan intensitas nyeri
antara sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lavender, dalam penelitian ini
yaitu pada pasien dengan infark miokard. Hal ini didukung oleh penelitian
Bangun dkk (2013) yang juga menunjukan terdapat perbedaan intensitas nyeri
antara sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lavender, tetapi dalam
penelitian ini yatu pada pasien pascaoperasi. Sejalan dengan penelitian Ziyaeifard
dkk (2017) menunjukan setelah diberikan aromaterapi lavender tingkat kecemasan
dan nyeri pada pasien yang menjalani angiografi koroner.

10
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Terdapat beberapa pilihan cara untuk mengatasi nyeri yang dapat dijadikan
alternatif dalam mengurangi nyeri salah satunya dengan tehnik non-farmakologis,
yaitu relaksasi aromaterapi. Jenis aroma terapi untuk menurunkan intensitas atau
skala nyeri pada pasien penyakit dalam dan pasien pre dan post operasi yaitu
lavender, lemon, dan mawar. Untuk pengaruhnya tidak jauh berbeda karena zat
aktif yang terkandung dalam ketiga aromaterapi ini sama yaitu linalool.

5.2 Saran
Perlunya mensosialisasikan kembali untuk penggunaan aroma terapi
lavender, lemon dan mawar. Dalam penggunaannya masih diperlukan pengkajian
lebih lanjut yang disesuaikan dengan karakteristik dan pola kebiasaan di ruangan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, H. S., Huda, N., & Erwin. 2015. Efektifitas Aroma Terapi Essensial Oil
Rose dalam Menurunkan Skala Nyeri pada Pasien Kanker Stadium II.
JOM Vol 2 No 1.
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan:Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien.Jakarta : Salemba Medika
Ayan, M., Tas, U., Sogut. E., Suren, M., Gurbuzier, L., & Koyuncu, F. (2013).
Investigating the Effect of Aromatherapy in Patients with Renal Colic. The
Journal of Alternative and Complementary Medicine Vol 19 No 4, 329-
333.
Bahrudin, M. 2017. Patofisiologi Nyeri.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/viewFile/5449/5246
(diakses tanggal 30 Agustus 2018).
Bangun, A. V., & Nur'aeni, S. (2013). Pengaruh aromaterapi lavender terhadap
intensitas nyeri pada pasien pasca operasi di Rumah Sakit Dustira
Cimahi. Jurnal Keperawatan Soedirman, 8(2).
Black, J.M. & Hawk, J.H. (2014). Medical-surgical nursing clinical management
for positive outcomes. (7th Ed). St. Louis, Missouri: Elsevier Saunders.
Bohgaki, T., Katagiri, Y., & Usami, M. (2014). Pain-Relief Effects of Aroma
Touch Therapy with Citrus Junos Oil Evaluated by Quantitative EEG
Occipital Alpha-2 Rhythm Powers
Handayani, N., Supratiwi, A., Darmayanti, S., & Kharisma, A. 2015. Efektivitas
Teknik Relaksasi dengan Aromaterapi terhadap Penurunan Nyeri Akut dan
Kronis. http://www.akpermadiun.ac.id/web/file/jurnal/20156.pdf (diakses
tanggal 29 Agustus 2018).
Soltani, R., Soheilipour, S., Hajhashemi, V., Asghari, G., Bagheri, M., & Molavi,
M. (2013). Evaluation of the effect of aromatherapy with lavender
essential oil on post-tonsillectomy pain in pediatric patients: a
randomized controlled trial. Journal of Behavioral and Brain Science,
4(01), 11.

12
Koensomardiyah. (2009).A-Z Aromaterapi untuk Kesehatan, Kebugaran, dan
Kecantikan. Yogyakarta: Andi Publisher.
Sulastri, S., Wahyuningsih, M. S. H., & Hapsari, E. D. (2018). Efek Pemberian
Aromaterapi Jeruk Masam terhadap Intensitas Nyeri pasca Bedah Sesar.
Proceeding of The URECOL, 227-235.

