Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

TERAPI KOMPLEMENTER

Dosen Pembimbing:

Lilis Magfiroh ,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh:

1. Achmad Aditya M ( 1702012329)


2. Dyah Ayu Vindiana (1702012335)
3. Mega Indah (1702012348)
4. M. Ainun Naim (1702012354)
5. Nia Krisdianti (1702012357)
6. Nurma Fathiyatul I.R (1702012359)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia,
taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan menjelang ajal
dengan judul “Terapi Kompleneter” ini dengan baik.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Lilis magfiroh S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku


dosen keperawatan menjelang ajal atas bimbingan yang telah berikan sehingga makalah ini
dapat selesai. Terima kasih juga kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu
kami dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih
kurang sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan makalah ini.Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini
bermanfaat.

Jumat, 16 September 2019

penulis

i
DAFTAR ISI

Cover (Halaman Judul)

Kata Pengantar...................................................................................................................i

Daftar Isi………………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang……….......………………………………………………………1
1.2 Rumusan masalah………………………………………………………………….2
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………….2

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Definisi terapi komplementer……………………………………………………………………………5


2.2 Jenis jenis terapi komplementer…………………………………………………………………………5
2.3 Isu terkait terapi komplementer………………………………………………………………………21
BAB V PENUTUP

4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….23
4.2 Saran………………………………………………………………………...……23
DAFTAR PUSTAKA.……………................................…........…………………………………………………..24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Relaksasi otot progresif yaitu suatu teknik relaksasi yang menggunakan
serangkaian gerakan tubuh yang bertujuan untuk melemaskan dan memberikan efek
nyaman pada seluruh tubuh (Corey, 2015). Relaksasi mengakibatkan renggangan
pada arteri akibatnya terjadi vasodilatasi pada arteora & vena divasilitasi oleh pusat
fasomotor yang mempengaruhi reflek baroreseptor, sehingga relaksasi akan
menurunkan aktifitas saraf simpatis dan epinefrin serta peningkatan saraf parasimpatis
yang dapat menurunkan kecepatan denyut jantung, volume sekuncup (CO) menurun.
Hal ini mengakibatkan curah jantung dan resistensi perifer total juga menurun dan
tekanan darah turun (Sheps, 2015).
Pada tahun 1998 Jacobson memperkenalkan terapi teknik relaksasi dalam
prilaku pengobatan pasien yang berkembang sebagai metode fisiologis melawan
ketegangan dan kecemasan. Miltenberger mengembangkan pada tahun 2014
membedakan teknik relaksasi menjadi lima jenis yaitu relaksasi otot progresif,
pernafasan difragma, imegery training, biofeedback dan hypnosis. Beberapa
penelitian yang menggunakan teknik relaksasi telah dilakukan pada subjek yang
berbeda. Penelitian tersebut memberi gambaran bahwa tiap-tiap jenis relaksasi
memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda.
Keberhasilan penelitian dibuktikan dalam penelitian yang menggunakan
intervensi hypnosis untuk mengatasi kecemasan dan ketakutan (Griffiths, 2017),
Maryani (2013), menyebutkan Progresif muscle relaxation (PMR) dapat mengurangi
kecemasan serta penurunan mual dan muntah pada pasien yang menjalani kemoterapi.
Teknik relaksasi otot progresif juga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien pasca
operasi (Dedhari, 2015)

1.2 Rumusan masalah


1. Apa definisi terapi komplementer ?
2. Apa jenis jenis terapi komplementer ?
3. Bagaimana isu terkait terapi alternatif dan komplementer ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa definisi terapi komplementer ?
2. Untuk mengetahui Apa jenis jenis terapi komplementer ?
3. Untuk mengetahui Bagaimana isu terkait terapi alternatif dan komplementer ?

4
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 DEFINISI TERAPI KOMPLEMENTER


National center for complementary and alternatif medicine (NCCAM) (2004)
memberikan definisi bahwa terapi alternatif dan komplementer adalah sekelompok
dari keragaman secara medis dan pelayanan kesehatan, praktik praktik, pengbatan,
dan produk yang saat ini tidak diklasifikasikan sebagai bagian dari pengobatan medis
secara konvensional (Ferrell,coyle & paice, 2015; fowler & newton, 2006). Dalam
konteks ini yang dimaksud dengan terapi atau pengobatan medis secara konvensional
adalah pengobatan secara biomedis dengan menggunakan obat-obatan farmakologis
dan terapi suportive lainnya seperti pembedahan, kemoterapi, radioterapi (lindquist,
snyder, & tracy, 2014).Lebih lanjut, berdasarkan laporan organisasi badan kesehatan
dunia (WHO)bahwa 80%pelayanan kesehatan di negara-negara berkembang
memberikan dan melakukan praktik kesehatan tradisional dibandingkan melakukan
pengobatan secara konvensional.

2.2 JENIS-JENIS TERAPI KOMPLEMENTER


National Center for Complementery and Alternatif Medicine
(NCCAM)megelompokkan terapi alternatif dan komplementer dalam tiga kelompok
besar yaitu Natural products (herbal mediciene, vitamin, minerals, dietary suplemen,
probiotics), mind-body therapies (imagery, meditation, yoga, music theraphy, player,
journaling, biofeeback, humor, taichi, art therapy, achupuncture), dan manipulatif
and body-based therapiest (chyropractic medicine, massage, bodyworth such as
rofling). Selain itu ada satu kelompok terapi alternatif dan komplementer yang sering
digunakan di keperawatan yang belum dimasukkan dalam momenklatur NCCAN
sebagai kelompok yang spesifik yaitu terapi energi yang terdiri dari healing touch,
terapiutic touch, reiki, eksternal qi gong, dan magnets (lindquist, snyder & trachy,
2014.) sedangkan dalam layanan perawatan palliatif terapi alternatif dan
komplementer dikelompokkan dalam dua katerori pengelompokkan tersebut berbasis
bukti yang mana terapi alternatif dan komplementer tersebut telah terbukti dapat

