Anda di halaman 1dari 39

TERAPI KOMPLEMENTER

(TERAPI RELAKSASI, TERAPI ENERGI, DAN TERAPI MANIPULASI

TUBUH)

(Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Komplementer)

Disusun oleh :

Cinta Komara

Desi Sumiati

Indira Rosmawati

Melinda Prasasti

Rina Nuraeni

Sugih Nugraha

Wini widiawati

Yuli Maelani

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

SEBELAS APRIL SUMEDANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, karena berkat rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang

berjudul “Macam-macam Terapi Komplementer (Terapi Relaksasi, Terapi

Manipulasi tubuh, Terapi Energi)” . dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan

waktu yang ditentukan. Selawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada

Nabi Muhammad Saw, kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan seluruh

umatnya.

Dalam penulisan makalah ini penulis menjelaskan tentang penerapan terapi

komplementer dan apa saja macam-macamnya. Dalam kesempatan kali ini penulis

ingin mengucapkan termakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan makalah ini. Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih kepada

Ibu Karwati, S.Kep,. Ners, M.Kep. selaku dosen mata kuliah Keperawatan

Komplementer.

Tanpa dukungan dan bantuan dari semua pihak makalah ini tidak akan

terselesaikan dengan baik. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

sekiranya bersifat membangun dari semua pihak untuk perbaikan dan

penyempurnaan di masa yang akan datang.

Sumedang, 27 September 2019

Penulilis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………...i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………... 1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………….. 2

1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………………… 2

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Terapi Koplementer ……………………………………………... 4

2.1.1 Perkembangan Terapi Komplementer ……………………………….. 4

2.1.2 Tujuan Terapi Komplementer ………………………………………… 4

2.2 Terapi Relaksasi ……………………………………………………………. 5

2.2.1 Jenis – Jenis Terapi Relaksasi ………………………………………… 6


2.2.2 Keterbatasan dan Kelebihan Relaksasi ………………………………. 8
2.2.3 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan ……………………………………... 9
2.2.4 Siklus Peregangan Rileks …………………………………………….. 10

2.3 Terapi Manipulasi Tubuh ………………………………………………... 11

2.3.1 Pengobatan Kiropraksi ……………………………………………….. 11

2.3.2 Pijat Akupresur ……………………………………………………….. 14

2.3.3 Rolfing ………………………………………………………………… 17

2.3.4 Terapi Cahaya dan Warna ………………………………………….. 18

2.3.5 Hidroterapi …………………………………………………………… 20

2.4 TERAPI ENERGI ……………………………………………………… 27

ii
2.4.1 Jenis- Jenis Terapi Energi ………………………………………….. 29

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………… 34


3.2 Saran …………………………………………………………………….. 34
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan

dengan pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional

ke dalam pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terminology ini dikenal

sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks

dalam pelayanan kesehatan (Crips & taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada

yang menyebutkan dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk

terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah

keharmonisan individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu

untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et

al., 2004).

Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak

Negara. Pengobatan komplementer atau alternative menjadi bagian penting dalam

pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan Negara lainnya (Snyder & Lindquid,

2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 orang adalah pengguna terapi alternative

dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004).

Data lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer

di Amerika Serikat dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997

(Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002).

Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan

masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya

1
2

terapi komplementer atau alternative pada petugas kesehatan seperti dokter

ataupun perawat. Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan berkembangnya

penelitian terhadap terapi komplementer menjadi peluang perawat untuk

berpartisipasi sesuai kebutuhan masyarakat. Perawat dapat berperan sebagai

konsultan untuk klien dalam memilih alternatif yang sesuai ataupun membantu

memberikan terapi langsung. Namun, hal ini perlu dikembangkan lebih lanjut

melalui penelitian (evidence-based practice) agar dapat dimanfaatkan sebagai

terapi keperawatan yang lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan terapi komplementer?

2. Bagaimana perkembangan terapi komplementer?

3. Apa tujuan dari terapi komplementer?

4. Apa yang dimaksud dengan terapi relaksasi?

5. Apa saja jenis-jenis terapi relaksasi?

6. Apa saja keterbatasan dan kelebihan dilakukannya terapi relaksasi?

7. Bagaimana konsep manipulasi tubuh?

8. Bagaimana konsep terapi energy ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan terapi

komplementer

2. Untuk mengetahui dan memahami yang bagaimana perkembangan

terapi komplementer
3

3. Untuk mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan tujuan

terapi komplementer

4. Untuk mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan terapi

relaksasi

5. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis dari terapi relaksasi

6. Untuk mengetahui dan memahami keterbatasan dan kelebihan

dilakukannya terapi relaksasi

7. Untuk mengetahui dan memahami konsep terapi manipulasi tubuh

8. Untuk mengetahui dan memahami konsep terapi energi


4
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Terapi Koplementer

Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer

adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang

bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan

komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional

yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan

diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya,

jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.


Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan

sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau sebagai

Pengobatan Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang Konvensional.

2.1.1 Perkembangan Terapi Komplementer

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang

penggunaan pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan

komplementer – alternatif yang meningkat dari tahun ke tahun, bahkan hasil

penelitian tahun 2010 telah digunakan oleh 40% dari penduduk Indonesia.

2.1.2 Tujuan Terapi Komplementer

Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem –

sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat

menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita sebenarnya

4
5

mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita mau

mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan nutrisi yang baik

lengkap serta perawatan yang tepat.

2.2 Terapi Relaksasi

Terapi relaksasi ini dirintis oleh Edmund Jacobson (1929), dengan

berpedoman bahwa pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan berada dalam

peripheral musculature. Asumsi dasar yang melatarbelakangi teknik relaksasi

adalah bahwa individu memiliki kecemasan-kecemasan yang timbul dari keadaan

fisik maupun psikisnya, sehingga diperlukan usaha untuk menyalurkan kelebihan

energi dalam dirinya melalui suatu kegiatan yang menyenangkan dan

menenangkan. Relaksasi tidak menganggap penting usaha pemecahan masalah

penyebab terjadinya ketegangan melainkan menciptakan kondisi individu yang

lebih nyaman dan menyenangkan

Ada beberapa pengertian mengenai relaksasi, yaitu:

1. Relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengistirahatkan fungsi fisik

dan mental sehingga menjadi rileks (Suryani,2000)


2. Relaksasi merupakan kegiatan untuk mengendurkan ketegangan, pertama-

tama ketegangan jasmaniah yang nantinya akan berdampak pada

penurunan ketegangan jiwa (Wiramihardja,2006)


3. Relaksasi merupakan upaya sejenak untuk melupakan kecemasan dan

mengistirahatkan pikiran dengan cara menyalurkan kelebihan energi atau

ketegangan (psikis) melalui sesuatu kegiatan yang menyenagkan


4. Relaksasi dapat memutuskan pikiran-pikiran negatife yang menyertai

kecemasan (Greenberg,2000)
6

5. Chaplin (1975) memberi pengertian relaksasi sebagai kembalinya otot ke

keadaan istirahat setelah kontraksi. Atau relaksasi merupakan suatu

keadaan tegang yang rendah dengan tanpa adanya emosi yang kuat.
2.2.1 Jenis – Jenis Terapi Relaksasi
Lichstein (1988), mengemukakan jenis-jenis teknik relaksai antara lain:
1. Autogenic Training
Yaitu suatu prosedur relaksasi dengan membayangkan (imagery) sensasi-

sensasi yang meyenagkan pada bagian-bagian tubuh seperti kepala, dada,

lengan, punggung, ibu jari kaki atau tangan, pantan, pergelangan tangan.