13
LAMPIRAN

JURNAL 1
Judul : Efektifitas teknik relaksasi dengan aromaterapi terhadap penurunan
nyeri akut dan kronis
Penulis : Nunung Handayani, Atni Supratiwi, Suci Darmayanti, dan Atma
Kharisma
Tahun Terbit : 2015
Penerbit : -
Tujuan : Mengetahui efektifitas aromaterapi untuk menurunkan nyeri akut dan
kronis
Populasi, : • Populasi : pasien RS X Madiun
Sampel & • Sampel : pasien nyeri akut yaitu ibu nifas pascaoperasi sectio
Teknik caesarea dan nyeri kronis yaitu pasien kanker kronis
Sampling • Teknik sampling : purposive sampling
Jenis : Deskriptif kualitatif dengan strategi Embedded Single Case Study
Penelitian
Teori : -
Variabel & : Variabel : skala nyeri
Instrumen Instrumen : format pengkajian nyeri, pemeriksaan fisik, dan lembar
observasi
Intervensi : Pelaksanaan pada bulan Mei-Juli 2015 memberikan aromaterapi dihirup
bersamaan dengan nafas dalam, lamanya inhalasi selama 5-7 detik,
waktu penggunaan adalah pada saat nyeri muncul diantara jeda minum
obat, banyaknya siklus bervariasi antara 4-15 kali dan pilihan aroma
yang disukai informan adalah jenis aroma yang segar, yaitu citrus,
lavender, lemon, rest forest, dan rose.
Hasil : Pada nyeri akut dan kronis didapatkan sakit berkurang, badan menjadi
relaks, dan ada penurunan intensitas nyeri 1-2 poin. Perbedaannya pada
nyeri kronis didapatkan upaya untuk mengatasi nyeri yang sudah lama
dialami dan adanya ambang nyeri yang tinggi. Pada nyeri akut ada
faktor yang mampu memperberat nyeri yaitu kram otot yang dirasakan

14
sebelum persalinan. Sehingga teknik relaksasi dengan aromaterapi
mampu optimal dalam menurunkan skala nyeri, didukung kesadaran dan
stabilitas terjaga, fungsi pernafasan dan pembau baik.
Kelebihan : Kelebihan : mampu menggali secara mendalam perasaan pasien
dan Kelemahan : Tidak menyebutkan langkah intervensi yang terstruktur,
Kekurangan jumlah responden sedikit, tidak menyebutkan jenis instrumen untuk
menilai skala nyeri.

JURNAL 2
Judul : Efektifitas aromaterapi Essensial Oil Rose dalam menurunkan skala
nyeri pasien kanker stadium II
Penulis : Husnah Suri Annisa, Nurul Huda, dan Erwin
Tahun : 2015
Terbit
Penerbit : JOM
Tujuan : Mengetahui keefektifan aromaterapi Essensial Oil Rose terhadap
penurunan skala nyeri pasien kanker stadium II
Populasi, : • Sampel dalam peneitian ini berjumlah 30 orang yaitu 15 orang
Sampel & sebagai kelompok eksperimen yaitu pasien kanker stadium II dari RS
Teknik Awal Bros dan 15 orang kelompok kontrol dari RSI Ibnu Sina
Sampling • Teknik sampling : purposive sampling
Jenis : Kuasi eksperimen dengan rancangan penelitian pretest and posttest
Penelitian designs with control group.
Teori : -
Variabel & : Variabel : skala nyeri
Instrumen Instrumen : lembar observasi
Intervensi : Skala nyeri dikaji sebelum dan sesudah intervensi. Pemberian
aromaterapi Essensial Oil Rose, responden diberikan perlakuan berupa
menghirup uap aroma terapi essensial oil rose selama 5-6 jam.

15
Hasil : Terdapat penurunan skala nyeri yang signifikan pada kelompok
eksperimen setelah menghirup aroma terapi essensial oil rose dengan
hasil uji statistik yaitu p=0,000. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak
terjadi penurunan skala nyeri yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa menghirup aroma terapi essensial oil rose efektif dalam
menurunkan skala nyeri pada pasien kanker stadium II.
Kelebihan : Kelebihan : Jumlah responden yang memadai
dan Kelemahan : Tidak menyebutkan langkah intervensi yang terstruktur,
Kekurangan tidak menyebutkan skor perubahan skala nyeri, tidak menyebutkan jenis
instrumen untuk menilai skala nyeri.

