Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH TERAPI KOMPLEMENTER

Aromatherapy, Herbal Medicine,

Functional Foods and Nutraceuticals, Massage

KELOMPOK IV:

IMRAN

IKA YUSNIARTI

SUKAPTI

SIREN BIATERIS

WENI IRENE RINICAPUTRI

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. YENNI LUKITA, M.Pd

STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK

1
2022

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat, ridho, dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Terapi
Komplementer. Dalam penulisan makalah ini kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu Ns.Yenni Lukita, M.Pd selaku dosen dari mata kuliah
Terapi Komplementer yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk
membimbing dan mengarahkan kami.
Semoga segala bantuan yang diberikan kepada kami mendapat balasan dari
Allah SWT. Saran dan kritik sangat diterima karena kami menyadari makalah ini
jauh dari kata sempurna. Mohon maaf bila ada kesalahan kata dari kami. Akhir kata
semoga ilmu dalam makalah ini dapat bermanfaat dan diterapkan secara efektif.
Terima kasih.

Pontianak, Februari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
SAMPUL JUDUL ........................................................................................ 1
KATA PENGANTAR .................................................................................. 2
DAFTAR ISI ................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 4
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 4
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
1.3. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORITIS ................................................................ 7


2.1. Aromatherapy .......................................................................................... 7
2.2. Herbal Medicine .................................................................................... 10
2.3. Functional Foods dan Neutraceuticals .................................................. 13
2.4. Massage ................................................................................................. 15

BAB III PENUTUP .................................................................................... 23


3.1. Kesimpulan ........................................................................................... 23
3.2. Saran ...................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul saat
ini diantara banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non konvensional yang
lain, seperti pengobatan dengan ramuan atau terapi herbal, akupunktur, dan
bekam. Definisi CAM (Complementary and Alternative Madacine) suatu
bentuk penyembuhan yang bersumber pada berbagai system, modalitas dan
praktek kesehatan yang didukung oleh teori dan kepercayaan (Hamijoyo, 2003)
Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan modern (Medis)
ke pengobatan komplementer, meskipun pemgobatan modern juga sangat
popular di perbincangkan di kalangan masyarakat, sebagai contoh banyak
masyarakat yang memilih mengobatkan keluarga mereka yang patah tulang ke
pelayanan non medis (sangkal putung) dari pada mengobatkan ke Rumah Sakit
ahli tulang. Sakit adalah suatu alasan yang paling umum untuk mencari
pengobatan demi memperoleh kesembuhan. Hal ini dibuktikan di salah satu
Negara modern (Israel), dimana dalam subuah penelitian tentang penggunaan
klinik pengobatan komplementer untuk pengobatan nyeri. Di negara tersebut
ada 395% terlihat warga yang mengunjungi klinik pengobatan komplementer,
69 pasien (46,6%) dengan nyeri punggung, nyeri lutut 65 (43,9%), dan 28
(32,4%) lainnya nyeri tungkai (Peleg, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO, 2003) Negara-negara di
Afrika, Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap
pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di Afrika sebanyak 80% dari
populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2003).
Bahkan (WHO) merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk
herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan, dan pengobatan
penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degenerative, dan kanker.

4
WHO juga mendukung upayaupaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat
dari obat tradisional.
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat
75 – 80% dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan non-
konvensional. Beberapa rumah sakit di Indonesia, pengobatan komplementer
ini sudah mulai diterapkan sebagai terapi penunjang atau sebagai terapi
pengganti bagi pasien yang menolak pengobatan konvensional. Terapi
komplementer dapat dilakukan atas permintaan pasien sendiri ataupun atas
rujukan dokter. Diharapkan dengan penggabungan pengobatan konvensional
komplementer bisa didapatkan hasil terapi yang lebih baik. Di Indonesia,
Rumah Sakit Kanker “Dharmais “Jakarta merupakan salah satu dari 12 rumah
sakit yang telah ditunjuk oleh Departemen Kesehatan untuk melaksanakan dan
mengembangkan pengobatan komplementer ini dan 12 rumah sakit lainnya
adalah Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, Rumah Sakit Dokter Soetomo
Surabaya, Rumah Sakit Kandou Manado, RSUP Sanglah Denpasar, RSUP Dr.
Wahidin Sudiro Husodo Makassar, RS TNI AL Mintoharjo 3 Jakarta, RSUD
Dr. Pringadi Medan, RSUD Saiful Anwar Malang, RS Orthopedi Prof. Dr. R.
Soeharso Solo, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, RSUP Dr. Suraji Tirtonegoro
Klaten (Kemenkes, 2011)
Diantara banyaknya masyarakat yang memilih menggunakan
pengobatan komplementer saat ini, ada beberapa alasan yang menyebabkan
mereka takut untuk menggunakan pengobatan komplementer ialah pengalaman
berobat di kedokteran yang tidak kunjung sembuh, banyaknya pengobatan
modern yang gagal, pengobatan komplementer lebih murah dibandingkan
dengan pengobatan modern. Kepercayaan terhadap pengobatan komplementer
bahkan budaya juga dapat mempengaruhi anggapan tersebut.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan rumusan masalah
“Apakah itu terapi komplementer (Aromatherapy, Herbal Medicine, Functional
Foods, and Neutraceuticals Massage)?”