5
mengontrol keluhan sekaligus meningkat kualitas hidup pasien (Ferrel, coyle & paice,
2015). Berikut tabel pengelompokkan yaitu:
Phisical Cognitive
1. Acuputure 1. Art teraphy
2. Acupupressure 2. Biofeedback
3. Aromatherapi 3. Creative visually zation
4. Chyropractic medicine 4. Focused breathing
5. Exercise 5. Guided imagery
6. Massage 6. Hypnosis
7. Nutrition 7. Meditation
8. Pollarity 8. Music therapy
9. Qigong 9. Progessive muscle relaction
10. Reflexology
11. Reiki
12. Shiatsu
13. Therapiutic touch
14. Yoga
Namun, penjelasan berikut ini mengacu pada klasifikasi NCAM yang dikutip dari
Ferrel, coyle & paice 2015 di mana terapi alternatif komplementerdiklasifikasikan
menjadi lima kelompok besar yaitu sistem pengobatan alternatif, mid-body
interfation, terapi berbasis biologis, manipulatif and body-based terapis, dan terapi
energi.
1. Sistem pengobatan alternati
Sebogal alternatif pengganti pengobatan berorientasl penya untuk
menguhubungkan kesehatan, penyakit, dan kematian pada energi yang kasat mata,
dan hal tersebut merupakan suatu kompleks, dunia spiritual, dan alam semesta.
Beberapa contoh pengobatan homeopatik. pengobatan naturopatik, pengobatan
a) Pengobatan Traditional Cina
Konsep dasar dalam pengobatan tadisional Cina adalah Q sebuah
energiyang mengalir didalam tubuh melaluijaluryang manusia sebagal
sebuah miniature dari ekosistem. Adanya Chi akan menyebabkan timbul
gangguan atau penyakit. sangat tergantung pada bagaimana
mengembalikan kese negakkan diagnosis pasien pada pengobatan

6
tradisional Cina didasarkan pada pemeriksaan kulit, lidah, arteri radialis,
dan deteksi aroma dari bagian tubuh.
Akupuntur merupakan salah satu dari pengobatan tradisio nal Cina.
Walaupun secara biologis proses mekanisme kera si menyakini bahwa
terapi akupunktur dengan menusukkan jarum dapat menstimulasi
pelepasan endorphin dan beberapa neurotransmitter di otak. Berdasarkan
hasil penelitian yang dlakukan pada kelompok penderita kanker ditemukan
bahwa akupunktur dapat membantu meringankan gejala nyeri. mual dan
muntah. Lebih lanjut, beberapa hasil pene ltian terbaru juga melaporkan
bahwa akupunktur efektif mengatasi fatik dan dyspnoea. Hal serupa yang
ditemukan oleh Ling, Lui, So, & Chan (2014) bahwa akupunktur dapat
mengurangi keluhan fatik akibat kanker dengan pemilihan titk akupunktur
yang tepat dengan durasi intervensi yangi adekuat.
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Sheu, Yao, Fu & Wang
(2010) pada pasien dengan hypoxic enchepalopati menunjukkan bahwa
setelah intervensi akupunktur dilaku kan selama 2 bulan dengan 29 sesi
pasien menunjukkan perubahan yang bermakna dimana sebelum intervensi
skor GCS 7, setelah intervensi skor GCS 15. Berdasarkan meta analisis
yang dilakukan oleh Tao, Jiang, Tao, Jiang, Sha & Sun (2016) pada 67
RCT dengan melibatkan sekitar 5645 pasien kanker ditemukan bahwa
akunpunktur dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker stadium
akhir atau lanjut. Akan tetapi beberapa yang perlu diperhatikan dalam pro
ses pengobatan dengan akupunktur bahwa akibat penusu kan jarum dapat
menyebabkan terjadinya infeksi dan adanya laporan mengenai kejadian
pneumothora
b) Pengobatan Ayurvedic
Secara terminology ayuvedic berasalah dari bahasa sanse kerta yaitu ayur
yang berarti hidup atau kehidupan dan Pengobatan ayurvedic telah
dilakukan sejak 5000 tahun silam. Pengobatan ini didasarkan pada ide
tentang sakit sebagai akibat dari ketidakharmonisan antara fisik, emosi dan
spiritual. Prinsip dasar tersebut memiliki kesamaan dengan prinsip dasar
pada pengobatan Cina, namun pada pengo batan ayurvedic sebagai sistem
pengobatan alamiah meng gunakan diet, herbal, praktik pembersihan dan

