Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTEK KEPERAWATAN KOMUNITAS RW 10

KELURAHAN TAROGONG KECAMATAN TAROGONG


KIDUL KABUPATEN GARUT

Diajukam untuk memenuhi salah satu tugas Program Profesi Ners Angkatan
XXXVII Stase Keperawatan Maternitas

Disusun oleh :

Restianingrum 220112180507

Fatimah Nur Faizah 220112180523

Yosilistia 220112180565

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXVII


FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan hidayah-
Nya. Alhamdulillah penyusun dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akhir
Praktik Keperawatan Komunitas RW 10 di Kelurahan Tarogong Tarogong Kidul,
Kabupaten Garut. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Komunitas dalam Program Profesi Ners XXXVII Fakultas
Keperawatan Universitas Padjadjaran.

Penyusun berharap laporan ini dapat menjadi sumber landasan serta


informasi awal bagi untuk mengembangkan dan membangun wilayah Kelurahan
Tarogong Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, khususnya di RW 10. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penyusun mengharapkan kritik dan saran membangun untuk perbaikan di masa
yang akan datang.

Garut, 27 Agustus 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG
Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang keperawatan perpaduan
antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan
dukungan serta peran dari masyarakat secara aktif dengan mengutamakan
pelayanan preventif dan promotif secara komprehensif tanpa mengabaikan
perawatan secara rehabilitatif dan kuratif. Perawatan ini dilaksanakan secara
menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok,
serta masyarakat sebagai suatu kesatuan untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara lebih optimal, sehingga masyarakat mampu mandiri
dalam upaya kesehatan. Keperawatan komunitas meliputi kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat secara luas, membantu dan mengindentifikasi
masalah kesehatan di masyarakat sebelum mereka meminta bantuan kepada
orang lain (Mubarak, 2006). Masyarakat merupakan hubungan-hubungan
dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa, dan lainnya
atau sekelompok manusia yang ditasi oleh aspek-aspek tertentu, seperti
bangsa, tertorial, golongan, dan lainnya (Yulianthi, 2015).
Keperawatan komunitas bertujuan untuk peningkatan kesehatan
masyarakat dan pencegahan dengan uapaya pelayanan keperawatan secara
langsung (indirect) kepada masyarakat secara individu, keluarga, dan
kelompok dalam konteks komunitas dengan mempertimbangkan masalah dan
isu kesehatan yang terjadi di masyarakat (Mubarak, 2006). Keperawatan
komunitas menggabungkan prinsip keperawatan dan prinsip kerja kesehatan
secara tidak sederhana. Oleh karena itu Program Profesi Ners Fakulta
Keperawatan Universitas Padjadjaran dirancang untuk mengaplikasikan
keterampilan serta kemampuannya secara langsung di masyarakat.
Perkembangan pelayanan dalam bidang kesehatan di Indonesia tidak
hanya berorientasi pada tindakan kuratif saja, melainkan tindakan promotif,
preventif, kuratif, serta rehabilitatif yang dalam masyarakat dapat menjangkau
seluruh aspek di masyarakat sehingga didapatkan derajat kesehatan yang
optimal. Dalam bidang kesehatan puskesmas memiliki kegiatan yang penting
untuk masyarakat salah satunya pelayanan perawatan kesehatan masyarakat
(Perkesmas). Pelayanan perkesmas diharapkan dapat memberikan pelayanan
kepda masyarakat berupa bantuan, bimbingan, pengawasan, penyuluhan, dan
perlindungan kepada individu, keluarga, kelompok, serta masyarakat
khusunya.
Menurut kamus besar bahasa indonesia survei merupakan peninjauan atau
penyelidikan dengan memberi batasan yang jelas atas data yang ditinjau.
Survei Mawas Diri (SMD) adalah langkah awal dalam melakukan praktik
keperawatan komunitas yang tujuannya untuk menggali dan mendapatkan
informasi dan data-data yang terdapat di RW 10 mengenai kesehatan di
masyarakat, kehidupan sosial, ekonomi, budaya, lingkungan fisik wilayah,
religi, pendidikan, serta permasalahan yang terdapat di wilayat tersebut.
Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran yang
melaksanakan praktik Program Profesi Ners pada mata kuliah komunitas
diharapkan mampu memberikan pelayanan perawatan kesehatan di
masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas HaurPanggung Tarogong, khususnya
di RW 10 Kelurahan Tarogong Kecamatan Tarogong Kidul (RT 01, 02, 03,04,
06,dan 10). Setelah melakukan Survei Mawas Diri (SMD) dari tanggal 20-24
Agustus 2019, didapatkan masalah-masalah kesehatan sehingga perlu
mendapatkan perhatian khusus dan harus diselesaikan bersama masyarakat
untuk memecahkan masalah yang muncul.
Berdasarkan masalah yang mucul di wilayah RW 10, maka perlu
dilaksanakan Musyawarah Masyarakat Rukun Warga (MMRW) yang
bertujuan untuk memvalidasi dan mengidentifikasi masalah kesehatan yang
muncul secara bersama-sama, sehingga diharapkan masyarakat dapat
bertanggung jawab dan memiliki kesadaran akan pentingnya kesehatan dan
lebih memerhatikan pemeliharaan kesehatan dan lingkungan di sekitar RW 10.
1.2. TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Memberikan laporan secara komprehensif mengenai pelaksanaan praktik
keperawatan komunitas di RW 10 Kelurahan Tarogong, Kecamatan
Tarogong Kidul, Kabupaten Garut.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian dan memberikan gambaran mengenai situasi
masyarakat di wilayah RW 10 Kelurahan Tarogong, Kecamatan Tarogong
Kidul, Kabupaten Garut.
b. Mampu membuat perencanaan untuk memecahkan masalah kesehatan yang
terdapat di wilayah RW 10 Kelurahan Tarogong, Kecamatan Tarogong
Kidul, Kabupaten Garut.
c. Mampu melaksanaan implementasi asuhan keperawatan komunitas yang
dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat di wilayah RW 10
Kelurahan Tarogong, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut.
d. Mampu mengevaluasi kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah
kesehatan di wilayah RW 10 Kelurahan Tarogong, Kecamatan Tarogong
Kidul, Kabupaten Garut.
BAB II