Sensasi-sensasi yang dibayangkan itu sepert rasa hangat, lemas atau rileks

pada bagian tubuh tertentu, juga rasa lega karena nafas yang dalam dan

pelan. Sensasi yang dirasakan ini diiringi dengan imajinasi yang

meyenangkan misalnya tentang pemandangan yang indah, danau, yang

tenang dan sebagainya.


2. Progressive Training
Progressive Training adalah prosedur teknik relaksasi dengan melatih otot-

otot yang tegang agar lebih rileks, terasa lebih lemas dan tidak kaku. Efek

yang diharapkan adalah proses neurologis akan berjalan dengan lebih baik.

Karena ada beberapa pendapat yang melihat hubungan tegangan otot

dengan kecemasan, maka dengan mengendurkan otot-otot yang tegang

diharapkan tegangan emosi menurun dan demikian sebaliknya.


3. Meditation
Meditation adalah prosedur klasik relaksasi dengan melatih konsentrasi

atau perhatian pada stimulus yang monoton dan berulang (memusatkan

pikiran pada kata/frase tertentu sebagai focus perhatiannya ), biasanya

dilakukan dengan menutup mata sambil duduk, mengambil posisi yang

pasif dan berkonsentrasi dengan pernafasan yang teratur dan dalam.


7

Ketenangan diri dan perasaan dalam kesunyian yang tercipta pada waktu

meditasi harus menyisakan suatu kesadaran diri ynag tetap terjaga,

meskipun nampaknya orang yang melakukan meditasi sedang berdiam

diri/terlihat pasif dan tidak bereaksi terhadap lingkungannya.


Selain ketiga jenis di atas, relaksasi juga dapat menggunakan

media aroma, suara, cita rasa makanan, minuman, keindahan panorama

alam dan air. Semua itu merupakan teknik relaksasi fisik/tubuh.


Sedangkan menurut Jones dalam Ratna (2013:17) relaksasi antara

lain terdiri atas:


1. Relaksasi otot
Digunakan sebagai prosedur pencegah kecemasan dengan strategi

desensitisasi sistematis. Enam belas kelompok otot yang sering digunakan

dalam relaksasi adalah: pergelangan tangan dan lengan bawah kanan, bisep

kanan, pergelangan tangan dan lengan bawah kiri, bisep kiri, dahi, mata,

hidung, dan pipi bagian atas, rahang dan pipi bagian bawah, leher dan

tenggorokan, dada dan pundak, perut, paha kanan, betis kanan, telapak kaki

kanan, paha kiri, betis kiri dan telapak kaki kiri.


2. Relaksasi mental
Seringkali pula sebagai bagian dari desensitisasi sistematik. Relaksasi

semacam ini biasanya melibatkan membayangkan suatu pemandangan yang

damai. Konselor dapat menemukan pemandangan mana yang dianggap paling

kondusif oleh klien untuk relaksasi. Sering kali, relaksasi mental digunakan

setelah menjalani prosedur relaksasi otot.


2.2.2 Keterbatasan dan Kelebihan Relaksasi
a. Keterbatasan Relaksasi

Faktor teknis, klien dan masalahnya akan sangat mempengaruhi

keberhasilan penggunaan teknik relaksasi.


8

1. Faktor teknis ini meliputi kurang terampilnya instruktur dalam

memberikan instruksi, media yang digunakan dalam relaksasi kurang

begitu diperhatikan, kondisi tempat yang tidak nyaman.


2. Faktor dari konseli, kurang bisa mengontrol diri, konseli salah kostum,

konseli mengutamakan nilai pribadinya.


3. Faktor dari masalah konseli itu sendiri.
4. Pelaksanaannya tidak selalu mudah karena membutuhkan tempat yang

kondusif
5. Teknik relaksasi memerlukan waktu yang relatif lama (karena tidak

hanya dilakukan sekali).


6. Konseli yang tidak dapat memfokuskan pikiran atau konsentrasinya

dapat menghambat pelaksanaan teknik relaksasi.


7. Membutuhkan sarana dan prasarana yang cukup banyak.
b. Kelebihan

Kelebihan teknik relaksasi anatara lain:

1. Konseli menjadi tidak merasa tegang dan tertekan dengan penggunaan

teknik ini.
2. Tidak memerlukan model dalam pelaksanaannya (selain konselor).
2.2.3 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan

Berbagai faktor dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan teknik

relaksasi. Faktor tersebut dapat berasal dari segi internal maupun eksternal klien.

Beberapa hal yang perlu diperhatiakan dalam melakukan teknik relaksasi anatara

lain:

1. Kenyamanan tempat (suasana, tempat duduk, musik, dll)


2. Konseli akktif, relaksasi sebagai kegiatan belajar keterampilan dalam

mengatasi permasalahan jadi bukan hanya konselor saja yang aktif


3. Kesuksesan relaksasi membutuhkan pembelajaran dan latihan yang

berkesinambungan
4. Konselor perlu memberikan home work relaksasi kepada konseli
5. Konseli menggunakan pakaian yang nyaman pada saat relaksasi
9

6. Pada orang kidal, instruksi peregangan untuk sisi kiri tubuh seharusnya lebih

didahulukan
7. Suara dan intonasi konselor sangat menentukan keberhasilan teknik relaksasi
8. Konseli mempunyai jumlah sesi waktu yang cukup untuk belajar relaksasi

secara rutin
9. Kebutuhan waktu konseli untuk dapat mencapai tingkat/ rasa rileks berbeda,

sehingga sesi disesuekan kondisi konseling


10. Pemberhentian sesi relaksasi dilakukan dengan menghitug mundur dan

konseli diminta untuk membuka mata perlahan


11. Evaluasi pasca kegiatan (konselor meminta konseli untuk merangkum

kegiatan relaksasinya)
12. Konselor memberi penguatan kembali tentang pentingnya relaksasi otot
13. Memberikan konseli PR untuk melakukan relaksasi dan setelah itu diadakan

evaluasi kembali.
2.2.4 Siklus Peregangan Rileks

Bernstein dan Borkevoc (dalam Ratna, 2013:18) melihat bahwa dlam

mengajarkan relaksasi otot, ada siklus kejadian-kejadian yang harus diamati

dengan kelompok otot. Siklus peregangan rileks ini memiliki lima elemen:

a. Fokus
Memfokuskan pada kelompok otot tertentu. Penentuan apakan yang perlu di

relaksasi adalah semua bagian otot.