5
1.3.Tujuan Penulisan
A. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu untuk mengetahui bagaimana terapi
komplementer (Aromatherapy, Herbal Medicine, Functional Foods and
Nutraceuticals dan Massage).

B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat mengetahui aromatherapy.
2. Mahasiswa dapat mengetahui herbal medicine.
3. Mahasiswa dapat mengetahui functional foods dan neutraceuticals.
4. Mahasiswa dapat mengetahui massage.

6
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1.Aromatherapy
A. Defenisi Aromatherapy
Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan minyak essensial atau
sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan,
membangkitkan semangat, menyegarkan serta menenangkan jiwa dan raga
(Astuti, 2015). Beberapa minyak essensial yang sudah diteliti dan ternyata
efektif sebagai sedatif penenang ringan yang berfungsi nmenenangkan
sistem saraf pusat yang dapat membantu mengatasi insomnia terutama
diakibatkan oleh stress, gelisah, ketegangan, dan depresi (Setyoadi &
Kushariyadi, 2011 ). Bentuk aromaterapi ada yang berupa minyak, sabun,
dan lilin aromaterapi. Salah satu jenis macam – macam aromaterapi dari
rumpun tumbuhan adalah citrus aurantium. Kandungan minyak pada citrus
aurantium memiliki efek anti spasmodik dan obat penenang ringan.
Kandungan citrus aurantium terdiri dari minyak essensial yang disebut
dengan neroli. Kandungan tersebut ialah : limonene (96,24%), linalool
(0,44%), linaly asetat, geranyl asetat, geraniol, nerol, neryl acetate.

B. Manfaat Aromatherapy
Menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011) manfaat aromaterapi antara
lain:
1. Mengatasi insomnia dan depresi, meredakan kegelisahan
2. Mengurangi perasaan ketegangan
3. Meningkatakan kesehatan dan kesejahteraan tubuh, pikiran dan jiwa
4. Menjaga kestabilan ataupun keseimbanagan sistem yang terdapat dalam
tubuh menjadi sehat dan menarik
5. Merupakan pengobatan holistik untuk menyeimbangkan semua fungsi
tubuh

7
C. Mekanisme Kerja Aromatherapy
Mekanisme kerja aromaterapi didalam tubuh berlangsung melalui dua
sistem fisiologis yaitu sistem sirkulasi tubuh dan sistem penciuman. Bau
merupakan suatu molekul yang mudah menguap ke udara dan akan masuk
ke rongga hidung melalui penghirupan sehingga akan direkam oleh otak
sebagai proses penciuman. Proses penciuman terbagi dalam tiga tingkatan,
dimulai dengan penerimaan molekul bau pada epitallium olfaktori yang
merupakan suatu reseptor berisi 20 juta ujung saraf. Selanjutnya bau
tersebut akan ditramisikan sebagai suatu pesan ke pusat penciuman yang
terleltak pada bagian belakang hidung. Pada tempat ini, sel neuron
menginterpretasikan bau tersebut dan mengantarkannya ke sistem limbik .
Sistem limbik merupakan pusat nyeri, senang, marah, takut, depresi, dan
berbagai emosi lainnya. selanjutnya respon dikirim ke hipotalamus untuk
diolah.
Melalui penghantaran respons yang dilakukan oleh hipotalamus seluruh
sistem minyak essensial tersebut akan diantar oleh sistem sirkulasi dan agen
kimia kepada organ yang tubuh. Secara fisiologis, kandungan unsur-unsur
terapeutik dari bahan aromatic akan memperbaiki ketidakseimbangan yang
terjadi didalam system tubuh. Bau yang menimbulkan rasa tenang akan
merangsang daerah otak yang disebut nuklues rafe untuk mengeluarkan
sekresi serotonin (Setyoadi & Kushariyadi, 2011). Sekresi serotonin
berguna untuk menimbulkan efek rileks sebagai akibat inhibisi eksitasi sel
(Rujito dkk 2016). Perasaan rileks yang dihasilkan oleh citrus aurantium
aromaterapi dikarenakan kembalinya sirkulasi secara normal. Serotonin
yang menyebabkan euporia, relaks atau sedatif (Koesmardiansyah, 2009).
Saraf penciuman (nervus olfaktorius) adalah satu- satunya saluran terbuka
yang menuju otak. Melalui saraf ini, aromaakan mengalir ke bagian otak
sehingga mampu memicu memori terpendam dan memengaruhi tingkah
laku emosional yang bersangkutan. Hal ini bias terjadi karena aroma
tersebut menyentuh langsung pusat emosi dan kemudian bertugas
menyeimbangkan kondisi emosional (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).