TINJAUAN LAPANGAN

2.1 Pengkajian Lapangan

2.1.1 Data Umum

A. Pengkajian Data Inti

1. Batasan Komunitas

Kelurahan Tarogong merupakan salah satu kelurahan yang ada di kecamatan


Tarogong Kidul. Kelurahan Tarogong terdiri dari 10 RW yang salah satunya
adalah RW 10. RW 10 terdiri dari 3 RT dimana RW 10 merupakan pemekaran dari
RW 5 dan baru mekar di tahun 2014 .Wilayah RW 10 kelurahan Tarogong
merupakan wilayah pemukiman padat penduduk dengan ukuraan rumah yang
beragam. Batas wilayah RW 10 bersebrangan dengan RW 5.

2. Nilai dan Keyakinan yang di Anut Masyarakat

Warga RW 10 ini tidak menganut nilai kepercayaan atau adat tertentu yang
berhubungan dengan kesehatan dikarenakan Tarogong termasuk wilayah
perkotaan. Nilai dan keyakinan yang di anut lebih didasari oleh nilai keagamaan
atau norma yang berlaku di masyarakat. Masyarakat setempat tidak menganut nilai
kepercayaan atau adat tertentu yang bertolak belakang dengan ajaran agama islam.

3. Agama

Masyarakat RW 10 Tarogong seluruhnya beragama islam. Tempat ibadah yang ada


di RW 10 yaitu 1 bangunan mesjid yang digunakan untuk berbagai kegiatan,
seperti musyawarah, pengajian, dan kegiatan lainnya.

4. Demografi
RW 10 terbagi atas 3 RT dari pendataan yang sudah dilakukan dari tanggal 20
Agustus 2019 diketahui bahwa jumlah KK yang terkaji sebanyak 100 KK dengan
jumlah penduduk 359 jiwa dari jumlah 133 KK yang ada, jumlah KK yang ada di
RW 10 tidak terkaji seluruhnya dengan alasan warga pindah alamat, menolak,
tidak ada dirumah, rumah kosong dan kontrakan.