b. Tense
Meregangkan kelompok otot tersebut
c. Hold
Mempertahankan ketegangan tersebut selama 5 sampai 7 detik.
d. Release
Melepaskan ketegangan pada otot tersebut ( paling lama)
e. Relax
Memfokuskan perhatian pada saat melepaskan ketegangan dan relaksasi lebih

jauh pada setiap kelompok otot.

2.3 Terapi Manipulasi Tubuh


10

Terapi manipulasi tubuh adalah suatu gerakan pasif yang digerakkan

dengan tiba- tiba, amplitude kecil dan kecepatan yang tinggi, sehingga pasien

tidak mampu menghentikan gerakan yang terjadi (Mudatsir, 2007). Terapi ini

didasari oleh manipulasi dan pergerakan tubuh. Macam-macam terapi manipulasi

tubuh adalah sebagai berikut:

2.3.1 Pengobatan Kiropraksi

Pengobatan kiropraksi merupakan sistem terapi yang melibatkan

manipulasi kolumna spinalis dan memasukan fisioterapi serta terapi diet.

Seseorang yang melakukan pengobatan kiropraksi dengan menggunakan teknik

khusus untuk gangguan otot dan persendian disebut dengan chiropractor.

Kiropraksi biasanya dilakukan dengan memanipulasi sistem saraf tubuh manusia,

terutama pada tulang belakang dan juga pada tulang. Teknik ini berdasarkan pada

prinsip bahwa masalah pada sistem saraf manusia akan mengganggu bagian tubuh

lainnya, yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit dan cedera lain

(Synder & Lindquist, 2002).

a. Manfaat Kiropraksi
1. Kiropraksi membantu memperbaiki adanya kelainan pada sistem saraf,

agar sinyal-sinyal yang mengalir melalui sistem saraf dapat bekerja ke

arah otak dengan lebih efisien.


2. Kiropraksi meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan membuat aliran

darah menjadi lebih baik.


3. Melemaskan otot-otot tubuh.
4. Mengurangi rasa sakit pada punggung bagian bawah serta bagian tubuh

yang lain yang disebabkan oleh masalah otot dan tulang atau sistem saraf.
5. Mengurangi tekanan pada tulang belakang.
11

6. Pemijatan juga memberikan efek yang baik bagi mereka yang memiliki

masalah mental seperti depresi dan kebiasaan mengalami rasa gelisah yang

tidak normal.
b. Prosedur Tindakan Pengobatan Kiropraksi

Prosedur tindakan penyembuhan yang paling umum dilakukan oleh

chiropractor adalah “manipulasi tulang belakang”, yang disebut juga

“penyesuaian chiropractic”. Tujuan manipulasi ini adalah untuk

mengembalikan mobilitas sendi dengan memberikan semacam pijatan dengan

tangan pada sendi yang kaku akibat adanya cedera pada jaringan otot

disekitarnya.

Cedera jaringan otot bisa disebabkan oleh aktivitas tunggal seperti

mengangkat benda yang berat secara tiba-tiba, atau aktivitas yang dilakukan

berulang seperti duduk dengan posisi tulang belakang yang salah dalam waktu

yang cukup lama. Jaringan yang cedera akan menyebabkan perubahan fisik

dan kimia, yang dapat menyebabkan timbulnya radang dan pembengkakan,

nyeri, dan gerakan menjadi terbatas. Tindakan manipulasi atau penyesuaian

tadi akan mempengaruhi sendi dan otot agar lebih lemas dan tidak terlalu

kaku, sehingga rasa nyeri bisa berkurang, dan perlahan-lahan cedera jaringan

yang dialami akan sembuh dengan sendirinya.

Seorang Chiropractor boleh memeriksa pasiennya melalui serangkaian

tes seperti pengujian klinis, tes laboratorium, mengambil gambar rontgen dan

metode diagnostik lain untuk menentukan apakah pengobatan Chiropractic

boleh dilakukan pada pasien tersebut atau tidak. Chiropractor akan merujuk

pasien pada dokter jika metode Chiropractic tidak boleh dilakukan pada pasien
12

karena kondisi pasien yang tidak memungkinkan, atau jika kondisi pasien

membutuhkan pengawasan dokter dalam menjalankan pengobatan

Chiropractic-nya.

Tindakan ini dimulai dengan pemeriksaan yang menyeluruh terhadap

pasien. Sebagian pasien berkonsultasi kepada ahli terapi chiropractic setelah

perawatan konvensional seperti obat-obatan dan pembedahan tidak dapat

mengurangi rasa sakit yang diderita. Pada saat itu, ahli terapi chiropractic

biasanya akan memerlukan beberapa rekam dan dokumen medis untuk

diperiksa. Ahli terapi tersebut juga akan mewawancarai pasien, menanyakan

soal bagaimana sakitnya bermula, daerah yang dirasa sakit, dan situasi yang

dirasa dapat memperparah atau meringankan rasa sakit yang diderita. Ahli

terapi tersebut juga biasanya akan menanyakan kebiasaan pasien, gaya

hidupnya, dan riwayat penyakit keluarganya.

Jika ahli chiropractic menawarkan pemijatan, pasien biasanya akan

menjalani perawatan pemijatan untuk mengurangi tekanan pada otot. Setelah

pemijatan selama 45 menit atau satu jam, pasien akan diminta untuk kembali

ke ruangan ahli chiropractic untuk penyesuaian dan manipulasi otot. Pasien

kemudian akan diminta kembali ke ahli pemijatan untuk meningkatkan

kondisi jaringan lunak pasien. Terkadang, penyesuaian dan pemijatan tersebut

tidak dilakukan di waktu yang sama.

c. Efek Samping Pengobatan Kiropraksi


Efek samping yang paling sering dikeluhkan yaitu:
1. Rasa tidak nyaman di area terapi, merupakan keluhan yang paling terjadi
2. Sakit kepala
3. Rasa lelah
4. Rasa tidak nyaman yang menjalar, misalnya ke bahu dan ke lengan
13

5. Kaku pada leher

Selain itu, efek samping berat yang dapat terjadi diantaranya adalah

stroke, fraktur (patah tulang), dislokasi (kelainan pada tulang belakang dimana

satu atau lebih tulang belakang tidak pada posisi seharusnya), dan cedera

lempeng tulang belakang.