7
pemurnian, meditasi, yoga, astrologi dan batu permata untuk tujuan
kesehatan dan penyembuhan. Dalam pandangan pengor batan ayurvedic
bahwa penyakit terjadi sebagai akibat dari penimbunan toksin di dalam
tubuh dan ketidakseimbangan emosi. Penggunaan metode-metode tersebut
di atas diberi kan secara individu berdasarkan dengan penyakitnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Choprai dkk (2013) dan
Chrubasik & Chopra (2013) pada 440 pasien dengan osteoarthritis
menunjukkan bahwa pengo batan ayurvedic yang dilakukan selama 6
bulan dapat menu runkan nyeri sendi pada osteoarthritis serta
meningkatkan fungsional sendi lutut serta menunjukkan efek ayurvedic se
tara dengan pemberian obat NSAID seperti glukosamin dan celecoxib.
c) Pengobatan Homeopathic
Pengobatan homeopathic merupakan sistem pengobatan vang dirancang
oleh Samual Hahnemann pada abad ke 18. dimana pada saat itu penyebab
penyakit seperti bakteri dan virus belum diketahui dan masih terbatasnya
pemahaman tentang bagaimana organ tubuh bekeria secara fisiologis.
Sehingga pemikiran tentang gejala penyakit timbul sebagai akibat
ketidakharmonisan di dalam tubuh seseorang, dan mencoba bagaimana
tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri serta mengembalikan status
keseimbangan tubuh seperti sedia kala. Dalam pandangan praktisi
homeopathic, bukanlah penyakit yang membutuh pengobatan tapi
orangnya sebagai mahluk individu yang membutuhkan pengo batan,
sehingga dalam pengobatan homeopathic dilkenal sebuah prinsip bahwa
"Sesuatu akan menyembuhkan sesuatu itu sendiri" atau "Tubuh akan
menyembuhkan tubuh itui sendiri". Metode pengobatan homeopathic
menggunakan bahan-bahan alamiah yang berasal dari tumbuhan, hewan
dan mineral (Ferrell, Coyle & Paice, 2015).
Praktisi homeopathic meyakini bahwa tubuh memiliki ke mampuan untuk
menyembuhkan dirinya sendiri dah hal tersebut dapat distimulasi dengan
menggunakan bahan-ba han alamiah tersebut. Saat ini telah teridentifikasi
sekitar 1.251 bahan alami yang dapat dijadikan sebagai bahan pengobatan
dalam metode homeopathic (Teixeira, 2011).

8
Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan oleh I Llobet (2014)
menemukan bahwa homeopathic menunjukkan efek tifitasnya dalam
mengurangi gejala atau keluhan pada pa sien menjelang akhir hayat, lebih
lanjut I Llobet menjelaskan bahwa selain dapat mengatasi gejala atau
keluhan fisik, ho meopathic juga dapat mengurangi gejala emosional,
psikolo gis, dan penderitaan terkait spiritual. Selain itu homeopathic juga
dapat mengurangi penggunaan obat-obatan kimia kon vensional,
mengurangi efek sekunder dari penggunaan obat obatan kimia
konvensional serta meningkatkan kemampuan toleransinya terhadap
tubuh.
Penelitian yang dilakukan oleh Mehra (2015) pada kelom pok pasien
dengan hipertensi sebanyak 16 orang menun jukkan bahwa homeopathic
baik untuk mengatasi masalah hipertensi esensial. Namun penelitian lebih
lanjut dengan kelompok sampel yang lebih besar tetap masih dibutuhkan
untuk menentukan efektifitasnya.
d) Naturopathic
Pengobatan naturopathic lebih mengedepankan pendeka tan filosofis
bagaimana untuk sehat dan menjaga kesehatan dibanding dengan metose
pengobatan yang spesifik (Ferrell, Coyle & Paice, 2015). Sebagai salah
satu sistem pengoba tan alternatif, pengobatan naturopathic mencoba
mengoba ti penyakit dengan memanfaatkan kemampuan tubuh untuk
menyembuhkan dirinya sendiri secara alamiah. Pengobatan ini menolak
penggunaan obat-obatan sintesis atau kimia konvensional, dan tindakan-
tindakan prosedural yang sifat nya invasive, karena hal tersebut dapat
mengganggu proses perbaikan secara alamniah. Pendekatan naturopathic
berupaya untuk menelusuri penyebab dari penyakit utama atau penyakit
dasar yang diderita seseorang dan melakukan pe ngobatan pada individu
secara holistic. Praktisi naturopathic memiliki motto yaitu "Utamakan
keselamatan pasien, dan jangan menciderai atau membahayakan pasien".
Selain itu sejak abad 19 para praktisi naturopathic mulai mengkam
panyekan isu tentang "Back to nature". Lebih lanjut, dalam pandangan
naturopathic, keterpaparan dari udara, air dan sinar matahari merupakan
terapi terbaik yang direkomen dasikan untuk semua jenis penyakit. Contoh

9
terapi dari pengobatan naturopathic adalah terapi spa dengan mandi air
mineral pada suhu hangat. Selain itu, sistem pengoba tan ini dengan
pendekatan penyembuhan secara alamiah juga menggunakan herbal,
asupan nutrisi, pergerakan dan manipulasi pada tubuh. Sebagian besar para
dokter mere komendasikan naturopathic karena mereka menilai bahwa
sistem pengobatan ini sangat aman untuk pasien. Saat ini pengobatan
naturopathic telah menjadi bagian dari sistem pelayanan kesehatan di
Australia (Wardle, Adams, Lui & Steel, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Laux, Musselmann, Kiel,
Szecsenyi & Joos (2016) pada 41 dokter dJerman dimana 31 dokter
diantaranya juga sebagai praktisi naturopathic ditemukan bahwa dari
180.789 pasien yang berobat sebagian besar dari mereka mendapatkan
resep obat jenis phitofarmaseutikal atau obat-obatan yang berba han dasar
tumbuh-tumbuhan.
e) Tbetan Medicine
Pengobatan Tibet memandang manusia sebagai sebuah sistem secara
ekologi, yang mana mikrokosmos akan berhubung secara langsung dengan
makrokosmos dunia. Pengobatan Tibet berupaya untuk mencari dan
menelusuri penyebab dasar dari suatu penyakit. Dalam keyakinan Tibet
bahwa seluruh matrial yang tercipta di alam raya ini terdiri dari 5
unsur/elemen dasar vaitu tanah, air, api, an gin dan angkasa raya/ruang.
Sehingga hal ini dipahami bahwa adanya perubahan pada alamiah
lingkungan akan mempengaruhi fungsi dari sistem tubuh (Ferrell, Coyle &
Paice, 2015). Keseimbangan merupakan inti dari pengobatan Tibet
mengisyaratkan akan keseimbangan dan bagaimana mem pertahankan
keseimbangan tersebut dalam diri individu dan keseimbangan antara
individu dengan alam jagat raya (Baumann, Murphy & Ganzer, 2015).
Dalam penetapan diagnosis, praktisi pengobatan Tibet akan melakukan
wawancara pada pasien, melakukan observasi urin pasien, melakukan
pengukuran nadi sebanyak 12 kali, melakukan pemeriksaan sclera dan
permukaan lidah, perasaan terhadap sensasi pada bagian tubuh tertentu.
Metode pengobatan Tibet sama dengan metode pengobatan Cina.