2.1.2 Data Khusus


2.1.2.1 Data Kependudukan
Berdasarkan pengkajian komunitas di RW 10 Kelurahan Tarogong Kecamatan
Tarogong Kidul yang telah dilakukan pada tanggal 20 agustus 2019 didapatkan
data demografi kependudukan yang disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Warga RW 10 Kel.
Tarogong (N=359)
Karakteristik Demografi Frekuensi Persentase %
Usia
bayi (1-12 bulan) 2 6
balita (1-5 tahun) 25 7
usia sekolah (6-11 tahun) 29 8.1
remaja (12-18 tahun) 49 13.6
dewasa (18-44 tahun) 147 40.9
pra lansia (45-59 tahun) 71 19.8
lansia (60-69 tahun) 23 6.4
late lansia (>70 tahun) 13 3.6
Jenis Kelamin
Laki-laki 182 50.7
Perempuan 177 49.3
Suku
Sunda 358 99.7
Non-Sunda 1 3
Agama
Islam 359 100
Non-Islam
Tingkat Pendidikan
Belum Sekolah 28 7.8
SD 97 27
SMP 84 23.4
SMA 127 34.4
Perguruan Tinggi 23 6.4
Pekerjaan
Tidak Bekerja 92 25.6
Belum Bekerja 121 33.7
PNS 5 1.4
Karyawan Swasta 52 14.5
Wiraswasta 45 12.5
Wirausaha 1 3
Petani 5 2.4
Buruh 31 8.6
Pensiunan 7 1.9
Status Imunisasi
Lengkap 359 100
Belum lengkap 0 0
Tidak Lengkap 0 0
Sakit 3 bulan Terakhir
Sehat 320 89.1
Demam, Batuk, Flu 19 5.3
ISPA 3 8
Hipertensi 3 8
Kolesterol 1 3
Diare 3 8
Lainnya 10 2.8
Merokok
Ya 102 28.4
Tidak 257 71.6
Status kependudukan RW 10 kelurahan Tarogong Kidul dominan pada
usia dewasa (18-44 tahun) sebanyak 147 jiwa (40.9 %) dengan jumlah penduduk
laki – laki sebanyak 182 (50.7%), dan perempuan sebanyak 177 (49.3%).
Sebagian besar penduduk merupakan asli suku sunda dan semua beragama islam.
Pendidikan terakhir yang paling banyak dari SMA 35.1%, SD 27.3 %, SMP 23.4
%, belum sekolah 7.8 %, perguruan tinggi 6.4 %, dan Pekerjaan terbanyak di RW
10 sebagian besar belum bekerja/pelajar/mahasiswa dan jumlah pekerjaan
terbanyak ke dua yaitu karyawan swasta 14.5 %,

Status imunisasi pada penduduk RW 10 berada dalam kategori lengkap


dengan frekuensi 100%. Status kesehatan pada masyarakat RW 10 selama 3
bulan terakhir sebagian besar mengalami demam, batuk dan flu < 2 minggu
(5.3%), dan besar kedua yaitu lainnya : maagh, pneumonia, diabetes melitus,
gatal-gatal (2.8%). Penduduk yang merokok terdapat 102 orang (28.4%).

2.1.2.2Kesehatan Lingkungan

Berdasarkan pengkajian komunitas di RW 10 Kelurahan Tarogong


Kecamatan Tarogong Kidul yang telah dilakukan pada tanggal 20 agustus 2019
didapatkan data kesehatan lingkungan yang disajikan dalam tabel 2.2 sampai
dengan 2.5.
Tabel 2.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kesehatan Lingkungan:
Perumahan RW. 10 Kelurahan Tarogong (N= 359)
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Kepadatan Hunian (LB/Jumlah penghuni)
Mencukupi (≥8m2 per orang) 98 98
Padat (<8m2 per orang) 2 2
Status kepemilikan rumah
Sewa 5 5
Milik sendiri 88 88
Rumah Dinas 1 1
Menumpang 6 6
Kondisi rumah
Permanen 94 94
Semi permanen 6 6
Tidak permanen
Ventilasi Rumah
Mencukupi (≥10% luas lantai) 75 75
Tidak cukup 25 25
Lantai
Tanah 2 2
Semen/ Plester 21 21
Papan 2 2
Ubin 75 75
Vektor di sekitar rumah
Tikus 47 47
Nyamuk 11 11
Kecoa 38 38
Lalat 4 4

