Anda di halaman 1dari 82

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Departemen Komunitas di Wilayah Kerja


Puskesmas Janti RW 13 Kelurahan Tanjungrejo Kota Malang

Dibina Oleh :

Ns. Annisa Wurri K., S. Kep., M. Kep dan Rohani Sirait, S. Kep. Ners

OLEH :

1. BRYAN PRASETYO (115070200111014)


2. GEMA RIZKI PRATAMA (125070218113003)
3. FITRI DYAH ANGGRAINI (125070218113050)
4. EKA ADITYA MAHARDIKA (135070200111022)
5. RISMA HERTANTI (135070207111010)
6. SHELLY LEONIA SISCA (135070200131002)
7. USWATUN HASANAH (135070200131004)
8. INSANI MAULUDIYAH (135070201131009)
9. WIWID SURYADI (135070201131010)
10. FITHROTUL HILMA PRAMITA (135070218113022)
11. MEGA FATMAWATI (150070300011036)
12. DESSY NATALIA EKAWATI (170070301111094)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

BAB I

1
2

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai

persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus

dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah

melembaga (Sumijatun et. al, 2006). Misalnya di dalam kesehatan di kenal

kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok

lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain

sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani,

masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya

(Mubarak, 2006). Komunitas sebagai penerima pelayanan kesehatan dan aktif

dalam seluruh proses perubahan, sejak pengenalan masalah kesehatan sampai

penanggulangan masalah, dimana hal ini melibatkan individu, keluaraga dan

masyarakat sebagai target pelayanan keperawatan komunitas dengan fokus

masyarakat peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit termasuk

hipertensi.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup dominan di

negara - negara maju. Di Indonesia prevalensi penderita hipertensi masih

rendah presentasinya (Sri Rahayu : 2008). prevalensi hipertensi di Indonesia

berkan hasil pengukuran menurut usia >18 tahun sebesar 25,8%. Prevelensi

hipertensi di Indonesia yang di peroleh melalui kuesioner terdiagnosis tenaga

kesehatan adalah 9,4% yang di diagnosis tenaga kesehatan sebesar atau

sedang minum obat sebesar 9,5%. Jadi terdapat 0,1% yang minum obat sendiri.

Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat
3

hipertensi sebesar 0,7%. Jadi prevelensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5%.

(Kemenkes RI, 2013).

Di Provinsi Jawa Timur angka kesakitaan penyakit hipertensi tahun 2008

–2009 : 22,42 % (Data Provil). Sedangkan dari laporan bulanan BP Pustu

Mergan selama tahun 2015 bahwa penyakit hipertensi menempati urutan ketiga

dari 10 besar penyakit terbanyak dengan jumlah pasien sebanyak 756 pasien.

Mengamati data tersebut dapat memberikan gambaran bahwa masalah penyakit

hipertensi perlu mendapat pengamatan, pengawasan serta perawatan yang

komprehensif.

Banyak ahli beranggapan bahwa hipertensi lebih tepat disebut sebagai

Heterogenus Group of Disease dari pada single disease. Hipertensi yang tidak

tekontrol akan menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti otak, ginjal, mata

dan jantung serta kelumpuhan anggota gerak. Namun kerusakan yang paling

sering adalah gagal jantung dan stroke serta gagal ginjal (Susi Purwati : 2009).

Banyak kasus penderita dan kematian akibat penyakit kardiovaskuler dapat

dicegah jika seorang merubah perilaku kebiasaan yang kurang sehat dalam

mengkonsumsi makanan yang menyebabkan terjadinya hipertensi, (Dr. Wendra

Ali 2006 ). makanan yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi yakni

makanan rendah serat, tinggi lemak, tinggi gula dan mengandung banyak garam

(Megha, 2012). Ketika tubuh kita mendapatkan asupan garam yang terus

meningkat, maka volume darah akan meningkat dan dapat meningkatkan beban

kerja jantung, asteriosklerosis, kerusakan pada ginjal, masalah pembuluh darah,

serangan jantung dan stroke adalah beberapa kondisi dari resiko hipertensi (Yuli,

2014)
4

Sebagai cara untuk mengaplikasikan teori ilmu keperawatan komunitas,

dalam upaya menyiapkan tenaga keperawatan yang profesional dan potensi

keperawatan secara mandiri, maka mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya Malang melaksanakan praktek keperawatan

komunitas di wilayah Sukun Kelurahan Tanjungrejo. Kelurahan Tanjungrejo

merupakan salah satu desa wilayah kerja Puskesmas Janti. Pada kegiatan

praktek keperawatan komunitas digunakan 2 pendekatan, yaitu pendekatan

keluarga dan pendekatan masyarakat.


Kelurahan Tanjungrejo kecamatan Sukun di RW 13 merupakan salah satu

wilayah di Kota Malang yang berdasarkan wawancara dengan beberapa pihak

terkait seperti ketua RW, ketua RT 01-06 dan kader di Kelurahan Tanjungrejo

penyakit terbesar di RW 13 adalah Hipertensi yakni 40% menjadi penyakit

terbanyak dari 5 besar penyakit yang terjadi pada bulan ini.


Melihat dari data di atas, penting untuk melaksanakan pembinaan

kesehatan di wilayah tersebut untuk menurunkan tingkat kejadian Hipertensi

dengan cara yakni fokus pada pemberdayaan masyarakat dalam mengontrol

kesehatan dan pola hidup sehat. Tujuan dari melakukan kontrol tekanan darah

secara teratur merupakan suatu hal untuk mencapai dan mempertahankan

tekanan darah sistolik dibawah rentang normal 140 mmHg dan tekanan diastolik

dalam batas normal dibawah 90 mmHg serta mengontrol faktor-faktor risiko dari

hipertensi (Ekarini, 2011)


Dalam pelaksanaan praktek asuhan keperawatan komunitas

menggunakan pendekatan proses keperawatan komunitas yang diawali dari

pengkajian dengan cara pengumpulan data, kemudian menyusun rencana

sesuai dengan permasalahan yang ditentukan sampai pelaksanaan dan terakhir

evaluasi. Pada asuhan keperawatan komunitas ini menggunakan pendekatan

teori model community as partner. Karena fokus pada model ini adalah
5

komunitas sebagai partner dan penggunaan proses keperawatan sebagai

pendekatan, serta klien sebagai sistem terbuka, dimana klien dan lingkungan

berada dalam interaksi yang dinamis.


1.2 Tujuan
1.2.1.. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengenali dan mengamati keadaan kesehatan

masayarakat di RW 13 Kelurahan Tanjungrejo Kecamatan Sukun serta mampu

menanggulangi masalah kesehatan tersebut bersama masyarakat dengan

memanfaatkan sumber daya dan potensi yang terdapat pada masyaraka dalam

rangka mewujudkan tercapainya masyarakat RW 13 yang sehat..