10
Berdasarkan hasil penelusuran ditemukan bahwa pengobatan Tibet
menggunakan 2.085 jenis tumbuhan, 159 jenis hewan, 80 jenis mineral
(Song, Xia, Rezeng, Tong & Tang, 2016). Lebih lanjut dijelaskan bahwa
tumbuh-tumbuhan yang digu nakan dalam pengobatan Tibet adalah
tumbuhan yang tahan dingin, tahan panas dan kekeringan, dan memiliki
kemampuan fotosintesis yang tinggi.
2. Mind-Body Intervensi
Mind-body terapi merupakan sekelompok teknik yang didesain untuk
meningkatkan kemampuan pikiran untuk mempengaruhi i fungsi tubuh dan gejala
penyakit (Ferrell, Coyle & Paice, 2015). Salah satu hasil penelitian tentang Mind-
body terapi yang dii lakukan di Amerika Serikat pada tahun 2002, ditemukan
sekitar 17% orang dewasa telah menggunakan terapi metode mind-body.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Younge, Gotink, Baena, Roos-
Hesselink, & Hunink (2014)dengan menggunakan meta-analisis pada 11
penelitian Ran domised Controlled trial ditemukan bahwa Mind-Body terapi dapat
memberikan efek serta meningkatkan kesehatan para penderita dantung. Namun
Younge dkk menyarankan pen tingnya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
kualitas yang lebih baik untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Beberapa
bentuk mind-body terapi yang telah di identifikasi yaitu distraksi, teknik
pernafasan, relaksasi, imagery dan hypnosis.
a) Meditasi
Meditasi merupakan pengendalian diri terhadap perhatian. Meditasi dapat
meningkatkan konsentrasi dan kesadaran se cara individu dengan fokus
secara sistematis dan disengaja terhadap aspek yang spesifik pada
pengalaman yang ber sumber dari dalam diri atau dari luar. Secara historis,
kebanyakan praktik meditasi dikemmbangkan dalar konteks spiri tual atau
keagamaan dengan tujuan untuk meningkatkan spiritualitas, transformasi
personal, atau sebagai pengala man transcendental (Ferrell, Coyle & Paice,
2015).
Secara umum meditasi diklasifikasi menjadi 2 kelompok vaitu konsentrasi
dan mindfulness. Metode konsentrasi diawali dengan perhatian pada satu
titik lalu disertai dengan mengucapkan mantra baik suara, kata-kata, atau
mengu capkan beberapa kalimat secara berulang-ulang. Sedangkan

11
mindfulness diawali dengan observasi tanpa perlu membe rikan penilaian,
memikirkan, emosi dan sensasi hingga akhirnya muncul suatu kesadaran.
Meditasi sangat membantu dalam upaya untuk mengontrol gejala atau
keluhan pada pasien kanker stadium akhir. Meditasi dapat membantu
meringankan nyeri fsik maupun nyeri psikologis. Beberapa pasien kanker
yang menjelang akhir hayat melakukan meditasi menunjukkan pasien lebih
tenang, pasien lebih menerima kondisinya, dan merasakan kedamaian.
b) Teknik relaksasi.
Teknik relaksasi merupakan suatu teknik yang sederhana yang dapat
membuat suasana rileks. Macam-macam teknik relaksasi yaitu:
1) Relaksasi otot progresif, yaitu melakukan kontraksi dan relaksasi pada
sekelompok otot pada waktu yang bersa maan, relaksasi otot prograsif
dapat dilakukan dari ke pala hingga kaki.
2) Relaksasi otot progresit secara pasif, yaitu relaksasi tan pa melakukan
kontraksi pada otot-otot, akan tetapi lebih menekankan pada pemusatan
pikiran sehingga pasien dapat merasakan relaksasi pada otot-otot.
3) Pernapasan terpusat, yaitu melakukan pernapasan rit mik disertai
dengan melakukan hitungan pada setiap hembusan hingga pasien
merasakan rileks.
4) Relaksasi merupakan salah satu terapi alternatif dan kom plementer
yang dinilai aman untuk pasien dan metode ini sangat mudah dilakukan
dan banyak dilakukan oleh pasien kanker Sebelum melakukan relaksasi
pada pasien kanker sebaiknya dilakukan pengkajian mengenai status
fungsional pasien termasuk status fatik pasien. Karena fatik sering
ditemukan pada pasien kanker terutama pada stadium akhir atau
stadium lanjut. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa relaksasi
dapat meringankan keluhan pasien seperti nyeri, kecemasan, distress,
insomnia dan fatik (Ferrell, Coyle & Paice, 2015).
c) Imajinasi terbimbing
Imajinasi terbimbing merupakan suatu formasi untuk mem bentuk
imaginasi gambar di dalam pikiran seseorang ber dasarkan suatu perintah
atau seruan yang bertujuan untuk mendapatkan hasil terapeutik yang
spesifk (Ferrell, Covle & Paice, 2015). Imajinasi merupakan suatu