Kelembaban
Tidak lembab 73 73
Lembab 26 26
Berjamur 1 1
Kebersihan
Bersih 77 77
Berdebu/kotor 23 23
Pencahayaan
Terang 46 46
Kurang Terang 46 46
Tidak ada cahaya masuk 8 8
Jentik nyamuk
Ada 18 18
Tidak ada 82 82
Tempat cuci tangan di dalam rumah (+sabun)
Ada 37 37
Tidak ada 63 63
Hewan Ternak
Ya 12 12
Tidak 88 88
Dari hasil pengkajian kesehatan lingkungan bahwa kepadatan hunian di
RW 10 mencukupi dengan presentase 98.0% dan untuk kepemilikan rumah
sebagian besar yaitu milik pribadi dengan hasil presentasi 88.0%, kondisi rumah
yang permanen lebih besar 94.0% ventilasi rumah lebih besar mencukupi yaitu
dengan presentase 75.0 %. Dan lantai rumah sebagian besar sudah memakai ubin
yaitu 75.0%. dalam perumahan di RW 10 menunjukan bahwa vektor disekitar
rumah sebagian besar adalah tikus dengan 47.0%. kelembaban rumah sebagian
besar tidak lembab dengan presentasi 73.0%, kebersihan rumah sebagian besar
dalam keadaan bersih dengan presentase 77.0%. pecahayaan rumah yang terang
dan kurang terang memiliki presentasi yang rumah yaitu 46.0%, sebagian besar
rumah tidak memiliki tempat untuk cuci tangan (63%) dan 18.0% memiliki jentik
nyamuk, dan penduduk yang memiliki hewan ternak sebanyak 12 % dan
mempunyai kandang ternak dengan jarak < 25 meter.

Tabel 2.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kesehatan Lingkungan:


Pembuangan Air Limbah RW. 10 Kelurahan Tarogong (N= 359)
Karakteristik Frekuensi Persentase
Jamban Keluarga
Ya 92 92
Tidak 8 8
Tempat pembuangan akhir tinja
Tidak ada 2 2
Sungai/selokan 37 37
Kolam 2 2
Lubang tertutup 0 0
Septi tank 59 59
Jarak pembuangan akhir tinja dengan sumber
air bersih
< 10 m 57 57
≥ 10 m 43 43
Tempat pembuangan air limbah kamar mandi
Sawah/kebun 1 1
Sungai/selokan 84 84
Ada sarana pembuangan khusus 15 15
Dari hasil pengkajian kesehatan lingkungan dalam pembuangan akhir
limbah menunjukan bahwa masyarakat RW 10 tempat pembuangan akhir tinja ke
septi tank (59%) dan jarak anatara pembuangan akhir tinja dengan sumber air
bersih sebagian bersih jaraknya <10 meter dan tempat pembuangan air limbah
kamar mandi yaitu ke sungai atau selokan..

Tabel 2.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kesehatan Lingkungan:


Pembuangan Sampah RW. 10 Kelurahan Tarogong (N= 359)
Karakteristik Frekuensi Persentase
Ada tempat sampah
dirumah 5 5
Tidak ada 86 86
Ada, terbuka 9 9
Ada, tertutup
Pemilahan Sampah Rumah
Tangga
Melakukan pemilahan 20 20
Tidak melakukan pemilahan 80 80
Petugas TPS
Ya 72 72
Tidak 28 28
Waktu
pengambilan/pengolahan
sampah perminggu
1x/minggu 7 7
2x/minggu 7 7
3x/minggu 38 38
>3x/minggu 48 48
Penanganan sampah Rumah
Tangga
Dibuang sendiri ke TPS 43 43
Ditimbun 1 1
Dibakar sendiri 11 11
Dibuang ke sungai 0 0
Dibuat kompos sendiri 0 0
Diangkat petugas 45 45
Dari hasil pengkajian lingkungan dalam hal pembuangan sampah
menunjukan bahwa masyarakat tidak melakukan pemilahan sampah ketika
membuang sampah sebanyak 80% sedangkan untuk tempat sampah masyarakat
RW 10 sebagian besar mempunyai tempat sampah terbuka yaitu 86%., untuk
pengambilan sampah sebagian besar diangkat oleh petugas dan pengolahan
sampah di masyarakat yaitu >3 kali seminggu.
Tabel 2.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kesehatan Lingkungan:
Sumber Air Bersih RW. 10 Kelurahan Tarogong (N= 359)
Karakteristik Frekuensi Persentase
sumber air bersih utama
Sumur Bor 24 24
Sumur Timba 18 18
PDAM 56 56
Jamban Umum 2 2
Kualitas air
Berbau 1 1
Berwarna 5 5
Tidak berbau,tidak berasa, tidak berwarna 94 94
Sumber Air Minum
Di Masak 58 58
Air Kemasan 7 7
Air gallon 35 35
Bak Penampungan Air Terbuka
Ya 57 57
Tidak 44 44
Pengurasan tempat penampungan air
Tidak pernah dilakukan 0 0
< 3 hari 26 26
>3 hari 31 31
Hasil pengkajian kesehatan lingkungan dalam hal sumber air menunjukan
bahwa masyarakat RW 10 menggunakan sumber air utama dari PDAM (56%),
dengan adanya kualitas berbau 1%, berwarna 5%. Sumber air minum masyarakat
RW 10 sebagian besar air minumnya dengan di masak (58%) sebagai sumber air
minum utamanya, selain itu masyarakat juga sebagian besar memiliki bak
penampungan air terbuka (56%), dengan pengurasan bak sebagian besar tidak
pernah dilakukan pengurasan (43%).