8
Untuk itu citrus aurantium dengan cara inhalasi dapat menurunkan
kecemasan dengan meningkatkan serotonin.

D. Metode Pemakaian
1. Dihirup
Merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam penggunaan
aromaterapi yang paling sederhana dan cepat.Inhalasi juga merupakan
metode yang paling tua. Aromaterapi masuk dari luar tubuh ke dalam
tubuh dengan satu tahap yang mudah, yaitu lewat paru – paru di alirkan
ke pembuluh darah melalui alveoli. Inhalasi sama dengan metode
penciuman bau, di mana dapat dengan mudah merangsang olfaktori
pada setiap kali bernafas dan tidak akan mengganggu pernafasan normal
apabila mencium bau yang berbeda dari minyak essensial. Aromaterapi
inhalasi dapat dilakukan dengan menggunakan elektrik, baterai, atau
lilin diffuser, atau meletakkan aromaterapi dalam jumlah yang sedikit
pada selembar kain atau kapas. Hal ini berguna untuk minyak essensial
relaksasi dan penenang (Walls, 2009).

2. Penguapan
Alat yang digunakan untuk menyebarkan aromaterapi dengan
cara penguapan ini mempunyai rongga seperti gua untuk meletakkan
lilin kecil atau lampu minyak dan bagian atas terdapat cekungan seperti
cangkir biasanya terbuat dari kuningan untuk meletakkan sedikit air dan
beberapa tetes minyak esensial (Sharma, 2009). Cara penggunaannya
adalah mengisi cekungan cangkir pada tungku dengan air dan
tambahkan beberapa tetes minyak esensial, kemudian nyalakan lilin,
lampu minyak atau listrik. Setelah air dan minyak menjadi panas,
penguapan pun terjadi dan seluruh ruangan akan terpenuhi dengan bau
aromatik. (Sharma, 2009)

9
3. Pijatan
Pijat merupakan salah satu bentuk pengobatan yang sangat sering
dikolaborasikan dengan aromaterapi. Beberapa tetes minyak esensial
dicampurkan dalam minyak untuk pijat sehingga dapat memberikan
efek simultan antara terapi sentuhan dan terapi wangi-wangian. Pijatan
dapat memperbaiki peredaran darah, mengembalikan kekenyalan otot,
membuang racun dan melepaskan energi yang terperangkap di dalam
otot. Wangi-wangian memicu rasa senang dan sehat (Sharma, 2009).

4. Semprotan untuk ruangan


Minyak esensial bersifat lebih alami daripada aerosol yang dapat
merusak ozon dalam penggunaannya sebagai pewangi ruangan.
Penggunaannya adalah dengan menambahkan sekitar 10- 12 tetes
minyak esensial ke dalam setengah liter air dan menyemprotkan
campuran tersebut ke seluruh ruangan dengan bantuan botol
penyemprot (Hapsari, 2011).

5. Mandi dengan berendam


Mandi dengan berendam merupakan cara yang paling mudah
untuk menikmati aromaterapi. Tambahkan beberapa tetes minyak aroma
ke dalam air berendam, kemudian berendamlah selama 20 menit.
Minyak esensial akan berefek pada tubuh dengan cara memasuki badan
lewat kulit. Campurkan minyak esensial dengan cara yang tepat, karena
beberapa minyak aroma tidak mudah larut dalam air (Sharma, 2009).

2.2.Herbal Medicine
A. Defenisi Herbal Medicine
Herbal medicine atau obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma

10
yang berlaku di masyarakat (BPOM RI, 2014). Ciri dari obat tradisional
yaitu bahan bakunya masih berupa simplisia yang sebagian besar belum
mengalami standardisasi dan belum pernah diteliti. Bentuk sediaan masih
sederhana berupa serbuk, pil, seduhan atau rajangan simplisia, klaim
kahsiatnya masih berdasarkan data empiris (Anggraeni dkk, 2015).
B. Pemanfaatan Herbal Medicine
Obat tradisional atau jamu sudah sejak lama dimanfaatkan untuk
berbagai macam pengobatan. Banyak resep jamu yang telah diwariskan
secara turun temurun oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Resep-resep
jamu tersebut dapat ditemukan pada dokumen kuno seperti Lontar Husada,
Usada, Lontar Pabbura, dokumen serat primbon jampi, serta racikan Boreh
Wulang Dalem. Dalam resep-resep tersebut, jamu banyak dimanfaatkan
sebagai obat nyeri atau pegal-pegal, obat luka, penjaga stamina, obat
demam, kosmetika dan lain-lain. Selain memiliki manfaat yang besar jamu
juga dianggap lebih aman dari pada obat modern (sintetis), karena memiliki
efek samping yang relatif kecil jika digunakan secara tepat (Katno, 2008).
Berikut pemanfaatan jamu yang populer dimasyarkat.
1. Obat Anti Nyeri
Pemanfaatan jamu untuk pengobatan sangat banyak jenisnya.
Manfaat jamu yang sering diminati oleh masyarakat yaitu jamu untuk
menghilangkan nyeri. Contoh jamu yang bermanfaat sebagai obat anti
nyeri yaitu jamu kunyit asam. Jamu ini selain sebagai obat anti nyeri
juga dapat sebagai ramuan penghilang bau badan dan mengatasi sakit
saat menstruasi (Hartati dan Balittro, 2013).
2. Jamu untuk Penambah Stamina
Selain pengobatan jamu juga dimanfaatkan untuk menambah stamina
dan imunitas tubuh. Jamu beras kencur adalah salah satu jamu yang
dipercaya memiliki khasiat untuk menambah stamina dan juga untuk
menjaga kesehatan. Jamu ini merupakan jamu yang paling terkenal dan
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai suplemen penambah
stamina dan menjaga daya tahan tubuh (Sudarmin, 2012).