2.3.2 Pijat Akupresur

Akupresur adalah sebuah ilmu penyembuhan dengan menekan, memijit,

mengurut bagian dari tubuh untuk mengaktifkan peredaran energi vital atau Ci.

Akupresur juga disebut akupuntur tanpa jarum, atau pijat akupuntur, sebab teori

akupunturlah yang menjadi dasar praktik akupresur. Akupuntur menggunakan

jarum sebagai alat bantu praktik, sedangkan akupresur menggunakan jari, tangan,

bagian tubuh lainnya atau alat tumpul sebagai pengganti jarum (Sukanta, 2003) .

Pada dasarnya Akurpresur berarti teknik pijat yang dilakukan pada

titik-titik tertentu ditubuh, untuk menstimulasi titik-titik energi. Titik-titik

tersebut adalah titik-titik akupuntur. Tujuannya adalah agar seluruh organ

tubuh memperoleh “chi” yang cukup sehingga terjadi keseimbangan chi

tubuh. “chi” adalah energi yang mengalir melalui jaringan di berbagai

meridian tubuh dan cabang-cabangnya. Cara meningkatkan energi tubuh

tersebut pada Akupuntur dilakukan dengan menusukkan jarum-jarum

Akupuntur pada titik-titik tertentu yang berkaitan dengan keluhan pasien,

sedangkan akurpresur melakukan hal yang sama dengan tekanan jari-jari

tangan dan pemijatan (Hadibroto, 2006 )


14

a. Manfaat Pijat Akupresur

1. Pencegahan penyakit

Akupresur dipraktikkan secara teratur pada saat-saat tertentu menurut

aturan yang sudah ada, yaitu sebelum sakit. Tujuannya adalah mencegah

masuknya sumber penyakit dan mempertahankan kondisi tubuh.

2. Penyembuhan penyakit Akupresur dapat digunakan menyembuhkan

keluhan sakit, dan dipraktikkan ketika dalam keadaan sakit.

3. Rehabilitasi Akupresur dipraktik untuk meningkatkan kondisi kesehatan

sesudah sakit.

4. Promotif Akupresur dipraktikkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh

walaupun tidak sedang sakit

5. Prosedur Tindakan Pijat Akupresur

a. Cara pemijatan

Setelah terapis mendiagnosa penyebab penyakit dan

menggolongkan syndrome menjadi delapan diagnose kemudian baru

dapat ditentukan arah pemijatan yang akan dilakukan. Arah pemijatan

disesuaikan dengan sifat penyakit yang diderita. Sifat penyakit yang, se,

panas, luar maka pemijatan pada titik akupunktur yang dilakukan adalah

berlawanan jarum jam sebanyak 60 putaran atau dengan istilah sedate,

sedangkan sifat penyakit yin, si, dingin, dalam maka pemijatan yang

dilakukan adalah searah jarum jam sebanyak 30 putaran.

Dalam pemijatan, sebaiknya jangan terlalu keras dan membuat

pasien kesakitan.Pemijatan yang benar harus dapat menciptakan sensasi


15

rasa (nyaman, pegal, panas, gatal, perih, kesemutan, dan lain

sebagainya).Apabila sensasi rasa dapat tercapai maka di samping sirkulasi

chi (energy) dan xue (darah) lancar, juga dapat merangsang keluarnya

hormone endomofrin (hormone sejenis morfin yang dihasilkan dari dalam

tubuh untuk memberikan rasa tenang).

b. Cara kerja akurpresur

Sasaran Akurpresur adalah merangsang kemampuan tubuh dalam

menyembuhkan diri sendiri. Sang terapis akan memegang atau menekan

berbagai titik pada tubuh atau sistem otot untuk merangsang energi dari

tubuh sendiri. Rangsangan tersebut menyingkirkan sumbatan energi dan

rasa lelah.

Ketika semua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak lagi terhalang

oleh ketegangan otot atau hambatan yang lain, maka energi tubuh akan

menjadi seimbang. Keseimbangan membawa kesehatan yang baik dan

perasaan sejahtera. Jika salah satu dari jalurnya terhambat/tersumbat, maka

perlu aplikasi dengan tekanan yang tepat menggunakan jari untuk

mengendurkan ketegangan otot, membuat sirkulasi darah lancar, dan

menstimulasi atau menyeimbangkan aliran energi.

2.3.3 Rolfing

Rolfing adalah salah satu teknik yang bekerja untuk menyelaraskan

jaringan dengan cara yang benar dan meluruskan tulang belakang atas. Terapi

Rolfing ini diciptakan oleh Ida Rolf. Teori di balik Rolfing adalah bahwa keadaan

alami tubuh santai, nyaman dan selaras dengan gravitasi bumi. Namun, seiring
16

waktu tekanan kehidupan sehari-hari menyebabkan orang untuk menyesuaikan

cara mereka memegang tubuh mereka dan cara mereka bergerak.

a. Manfaat Rolfing

1. Melepaskan perlekatan dan mengendurkan otot-otot.

2. Mengajarkan mekanika tubuh yang lebih baik.

3. Menghilangkan nyeri, ketegangan otot, dan sakit kepala.

4. Gerakan tubuh lebih efisien.

b. Prosedur Tindakan Rolfing

Program rolfing dilaksanakan 10 jam diakui untuk menyetel kembali

badan juga bergerak tanpa kurang pembatasan gravitasi. 10 sesi penuh dalam

penyusunan kembali, biasanya dilakukan dalam satu jam persesi seminggu

dalam 10 minggu. Teknik rolfing dimulai dengan daerah tertentu dan maju ke

perawatan seluruh tubuh.

Rolfing juga memberikan latihan klien untuk melakukan antara sesi untuk

membantu klien bergerak lebih benar dan tetap menyadari bagaimana klien

bergerak. Pengobatan tidak terfokus pada daerah yang bermasalah, akan tetapi

seluruh bagian tubuh mendukung setiap bagian tubuh lainnya.

Melalui tangan pada teknik Rolfer yang perlahan meregang dan realigns

fasia tubuh memulihkan panjang alami dan elastisitas bagi tubuh. Teknik-

teknik ini akan dilakukan baik dengan klien berbaring di meja sementara
17

terapis memandu gerakan dengan tangan atau dari meja dengan klien berdiri

atau duduk.