2.1.2.3 Sosial dan Ekonomi


Kondisi sosial dan ekonomi warga RW 10 Kelurahan Tarogong berdasarkan
pengkajian disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sosial dan Ekonomi RW. 10
Kelurahan Tarogong (N= 359)
Karakteristik Frekuensi Persentase
Penghasilan
< 1 juta 28 28
1-3 juta 53 53
3-5 juta 16 16
> 5 juta 3 3
Jumlah pendapatan dan pengeluaran
Pendapatan < pengeluaran 39 39
Pendapatan = pengeluaran 33 33
Pendapatan > pengeluaran 28 28
Tabungan khusus
Ya 34 34
Tidak 66 66
Variabel sosial dan ekonomi pada masyarakat RW 10 menunjukan
sebagian besar keluarga tidak memiliki tabungan khusus (66%), rata-rata
penghasilan perbulan keluarga sebanyak 1-3 juta (53%) dan kebanyakan tidak
seimbang yaitu pengeluaran lebih besar dari penghasilan (39%).

2.1.2.4 Upaya Pencarian Pelayanan Kesehatan


Berdasarkan hasil pengkajian berikut data upaya pencarian pelayanan kesehatan
warga 10 Kelurahan Tarogong berdasarkan pengkajian disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 2.7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Upaya Pencarian Kesehatan
RW. 10 Kelurahan Tarogong (N= 359)
Karakteristik Frekuensi Persentase
Pengobatan keluarga sakit
Tenaga kesehatan 62 62
Tradisional 1 1
Diobati sendiri 37 37

Jarak rumah menuju pelayanan kesehatan


<5km 92 92
>5km 8 8
Akses menuju pelayanan kesehatan
Jalan kaki 48 48
Transportasi umum 13 13
Transportasi pribadi 39 39
Jaminan kesehatan
Ya 64 64
Tidak 36 36
Upaya pelayanan kesehatan pada masyarakat RW 10 menunjukan bahwa
keluarga yang memiliki jaminan kesehatan sebanyak 64%, dan datang ke tenaga
kesehatan apabila ada anggota keluarga yang sakit, sebagian besar masyarakat
memilih jalan kaki menuju ke pelayanan kesehatan karena jarak rumah warga
kepelayanan kesehatan sebagian besar <5 km.