12
fenomena ala-i miah yang terjadi dalam kehidupan keseharian kita.
Sebagai contoh, saat terbangun di pagi hari kita mungkin akan berimajinasi
mengenai kegiatan kita untuk hari ini, kemana saya akan pergi, pakaian
apa yang harus saya kenakan, apa yang akan saya makan saat siang dan
lain sebagainya. Hal tersebut yang disebut sebagai imajinasi dan visualisasi
yang dipandu oleh diri sendiri.
Pada tahun 2010, Lai dan kolega melakukan studi pendahuluan tentang
efektifitas imajinasi terbimbing pada pasien kanker dengan keluhan
dyspnea. Sampel pada penelitian tersebut sebanyak 53 orang, dan hasil
akhir dari penelitian melaporkan bahwa imajinasi terbimbing dapat
mengurangl dyspnea pasien. Akan tetapi penelitian tersebut mendapat
kritikan akibat intervensi imajinasi terbimbing dikombinasl dengan terapi
musik, sehingga sulit untuk mengetahui apa kah sesak berkurang sebagai
efek dari imajinasi terbimbing atau terapi musik atau oleh kedua-duanya.
Sekalipun terapi ini minim risiko, namun karena mensyarat kan perhatian
yang terfokus maka terapi ini tidak dapat dilakukan pada pasien yang
mengalami gangguan kognitif terutama derajat berat, atau pada pasien
dengan gangguan pikir (Ferrell, Coyle & Paice, 2015).
d) Hypnosis
Hypnosis sebagai suatu interaksi sosial yang mana seseorang akan
dijadikan partisipan yang akan merespon setiap sugesti yang diberikan oleh
praktisi terhadap pelibatan pengalaman yang imajinatif untuk merubah
persepsi dan memori secarai sadar, dan melakukan aksi secara terkendali
(Kihlstrom, 2013 dalam Ferrell, Coyle & Paice, 2015).
Aktivasi korteks cingulate anterior, thalamus, basal ganglia anterior
berlangsung secara bersamaan saat terjadi perubahan pada korteks bagian
fronto-orbital hingga akhir nya terjadi kondisi hypnosis. Kondisi atau
status hipnotik akan mencegah input sensoris untuk mencapai korteks.
Mekanisme kerja hypnosis berbeda dengan distraksi, namun hypnosis
memiliki kesamaan mekanisme dengan meditasi. Beberapa hasil penelitian
melaporkan bahwa hypnosis dapat membantu meringankan gejala atau
keluhan pada pasien kanker seperti nyeri, mual, muntah, fatik, kecemasan
dan distress.

13
Seperti halnya imajinasi terbimbing, hypnosis tidak dapat dilakukan pada
pasien yang mengalami gangguan atau pe nurunan kognitif terutama pada
gangguan kognitif berat atau pada pasien dengan gangguan pikir, karena
hypnosis mensyaratkan pasien untuk dapat melakukan perhatian yang
terfokus. I
e) Biofeedback
Biofeedback merupakan teknik yang semakin popular mengelola berbagai
gejala atau keluhan akibat dari efek samping pengobatan. Biofeedback
dapat diartikan sebagai sebuah teknik pengaturan diri sendiri terhadap
sesuatu yang pasien pelaiariuntuk dapat mengontrol secara sadar apa yang
mereka pikirkan menjadi proses tubuh yang tidak sadar. Intervensi ini
membutuhkan peralatan khusus untuk melakukan konversi sinval fisiologis
menjadi isyarat garmbar atau suara yang bermakna. Pasien akan dipandu
selama latihan relaksasi dan imajinasi, selanjutnya pasien akan diminta
untuk merubah proses fisiologis mereka dengan menggunakan panduan
yang tersedia untuk memberikan biofeedback.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa biofeedback memiliki efektifitas
untuk mengatasi inkontinensia urin pada wanita, kecemasan, nyeri,
konstipasi, dan nyeri kepala.
f) Terapi musik
Terapi musik telah diaplikasi di pelayanan perawatan paliatif. Musik
divakini dapat membantu memfasilitasi antara pasien dengan keluarga dan
petugas kesehatan (Ferrell, Coyle & Paice, 2015). Beberapa tahapan dalam
terapi musik yaitu:
1) Precomposed song, yaitu tahap merefleksikan pesan atau perasaan
yang mana merupakan hal yang penting dan utama dalam pikiran
pasien.
2) Improuisation, yaitu tahapan dimana pasien dberi ke sermpatan untuk
menemukan dan memberikan respon spontan.
3) Chanting and toning. vaitu tahapan dengan menggu nakan suara untuk
menstimulasl perhatian dan relaksasi pasien.
4) Imagery, yaitu tahapan dimana pasien mengekplorasi gammbar dalam
imajinasi dan perasaan yang timbul dalam musik.

14
5) Musik listening techniques, yaitu tahapan dimana par sien mencoba
memfasiltasi memori dengan membangun harga diri melalui refleksi
terhadap prestasi atau kesuk sesan yang telah dicapainya.
6) . Taping. merupakan tahap akhir dari terapi musik dirmana keqiatan
direkam dan dijadikan sebagai bentuk hadiah untuk pasien dan
keluarga.
Musik terapi dapat dijadikan sebagai media untuk melakukan retleksi
mengenai kehidupan, sekalipun musik terapi merupakan bentuk terapi yang
aman dan efektif. Namun beberapa peneliti menyatakan bahwa dibutuhkan
penelitian lebih lanjut dengan menggunakan randomised controlled trial
untuk menguji efektifitas terapi musik pada pasien de ngan jumlah sampel
yang lebih banyak.
g) Terapi Seni (Menggambar/Melukis)
Terapi seni merupakan bagian dari psikoterapi. Terapi seni fokus pada
upaya untuk membantu pasien agar dapat mengekpresikan, mengekplorasi,
dan melakukan transtor masi mengenai sensasi, emosi, dan pikiran yang
berhubu ngan dengan penderitaan secara fisik dan psikologis yangi
dituangkan dalam bentuk imajinasi visual. Pasien dapat merasakan
perasaannya, ketakutannva, dan harapannya lalu menuangkan semua hal
tersebut dalam bentuk gambar atau tulisan di atas kertas sehingga kegiatan
tersebut dapat membantu pasien untuk memahami pengalaman sakitnya
(Ferrell, Coyle & Paice, 2015).
Terapi seni dapat membantu pasien kanker dengan stadium lanjut dalam
mengelola nyeri, fatik dan stres yang dirasa kannya. Praktisi terapi seni
dapat membantu pasien yangi menjelang akhir hayat untuk menemukan
simbol pribadi un tuk mengekspresikan sesuatu yang memiliki kekuatan
dan misterius yang berkenaan dengan akhir kehidupan.
3. Terapi Berbasis Biologis
Terapi berbasis biologis telah diqunakan oleh nenek moyang kita sejak berabad-
abad silam. Tumbuhan dan herbal merupakan jenis pengobatan pertama yang
dilkenal dalam sejah manusia Penggunaan diet sebagai terapi alternatif telah
menjadi bagian sejarah hidup manusia, diet digunakan dalam pengobatan mau pun
sebagai bagian dari budaya (Ferrell, Coyle & Paice, 2015).