1.2.2.. Tujuan Khusus
a. Berkomunikasi secara efektif dengan tokoh masyarakat dan semua lapisan

masyarakat.
b. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisa data kesehatan masyarakat..
c. Memotivasi masyarakat dalam upaya mengenali dan mengatasi masalah

kesehatan.
d. Menetapkan diagnosis keperawatan komunitas pada masyarakat RW 13

Kelurahan Tanjungrejo Kecamatan Sukun Kota Malang.


e. Bersama masyarakat menyusun perencanaan kegiatan dalam

menanggulangi masalah kesehatan.


f. Mengenali dan memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat guna

mengatasi masalah kesehatan yang muncul.


g. bekerjasama dengan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan sesuai

dengan program yang disepakati.


h. Melaksanakan kegiatan bersama masyarakat dalam mengatasi masalah

kesehatan.
i. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dan tindak lanjut dari upaya

mengatasi masalah kesehatan.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi mahasiswa

a. Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu keperawatan komunitas

secara nyata pada masyarakat tentang kesehatan


6

b. Menambah wawasan pengalaman belajar dalam mengenali masalah

kesehatan dan menentukkan langkah penyelesaiannya.


1.3.2 Bagi Masyarakat
Masyarakat memahami permasalahan kesehatan yang ada dan

termotivasi untuk menyelesaikan masalah tersebut.


1.3.3 Bagi Puskesmas
Diharapkan dapat memberikan sumbangan atau masukkan berupa

informasi tentang kondisi kesehatan masyarakat yang termasuk dalam wilayah

kerja puskesmas guna membantu program kesehatan pada masyarakat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keperawatan Komunitas

2.1.1 Definisi

Keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu bidang keperawatan

yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat

dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan

pelayanan promotif dan preventif secara menyeluruh dan terpadu,

ditunjukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai


7

kesatuan yang utuh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi

kehidupan manusia secara optimal, sehingga mandiri dalam upaya

kesehatan (Ruth B. Freeman, 1991).

Asuhan keperawatan komunitas pada hakekatnya adalah proses

keperawatan yang diterapkan pada klien komunitas, yang langkah-

langkahnya meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan,

rencana asuhan keperawatan, implementasi asuhan keperawatan, dan

evaluasi asuhan keperawatan, dimana proses ini bervariasi dalah setiap

situasi dan memiliki elemen-elemen penting yaitu kesungguhan

(deliberative), kesesuaian (adaptable), siklus (cyclic), berfokus pada klien

(client focused), interaktif (interactive) dan berorientasi pada kebutuhan

komunitas (need-oriented) (Effendy, 2009).

2.1.2 Asumsi terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas menurut ANA

(American Nurses Association)


Sistem pemeliharaan yang komplek, Komponen sistem pemeliharaan

kesehatan primer, sekunder dan tersiser, Perawatan subsistem

pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan dasar praktik penelitian,

Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier,

Perawatan keperawatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan

primer
2.1.3 Kepercayaan terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas menurut

ANA (American Nurses Association)


Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang,

Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan, Perawatan sebagai pemberi

dan klien sebagai konsumen pelayan kesehatan, Lingkungan berdampak

pada kesehatan populasi dan individu, Pencegahan penyakit bagian

esensial dari peningkatan kesehatan, Kesehatan sebagai proses


8

menyangkut kehidupan dalam jangka waktu yang lama, Klien hanya anggota

tetap dari tim pemeliharaan kesehatan, Individu dalam sistem kesehatan

masyarakat bertanggung jawab secara mandiri dan aktif berpatisipasi dalam

pemeliharaan kesehatan.

2.1.4 Falsafah Keperawatan Komunitas

Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar

tersebut, maka dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas

sebagai landasan praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah

keperawatan komunitas, keperawwatan komunitas merupakan pelayanan

yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-

sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan memberikan

prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.

Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada

paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia,

kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan

sebagai berikut:

a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan

yang luhur dan manusiawi yang ditunjukan kepada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat.


b. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan

kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya

dan masyarakat yang sehat pada umumnya.


c. Pelayanan kesehatan keperawatan masyarakat harus terjangkau

dan dapat diterima oleh semua orang dan merupakan bagian

integral dari upaya kesehatan.


9

d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa

mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.


e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan

berlangsung secara berkesinambungan.


f. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien

sebagai consumer pelayanan keperawatan dan kesehatan,

menjamin suatu hubungan yang saling mendukung dan

mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan

kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.


g. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat

direncanakan secara berkesinambungan dan terus menerus.


h. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas

kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik,

dan berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.


2.1.5 Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas
2.1.5.1 Tujuan Umum
Masyarakat memahami pentingnya hidup sehat sehingga

tercapai derajat kesehatan yang optimal dan dapat menjalankan

fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.


2.1.5.2 Tujuan Khusus
Untuk meningkatan berbagai kemampuan individu, keluarga,

kelompok khusus dan masyarakat dalam hal: Mengidentifikasi

masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi, Menetapkan

masalah kesehantan/ keperawatan dan prioritas masalah.

Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/

keperawatan, Menanggulangi masalah kesehatan/ keperawatan yang

mereka hadapi, Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah

kesehatan/ keperawatan, Mendorong dan meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pelayanan kesehatan/ keperawatan, Meningkatkan

kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care),


10

Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan,

Menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka kematian

bayi, ibu dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia

dan sejahtera, Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang

rawan terhadap masalah kesehatan.

2.1.6 Sasaran

Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang yang sakit

yang mempunyai masalah kesehatan/ keperawatan.

a. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu

tersebut mempunyai masalah kesehatan/ keperawatan karena

ketidakmampuan merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka

akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik,

mental maupun sosial.


b. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala

keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal adalah

suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau

adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah

satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan,

maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan

keluarga-keluarga yang ada disekitarnya.


c. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai

kesamaan jenis kelamin, umur, permasalah, kegiatan yang terorganisasi

yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya

adalah: Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat


11

perkembangan dan pertumbuhannya, seperti ibu hamil, bayi baru lahir,

balita, anak usia sekolah, usia lanjut. Kelompok dengan kesehatan

khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta asuhan

keperawatan, diantaranaya adalah penderita dengan penyakit tak

menular, seperti penyakit diabetes melitus, jantung koroner, cacat fisik,

gangguan mental dan lain sebagainya. Kelompok yang mempunyai resiko

terserang penyakit, diantaranya wanita tuna susila, kelompok

penyalahgunaan obat dan narkota, kelompok-kelompok pekerja tertentu,

dan lain-lain. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya

adalah panti wreda, panti asuhan, pusat asuhan, pusat-pusat rehabilitasi

(cacat fisik, mental dan sosial), penitipan balita.


d. Masyarakat
Masyarkat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau

dengan istilah lain saling berinteraksi. Kesatuan hidup manusia yang

berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat

kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Kontjaraningrat,

2014).
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama

cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mengatur diri mereka

dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-

batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan

kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan

bekerjasama untuk mencapai tujuan. Interaksi sesama anggota

masyarakat dan memunculkan banyak permasalahan sosial,

kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.