2.3.4 Terapi Cahaya dan Warna

Pada zaman mesir kuno sudah dibuat suatu bangunan penyembuhan

dengan cahaya dan warna. Penggunaan warna pun digunakan secara luas di India

dan China sampai saat ini sedangkan penggunaan terapi warna di AS dan Eropa

mulai berkembang sejak pertengahan abad ke 19, dimana Dr. Edwin Babbit

mempublikasikan The Principles of light and colour. Dia merekomendasikan

berbagai teknik penggunaan warna untuk penyembuhan.

Telah banyak penelitian yang dilakukan mengenai efek warna pada tubuh kita.

Penelitian di Norwegia mencatat bahwa orang yang tinggal di ruangan berwarna

biru mempunyai thermostat (ambang suhu tubuh) 3 derajat lebih tinggi dibanding

dengan orang yang tinggal di ruangan berwarna merah. Nick Humprey dari

Universitas Cambridge menemukan bahwa paparan warna merah dapat

mengakibatkan perubahan emosional, detak jantung, tahanan kulit, dan aktivitas

listrik otak. Penelitian lain menunjukkan warna merah dapat pula menurunkan

ambang rangsang nyeri, artinya pasien akan lebih sensitif terhadap nyeri.

Praktisi terapi warna percaya bahwa karena semua bentuk materi merupakan

bentuk dari energi, maka aplikasi energi ke dalam tubuh akan mempengaruhi

keadaan sehat maupun sakit. Pada orang yang sakit , tubuhnya kekurangan satu

atau beberapa warna tertentu.


18

Cahaya merupakan salah satu bentuk energi dan cahaya ini dapat dipecah

menjadi beberapa warna dan inti dari terapi warna ini adalah mengaplikasikan

satu atau lebih warna untuk menjaga keseimbangan energi dalam tubuh.

a. Manfaat Terapi Cahaya dan Warna

Terapi warna dapat memberikan efek perubahan fisiologis lebih dari

sekedar efek psikologis stimulus penglihatan. Sebagai contoh: warna merah

dapat mengakibatkan terangsangnya sistem saraf otonom sedangkan warna

biru mempunyai efek menenangkan. Warna ultraviolet sering digunakan

untuk bayi yang lahir ikterik atau berwarna kuning.

b. Prosedur Tindakan

Ada berbagai cara untuk mengetahui kebutuhan warna bagi tubuh anda.

Saat berkunjung ke praktisi terapi warna maka ada beberapa praktisi yang

mengatakan dapat melihat ‘aura’ (lapisan warna yang mengelilingi tubuh)

dan mengatakan langsung warna yang dibutuhkan oleh tubuh. Teknik

fotografi pun telah digunakan untuk melihat aura. Teknik ini didasarkan pada

fotografi Kirlian yaitu suatu teknik fotografi dengan frekuensi tinggi yang

ditemukan di Rusia

Terapi warna dijalankan sebagai obat penyembuhan dengan getaran yang

menggunakan bahan alami seperti batu, permata, kristal, tanaman, rempah-

rempah serta cahaya berwarna khusus.

Beberapa teknik terapi warna yang dapat dilakukan adalah :


19

a. Penyembuhan pelangi: teknik ini sangat sederhana dan murah. Prinsipnya: air

ketika terkena sinar matahari didalam wadah yang berwarna (misalnya botol

yang berwarna), maka akan menerima energi vibrasi dari warna tersebut.

b. Pernafasan warna: teknik ini merupakan salah satu bentuk teknik visualisasi..

Kegiatan dilakukan dengan membayangkan menghirup dan menghembuskan

warna tertentu. Teknik ini dapat dilakukan sebelum tidur atau saat bangun

pagi hari.

2.3.5 Hidroterapi

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2014

Tentang Pelayanan Kesehatan SPA menyebutkan bahwa penggunaan air di dunia

kesehatan konvensional dikenal dengan istilah hidroterapi medik. Kesehatan

tradisional menggunakan istilah hidroterapi atau hidropati untuk pemanfaatan air

bagi kesehatan. Hidroterapi ditujukan untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan

kebugaran.

Menurut Chaiton (2002) menyatakan bahwa hidroterapi adalah metode

perawatan dan penyembuhan dengan menggunakan air untuk mendapatkan efek-

efek terapis. Secara khusus, air memiliki kualitas untuk mencapai respon tubuh

yang bisa menyembuhkan symptom-symptom dan meningkatkan mekanisme

tubuh dalam menghadapi ancaman eksternal sebagai pemicu untuk memperbaiki

tingkat kekuatan dan ketahanan terhadap penyakit.

Media air bisa digunakan karena faktor buoyancy (keterapungan) baik

didalam korang renang maupun kolam terapi.Air dapat digunakan sebagai terapi
20

dalam kondisi panas, hangat, netral (temperature tubuh), dingin, atau dalam

kondisi beku (es).

a. Manfaat Hidroterapi

1. Hidroterapi dapat menurunkan tekanan darah jika terapi ini dilakukan

secara rutin. Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak dan faktor

fisiologis bagi tubuh terutama pada pembuluh darah dimana hangatnya air

membuat sirkulasi darah menjadi lancar dan menguatkan otot-otot

ligament yang mempengaruhi sendi tubuh (Lalage, 2015).

2. Pengaturan sirkulasi tubuh dengan menggunakan terapi air dapat

menyembuhkan berbagai penyakit seperti demam, radang paru-paru, sakit

kepala dan insomnia (Istiqomah, 2017).

3. Air mempunyai dampak positif terhadap otot jantung dan paru-paru

(Susanto, 2015).

4. Media yang sangat ideal bagi program latihan dan rehabilitasi.

5. Air mengurangi tekanan musculoskeletal dan persendian (Rujito, 2008).

b. Teknik Pengobatan dengan Hidroterapi

Menurut Lalange (2015), teknik pengobatan hidroterapi adalah sebagai

berikut:

1. Mandi Air Panas

Mandi air panas digunakan untuk meredakan nyeri persendian dan

otot, serta peradangan. Untuk membantu penyembuhan luka-luka kecil

atau beberapa kondisi kulit bisa diterapkan mandi air panas atau hangat

dengan ditaburi berbagai zat seperti ekstrak rumput kedalam air tersebut.
21

Kebanyakan kita mengetahui manfaat mandi air hangat, yakni

menciptakan rasa santai. Mandi air hangat bersuhu antara 36,5 derajat C

dan 40 derajat C (98 F dan 104 F) sangat bermanfaat sebagai alat relaksasi

otot.

Sebagai permulaan, lima menit berendam dalam air panas suhu

setinggi itu kiranya sudah cukup. Selanjutnya lama perendaman di

perlama menjadi sepuluh menit sehari, selama tidak muncul perasaan

lemah dan pusing.perlu diketahui mandi air hangat sekejap ternyata

memiliki efek yang cukup berbeda dengan mandi air hangat yang agak

lama.

