Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatNya penulis
dapat menyelesaikan Tugas Terapi Komplementer Pengaruh Terapi Akupresur Untuk Mengatasi Mual
Muntah Akibat Kemoterapi Pada Pasien Kanker dengan sebaik-baiknya.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan lencar dan
tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, seta bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa
syukur atas terselesainya makalah ini, maka penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak
yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada
teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik san saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penempuraan pembuatan makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat
di terapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul makalah
ini.

Jayapura, 10 Oktober 2019

Penyusun

1
DAFATR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………..........1
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………….2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG …………………………………………………………………………….3
1.2 RUMUSAN MASALAH ……………………………………………………………………….....4
1.3 TUJUAN …………………………………………………………………………………………..4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI TERAPI KOMPLEMENTER ………………...…………………………..…………...5
2.2 KLASIFIKASI TERAPI KOMPLEMENTER ………...……………………………..…………...5
2.3 PENGOBATAN TERAPI AKUPRESURE
BERDASARKAN KLASIFIKASI TERAPI ……………………………………………………..6
BAB III PEMBAHASAN
3.1 PERAN PERAAT DALAM TERAPI KOMPLEMENTER ………………………………………7
3.2 Definisi terapi akupresure …………………………………………………………………………8
3.3 Titik Akupresure …………………………………………………………………………………..8
3.4 Metode Akupresure ………………………………………………………………………………..9
3.5 Alat-alat yang diperlukan ………………………………………………………………………….9
3.6 Indikasi Penyakit …………………………………………………………………………………..9
3.7 Efek Samping Terapi Akupresure …………………………………………………………………9
3.8 Konsep terapi dalam mengatasi mual munta akibab kemoterapi ………………………………...10
3.9 Motivasi masyarakat memilih terapi akupresure ………………………………………………10
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN …………………………………………………………………………………..11
DATAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………………...12

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker merupakan salah satu penyakit kronis yang insidennya meningkat setiap tahun. Menurut
World Health Organization (WHO), jumlah penderita kanker di dunia bertambah menjadi 6,25 juta orang
setiap tahunnya. Kanker merupakan suatu ancaman serius terhadap kesehatan masyarakat, karena insiden
dan angka kematiannya terus merayap naik. American Cancer Society (ACS) menyatakan sekitar
1.399.790 kasus baru kanker didiagnosis pada 2006 di Amerika (LeMone & Burke, 2008).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Depkes RI menyebutkan bahwa kanker merupakan penyebab
kematian ke-5 d indonesia, setelah penyakit jantung, stroke, penyakit saluran pernafasan, dan diare
(Depkes RI, 2006) Berdasar data dari Grunberg (2004) yang menunjukkanbahwa sekitar 60% pasien yang
telah mendapatkan kemoterapi melaporkan bahwa pasien mengalami mual akut dan sekitar 30%
mengalami muntah akut meskipun sudah menggunakan antiemetik regimen terbaru.

Salah satu terapi yang dilakukan pada kanker adalah kemoterapi, terutama untuk terapi sistemik dan
kanker dengan metastasis klinis dan subklinis Pada kanker stadium lanjut secara lokal, kemoterapi sering
menjadi satusatunyametode pilihan yang efektif. Hingga saat ini obat anti kanker jenis kemoterapi yang
sudah dapat digunakan secara klinis mencapai 70 jenis lebih (Desen, 2008). Obat-obat kemoterapi sering
menimbulkan efek samping bagi pasien terutama mual muntah dengan derajat yang bervariasi. Gejala
mual muntah merupakan salah satu efek samping yang berat akibat pemberian obat kanker. Hesket (2008)
menyebutkan obat golongan Cisplatin, Carmustin dan Cyclophospamid merupakan obat kemoterapi yang
mempunyai derajat potensiasi muntah yang tinggi, dimana lebih dari 90% pasien yang menggunakan obat
jenis ini mengalami muntah. Mual muntah merupakan salah satu hal yang membuat stress pada pasien,
hal ini terkadang menjadi alasan bagi pasien memilih untuk menghentikan regimen kemoterapi dan
berpotensi mempengaruhi harapan hidup. Selain itu, jika efek samping ini tidak ditangani dengan benar,
mual muntah dapat meninmbulkan dehidrasi, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit serta resiko
aspirasi pneumonia (Hesket, 2008; Ignatavicius & Workman, 2008), sehingga perlu dilakukan intervensi
keperawatan yang lebih lanjut.