JURNAL 3
Judul : Investigating the effect of aromatherapy in patients with renal colic
Penulis : Murat Ayan, Ufuk Tas, Erkan Sogut, Mustafa Suren, Levent Gurbuzler,
dan Feridun Koyuncu
Tahun : 2013
Terbit
Penerbit : The Journal of Alternative and Complementary Medicine
Tujuan : Untuk menyelidiki kegunaan Essensial Oil Rose sebagai suplemen dan
terapi tambahan untuk menghilangkan nyeri kolik ginjal
Populasi, : 80 pasien dengan diagnosis kolik ginjal berusia 19-64 tahun dimasukkan
Sampel & dalam penelitian. 40 orang diobati dengan terapi konvensional dan 40
Teknik orang lainnya diberikan aromaterapi Essensial Oil Rose di samping
Sampling terapi konvensional.
Jenis : Double-blind, randomized, placebo-controlled interventional study
Penelitian
Teori : -
Variabel & : Variabel : skala nyeri
Instrumen Instrumen : Visual Analog Scale (VAS) (0 [tanpa rasa sakit] hingga 10
[nyeri yang sangat parah]). VAS selanjutnya dikategorikan sebagai 0
(tanpa rasa sakit), 1-4 (nyeri ringan), 5-6 (nyeri sedang), dan 7–10 (nyeri
hebat).

16
Intervensi : VAS, MAP, dan frekuensi nadi diukur pada semua pasien sebelum
pengobatan dan 10 dan 30 menit setelah perawatan. Setengah dari pasien
diobati dengan terapi konvensional (natrium diklofenak, 75mg
intramuskular) ditambah plasebo (serum fisiologis, 0,9% NaCl),
sementara separuh lainnya diberikan aromaterapi (minyak esensial
mawar) di samping terapi konvensional.
Hasil : Nilai VAS sebelum dimulainya terapi, dan 10 dan 30 menit setelah
terapi adalah 8,18 - 1,36, 5,60 - 2,02, dan 3,75 - 2,08 untuk terapi
konvensional ditambah kelompok plasebo, sedangkan untuk terapi
konvensional ditambah kelompok aromaterapi adalah 8,63 - 1,03, 4,25 -
1,72, dan 1,08 - 1,07, masing-masing. Tidak ada perbedaan yang
signifikan antara nilai VAS awal dari kedua kelompok, tetapi nilai VAS
10 atau 30 menit setelah inisiasi terapi secara statistik lebih rendah pada
kelompok yang menerima terapi konvensional ditambah aromaterapi.
Kelebihan : Kelebihan : Jumlah responden yang banyak, menyebutkan skala nyeri
dan yang digunakan dan perubahan skor nyeri pasien
Kekurangan Kelemahan : Tidak menyebutkan langkah intervensi yang terstruktur

JURNAL 4
Judul : Efek analgesik pada aromaterapi Citrus Junos Oil berdasarkan
evaluasi kuantitatif aktivitas jaringan otak dalam (DBN)
menggunakan elektro ensefalo gram (EEG) oksipital alfa-2 rhythm
Penulis : Tomomi Bohgaki, Yoshitada Katagiri, dan Makoto Usami
Tahun Terbit : 2014
Penerbit : Journal of Behavioral and Brain Science
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan efek analgesik terapi
aroma sentuh dengan minyak jeruk junos berdasarkan evaluasi
kuantitatif aktivitas jaringan otak dalam (DBN) menggunakan elektro
ensefalo gram (EEG) oksipital alfa-2 rhythm (10-13 Hz) kekuatan.
Populasi, : 13 orang
Sampel &
Teknik