11
C. Klasifikasi Herbal Medicine
1. Jamu
Jamu didefinisikan yang mengandung seluruh bahan tanaman yang
ada dalam resep dan disajikan secara tradisional dalam bentuk seduhan,
serbuk, cair, pil atau kapsul. Untuk kategori ini harus memiliki kriteria
tertentu yaitu aman sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan, memenuhi
persyaratan mutu yang berlaku, dan klaim khasiat harus dapat
dibuktikan berdasarkan data empiris (Jayanti dkk, 2015).

Gambar 2.1. Logo Jamu


Saat ini untuk kepraktisan penggunaan jamu dikemas dalam bentuk
pil dan kapsul. Bahan–bahan yang digunakan diserbuk halus kemudian
di masukan dalam kapsul atau dibuat pil. Bahan yang dibuat merupakan
bahan-bahan alami yang bebas dari obat kimia sintetik atau bahan isolat
yang digunakan dalam pengobatanpengobatan modern. Bahan yang
digunakan yaitu berupa bermacam-macam tumbuhan yang langsung
diambil dari alam dan umumnya efek sampingnya relatif kecil dan lebih
aman (Sakinah, 2013).
2. Obat Herbal Terstandar
Obat Herbal Terstandar atau yang disingkat OHT merupakan
kategori obat tradisonal yang selevel lebih tinggi dari jamu.
Didefinisikan sebagai sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan
bakunya telah di standardisasi (BPOM RI, 2005).

Gambar 2.2 Logo Obat Herbal Terstandar

12
Obat Herbal Terstandard ini umumnya sudah mengalami
pemprosesan berupa ekstrak atau kapsul. Herbal yang sudah diekstrak,
diteliti khasiat dan keamanannya melalui uji pra klinis (terhadap hewan)
di dalam laboratorium. Disebut herbal terstandard karena telah
diterapkan standard kandungan bahan, proses pembuatan ekstrak,
higenitas, serta uji toksisitas untuk mengetahui ada tidaknya racun
dalam herbal dalam proses pengujiannya (Hartini, 2013).
3. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji
klinik, bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi (BPOM RI,
2005). Dengan melakukan uji praklinis dan klinis pada fitofarmaka
menjadikannya jamu dengan kasta tertinggi. Gambar 2.2 Logo Obat
Herbal Terstandard 9 Pada fitofarmaka khasiat, keamanan serta proses
pembuatan telah distandarisasi sehingga telah banyak dijual di apotek-
apotek dan sering diresepkan oleh dokter (Hartini, 2013).

Gambar 2.3 Logo Fitofarmaka

2.3.Functional Foods dan Neutraceuticals


Functional food atau pangan fungsional merupakan pangan yang karena
kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, di
luar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya
(Astawan, 2011).

13
FGD Asosiasi Profesi P3FNI menyepakati definisi Pangan Fungsional
adalah pangan (segar / olahan) yang mengandung komponen yang bermanfaat
untuk meningkatkan fungsi fisiologis tertentu, dan / atau mengurangi risiko
sakit yang dibuktikan berdasarkan kajian ilmiah, harus menunjukkan
manfaatnya dengan jumlah yang biasa dikonsumsi sebagai bagian dari pola
makan sehari-hari
Menurut BPOM RI (2011). Pangan Fungsional adalah Pangan Olahan
yang mengandung satu atau lebih komponen pangan yang berdasarkan kajian
ilmiah mempunyai fungsi fisiologis tertentu diluar fungsi dasarnya, terbukti
tidak membahayakan dan bermanfaat bagi kesehatan.
Dasar pertimbangan konsumen di negara-negara maju dalam memilih
bahan pangan, bukan hanya bertumpu pada kandungan gizi dan kelezatannya,
tetapi juga pengaruhnya terhadap kesehatan tubuhnya (Goldberg,
1994).