2.1.7 Ruang Lingkup Perawatan Komunitas
Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan


12

kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif)

dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya

(resosialisasi).
Asuhan keperawatan komunitas adalah kegiatan yang ditekankan

pada upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya

kuratif, rehabilitatif dan resosilitatif.


a. Upaya promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan :

Penyuluhan kesehatan masyarakat, Peningkatan gizi, Pemeliharaan

kesehatan lingkungan, Olahraga secara teratur, Rekreasi, Pendidikan

seks
b. Upaya preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan

gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat melalui kegiatan : Imunisasi massal terhadap bayi, balita

serta ibu hamil, Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui

posyandu, puskesmas, ataupun dirumah, Pemberian dan

pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui


c. Upaya kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan megobati anggota-

anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit

atau masalah kesehatan, melalui kegiatan: Perawatan orang sakit

dirumah (home care), Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut

perawatan dari puskesmas dan rumah sakit, Perawatan ibu hamil

dengan kondisi pathologis di rumah, ibu bersalin, nifas, Perawatan

payudara, Perawatan tali pusat baru lahir


d. Upaya rehabilitatif
13

Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi

penderita-penderita yang dirawat dirumah, maupun terhadap

kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyekit yang sama

misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainya, dilakukan melalui kegiatan:

Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita

kusta, patah tulang, maupun kelainan bawaan, Latihan-latihan fisik

tertentu bagi penderita penyakit tertentu, misalnya TBC, latihan nafas,

dan batuk, penderita stroke: fisiotherapi manual yang mungkin

dilakukan oleh perawat


e. Upaya resosialitatif
Upaya resosiliatif adalah upaya mengembalikan individu,

keluarga, dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat,

diantaranya adalah kelompok yang diasingkan oleh masyarakat,

karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau

kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna

wisma dan lain-lain. Disamping itu, upaya resosilisasi meyakinkan

masyarakat karena menderita suatu penyakit., misalnya kusta, AIDS,

atau kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susisla (WTS),

tuna wisma dan lain-lain. Disamping itu, upaya resosialisasi

meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok

yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara

benar masalah kesehatan yang mereka derita. Upaya resosialisasi ini

tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-

batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

2.1.8 Kegiatan

Kegiatan praktek perawatan kesehatan masyarakat yang dilakukan

oleh perawat mencakup hal-hal yang sangat luas, tentunya sesuai


14

dengan tingkat pelayanan kesehatan, dimana perawat kesehatan

masyarakat itu bekerja, tetapi secara umum kegiatan perawat kesehatan

masyarakat adalah sebagai berikut :

a. Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu,

keluarga, kelompok-kelompok khusus baik di rumah (home nursing), di

sekolah (school health nursing), di perusahaan, di posyandu, di

polindes, dan di daerah binaan kesehatan masyarakat.


b. Penyuluhan atau pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka

mengubah perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.


c. Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi
d. Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan

penangganan lebih lanjut.


e. Penemuan kasus pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat.
f. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan

kesehatan.
g. Melaksanakan asuhan kesehatan komunitas, melalui pengenalan

masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan,

pelaksanaan dan penilaian kesehatan menggunakan proses

keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiaah keperawatan.


h. Mengadakan koordinasi diberbagai kegiatan asuhan keperawatan

komunitas.
i. Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan

instansi terkait.
j. Memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan

keperawatan dan kesehatan.


k. Ikut serta dalam penelitian untuk mengembangkan perawatan

kesehatan masyarakat sesuai dengan tingkat pelyanan dan pendidikan

yang dimiliki.
2.1.9 Prinsip Dasar
15

Prinsip dasar dalam pelaksanaan praktek perawatan kesehatan

masyarakat adalah sebagai berikut :


a. Keluarga adalah sebagai unit utama dalam pelayanan kesehatan

masyarakat.
b. 4 (empat) tingkat sasaran dalam pelayanan perawatan kesehatan

masyarakat yaitu : individu, keluarga, kelompok khusus, dan

masyarakat.
c. Perawat kesehatan masyarakat bekerja dengan individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat. Bekerja dengan maksud dalam setiap

kegiatannya selalu mengikutsertakan partisipasi masyarakat dalam

menanggulangi masalah kesehatan merke sendiri.


d. Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang diberikan lebih

menekankan kepada upaya promotif dan preventif dengan tidak

melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.


e. Dasar utama dalam pelayanan perawatan kesehatan masyarakat

adalah menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang

dituangkan dalam proses perawatan.


f. Kegiatan utama perawatan kesehatan masyarakat adalah di

masyarakat dan bukan di rumah sakit.


g. Pasien adalah masyarakat secara keseluruhan baik yang sehat

maupun yang sakit.


h. Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada pembinaan

perilaku sehat masyarakat.


i. Tujuan perawatan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan

fungsi kehidupan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat seoptimal mungkin secara mandiri.


j. Perawat kesehatan masyarakat tidak bekerja sendiri tetapi bekerja

secara tim.
k. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan masyarakat

digunakan untuk kegiatan-kegiatan peningkatan kesehtanaa,

pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang sehat dan sakit baik


16

itu pasien yang tidak berobat ke puskesmas maupun yang pulang dari

rumah sakit.
l. Perawat kesehatan masyarakat harus melihat kenyataan dan

keadaan yang nyata di lingkungan klien, di rumah, sekolah, panti dan

lain sebagainya. Oleh karena itu kunjungan rumah atau home visit

sangat penting peranannya untuk membantu mengatasi permaslahan

kesehatan atau perawatan klien.


m. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama perawatan

kesehatan guna merubah perilaku dan kebiasaan individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat kea rah yang menguntungkan kesehatan.


n. Pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat harus mengacu pada

sistem pelayanan kesehatan yang ada.


o. Pelaksanaan asuhan perawatan kesehatan masyarakat di lakukan di

institusi pelayanan kesehatan yaitu puskesmas dan institusi lain seperti

panti, sekolah dan rumah dimana keluarga sebagai unit pelayanan.


2.1.10 Pendekatan
Dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat yang ditujukan

kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat secara

keseluruhan, pendekatan yang digunakan oleh perawat kesehatan adalah

pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach), yang

dituangkan dalam proses keperawatan dengan memanfaatkan

epidemiologi yang dikaitkan dengan upaya kesehatan dasar (PHC).


Pendekatan pemecahan masalah yang dimaksud adalah bahwa

setiap masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat akan dapat diatasi oleh perawat melalui

keterampilan melaksanakan profesinya sebagai perawat kesehatan

masyarakat. Bila pendekatan dilakukan terhadap keluarga binaan disebut

dengan family approach, tetapi bila pembinaan keluarga berdasarkan

kepada seleksi kasus yang datang ke puskesmas yang dinilai


17

memerlukan tindak lanjut di sebut case approach, dan bila pendekatan

dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survey mawas diri

dengan melibatkan partisipasi masyarakat disebut community approach.

2.1.11 Peranan Perawat Kesehatan


a. Pelaksana Pelayanan Keperawatan (Provider of Nursing Care)
Peranan yang utama dari perawat kesehatan masyarakat adalah

sebagai pelaksanan asuhan keperawatan individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit atau yang

mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan baik itu di rumah,

sekolah, puskemsmas dan panti sesuai dengan kebutuhannya.


b. Pendidik (Health Educator)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat baik di rumah, di puskesmas, dan di

masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku

sehat, sehingga tejadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan

dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal.


c. Pengamat Kesehatan ( Health monitor)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang

terjadi pada individu, keluarga, kelompok. Dan masyarakat, yang

menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang

berdampak terhadap status kesehatan, melaui kunjungan rumah,

pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.


d. Pembaharu ( Change educator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen

pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

terutama dalam merubah perilaku dari pola hidup yang erat kaitannya

dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.


e. Pengorganisasi Pelayanan Kesehatan (Organisator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan serta dalam

memberikan motivasi dalam rangka meningkatkan keikut sertaan

masyarakat, individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, dalam


18

setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh masyarakat,

misalnya : kegiatan posyandu, dana sehat, mulai dari tahap

perencanaan, pelaksanaan sampai dengan tahap penilaian dan

berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan dan pengorganisasian

masyarakat dalam bidang kesehatan.