17
Sampling
Jenis : Ekperimental
Penelitian
Variabel & : Wawancara
Instrumen
Intervensi : Pemberian aromaterapi Citrus Junos Oil
Hasil : Respons dinamis subjektif sub-rata terhadap nyeri untuk tiga kondisi
prosedural (baseline, kontrol, dan aroma sentuh). Di semua res-
ponses, peringkat nyeri menunjukkan peningkatan ke puncak dalam
beberapa menit, dan kemudian penurunan bertahap. Namun,
dominasi nyeri dipertahankan selama seluruh periode di bawah
rangsangan menyakitkan sehingga kondisi sentuhan aroma adalah
yang pertama, kondisi kontrol adalah yang kedua, dan kondisi
baseline adalah yang ketiga.
hasil menunjukkan bahwa efek rasa sakit dari kondisi sentuhan aroma
selalu peringkat nyeri akhir supe-rior (P <0,01). Kondisi kontrol juga
menunjukkan serupa dengan kondisi baseline baik pada maksimum
dan superioritas dalam penghilang rasa sakit dengan kondisi baseline
(P <0,05) baik pada peringkat nyeri maksimum dan akhir. Namun, itu
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam efek penghilang
rasa sakit dibandingkan dengan kondisi sentuhan aroma.

Kelebihan dan : Kekurangan dalam penelitian ini tidak di jelaskan secara spesifik dari
Kekurangan mulai jenis kelamin dan usia.

JURNAL 5
Judul : Efektifitas Terapi Aroma Lemon Terhadap Penurunan Skala
Nyeri Pada Pasien Post Laparatomi
Penulis : Fadhla Purwandari, Siti Rahmalia, dan Febriana Sabrian
Tahun Terbit : 2014
Penerbit : -

18
Tujuan : Mengidentifikasi efekivitas aromaterapi lemon untuk menurunkan
skala nyeri
Populasi, : Purposive purposive sampling digunakan untuk memilih 30 sampel
Sampel &
Teknik
Sampling
Jenis : Quasy eksperimen dengan rancangan penelitian pre test and post
Penelitian test designs with control group.
Variabel & : Metode yang digunakan adalah observasi dengan skala nyeri numerik
Instrumen
Intervensi : Pemberian aromaterapi lemon dengan cara dihirup selama 10 menit
Hasil : Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya penurunan skala nyeri
yang signifikanpada kelompok eksperimen setelah menghirup aroma
lemon dengan hasil uji statistik yaitu p=0,000, sedangkan pada
kelompok kontrol tidak terjadi penurunan skala nyeri. Jadi dapat
disimpulkan bahwa menghirup aroma lemon efektif dalam
menurunkan skala nyeri pada pasien post laparotomi.

Kelebihan dan : Kekurangan dalam penelitian ini tidak dicantumkan penerbit jurnal
Kekurangan

JURNAL 6
Judul : Efek Pemberian Aromaterapi Jeruk Masam Terhadap
Intensitas Nyeri Pasca Bedah Sesar
Penulis : Sulastri, Mae Sri Hartati Wahyuningsih, dan Elsi Dwi Hapsari
Tahun Terbit : 2015
Penerbit : University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah
Surakarta
Tujuan : Mengetahui efek aromaterapi Jeruk Masam terhadap
intensitas nyeri pasca SC
Populasi, : 34 orang

19
Sampel & Teknik sampling dengan consecutive sampling.
Teknik
Sampling
Jenis : Metode:Rancangan penelitian quasi eksperimen dengan pendekatan
Penelitian pre-test dan post-test with control group
Variabel & : Variabel independen yaitu Jeruk
Instrumen Masam, variabel dependen yaitu penurunan intensitas nyeri pasca
SC
Menggunakan metode wawancara
Intervensi : Pemberian aromaterapi jeruk masam dengan cara dihirup oleh 34
orang responden
Hasil : Pada penelitian ini ada perbedaan yang signifikan antara sebelum
dengan sesudah pemberian aromaterapi Jeruk Masam. Nilai rata-rata
intensitas nyeri post SC sebelum adalah 6,00±1,044 dan sesudah
4,91±1,379. Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa
ada perbedaan yang signifikan terhadap penurunan intensitas nyeri
sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi Jeruk Masam.