SUMBER MAKANAN SENYAWA BIOAKTIF FUNGSI/EFEK


Kedelai Sa onin Antioksidatif
Kedelai Glisinin Hi okolesterolemia
Kedelai Pe tida Glisinin Hi otensif
Wakame (Seaweed) Fukosterol Antikarsino enik
Beras Orizasistatin Antivirus
Susu Laktoferin Antibakteri
Jamur (Mushroom) Farnesilornikol Hi okolesterolemia
Wi•en Sesaminol Antioksidatif
Jahe Gin erol Antioksidatif
Teh Hi'au E i alokatekin allat Antikarsino enik
Panax Ginseng C.A. Ma or Ginsenoida Antikarsinogenik *
Telur a am Sistasin Antivirus
Ikan EPA Hi okolesterolemia
Ikan Pe tida Miofibril Hi otensif
Wortel Karotenoid Antioksidatif
Cabe merah Ka saikin Antike emukan
Lobster Kitin Immunostimulan
Likorisa Asam Glisiretenik Immunostimulan
Sumber : * Arai, 1997 dan * Huang, 1991

14
2.4.Massage
A. Defenisi Massage
Masase berasal dari bahasa Arab “mash” yang artinya “menekan
dengan lembut” atau dari kata Yunani “massien” yang berarti “memijat atau
melulut”. Akan tetapi istilah yang paling populer yang digunakan adalah
dalam bahasa Perancis “masser” yang artinya “menggosok”. Menurut
pengertiannya massase yang berasal dari bahasa Inggris “massage” adalah
pemijatan, pengurutan dan sebagainya pada bagian-bagian badan tertentu
dengan tangan atau alat-alat khusus untuk melancarkan peredaran darah
sebagai cara pengobatan atau untuk menghilangkan rasa Lelah.
Massage adalah salah satu terapi komplementer yang paling umum.
Dalam teori stres menjelaskan efektivitas massage sebagai fisiologis
terpadu respon yang berasal dari hipotalamus yang mengarah kenaikan atau
penurunan gairah dari sistem saraf pusat. Massage menghasilkan relaksasi
yang dapat mengurangi ketegangan otot dari respon stres. Selain itu
relaksasi juga dapat membantu menghilangkan kecemasan, mengurangi
kejang otot dan, membantu menghilangkan rasa sakit (Mok dan Woo,
2004).
Peneliti memilih metode back massage karena nilai terapeutiknya
yang diberikan pada punggung atau back dapat mengurangi ketegangan otot
dan meningkatkan relaksasi fisik dan psikologi (Kusyati E, 2006)

B. Macam-macam Massage
1. Massage tujuan terapi
Suatu usaha dengan jalan massage, memberikan pengaruh yang
baik terhadap keadaan patologi postrauma

2. Massage kecantikan

15
Menyalurkan darah kulit yang lebih baik,untuk menghindari
pembentukan keriput dan kekeringan kulit.
3. Massage kesehatan
Dengan jalan massage memelihara kesehatan, menormalkan
fungsi organ, serta berguna dalam menghindari penyakit dan kelainan.
4. Massage olahraga
Bermacam – macam pegangan, yang diterapkan dengan tangan
kosong pada kulit yang tidak tertutup dari olahragawan yang sehat pasif,
dengan tujuan mempertahankan kondisi tubuh, memperbaiki dan atau
menghilangkan olahragawan yang merugikan.

C. Jenis-jenis massage
Teknik pijat memijat juga diakui oleh masyarakat eropa dan amerika,
bahkan mereka mengadopsi teknik pijatan ala jepang. Berikut merupakan
jenis-jenis massage atau pijatan yang ditawarkan kepada masyarakat luas.
1. Pijat Refleksi
Pijat refeksi adalah teknik memijat titik-titik syaraf yang ada
dikedua telapak kaki dan telapak tangan. Setiap organ tubuh manusia
saling terhubung melalui jalur syaraf yang ada ditubuh manusia.
Telapak kaki juga terdapat jaringan syaraf yang memberikan stimulan
bioelektik kepada organ tubuh manusia. Jika organ tubuh kita sedang
terganggu maka ketika titik syaraf pada kaki ditekan, akan terasa sakit.
2. Pijat shiatsu
Shiatsu merupakan metode pemijatan yang berasal dari jepang.
Pijat shiatsu dikembangkan untuk berbagai kebutuhan seperti kebugaran
dan penyembuhan. Teknik pemijatan shiatsu menggunakan metode
ppenekan pada jari di titik-titik pijat yang dituju.

3. Pijat bayi

16
Pijat bayi merupakan salah satu metode pijat yang diaplikasikan
khusus untuk balita. Fungsi pijat bayi antara lain untuk rilaksasi,
memacu pertumbuhan badan, dan menjaga kesehatan bayi. Hanya orang
tertentu yang memiliki keahlian memijat bayi.