f. Kordinator Pelayanan kesehatan (coordinator of service)
Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan

masyarakat dan puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan melalui

kerjasama dengan tema kesehatan lainnya sehingga tercipta

keterpaduan dalam sistem pelayanan kesehatan. Dengan demikian

pelayanan kesehatan yang diberikan merupakan suatu kegiatan yang

menyeluruh dan tidak terpisah-pisahkan antara satu dengan yang lain.


g. Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh

yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehta yang dapat

ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.


h. Tempat bertanya (Fasilitator)
Perawat kesehatan masyarakata dapat dijadikan tempat bertanya

oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk memecahkan

berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan dan keperawatan

yang dihadapi sehari-hari. Dan perawat kesehatan diharapkan dapat

membenatu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah

kesehatan yang mereka hadapi.


i. Pengelola (Manajer)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola

berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat

sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang di embankan

kepadanya.
j. Peneliti
19

Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai kemampuan untuk

melakukan penelitian dibidangnya, untuk pengembangan body of

knowledge keperawatan. Dengan kemampuan meneliti, perawat akan

dapat mengidentifikasi maslah keperawatan, menerapkan prinsip dan

metode yang tepat sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan

keperawatan.
2.1.12 Bentuk-Bentuk Pelayanan Asuhan Keperawatan Komunitas
a. Tingkat Individu
Dapat dilaksanakan di rumah (home nursing) dan di Puskesmas,

yang meliputi : Penderita yang memerlukan pelayanan tindak lanjut

(follow up care) karena berbagai sebab tidak mungkin dilakukan

asuhan keperawatan di rumah dan perlu penanganan Puskesmas

atau Rumah Sakit serta yang masih memerlukan pelayanan

keperawatan lanjutan. Penderita yang tergolong resiko tinggi seperti

DHF, Diare, dan bila tidak ditangani akan dapat menggancan

kehidupan penderita. Individu yang memerlukan pengawasan dan

perawatan yang berkelanjutan, misalnya ibu hamil, bayi, usia lanjut

dan penderita-penderita yang kronis.


b. Tingkat Keluarga
Diarahkan kepada keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat,

di utamakan keluarga denga resiko tinggi dalam bidang kesehatan

yang membutuhkan pelayanan kesehatan, diantaranya adalah :

Keluarga dengan sosial ekonomi rendah yang mempunyai resiko

untuk menderita gangguan gizi, penyakit kronis, anggota keluarga

yang terlalu besar, memiliki penyakit keturunan. Keluarga yang

anggota keluarganya menderita penyakit menular.


c. Tingkat Kelompok
20

Pelayanan terhadap kelompok khusus bertujuan untuk membantu

kelompok khusus yang mempunyai masalah kesehatan, yang

fokusnya ditujukan terhadap :


 Kelompok Ibu dan Anak terdiri dari : Ibu Hamil, Ibu Bersalin, Ibu

Menyusui, Ibu Nifas, Bayi dan Balita


 Kelompok Usia Lanjut terdiri dari : Panti-Panti (Institusi), Diluar

institusi
Pelayanan terhadap kelompok khusus ini diberikan dalam bentuk

penyuluhan kesehatan, penemuan kasus dini, pelayanan kesehatan

dasar.
d. Tingkat Masyarakat
Perawatan kesehatan masyarakat di tingkat masyarakat dilakukan

dalam lingkup kecil sampai luas di dalam suatu wilayah kerja

Puskesmas. Pelayanan di tingkat masyarakat terkait dengan batas

wilayah baik itu RT, RW, Dusun, Desa, kecamatan yang mana

masyarakatnya memiliki ciri kebudayaan, kepercayaan, pekerjaan dan

tingkat pendidikan. Untuk menggali masalah kesehatan di masyarakat

diperlukan informasi tentang kejadian dan kondisi lingkungan, sosial

ekonomi, budaya, perilaku masyarakat, serta kesehatan masyarakat

yang natinya akan berkaitan dengan insiden dan prevalensi penyakit

serta sikap/perilaku masyarakat terhadap kesehatan. Sehingga

diperlukan surveillance dengan mengumpulkan data kependudukan,

sosial ekonomi budaya, kesehatan lingkungan, data kesehatan, pola

penyakit, kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang berkaitan dengan

masalah kesehatan.
Data tersebut kemudian diolah, dianalisa dan diketemukan

masalah kesehatannya yang terjadi pada masyarakat tersebut,

kemudian masalah tersebut dibawa dalam pertemuan tingkat dusun

atau musyawarah masyarakat Desa (MMD I) atau Lokakarya Mini


21

Kesehatan Masyarakat. Pada pertemuan ini tujuannya adalah

mencari alternatif pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi oleh

masyarakat dan kemudian disusun perencanaan penanggulangan

atau program kerja yang melibatkan partisipasi masyarakat secara

menyeluruh dan instansi terkait diantarnya Puskesmas, Pemerintah

desa, organisasi sosial masyarakat dan kader-kader kesehatan yang

ada.
2.1.13 Strategi
Untuk dapat melaksanakan praktik perawatan kesehatan masyarakat

yang berhasil guna diperlukan berbagai strategi yang ditempuh, terutama

yang menyangkut tenaga, pengelolaan, dan partisipasi masyarakat secara

aktir melalui :
a. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga pengelola dan

pelaksana perawatan kesehatan masyarakat di berbagai tingkat

pelayanan melalui pendidikan dan pelatihan.


b. Meningkatkan kemampuan manajemen pengelola dan pelaksana

sehingga dapat mencapai hasil secara optimal.


c. Meningkatkan kerjasama lintas program dan sektoral di antara

instansi terkait dengan program perawatan kesehatan masyarakat.


d. Membantu masyarakat mulai dari tahap identifikasi masalah,

perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian dengan cara : Pendidikan

dan pelatihan kader, Bimbingan tehnik lapangan, Pendidikan

kesehatan, Pelayanan kesehatan dasar


e. Pembinaan keluarga binaan/masyarakat binaan yang rawan

terhadap masalah kesehatan


f. Mengadakan koordinasi dengan seluruh upaya kesehatan pokok

puskesmas dalam memberikan pelayanan komprehensif baik di luar

maupun di dalam gedung sesuai dengan fungsi puskesmas


2.1.14 Langkah - Langkah Pelaksanaan
Pelaksanaan perawatan kesehatan dilakukan melalui beberapa tahapan

yang tercakup dalam proses keperawatan dengan menggunakan


22

pendekatan pemecahan masalah yang dinamis dalam memperbaiki dan

memelihara kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sampai

ke tahap optimum melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk

mengenal masalah kesehatan dan keperawatab serta membantu memenuhi

kebutuhan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan langkah –

langkah sebagai berikut


a. Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan

yang dihadapi individu, keluarga, kelompok khusus masyarakat melalui

wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan menggunakan

instrument pengumpulan data dalam menghimpun informasi.

Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor

lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas menurut Anderson dan

Forlane (1958) terdiri dari inti komunitas, yaitu meliputi demografi,

populasi, nilai nilai keyakinan dan riwayat kesehatan. Sedangkan

faktor lingkungan adalah lingkungan fisik, pendidikan, keamanan, dan

transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan

sosial, komunikasi, ekonomi dan rekreasi yang perlu dikaji lebih lanjut

untuk menetapkan rencana tindakan yang tepat dan efektif..


b. Analisa Data
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh

dan disusun dalam suatu format yang sistematis. Analisa data

memerlukan pemikiran yang kritis. Data yang terkumpul kemudian

dianalisa seberapa besar faktor stressor yang mengancam dan

seberapa berat reaksi yang ada di masyarakat. Setelah itu masalah

dirumuskan dalam diagnosis keperawatan komunitas. Menurut Mueke

(1987) masalah komunitas terdiri dari masalah sehat sakit, karakteristik

populasi, karakteristik lingkungan.