Berdasarkan studi kasus diatas, solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi mual dan muntah yaitu
dengan menggunakan terapi komplementer. Terapi komplementer untuk mengatasi mual muntah telah
banyak dikembangkan saat ini dengan indeks terapi yang bervariasi. Terapi komplementer yang dapat
dilakukan dalam mengatasi mual muntah akibat kemoterapi yaitu salah satunya dengan akupresur.
Stimulasi yang dilakukan pada titik P6 dan St36 diyakini akan memperbaiki aliran energi di lambung

3
sehingga dapat mengurangi terjadi gangguan pada lambung termasuk mual muntah (Dibble, Luce,
Cooper, &Israel, 2007)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi Terapi Komplementer ?
2. Apasaja klasifikasi dari terapi komplementer?
3. Bagaimana hubungan klasifikasi dengan terapi yang dipilih?
4. Bagaimana peran perawat dalam pelaksanaan terapi komplementer?
5. Apakah definisi Akupresur ?
6. Bagaimana konsep terapi akupresur dalam mengatasi mual muntah pada pasien kemoterapi?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari terapi komplementer


2. Untuk mengetahui klasifikasi dari terapi komplementer dan hubungannya dengan terapi
akupresure
3. Untuk mengetahui peran perawat dalam pelaksanaan terapi akupresur
4. Untuk mengetahui definisi dari terapi akupresure
5. Untuk mengetahui pengaruh terapi akupresure dalam mengatasi mual dan muntah pada pasien
kemoterapi

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Terapi komplementer

Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam pengobatan
modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern (Andrewset
al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan
ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001).

Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini
didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan
individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al., 2004).
Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif sebagai sebuah domain luas dalam sumber
daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas, praktik dan ditandai dengan teori dan
keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem pelayanan kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya
yang ada (Complementary and alternative medicine/CAM Research Methodology Conference, 1997
dalam Snyder & Lindquis, 2002). Selain itu, terapi komplementer meningkatkan kesempatan perawat
dalam menunjukkan caring pada klien (Snyder & Lindquis, 2002).

2.2 Klasifikasi Terapi Komplementer


1. Terapi pikiran tubuh (mind-body terapis)
memperkuat fungsi dan reaksi tubuh dengan pendayagunaan kekuatan pikiran, misalnya :
meditasi,hipnotis,berdoa dan mental healing.
2. Alternative medical systems
Pengganti dengan sistem pengobatan lengkap ( healing system ) yang tidak diberikan
oleh dokter biasanya. Sistem ini berkembang sebelum ditemukan metode pengobatan
konvensional, misalnya pengobatan ala oriental ( oriental medicine ) , Ayurveda dan
Naturopati.
3. Terapi berbasis biologi (biologikalli based terapis)
menggunakan bahan alami, misalnya herbal product (China,Barat dan obat tradisional
lainnya),diet khusus dan orthomolrcular remedies.
4. Terapi manipulatif dan berbasis tubuh (manipulative and body-based methods)
Merangsang atau menggerakkan anggota tubuh untuk mengembalikan fungsinya yang
normal, misalnya chiropratic,osteopathic manipulation, dan pijat (massage). Juga

5
termasuk gerak dan latihan pernafasan seperti yoga, Alexander technique, pilates, teknik
buteyko, eucapanic breathing.
5. Terapi energi (energy therapy)
Mendayagunakan sumber energi untuk memperbaiki fungsi sistem tubuh yang
menggunakan tenaga yang berasal dari dalam atau luar tubuh untuk mmengobati
penyakit, yaitu : biofield therapies ( misalnya acupuncture, acupressure, qi gong,
reiki, refleksiologi, therapeutic touch ) dan bioelectromagnetic-based therapies.
(Snyder & Lindquis, 2002).
2.3 Penggolongan Terapi Akupresure Berdasarkan Klasifikasi Terapi Komplementer

Terapi akupresure tergolong terapi manipulatif dan sistem tubuh karena Akupresur merupakan
salah satu bentuk fisioterapi dengan memberikan pemijatan dan stimulasi pada titik-titik tertentu
pada tubuh menggunakan media jari atau benda tumpul seperti stick kayu. Terapi ini berguna untuk
mengurangi bermacam-macam sakit dan nyeri serta mengurangi ketegangan, kelelahan dan
penyakit. Akupresur juga adalah pendekatan penyembuhan yang berasal dari daerah timur yang
menggunakan massage titik tertentu di tubuh (garis aliran energi atau meridian) untuk menurunkan
nyeri atau mengubah fungsi organ (Walsh, 2007, hal. 266). Dalam terapi akupresure, energi dari
tubuh diatur dengan memanipulasi titik-titik tertentu yang ada pada tubuh sehingga terapi
akupressure tergolong terapi manipulatif dan sistem tubuh.