2.1.2.5 Keluarga Sadar Gizi


Berdasarkan data hasil pengkajian berikut data indikator keluarga sadar gizi di
RW 10 Kelurahan Tarogong data disajikan pada tabel berikut:
Tabel 2.8 Distribusi Frekuensi Karakteristik Keluarga Sadar Gizi RW. 10
Kelurahan Tarogong (N= 359)
Karakteristik Frekuensi Persentase
(%)
memantau berat badan secara rutin 1 bulan
sekali
Ya 60 60
Tidak 40 40
mengonsumsi suplemen makanan seperti
Vitamin
Ya 28 28
Tidak 72 72
Konsumsi aneka ragam makanan/menu gizi
seimbang setiap hari
Ya 93 93
Tidak 7 7
Konsumsi garam ber Iodium
Ya 100 100
Tidak 0 0
sarapan pagi rutin (pukul 07.00 s/d 09.00
WIB)
Ya 98 98
Tidak 2 2
makanan untuk sarapan pagi
Roti 6 6
Gorengan 2 2
Nasi 92 92
Lainnya
minuman untuk sarapan pagi
Susu 5 5
Teh 4 4
Kopi 4 4
Air mineral 87 87
Dari hasil pengkajian sadar gizi menunjukan bahwa 40% penduduk RW 10 tidak
rutin untuk menimbang berat badan dan 72% tidak mengkonsumsi vitamin atau
suplemen makanan. Masyarakat RW 10 terbiasa untuk melakukan sarapan pagi
dan selalu mengkonsumsi aneka ragam jenis makanan seimabang dan garam
beryodium. Masyarakat terbiasa sarapan pagi dengan nasi dan minum air
putih/mineral.

2.1.2.6 Bayi Stunting

Dari hasil pengkajian yang dilakukan di rw 10 bahwa dari jumlah balita yang ada
tidak di dapatkan adanya balita dengan stunting

2.1.2.7 Kesehatan Ibu Hamil dan Nifas

Berdasarkan data hasil pengkajian, berikut data indikator kesehatan ibu di RW 10


Kelurahan Tarogong. Data disajikan pada tabel berikut:
Tabel 2.9 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kesehatan Ibu hamil RW. 01
Kelurahan Tarogong (N=2)
Karakteristik Frekuensi Persentase
Ibu hamil
Ya 2 2
Tidak
Berapa usia ibu
< 20 tahun
20-35 tahun 2 2
> 35 tahun
Kehamilan yang ke
1-3 2 2
≥4
Usia kehamilan sekarang
0 – 3 bulan
> 3 – 6 bulan 2 2
> 6 – 9 Bulan
> 9 bulan
Jarak kehamilan saat ini dengan kehamilan
sebelumnya
< 2 tahun
≥ 2 tahun 2 2
Belum pernah hamil
Pemeriksaan kesehatan
Tidak pernah
Puskesmas
Bidan 2 2
Rumah Sakit
Paraji
Praktik Dokter
Konsumsi tablet besi secara teratur
Ya 2 2
Tidak
Status imunisasi TT ibu hamil
Tidak mendapatkan
Belum lengkap
Lengkap 2 2
Ibu punya buku KIA
Ya 2 2
TIdak
Ibu membaca isi buku KIA
Ya 2 2
Tidak
Buku KIA itu penting menurut Ibu
Ya 1 1
Tidak 1 1
Pantangan/alergi makan ketika hamil
Ya 1 1
Tidak 1 1
keluhan selama hamil
Ya
Tidak 2 2
Ibu mengetahui tanda-tanda bahaya pada
kehamilan
Ya 2 2
Tidak
Ibu mengikuti kelas hamil
Ya 2 2
Tidak
Kelas ibu hamil itu penting untuk Ibu
Ya
Tidak 2 2

Berencana melahirkan
Paraji
Puskesmas
Bidan 2 2
RS
Dokter
Klinik
Rumah
Dari hasil pengkajian di rw 10 di temukan 2 ibu hamil dari 359 jiwa, dimana 2 ibu
hamil berada pada umur 20-35 tahun dan merupakan kehamilan ketiga, kedua ibu
hamil rajin memeriksakan kehamilannya dan mengkonsumsi zat besi dan tidak
memiliki keluhan apapun. Dari hasil pengkajian bahwa salah satu dari ibu hamil
memiliki pantangan dan alergi makanan.

2.1.2.8 Kesehatan Bayi dan Balita

Berdasarkan data hasil pengkajian, berikut data indikator kesehatan bayi dan
balitas di RW 01 Kelurahan Sukapura Kiaracondong Bandung. Data disajikan
sebagai berikut:

Table 2.10 Distribusi Frekuensi Kesehatan Bayi RW. 10 Kelurahan tarogong


Bandung (1-12 Bulan) (N=2)
Karakteristik Frekuensi Persentase
bayi usia ≤ 1tahun
Ada 2 2
Tidak
Bayi mendapat vitamin A
Ya 2 2
Tidak
Alasan tidak mendapat Vit. A 0 0
Tidak mengikuti posyandu 0 0
Tidak tahu
ASI eksklusif
Ya 2 2
Tidak
MPASI
<6 bulan 0 0
>6 bulan 0 0
Jenis MPASI
Bubur nasi/tepung 0 0
Bubur sayur 0 0
Bubur daging/ikan
Lainnya.
Imunisasi
Ya 2 2
Tidak
pemeriksaan bayi ke Posyandu
Ya 2 2
Tidak

Dari hasil pengkajian bayi (1-12 bulan) menunjukan bahwa terdapat 2 bayi (1-12
bulan) di RW10. Bayi di beri vit A dan diberi ASI ekslusif, tetapi belum di beri
makanan tambahan apapun.