23

Data yang terkumpul kemudian diteliti kembali validitas dan

realibilitasnya, bila ada yang tidak atau kurang lengkap dilengkapi

kembali, kemudian baru di olah dengan langkah-langkah sebagai

berikut : Editing, Coding, Klasifikasi, Tabulasi, Analisa data, Perumusan

masalah, Prioritas masalah


c. Perumusan Masalah dan Diagnosa Keperawatan / Kesehatan
Kegiatan ini dilakukan di berbagai tingkat sesuai dengan urutan

prioritasnya. diagnose keperawatan yang dirumuskan dapat actual,

ancaman resiko atau kesejahteraan (wellnes). Dasar penentuan

masalah keparawatan / kesehatan masyarakat dapat diambila darai

masalah yang ditetapkan dari data umum, masalah yang dianalisa dari

hasil kesenjangan pelayanan kesehatan.


Dalam penetapan skala prioritas dilakukan untuk menetukan

tindakan yang lebih dahulu di tanggulangi karena dianggap dapat

mengancam kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan

pertimbangan masalah spesifik yang memperngaruhi kesehatan

masyarakat, kebijakan nasional dan wilayah setempat, kemampuan

dan sumber daya masyarakat, keterlibatan, partisipasi dan peran serta

masyarakat.
Adapun kriteria dalam skala prioritas : Perhatian masyarakat,

meliputi pengetahuan, sikap, keterlibatan emosi masyarakat terhadap

masalah kesehatan yang dihadapi dan urgency masalah untuk segera

diatasi. Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada

suatu kurun waktu tertentu. Besarnya masalah adalah seberapa jauh

masalah tersebut dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan

masyarakat. Kemungkinan masalah untuk dikelola dengan

mempertinbangkan berbagai alternatif dalam pengelolaan masalah


24

yang menyangkut biaya, sumber daya, sarana yang tersedia dan

kesulitan yang mungkin timbul (Effendi, 2009)


Adapun indikator prioritas masalah yang digunakan meliputi :

Diagnosa, Kesesuaian peran perawat, Jumlah yang beresiko,

Besarnya resiko, Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan, Minat

masyarakat, Kemungkinan untuk diatasi, Sesuai dengan program

pemerintah, Sumber daya (tempat, peralatan, waktu, orang, dana).

Kesemuanya dijumlah dengan skoring yang sudah disepakati.


d. Pencanaan
Kegiatan yang dilakukan adalah menetapkan tujuan an sasaran

pelayanan, menetapkan rencana kegiataan untuk mengatasi masalah

kesehatan dan keperawatan, dan menetapkan criteria keberhasilan

dari rencana tindakan yang akan dilakukan. Setelah data diolah dan

diketahui masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara keseluruhan

dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut : Tujuan yang

ingin dicapai, Kelompok sasaran, Jangka waktu, Target yang ingin

dicapai, Sumber yang tersedia di masyarakat, Biaya, Tenaga

pelaksana dari masyarakat (kader, dasawisma dan sebagainya) dari

puskesmas kordinator Promosi Kesehatan dan tenaga kesehatan

lainnya serta unsur lain yang terkait.


e. Pelaksanaan
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan

melibatkan individu, keluarga, masyarakat sepenuhnya dalam

mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi. Hal-hal yang perlu

dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan keperawatan komunitas

adalah sebagai berkut : Melaksanakan kerjasama lintas program dan

lintas sektoral dengan instansi terkait, Mengikutkan partisipasi aktif


25

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi

masalah kesehatannya. Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang

ada di masyarakat.
Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan

komunitas adalah sebagai berikut : Pencegahan Primer yaitu

Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau tidak berfungsinya dan

diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan

perlindungan khusus terhadap penyakit. Pencegahan Sekunder yaitu

Pencegahan yang menekankan diagnosa dini dan intervensi yang

tepat untuk menghambat proses patologis, sehingga memperpendek

waktu sakit dan tingkat keparahan. Pencegahan Tersier yaitu

pencegahan yang di mulai pada saat cacat atau terjadi

ketidakmampuan sampai stabil atau menetap atau tidak dapat

diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih

dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu mengembalikan

individu kepada tingkat berfungsi optimal dari ketidak mampuannya.


f. Evaluasi
Penilaian dan pemantauan merupakan kegiatan untuk menilai

sejauh mana keberhasilan pencapaian tujuan dari rencana yang telah

dibuat, apakah telah mencapai hasil yang maksimal atau belum sesuai

dengan criteria standar yang telah ditetapkan. Penilaian dan pemantauan

dapat dilaksanakan selama pelaksanaan kegiatan (formatif) dan setelah

pelaksanaan kegiatan (sumatif). Penilaian dan pemantauan sangat

penting artinya untuk mengkaji ulang perencanaan pembinaan dalam

pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat yang telah disusun dalam

mencapai sasaran atau tidak, dan penting juga untuk pengembangan


26

perencanaan selanjutnya termasuk perluasan dari segi kualitatif dan

kuantitatif.
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program

kesehatan, hal yang perlu di evaluasi adalah masukan (input),

pelaksanaan (proces) dan hasil akhir (output). Penilaian yang dilakukan

berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan perencanaan

yang telah disusun semula, ada 4 dimensi yang harus dipertimbangkan

dalam melaksanakan penilaian, yaitu daya guna, hasil guna, kelayakan,

kecukupan. Focus evaluasi adalah relevansi atau hubungan antara

kenyataan yang ada dengan pelaksanaan, perkembangan atau kemajuan

proses effisiensi biaya, efektifitas kerja, dampaknya apakah status

kesehatan meningkat atau menurun dalam jangka waktu beberapa lama.


Tujuan akhir perawat komunitas adalah kemandirian keluarga

yang terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu : mengenal masalah

kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota

keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya

peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah

pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan.


2.2. Keperawatan Keluarga
2.2.1 Pengertian Keluarga
Menurut definisi keluarga menurut beberapa ahli (Sudiharto, 2007)

adalah keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal dalam satu

atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998). Menurut S.G

Bailion dan A. Maglaya (1989), keluarga adalah dua atau lebih dari individu

yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau pengangkatan

dan hidup dalam suatu rumah tangga yang mana berinteraksi satu sama
27

lain, dan didalam peranannnya masing-masing menciptakan serta

mempertahankan kebudayaan (Effendy, 1998). Menurut Freeman, keluarga

adalah unit utama dari masyarakat dan merupakan lembaga yang

menyangkut kehidupan masyarakat (Depkes RI, 1989).


2.2.2 Struktur Keluarga

Struktur keluarga oleh Friedman, 2010 di gambarkan sebagai berikut :

a. Struktur komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan

secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan hierarki

kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan

pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan

balik. Penerima pesan mendengarkan pesan, memberikan umpan balik,

dan valid. Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila

tertutup, adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan

selalu mengulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi keluarga bagi

pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas, judgemental

ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan gagal

mendengar, diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif), terjadi miskomunikasi,

dan kurang atau tidak valid.