D. Teknik dasar dalam massage


1. Manipulasi Massage
Manipulasi adalah pegangan atau cara melakukan pijatan, gosokan,
dan lain-lain. Dalam mempelajari pegangan atau manipulasi ini ada dua
hal yang perlu diperhatikan, yaitu mempelajari dan berlatih
melaksanakan pegangan dan berlatih meraba dan merasakan bagaimana
kondisi jaringan yang dimassage. Misalnya jalur-jalur otot dan kelainan-
kelainan yang mungkin ada. Kedua hal ini harus dilatih bersama-sama
dalam praktek.
2. Pelaksanaan Massage
a. Mengurut
Mengurut adalah gerakan yang lembut, meluncur, dan ritmik
yang selalu mengikuti arah drainase vena menuju ke jantung.
Tekanan dapat ringan atau dalam tergantung tujuannya dan teknik
ini baik untuk meningkatkan drainase vena dan limfatik,
meningkatkan sirkulasi, dan fungsi otot. Teknik ini dapat digunakan
untuk mengkaji kondisi kulit, tingkat ketegangan atau relaksasi, dan
adanya pembengkakan dibawah kulit.
b. Meremas
Teknik meremas tangan harus tegas karena untuk
menggerakan kulit diatas otot, otot diatas otot atau jaringan diatas
jaringan. Tangan diletakan pada posisi datar dan digerakan dengan
arah sirkular baik satu atau berlawanan. Teknik ini digunakan untuk
menghilangkan tegangan.

c. Memijat

17
Teknik ini menggunakan ujung luar telapak tangan untuk
membuat gerakan pendek, tajam, dan gerakan mencincang.
Menekan digunakan untuk melemaskan sekresi yang terhambat dari
paru sepeti kistik fibrosis. Tangan digerakan secara bergantian
dengan cara cepat dan berulang-ulang.

3. Posisi Pasien
a. Tidur: Terlentang , telungkup, dan ada sisi badan
b. Duduk: Dengan menekan pada lengan dan dengan menekan pada
dahi

4. Penggunaan Alat-alat Massage (Ruangan, Minyak parapin, talk,


Handuk dan Handbody, Sabun)

E. Manfaat massage
Manfaat massage meliputi menciptakan respon relaksasi,
meningkatkan proses metabolisme, meningkatkan fungsi jaringan lympatik,
mempercepat penyembuhan dan relaksasi otot, mengurangi tegangan otot,
dan tingkat stress (Tappan & Benjamin, 1998)
Adapun terapi masase bermanfaat untuk memperbaiki sirkulasi darah,
dan limfe, dengan cara meningkatkan hantaran oksigen dan zat makanan ke
dalam sel tubuh, sekaligus juga meningkatkan pengeluaran sampah
metabolisme dari tubuh.
F. Mekanisme kerja massage
Didalam teknik pijat refleksi atau masssage, suatu penyakit biasanya
ditandai dengan rasa sakit pada titik tertentu di tubuh ketika titik tersebut di
tekan atau dipijat. Dan ketika seorang pasien atas suatu penyakit dinyatakan
sembuh, juga ditandai dengan menghilangnya rasa sakit tersebut meski
bagian tubuh tersebut dipijat.
Sebenarnya cara kerja pijat refleksi atau massage adalah ketika suatu
titik pada tubuh dipijat dan terasa nyeri, maka tubuh otomatis akan

18
mengeluarkan semacam morfin atau yang dikenal dengan nama
neurotransmitter yang bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit. Salah satu
zat diantaranya yang paling penting adalah enkefalin endogen atau endorfin.
Zat tersebut berperan untuk menaikkan ambang rasa sakit pada manusia.
Endorfin yang merupakan zat semacam morfin, berbeda dengan
morfin yang dikenal sebagai zat psikotropika atau narkoba. Efeknya tidak
membuat ketagihan, namun malah memberikan efek yang baik bagi
kesehatan. Dengan adanya pemijatan, maka tubuh terus memproduksi zat
tersebut hingga akhirnya rasa sakit tersebut menghilang dan penyakitpun
sembuh.

G. Efektifitas massage
Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa pasien pada semua
umur, berkurang gejala kegelisahannya hingga setengahnya dalam waktu 3
bulan setelah menjalani rangkaian terapi pijat selama 10 jam. Penelitian ini
merupakan penelitian pertama yang memeriksa efektifitas dari terapi pijat
sebagai salah satu terapi untuk pasien yang mengalami kegelisahan. Para
peneliti secara acak memberikan kepada 68 pasien yang mempunyai
masalah kegelisahan untuk menjalani 1 dari 3 terapi yaitu terapi pijat selama
10 jam sambil mendengarkan musik, berbaring & bernafas perlahan sambil
mendengarkan musik serta di kelompok ketiga pasien dibungkus lengan &
kakinya dengan bantalan pemanas & handuk hangat sambil mendengarkan
musik.
Ketiga kelompok tersebut tidak menunjukkan hasil yang berbeda
setelah 3 bulan. Penemuan ini telah dipublikasikan baru-baru ini dalam the
journal Depression and Anxiety. Terapi pijat ini memiliki efektifitas yang
cukup tinggi, selain melancarkan mekanistis memilki kemampuan melatih
saraf dan otot tubuh sehingga tubuh lebih fit, dan bisa menangkal berbagai
penyakit.

19
Banyak penyakit bisa disembuhkan mulai penyakit ringan seperti
capek – capek , pusing, perut kembung hingga penyakit yang berat diabetes,
jantung, kanker , turun berok / hernia, lemah sahwat, syaraf kejepit , dll.