2.12 Distribusi Frekuensi Kesehatan Balita RW. 10 Kelurahan Tarogong (1-5


Tahun) (N=25)

Karakteristik Frekuensi Persentase


Balita usia 1-5 tahun
Ada 25 25
Tidak
Perkembangan Balita terpantau setiap bulan
Ya 25 25
Tidak
Lama anak diberi ASI
6-12 bulan 4 4
1-2 tahun 19 19
> 2 tahun 0 0
Lain 2 2
Posyandu
Ya 25 25
Tidak
status gizi balita
Dibawah Garis Merah
Pita Kuning Diatas Garis Merah
Pita Hijau
Pita Kuning Diatas Garis Hijau
Diatas Pita Kuning Bagian Atas 25 25
Dari hasil pengkajian balita (1-5 tahun) menunjukkan bahwa terdapat 25 balita di
RW 10. Semua Balita di RW 10 mengikuti posyandu dan rutin melakukan
pemantauan tumbuh kembang balita setiap bulan (100%). Lama pemberian ASI
pada balita di RW 01 rata-rata diberikan selama 1-2 tahun (76 %) dan memiliki
status gizi pita kuning (100%)

2.1.2.9 Kesehatan Pasangan Usia Subur (19-44 tahun)

Berdasarkan data hasil pengkajian, berikut data mengenai kesehatan pasangan usia
subur di RW 10 Kelurahan Tarogong:

Tabel 2.13 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kesehatan Dewasa PUS


(Pasangan Usia Subur) RW. 01 Kelurahan Sukapura Kiaracondong
Bandung (N=44)
Karakteristik Frekuensi Persentase
Pasangan usia subur (umur istri 19-44
tahun)
Ya 44 44
Tidak
KB
Ya 34 34
Tidak 10 10
Alasan tidak menggunakan KB
Tidak tahu 0 0
Tidak mau 2 2
Tidak mampu 0 0
Lainnya 8 8
Jenis KB
Kondom 1 1
Pil 6 6
Suntik 21 21
IUD 6 6
Implant Steril Alami (Sistem Kalender) 0 0
Keluhan yang dirasakan selama
pemasangan KB
Ya 17 17
Tidak 17 17
Terdapat 44 pasangan usia muda (PUS) di RW 10 Desa Tarogong. Dari hasil
pengkajian dapat diketahui bahwa yang menggunakan KB adalah 34 PUS (
77.3%) dan selebihnya tidak menggunakan yakni sebanyak 22.7%. Alasan dari
pasangan yang tidak menggunakan KB yakni, karena tidak mau (4.5%) dan alasan
lainnya sebanyak 18,2 % (sedang hamil dan rencana ingin hamil). Dari hasil
pengkajian menunjukkan jenis KB yang digunakan para pasangan usia subur.
Pasutri dominan menggunakan KB dengan jenis suntik sebanyak 21 pasang
(47.7%), IUD 6 pasangan (13,6%), pil sebanyak 6 pasangan (13.6%), dan kondom
1 pasangan (2.3%). Selama pemasangan KB yang memiliki keluhan (38.6%).
Hampir keseluruhan keluhan dirasakan oleh istri sebagai pengguna KB. Adapun
keluhannya karena, haid tidak lancar, dan flek darah.