1) Karakteristik pemberi pesan :

- Yakin dalam mengemukakan suatu pendapat.

- Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.

- Selalu menerima dan meminta timbal balik.

2) Karakteristik pendengar
28

- Siap mendengarkan

- Memberikan umpan balik

- Melakukan validasi

b. Struktur peran

Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan

sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat

formal atau informal. Posisi/status adalah posisi individu dalam

masyarakat missal status sebagai istri/suami.

c. Struktur kekuatan

Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk

mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak

(legimate power), ditiru (referent power), keahlian (exper power), hadiah

(reward power), paksa (coercive power), dan efektif power.

d. Struktur nilai dan norma

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat

anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola

perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan

keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.

- Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak

dapat mempersatukan anggota keluarga.


29

- Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan

sistem nilai dalam keluarga.

- Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi

dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

(Friedman, dalam Harmoko hal 19; 2012)

2.2.3 Ciri-Ciri Struktur Keluarga


Ciri-Ciri Struktur Keluarga antara lain :
a. Terorganisasi yaitu Saling berhubungan, saling ketergantungan antara

anggota keluarga.
b. Ada keterbatasan yaitu setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka

juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya

masing-masing.
c. Ada perbedaan kekhususan yaitu setiap anggota keluarga mempunyai

peranan dan fungsinya masing-masing.


2.2.4 Bentuk Keluarga

Bentuk- bentuk keluarga menurut Harmoko 2012 antara lain :

a. Nuclear Family

Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu

rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan

perkawinan, satu/ keduanya dapat bekerja di laur rumah.

b. Extended Family

Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek,

kakek, keponakan, saudara sepupu, pama, bibi, dan sebagainya.

2.2.5 Peranan Keluarga


Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam

posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh
30

pola dan perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat (Effendy,

1998).
Peranan keluarga terdiri dari :
a. Peranan Ayah sebagai suami dan bapak dari anak-anaknya

berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi

rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok

sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.


b. Peranan ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai

peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan

pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai anggota masyarakat

dari lingkungannya, disamping itu ibu juga dapat berperan sebagai

pencari nafkah tambahan dalam keluarga.


c. Peranan anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai

dengan tingkat perkembangan baik fisik, mental, dan spiritual.


2.2.6 Fungsi keluarga

Menurut Marilyn M. Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi menjadi 5

yaitu:

a. Fungsi Afektif

Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi

kebutuhan psikologis anggota keluarga.

b. Fungsi Sosialisasi

Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak

sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status

pada anggota keluarga.


31

c. Fungsi Reproduksi

Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa

generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.

d. Fungsi ekonomi

Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya.

e. Fungsi perawatan kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal,

perawatan kesehatan. (Marilyn M. Friedman, hal 86; 2010)

2.2.7 Tahap – Tahap Kehidupan Keluarga


Menurut Dunval adalah sebagai berikut :
a. Tahap Pembentukan keluarga dimulai dari menikahkan yang

dilanjutkan dengan membentuk rumah tangga.


b. Tahap Menjelang Kelahiran Anak : tugas keluarga adalah

mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus, dimana

melahirkan anak merupakan suatu kebanggaan bagi keluarga yang

merupakan saat-saat yang sangat di nantikan.


c. Tahap Menghadapi Bayi : dalam hal ini keluarga mengasuh,

mendidik dan memberikan kasih sayang kepada anak, karena pada

tahap ini bayi hidupnya sangat bergantung kepada kedua orang

tuannya dan kondisinya masih lemah.


d. Tahap Menghadapi Anak Prasekolah :pada tahap ini anak sudah

mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan

teman sebaya, tetapi snagat rawan dalam masalah kesehatan

karena tidak mengetahui mana yang kotor dan yang bersih.


e. Tahap Menghadapi Anak Sekolah : dalam tahap ini tugas keluarga

adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk

mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar


32

secara teratur, mengontrol tugas-tugas anak sekolah, dan

meningkatkan pengetahuan umum anak.


f. Tahap Menghadapi Anak Remaja : Tahap ini adalah tahap yang

paling rawan, karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas

diri dalam mebentuk kepribadiannya, oleh karena itu diperlukan

teladan dari orang tua kepada anak untuk perlu diperlihara dan

dikembangkan.
g. Tahap melepaskan Anak ke Masyarakat : setelah melampaui anak

remaja dan anak telah menyelesaikan pendidikannya, maka tahap

selanjutnya adalah melepaskan anak ke masyarakat dalam

memuali kehidupan sesungguhnya. Dalam tahap ini anak akan

memulai kehidupan rumah tangga.


h. Tahap Berdua Kembali : setelah anak besar dan menempuh

kehidupan keluarga sendiri-sendiri, dalam tahap ini keluarga akan

merasa sepi dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan

menimbulkan depresi dan stress.


i. Tahap Masa Tua :tahap ini masuk ketahap lanjut usia, dan kedua

orang tua mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana

ini.
2.2.8 Pengelompokkan Masalah

Menurut Klasifikasi Omaha antara lain :

a. Lingkungan yang terdiri dari : pendapatan, sanitasi, pemukiman,

keamanan pemukiman/ tempat kerja.


b. Psikososial terdiri dari : komunikasi dengan sumber masyarakat,

kontak social, perubahan peran, hubungan antar anak, kegelisahan

agama, kesedihan, stabilitas emosi, seksualitas manusiawi,

memelihara orang tua, anak/dewasa ditelantarkan, perlakuan salah

terhadap anak/orang dewasa, pertumbuhan dan perkembangan.


33

c. Fisiologis antara lain : pendengaran, penglihatan, berbicara dan

bahasa, geligi, pengamatan, nyeri, kesadaran, bungkus/kulit, fungsi

neuromuskuloskletal, respirasi, sirkulasi, digesti-hidrasi, fungsi perut,

fungsi genitourinaria, ante partum/post partum.


d. Perilaku terdiri dari : nutrisi, pola istirahat/tidur, aktivitas fisik,

kebersihan perorangan, penyalahgunaan obat, keluarga berencana,

penyedia pelayanan kesehatan, peraturan penulisan resep, tekhnis

prosedur.
2.3 KONSEP PENYAKIT HIPERTENSI

2.3.1 DEFINISI

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada

pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang

dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang

membutuhkannya (Sustrani, 2006). Hipertensi adalah suatu keadaan

dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal

yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka kematian

atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam

waktu yang lama( Saraswati,2009)

Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah

persisten dengan tekanan sistolik sedikitnya 140 mmHg dan tekanan

diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price dan Wilson, 2012). Hipertensi adalah

suatu keadaan dimana pada umumnya mempunyai tekana darah sistolik

lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah lebih dari

atau sama dengan 90 mmHg.


34

Batasan defenisi untuk hipertensi hanya dapat dibuat secara

operasional yaitu tingkat tekanan darah yang mana deteksi dan

pengobatan lebih menguntungkan daripada merugikan (Joewono, 2003).

Sementara itu, yang dimaksudkan dengan tekanan darah sistolik

dan tekanan darah diastolik oleh Beevers (2002) antara lain :

1) Tekanan sistolik adalah periode berlangsungmya kontraksi jantung

dimana tekanan ini dapat diketahui dengan cara mendengar denyut

pertama pada saat mengukur tekanan darah.