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Peran Perawat Dalam Terapi Komplementer

Dalam penerapan terapi komplementer perawat memiliki peran yang sangat penting. Peran perawat
meliputi :

1. Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan dan care giver

Berdasarkan tujuan dari keperawatan yang mengacu kepada teori keperawatan peran perawat
meliputi teori Florence Nightingale (1860), peran perawat pada teori ini ditekankan pada pentingnya
mengembangkan lingkungan untuk penyembuhan dan pentingnya terapi dalam proses penyembuhan .
Selain itu, terapi komplementer meningkatkan kesempatan perawat dalam menunjukkan caring pada
klien (Snyder & Lindquis, 2002). Dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
mebutuhkan pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan, perawat
diharapkan dapat menentukan diagnosis keperawatan agar bisa merencanakan dan melaksanakan
terapi komplementer yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan klien, kemudian mevaluasi tingkat
perkembangannya. Hal ini juga di dukung oleh teori Orem (1971) dimana tujuan keperawatan dari
teori ini adalah untuk merawat dan membantu klien mencapai perawatan diri secara total. Rogers
(1970) juga menyatakan dalam teorinya bahwa tujuan dari keperawatan adalah untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan,mencegah kesakitan, dn merawat serta merehabilitasi
klien yang sakit dan tidak mampu dengan pendekatan humanistic keperawatan.

2. Perawat berperan sebagai konsultan, advokasi dan edukator

Hal ini didasarkan pada teori Peplau (1952), dimana tujuan keperawatan adalah untuk
mengembangkan interaksi antara perawat dan klien.

a. Peran konsultan, dilakukan perawat dalam mebantu pasien menberikan konsultasi kepada pasien
atau keluarga terkait masalah atau tindakan keperawatan dan terapi komplementer yang tepat
untuk diberikan
b. Peran advokasi dilakukan perawat dalam mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien
terkait pemberian terapi komplementer.
c. Peran edukator,dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
tentang penyakit klien dan hubungan penyakit dengan terapi komplementer yang akan diberikan.

3. Perawat berperan sebagai peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai penelitian yang
dikembangkan dari hasil evidence-based practice. Hal ini masih berhubungan dengan teori Roger,
yaitu untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan pasien, diperlukan penelitian yang
lebih lanjut untuk perbaikan tindakan keperawatan terutama penelitian tentang terapi
komplementer.

7
3.2 Definisi Terapi Akupresure

Terapi akupresure merupakan terapi non medis yang meliputi pemijatan dengan cara menekan
titik-titik syaraf tubuh terutama di bagian tangan dan kaki. Akupresur adalah salah satu bentuk
fisioterapi dengan memberikan pemijatan dan stimulasi pada titik-titik tertentu pada tubuh. Berguna
untuk mengurangi bermacam-macam sakit dan nyeri serta mengurangi ketegangan, kelelahan dan
penyakit. Salah satu bentuk dari pembedahan dengan menusukkan jarum-jarum ke titik-titik tertentu
di badan, akupresur menyembuhkan sakit dan nyeri yang sukar disembuhkan, nyeri punggung,
spondilitis, kram perut, gangguan neurologis, artritis dll (Mardiatun, 2013)

Falsafah yang mendasari akupresur adalah Taoisme. Falsafah ini menyatakan bahwa kehidupan
jagad raya atau makhluk hidup termasuk manusia terdiri dari 2 unsur ini merupakan faktor yang
mempengaruhi kesehatan. Manusia sehat memiliki unsur Yin dan Yang yang relatif seimbang. Jika
salah satu dominan maka kesehatan terganggu atau tidak sehat. Akupresur bertujuan untuk
menyeimbangkan Yin dan Yang. Unsur Yin dalam alam contohnya adalah perempuan, bulan,bagian
bawah, kondisi lemah, dan k eadaan gelap/bayangan. Dalam tubuh manusia unsur Yin adalah dada,
perut, permukaan tubuh bagian dalam , cairan kotor, fisik da organ padat. Sedangkan dalam hal gejala
penyakit, Yin adalah penyakit kronis, penderitanya tenang, tubuhnya dingin, lembab, lemah, pucat,
nadi lambat, lemah dan tenggelam, selaput lidah putih, otot lidah layu, basah, gemuk, dan perjalanan
penyakitnya regresif. Unsur Yang dalam alam contohnya adalah laki-laki, matahari, bagian atas,
kondisi kuat dan keadaan terang/panas. Dalam tubuh manusia Yang adalah punggung, pinggul,
permukaan tubuh bagian luar, cairan bersih, psikis/mental, organ berongga. Adapun dalam hal yang
menyangkut gejala penyakit, Yang adalah enyaki akut, penderitanya selalu gelisah, tubuhnya panas
dan kering, nadi kuat, cepat, otot lidah kaku, selaputnya kuning kotor, serta perjalanan penyakit
progresif (Sukanta, 2008).