2.1.2.10 Kesehatan Lansia

Berdasarkan data hasil pengkajian mengenai kesehatan lansia di RW 10


Kelurahan Tarogong:

Tabel 2.14 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kesehatan Lansia (Lanjut


Usia) RW. 10 Kelurahan Tarogong (N=109)

Karakteristik Frekuensi Persentase


Usia lanjut
Ya 109 109
Tidak 0 0
Usia lansia yang tinggal dirumah
45-59 tahun 60 60
60-69 tahun 37 37
70 > tahun 12 12
Posbindu/pelayanan kesehatan
Ya 85 85
Tidak 24 24
Manfaat posbindu
Ya 105 105
Tidak 4 4
Keluhan
Ya 80 80
Tidak 29 29
Tingkat ketergantungan lansia (Observasi dengan
Barthel Indeks)
Mandiri 106 106

Ketergantungan sebagian (bisa melakukan 3 3


aktivitas lain dengan bantuan)

Ketergantungan total (hanya di tempat tidur) 0 0

2.1.2.11 Kesehatan Jiwa

Dari hasil pengkajian di RW 10 dari 359 jiwa tidak terdapat orang dengan
gangguan jiwa

2.1.2.12 Skrinning TB

Dari hasil pengkajian di RW 10 dari 359 jiwa terdapat 0 jiwa dengan TB

2.1.2.13 Skrinning Hipertensi

Berdasarkan data hasil pengkajian, berikut data mengenai skrinning Hipertensi di


RW 10 Kelurahan Tarogong :

Tabel 2.15 Distribusi Frekuensi Karakteristik skrinning hipertensi RW. 10


Tarogong (N=359)

Karakteristik Frekuensi Persentase


Beresiko 25 25
Tidak beresiko 75 75

Dari hasil pengkajian di RW 10 dari 359 jiwa terdapat 25 jiwa % beresiko terkena
Hipertensi.

BAB III

ANALISA DATA
3.1 Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan Komunitas

NO Data Kemungkinan Masalah


Penyebab Kesehatan
1 DO: - Hipertensi Resiko
1. Jumlah keluarga yang disebabkan tinggi
memiliki anggota keluarga oleh beberaoa terjadinya
yang merokok 28,4% factor seperti peningkatan
2. Terdapat 25% warga yang usia, jenis penyakit
berisiko hipertensi kelamin, gaya degenerative
3. Terdapat 24% lansia tidak hidup, dan pada usia
melakukan pemeriksaan faktor genetik dewasa dan
rutin kesehatan baik di - Kurang lansia.
Posbindu, Puskesmas, dan pengetahuan
Pelayanan Kesehatan warga
lainnya. mengenai
DS: posbindu dan
1. Beberapa lansia tidak kesadaran
mengikuti posbindu lansia dalam
dikarenakan kesibukan mengoptimalka
aktivitas, sering merasa n Posbindu
lelah, dan kurang informasi
mengenai posbindu.
2. Beberapa lansia yang
memiliki hipertensi tidak
rutin meminum obat
dikarenakan lelah dan sudah
bosan meminum obat.
Warga mengatakan tidak
pernah melakukan olahraga
secara rutin
2 DO: - Kurangnya Resiko
1. Di RW 10 terlihat terdapat pengetahuan peningkatan
banyak tumpukan sampah warga akan penyakit
2. Terdapat vektor di sekitar pentingnya infeksi
rumah yaitu tikus 47%, kesehatan akibat
nyamuk 11%, dan kecoa lingkungan kondisi
38% yang dapat lingkungan
3. Pengcahayaan rumah yang berdampak dan vektor
kurang terang 46% dan pada kesehatan di sekitar
tidak ada cahaya yang rumah
masuk 8%
4. Terdapat jentik nyamuk di
genangan/penampungan air
terbuka 8%.
5. Selokan/sungai di daerah
RW 10 bau dan kotor
6. Letak kandang ternak yang
berdekatan dengan rumah
sebanyak 12%
7. Terdapat 80% warga yang
tidak melakukan pemilahan
sampah anorganik dan
organik
8. Terdapat 19 orang yang
mengalami demam, batuk,
dan flu, ISPA orang,
Hipertensi 3 orang, dan
diare 3 orang.
9. Terdapat rumah yang
lembab sebanyak 26% dan
berjamur 1%
DS:
1. Warga mengatakan
pengcahayaan di sekitar
rumah RW 10 memang
kurang
2. Warga mengatakan terdapat
vektor hewan di sekitar
rumah yang paling sering
yaitu tikus, kecoa, dan
nyamuk dikarenakan
dekatnya rumah warga
dengan selokan
3. Warga mengatakan
kebersihan di sekitar rumah
warga mengalami
penurunan

Anda mungkin juga menyukai