Kelebihan dan : Kekurangan dalam penelitian ini lebih berfokus terhadap penanganan
Kekurangan rasa nyeri tanpa menjelaskan secara lebih rinci terhadap kecemasan

JURNAL 7
Judul : Efektifitas Aromaterapi Bunga Lavender (Lavandula Angustifolia)
terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Klien Infark Miokard
Penulis : Dasna, Gamya Tri Utami, Arneliwati
Tahun Terbit : 2015
Penerbit : -
Tujuan : Mengetahui pengaruh terapi aroma bunga lavender (Lavadula
Angustifolia) terhadap penurunan skala nyeri pada klien infark
miokard.
Populasi, : Populasi : Pasien yang mengalami nyeri dengan diagnosa infark
Sampel & miokard, Sampel yang digunakan sebanyak 30 orang responden,

20
Teknik yakni 15 responden kelompok eksperimen dan 15 responden
Sampling kelompok control, Tehnik : Purposive sampling
Jenis : Kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian Quasi
Penelitian Experimental dengan pendekatan Pre and post test only non
equivalent control group
Teori/kerangka : Keluhan khas infark miokardium ialah nyeri dada retrosternal seperti
yang menjadi diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat.
pemikiran Nyeri dada yang dirasakan serupa dengan angina, tetapi lebih intensif
dan menetap lebih dari 30 menit. Salah satu untuk mengatasi nyeri
tersebut dengan terapi non farmakologis caranya yaitu relaksasi
menggunakan aroma terapi lavende, adalah metode yang
menggunakan wewangian lavender untuk meningkatkan kesehatan
fisik dan emosi. Aroma lavender adalah aroma alami yang di ambil
dari 613 tanaman aromatik lavender
Variabel & : Variabel : Independen Aroma terapy Bunga Lavender Dependen
Instrumen Skala Nyeri
Instrumen : Menggunakan lembar observasi Skala Nyeri Deskriptif
Intervensi : Peneliti melakukan pre test dengan mengukur skala nyeri klien
dengan menggunakan skala nyeri. Selanjutnya kelompok eksperimen
diberikan terapi aroma bunga lavender (Lavandula Angustifolia)
dengan inhalasi lansung
menggunakan alat steam atau penguapan yang diisi 5 tetes minyak
esensial lavender dan diisi air 10-15cc. kemudian letakkan disamping
atau sejajar kepala dengan jarak 10-20cm selama 60 menit.
Hasil : Hasilnya menunjukkan signifikan perbedaan skor nyeri skala
intensitas antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan
nilai p 0,009 (nilai p<0,05), yang berarti lavender aromaterapi
(Lavandula angustifolia) efektif dalam mengurangi skala intensitas
nyeri pada infark miokard klien.
Kelebihan dan : Kelebihan : Prosedur penelitian disusun dengan teratur sehingga
Kekurangan mudah untuk dipahami, Menyebutkan intervensi secara detail,
menyebutkan skala nyeri yang digunakan

21
Kekurangan : Sampel hanya 30 sehingga tidak bisa digeneralisasikan
dalam ruang lingkup yang luas. Skala nyeri tidak disebutkan dan alat
yang digunakan dalam melakukan inhalasi mahal, sehingga tidak
semua RS menggunakannya.

JURNAL 8
Judul : Pengaruh aroma terapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien
pasca operasi di Rumah Sakit Dustira Cimahi
Penulis : Argi Virgona Bangun, Susi Nur’aeni
Tahun Terbit : 2013
Penerbit : Jurnal Keperawatan Soedirman
Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh aromaterapi lavender terhadap intensitas
nyeri pada pasien pasca operasi.
Populasi, : Populasi : Pasien paska operasi, Sampel, 10 orang pasien paska operasi
Sampel & bedah mayor hari ke-2 yang tidak memiliki riwayat dioperasi
Teknik sebelumnya, Tehnik : purposive sampling
Sampling
Jenis : Kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian Quasi
Penelitian Experimental dengan pendekatan Pre and post test only non equivalent
control group
Teori/kerangka : Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang
yang menjadi menggunakan cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian
pemikiran tubuh yang akan ditangani. Salah satu keluhan yang sering
dikemukakan adalah nyeri. diketahui bahwa upaya lain untuk
mengatasi nyeri selain
obat adalah dengan melakukan relaksasi terapi aroma lavender yang
bermanfaat untuk relaksasi, kecemasan, mood, dan pasca pembedahan
Variabel & : Variabel : Independen Aroma terapi lavender Dependen Nyeri,
Instrumen Instrumen : menggunakan observasi lembar sekala nyeri Verbal
Descriptor Scale
(VDS)