2. Mandi Air Dingin

Mandi air dingin bermanfaat memperbaiki aliran darah ke organ-organ

dan jaringan- jaringan internal dan juga mengurangi pembengkakan.

Pasien bisa duduk sebentar di air dingin yang dangkal dan memberi air

tambahan yang dipercik-percikkan ke kulit yang ingin disembuhkan.

Bagian yang bengkak dan terasa nyeri bisa direndam di air dingin untuk

mengurangi pembengkakannya. Terapi dengan mandi air dingin ini

sebaiknya tidak dilakukan pada orang yang mengalami kondisi sakit yang

serius atau anak yang masih sangat kecil atau orang yang sudah setengah

baya.

3. Mandi Netral

Dipermukaan kulit terdapat banyak ujung saraf dan ujung-ujung saraf

tersebut berhubungan dengan penerimaan rangsangan. Lebih banyak di


22

antara ujung-ujung saraf merupakan penerima dingin dibandingkan

penerima panas. Rangsangan tersebut memiliki pengaruh pada sistem saraf

simpatetik dan dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Semakin

besar perbedaan antara suhu kulit dan air yang dikenakan ke kulit, semakin

besar pula potensi timbulnya reaksi fisiologis. Sebaliknya, air yang

suhunya sama dengan suhu tubuh memiliki efek pereda rasa nyeri dan

pengendur yang mencolok terhadap sistem saraf. Kondisi ini sangat

penting yang diperlukan dalam keadaan stres dan bisa menghasilkan

perkembangan dengan

apa yang disebut ”mandi netral”.

Sebelum dikembangkannya obat penenang, metode yang paling

andal dan efektif dalam menenangkan pasien yang gelisah adalah dengan

menggunakan mandi netral. Pasien dimasukkan ke dalam sebuah wadah

air yang suhunya dipertahankan antara 33,5 derajat C dan 35 derajat C (92

F dan 96 F) sering kali sampai selama lebih dari tiga jam dan terkadang

sampai selama dua puluh empat jam. Jelasnya cara seperti ini tidaklah

praktis untuk rata-rata orang yang mengalami ketegangan pada saat

sekarang ini. Akan tetapi, sebagai langkah pertolongan diri, mandi netral

bisa dijadikan alat untuk meredakan sakit pada sistem saraf jika digunakan

dalam jangka waktu yang relatif pendek.

Suhu airnya perlu dipertahankan pada tingkat yang disebut di atas

dan hendaknya digunakan termometer khusus untuk mandi. Berendam

selama setengah jam seperti ini akan memiliki efek menghilangkn rasa
23

nyeri atau bahkan efek yang menimbulkan rasa kantuk. Cara ini tidak

mengakibatkan terjadinya ketegangan pada jantung, sirkulasi darah, atau

sistem saraf dan dapat menghasikan relaksasi otot maupun relaksasi

danvasodilatasi pembuluh darah. Semua efek ini bisa mendorong

munculnya relaksasi. Mandi dengan cara seperti ini bisa digunakan

bersama-sama dengan metode relaksasi yang lain seperti meditasi dan

teknik-teknik pernapasan, sehingga menghasilkan stres.

4. Mandi Uap

Mandi uap bisa digunakan untuk mengeluarkan keringat dan

terbukanya pori- pori kulit dan memilki efek menyegarkan dan

membersihkan badan. Tubuh mungkin mampu mengeluarkan zat-zat yang

berbahaya dengan mandi uap dan di akhiri dengan mandi dingin.

5. Mandi Sitz

Mandi sitz biasanya diberikan untuk mengobati kondisi-kondisi yang

menimbulkan rasa nyeri yang disertai kulit robek seperti wasir atau luka

pada anal dan juga sakit ringan yang bisa mempengaruhi organ kemaluan

dan kencing. Pasien duduk ditempat mandi dengan rancangan khusus yang

mempunyai dua bagian terpisah, satu ruang diisi air dingin dan ruang

lainnya air panas. Pertama-tama, pasien duduk ditempat air dingin sampai

terendam pinggul dan perut bawah dengan kaki berada di wadah yang

berisi air dingin. Setelah tiga menit, pasien mengubah posisinya dengan

duduk di bagian air dingin dengan kaki di air panas.

6. Semprotan Air Dingin dan Panas


24

Semprotan air panas dan dingin bisa diberikan untuk menyembuhkan

sejumlah gangguan yang berbeda namun teknik ini tidak dianjurkan untuk

pasien yang menderita sakit yang parah, orang-orang tua atau anak-anak

kecil.

7. Wrapping

Pembungkusan (wrapping) digunakan untuk pasien yang mengidap

penyakit bronkitis, nyeri punggung dan kondisi-kondisi demam. Kertas

basah yang dingin yang telah diperas dibungkuskan ke tubuh pasien,

setelah itu disusul dengan pembungkusan menggunakan kertas kering lalu

selimut hangat. Bungkusan tersebut didiamkan sampai kertas bagian

dalam yang basah tadi telah mengering dan kemudian tutupnya yakni

kertas kering dan selimut hangat dibuka. Tubuh diseka menggunakan air

hangat-hangat kuku sebelum dikeringkan dengan handuk. Kadang-kadang

pembungkusan tersebut bisa dilakukan pada daerah tubuh yang lebih kecil

seperti perut bagian bawah untuk menyembuhkan persoalan khusus pada

tubuh, biasanya sembelit.

8. Pengepakan Dingin

Untuk melaksanakan pengepakan dingin diperlukan secarik kain katun

yang lebar; kain flanel atau sutra (selimut), lembaran karet untuk

digunakan alas di tempat tidur; sebotol air panas, kancing pengaman.

Pertama-tama, celupkan kain katun ke dalam air dingin, peras sampai

tuntas dan letakkan di atas kain flanel yang telah dihamparkan di atas

lembaran karet di tempat tidur. Baringkan pasien yang akan mendapat


25

pengobatan di atas kain yang basah tadi, balutkan kain itu ke tubuh pasien

dan segera tutupi dengan kain flanel. Pasang kancing agar kain bisa rapat

membungkus tubuh. Sekarang tarik seprai dan beri sebotol air hangat.

Pengepakan dingin ini berubah menjadi hangat, secara berangsur-

angsur selama kurun waktu enam sampai delapan jam dan dibiarkan agar

kering. Biasanya pasien akan banyak mengeluarkan keringat, dengan

demikian bahan- bahan yang telah digunakan itu hendaknya dicuci bersih

sebelum digunakan lagi. Jika timbul perasaan kedinginan yang lembap,

kain yang basah tadi mungkin tidak dibungkuskan dengan baik atau bahan

penyekatnya terlalu longgar atau terlalu sedikit.