15
Sebagai contoh konsumsi vitamin C dapat mengobati skurvi, berdasarkan kejadian
tersebut lahirlah ide bahwa makanan dapat berfungsi sebagai obat dan mengobati
penyakit. Beberapa sistem pengobatan yang dilakukan oleh leluhur kita masih
dipraktikkan hingga saat ini. Seperti ayurvedic menggunakan diet, herbal, dan
pembersihan tubuh untuk mengobati penyakit sekaligus untuk menjaga dan
meningkatkan status kesehatan.
a) Nutrisi dan Diet
Beberapa praktisi terapi alternatif percaya bahwa pengo batan dengan diet
dapat mencegah kanker atau untulk menghambat pertumbuhan sel kanker
sehingga kanker tidak menyebar ke organ lain. The America Cancer Society
memberikan panduhan mengenai nutrisiuntuk para penderitakanker yang
mana di nyatakan sebagai diet sehat terdiri dari sayuran,buah, kacang
kacang, gandum, dll ( ferrel, couple dan pance 2015)
4. Manipulativ and body besed methods
The national center for complementer and alternatif medicine (NCCAM)
mendefinisikan terapi manipulatif and body besed sebagai suatu praktik yang
fokus utamanya pada struktur dan sistem tubuh yang mana termasuk tulang dan
send, jaringan lunak, sirkulasi dan sistem limpatik ( Lindquist, snyder & Tracy,
2014)
a) Massage
Tetapi massage merupakan salah satu metode pengobatan tertua yang di
gunakan dalam praktik kesehatan.hingga saat ini terapi masange merupakan
salah satu bentuk pengobatan alternatif dan komplementer yang banyak
digunakan dan diterima oleh masyarakat luas. Terapi massage menggunakan
beberapa teknik manual yang terdiri dari menggosok, mengelus, menekan,
dan meremas pada ja ringan lunak tubuh sehingga dapat memberikan
pengaruh keseluruh tubuh, memberikan perasaan nyaman dan relak sasi.
Beberapa kontra indikasi terapi massage yaitu massage pada area sekitar
tulang yang memiliki metabolism yang tinggi sebagai akibat dari proses
metastase kanker sehinga tulang tersebut berisiko mengalami kerusakan
berupa patah tulang atau retak, jika nilai platelet kurang dari 35.000/mm3
kare na berisiko terjadi memar, daerah terjadi pembekuan darah karena
dapat menyebabkan bergeraknya trombus masuk i dalam sirkulasi, dan

16
daerah sekitar luka operasi, dan kulit yang mengalami ruam (Ferrell, Coyle
& Paice, 2015).

b) Aromaterapi
Aromaterapi merupakan pengobatan yang menggunakan ekstrak tumbuhan
untuk tujuan terapi. Minyak yang diguna kan untuk aromaterapi merupakan
minyak yang dihasilkan melalui proses ekstraksi aromatic dari tumbuhan,
dimana minyak ekstrak tersebut merupakan larutan yang memiliki
konsentrat yang tinggi (Ferrell, Coyle & Paice, 2015).
Aromaterapi dalam pelayanan paliatif menggunakan duai jenis minyak yaitu
minyak dengan konsentrasi yang agak encer dan biasanya digunakan untuk
massage dengan tu juan untuk meningkatkan status psikolgis dan fisik serta
meningkatkan rasa nyaman. Sehingga aromaterapi terka dang
dikombinasikan dengan terapi massage. Sedangkan jenis kedua yaitu berupa
salep, krim, dan produk untuk perawatan mulut dengan tujuan untuk
mengatasi keluhan yang spesifik (Berger, Tavares & Berger, 2013).
Masih terbatasnya penelitian yang melakukan uji coba atau menelusuri
efektifitas aromaterapi sebagai metode pengo batan tunggal pada kasus
penyakit tertentu. Sehingga bukti mengenai efektifitas dan keamanan
penggunaan aromate rapi pun juga menjadi sangat kurang. Olehnya itu, para
praktisi kesehatan maupun penyedia layanan kesehatan belum
merekomendasikan metode pengobatan ini (Ferrell, Coyle & Paice, 2015).
c) Refleksologi
Refleksologi merupakan metode pengobatan jaman silam yang mana
dikembangkan sebagai bagian dari pengoba tan tradisional Cina dan juga
praktik kesehatan ayuvedic. Pengobatan refleksologi berdasarkan pada
asumsi bahwa tubuh mengandung energi dan energi tersebut mengalir di
dalam tubuh dan hal itu kemmungkinannya dapat dicapai dengan melakukan
penekanan pada area tertentu dipermu kaan telapak kaki yang diyakini
memiliki hubungan lang sung dengan organ dalam tubuh. Secara umum
refleksologi digunakan untuk menurunkan stres, membantu relaksasi dan
mudah tidur, meningkatkan sirkulasi tubuh, memberikan kesegaran dan
kekuatan, untuk mengurangi nyeri, kecemasan, mual, dan neuropati perifer,