3.3 Titik Akupresur

Istilah titik akupresur yang dimaksud dalam buku panduan ini sama dengan titik akupunktur,
selanjutnya titik akupunktur dalam buku panduan ini disebut sebagai titik akupresur. Titik akupresur
merupakan tempat terpusatnya energi vital (qi) sekaligus merupakan tempat untuk melakukan
penekanan sehingga tercapai keseimbangan yin yang dalam tubuh.

1. Jenis – jenis

Titik akupresur ada 3 jenis yaitu :

a. Titik akupresur umum adalah titik akupresur yang terletak di jalur meridian umum dan
meridian istimewa.
b. Titik akupresur ekstra adalah titik akupresur yang terletak di luar jalur meridian umum dan
meridian istimewa
c. Titik nyeri adalah titik akupresur yang bukan merupakan titik akupresur umum maupun titik
akupresur ekstra. Pada titik tersebut akan dirasakan nyeri apabila dilakukan penekanan
(dalam fase pasif) maupun tidak dilakukan penekanan (dalam fase aktif).

8
2. Penamaan
a. Titik akupresur umum diberi nama sesuai dengan nama meridian serta urutan letak sesuai
jalur meridian, misalnya titik LI 4 artinya titik nomor 4 pada jalur meridian usus besar
(Large Intestine).
b. Titik akupresur ekstra diberi nama dengan awalan EX yang berarti ekstra point diikuti area
letak titik, yaitu :
1. Head Neck (HN) yang berarti kepala leher;
2. Back (B) yang berarti punggung;
3. Lower Extremity (LE) yang berarti tungkai bawah.
Urutan lokasi titik akupresur ekstra dimulai dari lokasi yang lebih tinggi, misalnya titik EX-
HN 3 artinya titik nomor 3 pada regio kepala dan leher (HN) (Kemenkes RI, 2015).
3.4 Metode Akupresure
Metode akupresur sudah lama diterapkan di Cina seperti ditulis pada buku Acupunture without
needle karya Dr. Cerney (Hadikusumo, 1996 dalam Kemenkes RI 2015).

Berbagai teori yang mendasari mekanisme kerja akupresur adalah:

1. Teori endorphin, yaitu dilepaskannya zat yang dapat menghilangkan rasa nyeri

2. Teori kekebalan tubuh, yaitu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap Penyakit

3.5 Alat- Alat yang diperlukan

Alat yang digunakan dalam terapi akupresure adalah stick kayu tumpul. Pemijatan kadang juga
menggunakan jari sebagai penekan.

3.6 Indikasi penyakit yang bisa diterapi di tempat terapi Ny. Yuli Susianti dan kontra indikasi

Tempat terapi Akupresur Ny. Yuli susianti melayani berbagai macam penyakit kecuali penyakit
yang menular dan membahayakan pegawai seperti HIV/AIDS. Untuk penyakit Bronchitis dan
hepatitis penerapi masih berani untuk menerapi. Kontra indikasi untuk terapi Akupresur : tidak
dianjurkan bagi penderita yang patah tulang (fraktur), pasien dengan putus syaraf, dan hernia.

3.7 Efek Samping Terapi Akupresure

Menurut penerapi (Tn. Arif) di tempat terapi Ny. Yuli Susianti, efek samping dari terapi Akupresure
antara lain :