9. Pengambangan

Untuk pengobatan kehilangan indra sensoris. Pengambangan

dilakukan dengan membaringkan tubuh pasien menghadap ke atas pada

sebuah wadah tertutup dan gelap yang diisi air garam yang hangat. Di

tempat itu tidak boleh ada suara, kecuali mungkin beberapa musik alam

yang bisa membawa pasien memasuki kondisi seperti mimpi. Pengobatan

semacam ini benar-benar bisa menghasilkan kesegaran dan mengakibatkan

tidur yang nyenyak dan santai.

2.4 TERAPI ENERGI

Peningkatan minat publik terhadap aspek kesehatan dan pengobatan

alternatif dengan beragam aplikasinya di seluruh dunia membentuk semacam

“perangkap semu” bagi mereka yang merasa khawatir secara berlebihan terhadap

kesehatan mereka; kondisi yang juga dipengaruhi oleh penyebaran epidemi


26

penyakit dan peningkatan polusi industri di banyak belahan dunia. Kalangan ini

juga berasal dari mereka yang ingin melepaskan diri dari pengobatan

konvensional yang menggunakan obat-obatan kimiawi sintetik, terutama setelah

begitu banyak pemberitaan mengenal malpraktik dokter, komersialisasi obat serta

efek samping berbahaya dari obat-obatan kimia sintetik.

Dengan tersebar-nya program pengembangan manusia sesuai konsep

Hindu dan Budha, muncullah metode ‘terapi energi’. Metode ini mendapatkan

sambutan luas meskipun tidak terbukti manfaatnya menurut penelitian ilmiah oleh

lembaga yang terakreditasi secara internasional dalam pengobatan alternatif.

Metode tersebut hanya berkaitan dengan pengembangan manusia di satu sisi dan

dengan pusat nutrisi dan klub kesehatan serta pengobatan alternatif di sisi yang

lain. Akibatnya, metode ini menyebar dengan cepat kepada masyarakat awam.

Penyebarannya dalam bentuk pelatihan dan grup-grup terapi energi yang tidak

didasarkan pada ilmu penyakit dan kedokteran. Ia semata berupa keyakinan

filosofis, ritual pagan yang bercampur dengan sedikit olah raga aerobik, serta

sepintas dari teori-teori ilmiah; namun mendapatkan penerimaan di sebagian

kalangan pasien dan mereka yang ingin memiliki kemampuan pengobatan. Faktor

lainnya, karena promosi sebagian sarjana Barat yang telah terpengaruh oleh

filsafat Timur serta sikap abstain dan absennya sebagian besar dokter dari

memperingatkan kepalsuannya. Baik karena faktor ketidaktahuan atau dianggap

sebagai manipulasi sugestif yang dapat menguntungkan sebagian pasien stadium

terminal dan hanya menjalani sisa hidup mereka dalam pengharapan. Seterusnya,

metode terapi energi tersebar ke seluruh dunia termasuk dunia Islam, yang
27

sebenarnya bermuasal dari Timur dan hanya menyeberang lewat Barat, di bawah

payung pengobatan alternatif atau komplementer.

Terapi energi Manusia memiliki medan energi. Melibatkan lapangan

energi Penyaluran energi dari terapis ke pasien Praktek dengan memberikan

lapangan energi (disebut juga lapangan bio/biofield) umumnya mencerminkan

konsep penyatuan manusia dalam energi. Khasiat terapi meningkatkan mood &

kualitas hidup serta kurangi nyeri dan kelelahanAura DefenisiAura adalah energi

yang berada di bagian luar tubuh dan membentuk suatu dinding yang berfungsi

untuk melindungi tubuh dari energy negatifaura lapisan atmosfer tubuh manusia,

yang juga berlapis-lapis. Aliran bio-energi menciptakan medan elektromagnetik di

sekeliling tubuh kita yang disebut auraLapisan aura itu terdiri dari tiga lapis, yakni

lapisan astral, mental, dan spiritual.Ciri-ciri aura Manusia Berwarna-warni sesuai

karakternya Terasa hangat Dapat berubah warnya Dapat bermuatan positif dan

negative Dapat bermuatan positif dan negative Tipe terapi energi Biofield therapy

Penetrate human body Terapi energi yang dapat diakses keperawatan.

2.4.1 Jenis- Jenis Terapi Energi

1. Healing Touch

terapi rileksasi, terapi energi dengan santai; sentuhan lembut yang

menyeimbangkan fisik, mental, emosional, dan kesejahteraan spiritual.

Healing Touch bekerja dengan lapangan energi yang mendukung kemampuan

alami untuk sembuh (Healing Touch International, Inc., 1998).

2. Terapi Polaritas
28

Polarity Therapy: mencari penghambat energi, melepas energi ke pola

normal dan mempertahankan lapangan energi terbuka, kondisi flexible

(American Polarity Therapy Association, 2007). Terapi Polaritas pertama kali

digunakan oleh Randolph Batu (1954) Program ini terdiri dari pola

elektromagnetik yang digunakan dalam respon mental, emosional, dan fisik.

Ketika seseorang sakit, dikatakan bahwa mereka energi manusia dalam

kondisi yang buruk dan perlu diperbaiki dengan proses terapi polaritas. Terapi

Polaritas obat besar untuk begitu banyak orang & telah sukses besar dalam

menghilangkan stres. Setelah sesi terapi ,akan merasa lebih santai & pribadi

yang lebih bahagia.

3. Qigong

Qigong (dibaca chee gong) Qi artinya air, nafas kehidupan, atau energi

vital tubuh; gong artinya seni bekerja dengan atau membiasakan disiplin diri

dan pencapaian. Terdiri dari gerakan meditasi , relaksasi, gerakan fisik,

integrasi pikiran-tubuh, dan letihan bernafas (Qigong Institute, 2005).

4. Reiki

Reiki disebut RAY-key, berarti energi kehidupan alam semesta, atau

energi Ilahi, Reiki diperkenalkan pada awal abad 20 di Jepang -- mengurangi

stres &rileksasi yang juga menyembuhkan . Dipercaya sistem penyembuhan

ini awalnya dari Tibet. Praktek penyembuhan ini berasal dari naskah-naskah

kuno ribuan tahun yll, berusia >> 5,000 tahun. Diberikan dengan

menengadahkan tangan life force energy (International Center for Reiki


29

Training, 2007). Penyembuhan Reiki Energi Reiki merupakan Energi yang

berasal dari Alam dan bisa di rasakan ketika seseorang memiliki kepasrahan,

rasa syukur, dan keikhlasan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tingkat

Kepasrahan Seseorang dalam menerima Energi Reiki sangat mempengaruhi

keberhasilan penyembuhan Reiki. Karena ketika seseorang pasrah menerima

Energi Reiki, maka tubuh orang tersebut akan lebih mudah menerimanya.