22
Intervensi : Responden dikaji skala nyerinya menggunakan Verbal Descriptor
Scale
(VDS) lalu diberikan aroma terapi lavender sebanyak 3 tetes dengan
menggunakan pembakar minyak dan tungku selama 10 menit.
Responden diminta bernafas normal, tidak melakukan aktivitas lain
selama menghirup aroma terapi, dalam kondisi ruangan yang tenang.
Selanjutnya satu jam kemudian skala nyeri diukur kembali
Hasil : Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,001 berarti ada perbedaan
intensitas nyeri antara sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi
lavender
Kelebihan dan : Kelebihan : Pembahasan metode yang digunakan sangat jelas,
Kekurangan menyebutkan skala nyeri yang digunakan
Kekurangan : Jumlah sampel yang sedikit, Skala nyeri tidak
disebutkan dan alat yang digunakan dalam melakukan inhalasi mahal,
sehingga tidak semua RS menggunakannya.

JURNAL 9
Judul : Effect of Lavender oil inhalation on axiety and pain in patients
undergoing coronary angiography
Penulis : Mohsen Ziyaeifard, MD; Ali Zahedmehr, MD; Rasoul Ferasatkish,
MD; Zahra Faritous, MD; Mostafa Alavi, MD; Mahmoud Reza
Alebouyeh, MD; Ehsan Dehdashtian, MD; Parisa Ziyaeifard4, MD;
Zeynab Yousefi*, MS
Tahun Terbit : 2017
Penerbit : Iranian Heart Journal
Tujuan : Untuk menilai efek dari terapi minyak esensial lavender pada saat
cemas dan nyeri pada pasien yang menjalani angiografi koroner
Populasi, : Populasi pasien dengan diagnosa angiografi koroner, Sampel 80
Sampel & pasien yang dirawat di rumah sakit dengan angiografi koroner, Tehnik
Teknik sampling
Sampling
Jenis : Rancangan penelitian Quasi Experimental

23
Penelitian
Teori/kerangka : Angiografi koroner adalah prosedur invasive yang menciptakan rasa
yang menjadi sakit dan kecemasan bagi pasien. Metode pemberian secara
pemikiran farmakologis dan non-farmakologis dapat mengurangi kecemasan.
Salah satunya efek dari minyak lavender. Aroma terapi lanvender
dinilai dapat mengurangi kecemasa dan rasa nyeri pada pasien.
Variabel & : Variabel : Independen minyak esensial lavender Dependen Nyeri,
Instrumen Instrumen : menggunakan kuesioner dan lembar sekala nyeri
Intervensi : Sebelum prosedur dimulai seluruh pasien akan diberikan kuesioner
dan setelah itu untuk kelompok intervensi akan diberikan kapas yang
telah dibasahi 5 tetes minyak esensial lavender dan akan dihirup
selama 5 menit. Satu jam setelah prosedur, nyeri akan diukur kembali.
Hasil : Setelah diberikan aroma terapi tingkat kecemasan pada kelompok
intervensi menurun secara signifikan ( P < 0,05) dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Selain itu, tingkat nyeri pada 2 kelompok
menunjukkan perbedaan yang signifikan ( P < 0,05).
Kelebihan dan : Kelebihan : Intervensi secara detail.
Kekurangan Skala nyeri tidak disebutkan dan alat yang digunakan dalam
melakukan inhalasi mahal, sehingga tidak semua RS
menggunakannya.

24

Anda mungkin juga menyukai