2) Tekanan diastolik adalah masa relaksasi jantung yaitu masa dimana

jantung terisi oleh darah, di antara tiap denyutan. Tekanan darah

diastolik diketahui dengan cara mendengar denyut terakhir saat

mengukur tekanan darah.

2.3.2 ETIOLOGI

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi dua, yaitu :

1) Hipertensi primer atau essensial

Merupakan bagian terbesar (90%) dari penderita hipertensi

yang ada di masyarakat. Hipertensi jenis ini belum dapat diketahui

pasti penyebabnya.

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi ini diketahui penyebabnya karena :

a) Kelainan ginjal, seperti glomerulonefritis akut (GNA),

glomerulonefritis kronis (GNC), pyelonefritis kronis (PNC), dan

penyempitan arteri renalis.

b) Kelainan hormon, seperti diabetes mellitus, pil KB, dan

pheochromocytoma.

c) Kelainan neurologis, seperti polineuritis dan polimyelitis.


35

d) Penyebab lain seperti penggunaan obat-obatan, keadaan

preeklampsia, dan koarktasio aorta.

 Faktor Predisposisi

Adapun faktor predisposisi hipertensi yang dikemukakan oleh

Bustan (2007) antara lain :

1) Faktor genetik

Hal ini menunjukkan hipertensi dapat diwariskan melalui

garis keturunan. Beevers (2002) mengatakan bahwa hal tersebut

termasuk pengaruh ras atau suku, misalnya pada orang kulit hitam

(Afro-Karibia dan Asia Selatan) lebih banyak beresiko daripada

orang kulit putih. Masyarakat ini mengalami peningkatan

sensitivitas terhadap garam karena tingkat hormon rennin dan

angiotensin II yang dimiliki lebih rendah. Walaupun diberikan

pengobatan, kebanyakan hasilnya kurang efektif karena sebagian

obat-obatan yang menurunkan tekanan darah bekerja dengan

cara menghambat pengaruh hormon-hormon tersebut sehingga

tidak dapat bekerja dengan baik pada masyarakat keturunan ras

ini.

Selain itu, menurut McGowan, (2001), dua kelainan yang

sudah dikenal berhubungan dengan faktor genetik yaitu familial

hypercholesterolemia dan familial combined hyperlipidemia yang

keduanya cukup banyak dijumpai. Orang dengan

hiperkolesterolemia turunan telah mewarisi ketidaknormalan

genetika dalam pemrosesan kolesterol LDL. Kondisi ini cenderung

terdapat pada populasi orang Kanada, Perancis, Afrikaner di Afrika

Selatan, Finlandia, Libanon, dan Yahudi Ashkenazi. Sementara


36

penyakit genetik kedua yaitu hiperlipidemia gabungan turunan

merupakan kelainan kolesterol turunan yang paling umum.

Hubungan genetiknya belum dapat diketahui secara pasti, namun

yang jelas telah diketahui bahwa, jika seseorang memiliki

hiperlipidemia gabungan turunan, maka kurang lebih separuh dari

anggota keluarga dekatnya juga memiliki kelainan yang sama.

Kedua kondisi kelainan genetik diatas dapat meningkatkan resiko

terjadinya penyakit jantung tidak terkecuali hipertensi.

2) Umur

Tekanan darah meningkat sesuai umur dan gejalanya

mulai dirasakan sejak berumur 40 tahun.

Menurut Amiruddin, dkk., (2007) penyakit hipertensi pada

kelompok umur paling dominan berumur 31-51 tahun. Hal ini

dikarenakan seiring bertambahnya usia, tekanan darah cenderung

meningkat. Yang mana penyakit hipertensi umumnya berkembang

pada saat umur seseorang mencapai paruh baya yakni meningkat

khususnya yang berusia lebih dari 40 tahun bahkan pada usia

lebih dari 60 tahun ke atas.

Sedangkan teori dasar yang dapat mendukung kondisi

tersebut telah diutarakan oleh Price dan Wilson (2005) yaitu

peningkatan pembentukan plak fibrosa atau plak ateromatosa

pada pembuluh darah terjadi pada usia 30 sampai mendekati 50

tahun. Pembentukan plak ini akhirnya menimbulkan penyempitan

pada lumen maka resistensi terhadap aliran darah akan

meningkat dan membahayakan aliran darah miokardium.

3) Urban/rural
37

Orang yang berada di kota lebih banyak beresiko daripada

orang di desa. Daerah perkotaan yang identik dengan kehidupan

glamor, serba ada, aktivitas padat, serta pola hidup masa kini

yang praktis dapat merupakan suatu resiko meningkatnya

hipertensi. Berbeda dengan keadaan tersebut, pedesaan lebih

menjanjikan kehidupan yang tenang daripada di kota.

4) Geografis

Penduduk sekitar daerah pantai lebih beresiko daripada

penduduk di pegunungan. Menurut Amiruddin, dkk., (2000) daerah

pesisir pantai merupakan daerah yang lebih berpotensi dengan

kandungan natrium sehingga penduduk pun mengkonsumsi

garam dalam jumlah yang lebih tinggi daripada penduduk di

daerah pegunungan yang kemungkinan lebih banyak

mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.

5) Seks

Lebih banyak wanita yang menderita hipertensi

dibandingkan dengan pria. Pria memang lebih awal menderita

penyakit jantung termasuk hipertensi. Namun, lebih banyak wanita

menderita hipertensi dan penyakit jantung lainnya, bahkan tidak

sedikit yang akhirnya meninggal setelah menopause. Hal ini

dikarenakan tingkat estrogen darah yang menurun tajam pada

masa tersebut. Adapun estrogen sangat berpengaruh terhadap

kesehatan jantung. McGowan, (2001) menguraikan bahwa

estrogen melindungi dari penyakit jantung dengan berbagai cara

antara lain :
38

a) Meningkatkan HDL dan menurunkan LDL yang merupakan

50% efek proteksi dari estrogen.

b) Menurunkan tingkat lipopotein (a) yang merupakan salah

satu faktor resiko penyakit jantung prematur. Tingkat Lp(a)

ini ditentukan secara genetik dan tidak dapat diubah

dengan diet ataupun latihan. Obat yang dapat

menguranginya hanyalah estrogen dan niacin.

c) Estrogen adalah zat antioksidan yang mirip dengan vitamin

E dan C yang melindungi LDL agar tidak teroksidasi,

karena LDL yang teroksidasi dapat memasuki plak

aterosklerosis sehingga menyebabkan penyumbatan.

d) Estrogen adalah pelebar nadi jantung yang sangat kuat.

e) Estrogen dapat menghambat platelet, atau sel penggumpal

darah agar tidak mengumpul dan menyebabkan

penghambatan pada nadi jantung.

Pada wanita yang telah mengalami menopause, dianjurkan

agar dapat mengikuti terapi penggantian estrogen sehingga dapat

menurunkan resiko terjadinya penyakit jantung dan hipertensi.

6) Perubahan gaya hidup

Gaya hidup di dalamnya mencakup :

 Kegemukan atau obesitas.

 Kurang aktivitas dan olah raga.

 Emosi dan stress (terutama pada orang dengan

personality tipe A)

 Minum banyak alkohol dan kopi.


39

 Merokok.

 Makan banyak garam dan lemak.

7) Pengaruh penyakit lain

 Keturunan.
 Penyakit ginjal.
 Penyakit pembuluh darah.
 Kelainan hormon.