H. Indikasi dan Kontraindikasi Massage


1. Indikasi Massage
a. Penggunaan massage umumnya dianjurkan setelah bekerja berat
karena sangat besar manfaatnya dalam membantu mengembalikan
tubuh dalam keadaan pulih. Massage membantu menghilangkan
kelelahan dengan segala gejala yang menyertainya, seperti rasa
pegal, kaku, nyeri, atau perasaan lemas. Massage demikian diasanya
dilakukan kepada seluruh tubuh dalam waktu yang cukup lama, kira-
kira satu jam.
b. Pekerjaan ringan tetapi terus menerus seperti misalnya terlalu lama
duduk atau berdiri atau dalam pekerjaan yang menimbulkan
kelelahan dan kejenuhan. Dalam hal ini kelelahan mungkin bersifat
mental maupun fisik. Biasanya massage di akhir tugas tersebut
mengembalikan tubuh maupun perasaan kembali nyaman.
c. Di dalam dunia olahraga dewasa ini massage telah menjadi sebagian
upaya pemeliharaan kondisi pada olahragawan pada masa latihan,
sebelum pertandingan, masa pertandingan, dan sesudah
pertandingan. Dalam pengiriman tim olahraga dewasa ini selalu
mengikutsertakan sedikitnya seorang masseur.
d. Untuk merawat dan mengembalikan fungsi bagian badan setelah
cedera, membantu mempercepat proses penyembuhan. Seringkali
massage diperlukan untuk meneruskan pekerjaan dokter, misalnya
setelah sembuh dari operasi atau perawatan dari patah tulang.
Tugasnya adalah mengembalikan fungsi-fungsi otot dan persendian
yang biasanya mengalami kekakuan.

20
2. Kontra Indikasi Massage
Dalam keadaan tertentu massage tidak boleh dilakukan dan
merupakan kontra indikasi. Hal ini biasanya menyangkut keadaan
sebagai berikut:
a. Atas nasehat dokter agar tidak dilakukan massage demi keselamatan
pasien.
b. Dalam keadaan kena infeksi penyakit menular seperti: cacar,
campak, demam, liver, dan lain-lain.
c. Suhu tubuh meningkat tinggi karena infeksi.
d. Dalam keadaan sakit berat sehingga memerlukan istirahat yang
benar.
e. Menderita penyakit yang berkenaan dengan pembuluh darah
f. Pada setiap jenis penyakit syaraf yang berat seperti penderita chorea.
g. Menderita penyakit haemophilia, karena cenderung terjadi
pendarahan, meskipun sebab yang kurang jelas.
h. Menderita penyakit tertentu yang bila dimassage dapat
menyebabkan meluasnya infeksi seperti bisul, borok, dsb.
i. Pembengkakkan akibat cedera yang masih baru yang menunjukkan
adanya pendarahan di dalam. Kapiler-kapiler yang tadinya pecah
dan telah menutup dapat pecah kembali bila dimassage. Judga pada
luka yang belum sembuh atau baru sembuh.
j. Patah tulang yang baru sembuh. Massage dapat mengganggu letak
sambungan.
k. Menderita penyakit tumor atau kanker.
l. Sedang hamil. Juga pada peradangan usus buntu (appendicitis),
Gastroentiritis, coliyis, dll. Demikian juga bila ada batu dalam
kandung empedu.
m. Menderita tekanan darah tinggi, pendarahan otak, penyakit jantung
dan paru-paru.

21
I. Pengaruh Massage pada kesehatan
Setiap manipulasi atau pegangan massage mempunyai pengaruh
tertentu terhadap jaringan tubuh. Selain itu tekanan, arah gerakan, jumlah
ulangan, dan iramanya turut menentukan pengaruh tersebut. Keberhasilan
massage juga ditentukan oleh kecakapan dan pengalaman masseur sendiri.
Dengan teknik menekan dan mendorong secara bergantian
menyebabkan terjadinya pengosongan dan pengisian pembuluh vena dan
lymphe, sehingga membantu ekskresi dan pemberian nutrisi dan O2 ke
dalam jaringan.
Efek Reflektoris. Massage menimbulkan proses vasso dilatasi 6omat
sehingga memperlancar peredaran darah. Selain itu syaraf motorik yang
terangsangf meningkatkan tonus otot.

22
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul saat
ini diantara banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non konvensional yang
lain, seperti pengobatan dengan ramuan atau terapi herbal, akupunktur, dan
bekam.
Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan minyak essensial atau sari
minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan,
membangkitkan semangat, menyegarkan serta menenangkan jiwa dan raga.
Beberapa minyak essensial yang sudah diteliti dan ternyata efektif sebagai
sedatif penenang ringan yang berfungsi nmenenangkan sistem saraf pusat yang
dapat membantu mengatasi insomnia terutama diakibatkan oleh stress, gelisah,
ketegangan, dan depresi
Herbal medicine atau obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat
Functional food atau pangan fungsional merupakan pangan yang karena
kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, di
luar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya.
Massage adalah stimulasi pada kulit dan jaringan dibawahnya dengan
menggunakan berbagai tingkatan tekanan tangan untuk mengurangi nyeri,
membuat rileks atau meningkatkan sirkulasi.

