Jike nyeri dada disebabkan masalah jantung, maka waktu intervensi menjadi peting, dan dapat dimulai
sebelum pengkajian tentang riwaat kesehatan dan pemeriksaan diagnostic lengkap, selesai dilakukan.
Karena sifatnya yang mengacam iwa maka penilaian airway, breating, dan circlatiion (ABC) selalu menadi
prioritas.
PRODUK DIAGNOSTIK
Rontgen dada untuk mengevaluasi perbesaran ruang jantung dan mengkaji kongesti pulmonal
Echocardiogram untuk menentukan fraksi ejeksi dan mendeteksi ketidaknormalan struktur.
EKG 12 lead
B-type natriuretic peptide (BNP) lebih besar dari 100 pg/mL.
Hitung darah lengkap dan panel metabolic
Cardiac biomarkers untuk menapis AMI
INTERVENSI TERAPEUTIK
Mengkaji dan mempertahankan kepatenan airway, breathing dan circulation sebagai prioritas
pertama.
Berikan oksigen pertama untuk menjaga saturasi di atas 90 %
Pasang akses IV; berikan cairan dan lakukan dengan hati-hati untuk mencegah klebihan cairan
Noninvasive positive ventilation (BiPAP) dapat memperbaiki kongesti pulmonal dengan cara
memaksa cairan alveoral kembali ke kapiler paru.
Berikan diuretik loop, furosemide menyebabkan pelebaran vena dengan cepat (penurunan
preload) diikuti oleh dieresis dalam waktu 10 menit dari pemberian IV. Namun, banyak pasien
dengan gagal jantung kronis mungkin sudah resisten terhadap diuretik loop.
Morfin juga menyebabkan pelebaran vena dan penurunan preload. Dengan mengurangi
kecemasan pasien, morfin mengurangi stimulasi simpatis dan mengurangi beban kerja jantung.
Nitroglisterin IV melebarkan kapastitas pembuluh darah vena sehingga dapat menurunkan
preload. Nitoglisterin merupakan kontraindikasi ika tekanan darah pasien kurang dari 90mmHg.
Nitroprusside menyebabkan dilatasi pada arteri dan vena sehingga menurunkan preload dan
afterload serta menurunkan kebutuhan oksigen jantung. Nesiritide, a recombinant BNP,
merupakan vasodilator kuat yang diberikan secara kontinyu melalui infuse IV.
Pemberian nitroprusside dan nesiritide membutuhkan monitoring yang kuat, terutama pada
tekanan darah pasien, karena respons terhadap kedua obat ini dapat sangat cepat dan tidak
dapat diprediksi. Monitoring tekanan darah sebaiknya menggunakan arterial line.
Uji coba secara random dengan control tidak mendukung penggunaan obat inotropik positif
pada gagal jantung kecuali pasien mengalami syok kardiogenik. Dalam kondisi seperti ini, pasien
harus masuk unit perawatan intensif (ICU) untuk diberikan dobutamin, dopamine, atau
milrinone.
ACE inhibitor patut dipertimbangkan untuk mencegah siklus rennin-angiotensin teradi dan
menimbulkan retensi cairan. Angiotensin receptor blocker (ARB) dapat digunakan jika pasien
tidak dapat mentolerir ACE inhibitor.
Monitor secara katat repons pasien terhadap pengobatan/treatment, terutama kaji :
Suara napas, frekuensi pernapasan (work of breathing)
Tekanan darah arteri dan heart reat (HR)
Tingkat kesadaran.
Distensi vena jugular
Urine output-kateter urine sebaiknya dipasang.
Prosedur diagnosis
Rontgen dada-sering normal namun dapat menunukkan pelebaran mediastrinum atau efusi
pleura.
Ekg 112 lead mungkin sama dengan akut miokard infark (AMI) jika diseksi akorta mempengaruhi
aliran darah koroner.
Transthoracic echocardiogram (TTE) atau transesophageal echocardiogram (TTE) dilakukan
untuk memvisualisasikan diseksi
Chest computed tomography (CT), magnetic resonance imaging atau angiography, atau spiral CT
angiograp
Aortogram tidak lagi dilakukan sebagai pemeriksaan diagnostic utama tetapi dapat digunakan
untuk menentukan letak anatomis diseksi yang tepat.
INTERVENSI TERAPEUTIK
Berikan oksigen tambahan; pasang IV acces dengan dua alur dan abocath dengan lumen yang
besar.
Kaji tekanan darah di kedua lengan
Kai tanda vital, status norologik, denyut nadi perifer, pergerakan dn sensasi, serta urine output
secara kontinyu.
Manaemen medis yang lakuan antara lain menjaga tekanan darah sistolik antara 100 dan 120
mmHg san dan menurunkan kontraksi miokard.
Nitroprusside atau nitroglycerin
Kedua obat ini menyebabkan vasodiatasi dan menurunkan tekanan darah serta resistensi
terhadap ejeksi ventrikel kiri (afterload).