1. Ngantuk
2. Merasa lapar
3. Gatal (kadang-kadang)
4. Merasa ingin BAB

9
3.8 Konsep Terapi Dalam Mengatasi Mual Muntah Akibat Kemoterapi

Dikutip dari Idea Nursing Journal (2017) dan Jurnal Keperawatan Indonesia (2011), Penekanan
atau simulasi pada titik P6 dan St36 diyakini dapat memperbaiki aliran energi atau chi di lambung
sehingga dapat membantu mengurangi gangguan di lambung, termasuk mual muntah (Dibble, Luce,
Cooper & Israel, 2007). Stimulasi pada titik P6 juga bermanfaat dalam merangsang pengeluaran beta
endorphin di hipofise pada area sekitar Chemoresptor Trigger Zone atau CTZ (Tarcin, Gurbuz,
Pocan, Kezkin & Demirtuk, 2004).
Hasil penelitian Dibble, et al. yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada intensitas mual
dan muntah yang bermakna pada kelompok yang mendapat akupresur bila dibandingkan dengan
kelompok plasebo dan kelompok yang mendapat perawatan yang biasa. Selain itu, dalam penelitian
tersebut didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pada kelompok plasebo, akupresur
dan kelompok yang mendapatkan perawatan yang biasa. Dari paparan beberapa temuan, penulis
mengambil kesimpulan bahwa akupresur efektif untuk menurunkan mual muntah pada pasien yang
menjalani kemoterapi.
Stimulasi berupa penekanan yang dilakukan pada titik-titik akupresur (titik P6 dan St36) diyakini
dapat menurunkan mual muntah, karena dapat memperbaiki aliran energi di limpa dan lambung
sehingga mampu memperkuat sel-sel saluran pencernaan terhadap efek kemoterapi, sehingga
rangsang mual dan muntah ke pusat muntah berkurang. Selain alasan tersebut, stimulasi titik P6 dan
St36 dapat merangsang pengeluaran beta endorphin di hipofise.
Mual muntah dapat dikurangi karena efek beta endorphin yang merupakan salah satu antiemetik
alami yang dapat menurunkan impuls mual dan muntah di chemoreseptor trigger zone dan pusat
muntah. Pandangan penulis tentang efek akupresur pada titik P6 dan St36 didukung oleh temuan
beberapa ahli. Dibble, et al. (2007) mengatakan stimulasi berupa penekanan yang dilakukan pada
titik-titik akupresur (titik P6 dan St36) diyakini dapat menurunkan mual muntah, karena dapat
memperbaiki aliran energi di lambung sehingga dapat mengurangi gangguan pada lambung termasuk
mual muntah.
Tarcin, et al. (2004) dan Samad, Afshan & Kamal (2003) diyakini dapat menurunkan mual
muntah, karena dapat memperbaiki aliran energi di lambung sehingga dapat mengurangi gangguan
pada lambung termasuk mual muntah. Tarcin, et al. (2004) dan Samad, Afshan & Kamal (2003),
mengemukakan informasi bahwa stimulasi pada titik P6 di lengan kiri dan kanan dapat meningkatkan
pengeluaran beta endorpin di hipofise yang berada di sekitar CTZ. Beta endorpin merupakan salah
satu antiemetik endogen yang dapat menghambat impuls mual muntah di pusat muntah dan CTZ,
sehingga mual muntah berkurang

3.9 Motivasi masyarakat memilih terapi Akupresure


1. Sudah terbukti bahwa terapi akupresure dapat mengurangi intensitas mual muntah akibat
kemoterapi
2. Harganya yang lebih murah dibanding pengobatan medis yaitu sekitar 125.000 - 2.000.000
3. Efek terapi langsung terasa setelah terapi pertama (mual mulai berkurang)
4. Tidak adanya efek samping yang berbahaya

10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Terapi komplemeter merupakan pengembangan terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan
terapi modern yang mempengaruhi keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan
spiritual. Salah satu terapi komplementer yang berperan dalam proses penyembuhan penyakit yaitu
terapi akupresure. Akupresus merupakan klasifikasi dari terapi menipulatif dan berbasis tubuh. Terapi
akupresur terbukti berpengaruh terhadap penurunan mual muntah pada pasien kemoterapi kanker
karena dapat memperbaiki aliran energi lambung dan meningkatkan pengeluaran beta endorpin di
hipofise

11
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Aziz, H. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Andrews, M., Angone. K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Jhonshon, P.H. (1999). Nurse’s handbook of
alternative and complementary therapies. Pennsylvania : Springhouse

Crisp, J., & Taylor, C. (2001). Potter and Perry’s Fundamental of Nursing. Australia: Mosby A Hartcourt
Health Science company.

Depkes RI. (2006). Enam Persen Penduduk RI Menderita Kanker. Diperoleh


dari http://www.depkes.go.id/.

Desen, W. (2008). Buku ajar onkologi medik. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Dibble, S., L., Luce, J., Cooper, B., A., & Israel, J., (2007). Acupressure for Chemoterapy-Induced Nausea
and Vomiting: A Randomized Clinical Trial. Oncology Nursing Forum. 34(4) 813-820.

Grunberg, S., M., (2004). Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting: Prevention, Detection, and
Treatment- How are We Doing?. The Journal of Supportive Oncology. 2(1), 1-12.

Hesket, P., J., (2008). Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting. The New England Journal of
Medicine. 358(23), 2482-2494.

Ignatavicius, D.D., & Workman. M.L. (2006). Medical surgical nursing: Critical thinking for collaborative
care (5th Ed.). Philadelphia: W.B. Saunders Company.

12

Anda mungkin juga menyukai