17
serta untuk meningkatkan kesejahteraan secara umum (Ferrell, Coyle &
Paice, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Ernst (2011, dalam Ferell, Coyle & Paice,
2015) dengan menggunakan reuiew sistemik pada 23 hasil penelitian yang
menggunakan randomized controlled trial. Mayoritas hasil dari penelitian
randomized controlled trial tersebut menunjukkan bahwa refleksologi tidak
efektif. Namun Ernst menekankan akan pentingnyapenelitian lebih lanjut
pada sampel dengan jumlah yang le-l bih besar untuk menelusuri efektifitas
refleksologi terhadap penyakit atau gejala tertentu.
d) Akupresur
Akupresur merupakan metode pengobatan dengan melakukan penekanan
pada titik akupunktur pada bagian tubuh tertentu, dimana tujuannya untuk
mengurangi nyeri dan stres (Ferrell, Coyle & Paice, 2015). Lebih dari 300
titik akupunktur yang memanjang secara vertikal pada tubuh dari kepala
hingga ke kaki, dan diyakini sebagai saluran meridian. Penggunaan
akupresur bertujuan untuk meningkatkan perasaan rileks dan nyaman.
Penelitian yang dilakukan oleh Zick dan kolega (2011) dengan memberikan
intervensi akupresur selama 12 minggu pada sampel kelompok perlakuan.
Hasil penelitian tersebut melaporkan bahwa sampel kelompok perlakuan
menunjukkan perbaikan yang ditandai dengan terjadinya penurunan fatik.
Akupresur tidak boleh dilakukan pada daerah sekitar patahan tulang, daerah
terjadi pembekuan darah, luka maupun ruam kulit.
e) Exercise
Pasien yang menderita kanker sering melaporkan akan adanya perasaan
tidak berdaya seolah-olah tidak memiliki energi atau kekuatan, hilangnya
kemampuan dan penampilan fisik. Exercise yang di identifkasi sebagai
aerobic dan latihan ketahanan untuk mengevaluasi program yang dilakukan
untuk mengurangi gejala pada pasien kanker. Segal dan Kolega (2009,
dalam Ferrell, Coyle & Paice, 2015). melakukan penelitian randomized
controlled trial dengan mengkombinasi latihan aerobic dan latihan
ketahanan.Berdasarkan uji statistik, ditemukan bahwa exercise dapat
menurunkan fatik secara signifikan.

18
f) Yoga
Yoga berasal dari bahasa sansekerta yang berarti persatuan atau kesatuan
(Ferrell, Coyle & Paice, 2015). Yoga merupa kan salah satu terapi alternatif
dan komplementer yang paling banyak digunakan di Negara-negara barat
(Selman, Williams & Simms, 2012). Sekitar 16 juta orang mempraktikkan
yoga secara rutin di Amerika serikat, dan sekitar 500 ribu orang di Inggris.
Yoga digunakan untuk membantu menjaga postur tubuh normal,
meningkatkan relaksasi, i mengurangi fatik. Macam-macam yoga yang
dipraktikkan vaitu hatha yoga berupa sikap fisik, pranayama berupa yoga
pernapasan, mantra yoga dan yantra yoga.
Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan secara Randomised
Controled trial menemukan bahwa terapi yoga memiliki manfaat untuk
kesehatan para lanjut usia, para penderita nyeri punggung bawah, penderita
kanker payudara, dan orang-orang yang mengalami stres dari level ringan
sampai sedang. Berdasarkan hasil analisis secarai meta analisis ditemukan
bahwa terapi yoga memiliki efek yang cukup singnifikan terhadap kesehatan
psikologis, kualitas hidup dan kesehatan fisik para penderita kanker jika
dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menggunakan terapi suportif.
Yoga telah di implementasikan dalam perawatan paliatif sebagai bagian dari
program perubahan gaya hidup dan manajemen stres pada pasien angina
(Lugton & Mclntyre, 2005). Pasien angina yang melakukan praktik yoga
selama 10 minggu menunjukkan adanya peningkatan saturasi oksi gen
dalam darah yang cukup signifikan.
5. Terapi Berbasis Energi
Terapi berbasis energi merupakan terapi alternatif dan kom plementer yang
menimbulkan efek dan mempengaruhi energi yang berada disekitar kita dan juga
energi yang berada di dalam tubuh.
a) Reikl
Secara kebahasaan Reiki berasal dari bahasa jepang yang bermakna energi
kehidupan yang universal (Berger, Tavares i & Berger, 2013). Reiki
merupakan terapi modalitas yang berbasis energi dan sentuhan, dimana