23
3.2.Saran
Setelah memahami mengenai terapi komplementer, para mahasiswa
khususnya para pembaca dan perawat agar dapat mengambil intisari dari
makalah ini sehingga dapat menerapkannya dalam dunia pendidikan ataupun
dalam dunia kerja karena massage sebagai terapi komplementer sangat
bermanfaat bagi pasien.

24
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, D.L., Rusdi, B., dan Hilda, A.W. 2015. Pengembangan Metode Analisis
Parasetamol dan Deksametason Pada Jamu Pegal Linu Menggunakan
Metode Ekstraksi Fasa Padat dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.
Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba
Arai, S, 1997. Studies on Functional Foods in Japan: State of The Art. In Food
Factors for Cancer Prevention. Tokyo: Springer-Verlag
Astawan M. 2011. Pangan Fungsional untuk Kesehatan yang Optimal. Bogor:
Fakultas Teknologi Pertanian IPB
Astuti, W., Rahayu, H., & Wijayanti, K. 2015. Pengaruh Aromaterapi Bitter
Orange Terhadap Nyeri dan Kecemasan Fase Aktif Kala 1. The 2nd.
University Research Coloquim
BPOM RI., 2005. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor: HK.00.05.41.1384 Tentang Kriteria Dan Tata Laksana
Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar Dan Fitofarmaka.
Jakarta: BPOM RI
BPOM RI., 2014. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat
Tradisional. Jakarta: BPOM RI
Goldberg I. 1994. Introduction. In: Goldberg I.(Ed.). Functional Foods. Designer
Foods, Pharmafoods, Nutraceuticals. New York: Chapman & Hall
Hamijoyo, L. (2003). Complementary medicine in Reumatology.
http://medikaholistik.Com
Hapsari, E. D. 2011. Perbedaan Skor Kepatuhan Anak Autis saat Dilakukan Terapi
Perilaku Applied Behavior Analysis (ABA) Tanpa dan Dengan Aromaterapi
Lavender. Jawa Tengah: Universitas Jenderal Soedirman
Hartati, S.Y., dan Balittro. 2013. Khasiat Kunyit Sebagai Obat Tradisional dan
Manfaat Lainnya. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri.,
Vol. 19 No. 2, hh. 5-9
Hartini, L.D., 2013. Analisa Kualitatif Piroksikam Dan Fenilbutazon
Menggunakan Reagen Spesifik Yang Diimobilisasi Pada Membran

25
Poliamida Dalam Tes Strip. Jember: Skripsi. Jurusan Kimia FMIPA UNEJ,
hal 6-7
Huang, K.c, 1991. Chinese Herbs. CRC Pres, Tokyo
Jayanti, R., Aprilia, H., dan Lukmayani, Y., 2015. Analisis Bahan Kimia Obat
(BKO) Glibenklamid Dalam Sediaan Jamu Diabetes Yang Beredar
Dipasaran. Prosiding Penelitian SPeSIA 2015. Surabaya: Prodi Farmasi
FMIPA Unisba, hh 649-653
Katno., 2008. Tingkat Manfaat, Keamanan dan Efektifitas Tanaman Obat dan Obat
Tradisional. Karanganyar: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
B2P2TO-OT Depkes RI
Kemenkes RI. 2011. Pengobatan Komplementer Tradisional-Alternatif.
http://buk.Depkes.go.id. Kemenkses
Koensomardiansyah. 2009. Minyak Atsiri A -Z. Jakarta: Indeks.
Kushariyadi, Setyoadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien
Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.
Kusyati, E. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar.
Jakarta: EGC
Mok, E., & Woo, C. P. 2004. The effects of slow-stroke back massage on anxiety
and shoulder pain in elderly stroke patients. Complementary Therapies in
Nursing & Midwifery, 10, 209–216
Peleg, R. (2011). Patients Visiting the Complementary Clinic for Pain: a Cross
Sectional Study. http://www.biomedcentral.com/1472-6882/11/36. BMC
Sakinah, R.C. 2013. Analisis Bahan Kimia Obat (Paracetamol dan Asam
Mefenamat) Dalam Jamu Asam Urat Dengan Metode Kromatografi Lapis
Tipis-Densitometri. Malang: Skripsi. Prodi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
UMM.
Sharma, S. (2009). Aromaterapi. Jakarta: Karis.
Sudarmin., dan Asyar., R. 2012. Transformasi Pengetahuan Sains Tradisional
menjadi Sains Ilmiah dalam Proses Produksi JamuTradisional. Edu Sains.,
Volume 1 No.1, hh 1-7

26
Tappan,F.& Benjamin,P. 1998. Healing massage technique. Connecticcut:
Appleton & lange
Walls. 2009. Herbs and Natural Therapies for Pregnancy, Birth and
Breastdfeeding. International Journal of Childbiarth Education.
WHO. 2003. Traditional medicine.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs134/en/

27

Anda mungkin juga menyukai