Kondisi pasrah terhadap Tuhan Yang Maha Esa membuat energi negatif dalam

tubuh sulit untuk masuk ke dalam tubuh, sehingga Aliran energi Reiki bisa

direspons positif oleh tubuh penerima.

5. Therapeutic touch

Therapeutic Touch intervensi individu yang dipandu dan didapatkan

dari mengkaji lapangan energi individu (Nurse HealersProfessional Associates

International, 2006)Therapeutic Touch dikembangkan pertama kali tahun 1970

oleh Dolores Krieger RN, professor of nursing. Sesi berlangsung dari 15 -30

menit. Pasien duduk di kursi nyaman dan berbaring Praktisi Therapeutic

Touch mulai dengan mendiskusikan tujuan pengobatan, lalu menggunakan

sentuhan ringan dan/atau gerakan mengusap dibawah permukaan kulit untuk

mengkaji dan menyeimbangkan energi disekitar tubuh.Langkah Therapeutic

Touch Memusatkan diri mereka dan tetap tenang, kondisi sadar diam. Kaji

lapangan energy pasien. Tenang dan mobilisasikan energi, arahkan energi

untuk mencapai keseluruhan dan menyeimbangkan lapangan. Evaluasi dan

pengobatan dekat.Kaji feedback dan jawab pertanyaan pasien. Beda

therapeutic touch & healing touch Therapeutic Touch specifik teknik energy
30

dikembangkan oleh Delores Krieger. Healing Touch teknik mengumpulkan

energi dikembangkan dan dikompilasi oleh Janet Mentgen awal 1980an.

Teknik ini diajarkan melalui Healing Touch program.therapis menempatkan

tangannya dekat dengan tubuh pasien dengan intens untuk

membantu/menyembuhkan. Therapis percaya dengan sadar mengarahkan

/memodulasi energi individual dengan interaksi lapangan energinya Fokus

menyeimbangkan energi total seseorang dan menstimulasi kemampuan alami

tubuh untuk menyembuhkan.

6. Teknik pernapasan dalam (Yoga)

Yoga adalah sebuah aktivitas fisik yang melibatkan meditasi dengan teknik

peregangan, pernapasan, keseimbangan, dan kelenturan tubuh untuk mencapai

keselarasan dan harmoni antara emosi, jiwa, mental, spiritualitas, dan

tubuh.Yoga terus berkembang selama berabad-abad dan dipengaruhi oleh

beragam budaya, hingga kini tercipta berbagai jenis yoga — mulai dari

Ashtanga, Kripalu, Bikram, sampai Vinyasa. Berikut adalah 30anis-jenisyoga:

a. Yoga Hatha: Kelas-kelasnya terdiri atas kelas pengantar, postur dasar

yoga, hingga teknik pernapasan. Yoga hatha lebih berfokus kepada aspek

fisik dibandingkan mental.

b. Yoga Ashtanga: Yoga ashtanga terdiri atas 6 seri postur-postur yoga yang

kuat dan cukup menantang, dilakukan tanpa henti. Yoga tipe ini tidak

direkomendasikan bagi yang memiliki otot dan sendi yang lemah.


31

c. Yoga Power: Diadaptasi dari yoga ashtanga tradisional pada tahun 1980-

an. Merupakan jenis yoga yang dinamis dan menantang,

d. Yoga Bikram: Yoga bikram terdiri atas 26 gerakan dan 2 rangkaian

pernapasan. Yang unik dari jenis yoga ini adalah harus dilakukan di

ruangan yang panas dengan suhu sekitar 40,6º C dan kelembapan 40%.

e. Yoga Iyengar: Jenis yoga yang mengimplementasikan penggunaan benda-

benda seperti selimut, tali, kursi, atau bantalan untuk membentuk postur.

f. Yoga Kundalini: Dalam bahasa Sansekerta, “Kundalini” diartikan sebagai

gulungan, menyerupai gerakan ular yang fleksibel. Jenis yoga ini

menggabungan rangkaian gerakan, meditasi, dan nyanyian yang dibuat

untuk membangkitkan tenaga dalam yang terletak di bagian bawah tulang

belakang.
32
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer

adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang

bersangkutan. Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari

sistem – sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar

tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Terdapat beberapa terapi

komplementer diantaranya terapi relaksasi, terapi relaksasi diantaranya Autogenic

Training, Progressive Training, Meditation, relaksasi otot dan mental. Terapi

Manipulasi Tubuh yang terdiri dari Pengobatan Kiropraksi, Pijat Akupresur,

Rolfing, Terapi Cahaya dan Warna, Hidroterapi . Terapi energi yang terdiri dari

Healing Touch, Terapi Polaritas, Qigong, Reiki, Therapeutic touch, Teknik

pernapasan dalam (Yoga). Berbagai faktor dapat mempengaruhi keberhasilan

pelaksanaan teknik relaksasi. Faktor tersebut dapat berasal dari segi internal

maupun eksternal klien.

3.2 Saran

Kami menyajikan makalah ini dengan sebaik-baiknya, dari berbagai

sumber referensi. Semoga bisa menjadi pedoman buat pembaca, dan kami

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.

34
DAFTAR PUSTAKA

Chaiton, L. (2002). Terapi Air untuk Kesehatan dan Kecantikan. Jakarta: Prestasi

Pustaka

Hadibroto. (2006). Seluk Beluk Pengobatan Alternatif dan Komplementer. Jakarta:

Prestasi Pustaka

Istiqomah. (2017). Pengaruh Hidroterapi Rendam Kaki Air Hangat Terhadap

Tingkatan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di Dusun

Depok Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta. (Skripsi). Universitas

Aisyah Yogyakarta

Lalage, Z. (2015). Hidup Sehat Dengan Terapi Air . Klaten: Abata Press

Mudatsir, S. (2007). Terapi Masipulasi Ekstremitas, Pelatihan Manual Terapi.

Surakarta

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2014 Tentang

Pelayanan Kesehatan SPA

Rujito. (2008). Fisioterapi pada Pool Therapy. Retrieved from:

http://webblog.griyafisioterapi.com

Sukanta, P.O. (2003). Akupressur & Minuman untuk Mengatasi Gangguan

Kesehatan Reproduksi. Jakarta: PT Eka Media Komputindo

Susanto, T. (2015). Terapi Air Putih Mengobati Berbagai Macam Penyakit.

Yogyakarta: Medika.

Snyder, M. & Lindquist, R. (2002). Complementary/alternative therapies in

nursing. 4th ed. New York: Springer.

Anda mungkin juga menyukai