19
sentuhan yang diberi kan disertai dengan tekanan yang lembut atau ringan.
Hal tersebut dilakukan oleh praktisi reiki selama memberikan terapi untuk
membantu mengembalikan aliran energi ala miah pasien di dalam tubuhnya.
Sehingga reiki dapat juga dikatakan sebagai terapi yang bertujuan untuk
meningkat kemampuan tubuh untuk menyembuhkan diri sendiri secara
alamiah.
Penelusuran yang dilakukan oleh Coakley dan Baron (2012, dalam Ferrell,
Coyle & Paice, 2015) melalui beberapa hasil penelitian, mereka menemukan
bahwa mayoritas penelitan mendukung penggunaan reiki.
b) Qi Gong
Qi gong merupakan bagian dari pengobatan tradisional Cina, yang mana Qi
gong mengkombinasikan gerakan, meditasi, i dan pengaturan pernapasan
untuk meningkatkan aliran energi qi sebagai energi utama di dalam tubuh
(Ferrell, Coyle & Paice, 2015). Masih sangat terbatas penelitian yang telah
dilakukan untuk mengetahui tingkat efektifitas qi gong. Penelitian yang
dilakukan oleh Oh dan kolega (2011, dalam Ferrell, Coyle & Paice, 2015)
dengan menggunakan randoc.
mized controlled trial untuk menilai efektifitas qi gong ter Menemukan bahwa
qi gong dapat meningkatkan kualitas hidup dan fungsi kognitif.
c) Sentuhan Terapeutik
Sentuhan terapeutik dimaknai sebagai terapi yang berupa pertukaran energi
secara langsung melalui tangan praktisi terapis yang bertujuan untuk
membantu proses penyem buhan (Berger, Tavares & Berger, 2013). Lebih
lanjut di jelaskan bahwa sentuhan terapeutik tidak berarti bahwai praktisi
terapis harus memberikan sentuhan atau menyentuh pasien.
d) Terapi Polaritas
Kesehatan yang baik dalam pandangan praktisi terapi po laritas merupakan
suatu keseimbangan antara energi dalam tubuh vang terdiri dari unsur tanah,
udara, api, air dan angkasa raya. Ketika energi tersebut tertutup atau terhenti
akibat stres atau faktor lainnya baik fisik maupun emsional maka akan timbul
suatu masalah atau penyakit. Praktisi terapi polaritas akan melakukan sedikit
peregangan, goya ngan yang agak kuat, dan memegang titik tekan hingga
energi tubuh menjadi seimbang.

20
2.3 ISU TERKAIT TERAPI ALTERNATIF DAN KOMPLEMENTER
1. Keselamatan dan Efektifitasi
Penqqunaan terapi alternatif dan komplementer menjadi pilihan saat pengobatan
medis konvesional mendapatkan pengawasan dan pengontrolan terhadap isu
keselamatan dak efektifitasnya pada pasien (Kinghorn & Gaines,2007).Dengan
semakin banyaknya pasien yang menggunakan terapi alternatif dan komplemeter,
maka beberapa layanan kesehatan mulai menyediakan fasilitas tersebut sebagai
ben tuk pelayanan terintegrasi.
Saat ini penggunaan terapi alternatif dan komplementer ha rus dilakukan sesuai
dengan protokol yang disetujui sebagai standar untuk memastikan keamanan dan
keselamatan pada pasien. Evaluasi dan audit merupakan alat yang baik untuk
menilai dan sebagai bukti mengenai keamanan dan keselamatan penggunaan
terapi tersebut. Apabila terapi alternatif dan komplementer telah terintegrasi dalam
pelayanan kesehatan, maka sebagai praktisi ha rus memberikan dan menjelaskan
tujuan terapi serta keter batasan terkait metode pengobatan tersebut.
2. Training dan kompentensi
Kebanyakan training atau pelathan para terapi alternatif dan komplementer tidak
memiliki standar yang dapat dijadikan sebagai acuan dan masing-masing
pelaksana trai ning pun memiliki standard yang beragam (Kinghorn & Gaines,
2007). Beberapa organisasi terapi alternatif dan komplementer mencoba
melakukan rasionalisasi standar training dan menyediakan program pendidikan
berkelanjutan, membuat kode etik profesi maupun prosedur praktik. Namun saat
ini, beberapa universitas telah menyediakan program pendidikan formal dibidang
terapi alternatif dan komplementer untuk memastikan kualifikasi praktisi me
menuhi standar vang diinqinkan sesuai dengan standar pelavanan kesehatan. i

21
DAFTAR PUSTAKA

Baumann, S. L.. Murphy, D. C., &Ganzer, C. A. (2015).A Study of Graduate


Nursing Students' Reflections on The Art of Tbetan
Medicine. Nursing Science Quarterly, 28(2), 156-161 Berger, L, Tavares, M., &
Berger, B (2013).A Canadian experi. ence of integrating complementary therapy
in a hospital pal liative care unit.Journal of Palliative Medicine, 16(10), 12941298
Chopra, A., Saluja, M. Tillu, G. Sarmukkaddam, S. Venugopalan, A., Narsimulu,
G., . & Joshi, K. (2013) Ayurvedic medicine offers a good alternatie to
glucosamine and celecoxib in the treatment of symptomatic knee osteoarthritis: a
randomized, double-blind, controlled equioalence drug trial. Rheumatology,
kes414.
Chrubasik, S.. & Chopra, A. (2013). Ayuruedic medicine for knee pain.Focus on
Alternative and Complementary Therapies, 18(4), 209-210.
Evans, M. Sharp, D., & Shaw, A. (2012). Developing a model of decision-making
about complementary therapy use for pa tients with cancer: a qualitatiue study.
Patient Education and Counseling, 89(3), 374-380.
Ferrell, B. R., Coyle, N., &Paice, J. (2015). Oxford textbook of
palliative nursing fourth edition.Oxford University Press. Fowler, S., & Newton,
L. (2006). Complementary and altermatiue therapies: the nurse's role. Journal of
Neuroscience Nursing, 38(4), 261-268.
ilobet, I L. (2014). Homeopathic research in pallative care (PCA reuiew of
modern studies concerning the held of PC Homeopathy, 103(1), 87-88.
Kinghorn, S.. & Gaines, S. (2007) Palliatioe Nursing: Improuing
endof life care second edition. Elsevier Health Sciences. Lambe, C. E. (2013).
Complementary and altermatie therapy use in breast cancer: Notable findings.
Journal of Christian Nursing, 30(4), 218-225.
Laux, G., Musselmann, B. , Kiel, M., Szecsenyi, J.,&Joos, S. (2016) Differences
betueen Practice Patters of Conuentional and

22
Naturopathic GPs in Germany. PloS one, 11(10), e0163519. Lindquist, R.,
Snyder, M., & Tracy, M. F. (2014).Complementary & alternative therapies in
nursing seventh edition. Springer Publishing Company.

23

Anda mungkin juga menyukai