2.3.3 KLASIFIKASI HIPERTENSI

Klasifikasi tekanan darah oleh JNC 7 untuk pasien dewasa (umur > 18

tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada

dua atau lebih kunjungan klinis (tabel 2). Klasifikasi tekanan darah mencakup

4 kategori, dengan nilai normal pada tekanan darah sistolik (TDS) < 120

mmHg dan tekanan darah diastol (TDD) < 80 mmHg. Prehipertensi tidak

dianggap sebagai kategori penyakit tetapi mengidentifikasi pasien-pasien

yang tekanan darahnya cendrung meningkat keklasifikasi hipertensi dimasa

yang akan datang. Ada dua tingkat (stage) hipertensi, dan semua pasien pada

kategori ini harus diberi terapi obat.

Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

a. Hipertensi esensial/primer : hipertensi yang tidak diketahui penyebab

atau idiopatik

b. Hipertensi sekunder/renal
40

Berbagai faktor dihubungkan dengan hipertensi esensial, akan

tetapi belum terdapat keterangan pasti yang dapat menjelaskan

penyebabnya.

2.3.4 PATOFISIOLOGI

Hipertensi adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama

karena interaksi faktor-faktor resiko tertentu. Selain faktor predisposisi

yang telah dijelaskan di atas, ada beberapa faktor lain yang juga

berkontribusi dalam kenaikan tekanan darah, yaitu :


2.3.4.1 Sistem saraf simpatis yang meliputi tonus simpatis dan variasi diurnal.
2.3.4.2 Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi:
endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel,

otot polos dan interstitium juga memberikan kontribusi akhir.


2.3.4.3 Pengaruh sistem autokrin setempat yang berperan pada sistem renin,

angiotensin dan aldosteron.

Kontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat

vasomotor pada medula di otak. Rangsangan dihantarkan dalam bentuk

impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia

simpatis dan melepaskan asetil kolin pada neuron preganglion, akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah

melepaskan norepinefrin yang mengakibatkan vasokonstriksi. Faktor

kecemasan, ketakutan pun dapat mempengaruhi rangsang vasokonstriksi

ini, dan orang dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respon emosi, kelenjar medula adrenal juga

terangsang dengan mensekresikan epinefrin, sementara korteks adrenal

mensekresi kortisol dan steroid lainnya. Hal ini yang menyebabkan

vasokonstriksi semakin kuat. Vasokonstriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran darah ke ginjal mengaktivasi sistem RAA. Terjadi


41

pelepasan renin yang merangsang pembentukan angiotensin I, dan

kemudian diubah menjadi angiotensin II (vasokonstriktor kuat) yang juga

akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi air dan natrium yang meningkatkan volume

intravaskuler. Rangsangan simpatis dan aktivasi sistem RAA ini memacu

mekanisme Frank-Starling melalui peningkatan volume diastolik ventrikel

sampai tahap tertentu dan pada akhirnya akan terjadi gangguan kontraksi

miokard (penurunan/gangguan fungsi sistolik) (Smeltzer & Bare, 2001).

Sementara itu pada keadaan atherosklerosis, gangguan struktur

anatomi pembuluh darah perifer yang berlanjut dengan kekakuan

pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darah disertai dengan

penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang menghambat

gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan perlambatan aliran

darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya

dikompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang

memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi

(Bustan, 2007).
Hipertrofi Ventrikel Kiri (HVK) merupakan kompensasi jantung

menghadapi tekanan darah tinggi ditambah dengan faktor neurohumoral

yang ditandai oleh penebalan konsentrik otot jantung (hipertrofi

konsentrik). Fungsi diastolik akan mulai terganggu akibat dari gangguan

relaksasi ventrikel kiri, kemudian disusul oleh dilatasi ventrikel kiri

(hipertrofi eksentrik).
Iskemia miokard (asimtomatik, angina pectoris, infark jantung, dll)

dapat terjadi karena kombinasi akselerasi proses atherosklerosis dengan

peningkatan kebutuhan oksigen miokard akibat dari HVK. HVK, iskemia


42

miokard, dan gangguan fungsi endotel merupakan faktor utama

kerusakan miosit pada hipertensi.


Pada pertimbangan gerontologis, terjadi perubahan struktural dan

fungsional pembuluh darah meliputi atherosklerosis, hilangnya elastisitas

jaringan ikat, penurunan relaksasi otot polos pembuluh darah berakibat

menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa jantung, mengakibatkan

penurunan curah jantung dan meningkatkan tahanan perifer sehingga

tekanan darah pun mengalami peningkatan.

2.3.5 MANIFESTASI KLINIS

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala

pada hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan

darah, gejala yang timbul dapat berbeda-beda. Kadang-kadang hipertensi

esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi ko

mplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung

(Julius,2008).

Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi

mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun – tahun. Masa laten ini

menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang

bermakna. Bila terdapat gejala biasanya bersifat tidak spesifik, misalnya

sakit kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah

epistaksis,mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar

tidur, dan mata berkunang-kunang. Apabila hipertensi tidak diketahui dan


43

tidak dirawat dapat mengakibatkan kematian karena payah jantung,

infarkmiokardium,

stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini dan parawatan hipertensi dapat

menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas (Julius, 2008)

2.3.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


 Urinalisis : protein, leukosit, eritrosit, dan silinder.
 Hemoglobin / hematokrit
 Elektrolit darah : kalium.
 Ureum / kreatinin.
 Gula darah puasa.
 Kolesterol total.
 EKG menunjukkan HVK sekitar 20-50%.
 TSH
 Leukosit darah
 Trigliserida, HDL, dan kolesterol LDL
 Kalsium dan fosfor
 Foto toraks
 Echokardiogram untuk menemukan HVK lebih dini dan spesifik
 USG karotis dan femoral
 Funduskopi
 CT-Scan dan MRI pada pasien dengan keluhan gangguan neural,

kehilangan memori atau gangguan kognitif.


 ABPM (Ambulatory Blood Pressure Monitoring) yaitu pemantauan

tekanan darah selama 24 jam. Dapat diketahui perubahan tekanan

darah setiap 15 menit pada pagi hari dan setiap 30 menit pada malam

hari (Sanif, 2008).

Menurut PDSPDI (2006), ABPM dapat dilakukan dengan indikasi

berikut :

a) Hipertensi borderline atau bersifat episodik.

b) Menyingkirkan kemungkinan hipertensi office atau white coat.

c) Adanya disfungsi saraf otonom.

d) Hipertensi sekunder.

e) Sebagai pedoman pemilihan jenis obat antihipertensi.


44

f) Tekanan darah yang resisten terhadap pengobatan antihipertensi.

g) Gejala hipotensi yang berhubungan dengan pengobatan

antihipertensi.

2.3.7 PENATALAKSANAAN

Dibagi menjadi 2 golongan : farmakologi dan non farmakologi

1. Terapi non farmakologi

a) Hipertensi 2-3 kali lebih sering pada orang gemuk dibandingkan

orang dengan berat badan ideal


b) Lebih dari 60% pasien denagan hipertensi adalah gemuk

(overweight)
c) Penurunan berat badah, hanya dengan 10 pound (4,5 kg) dapat

menurunkan tekanan darah secara bermakna pada orang gemuk


d) Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang juga

prekursor dari hipertensi dan sindroma resisten insulin yang dapat

berlanjut ke DM tipe 2, dislipedemia, dan selanjutnya ke penyakit

kardiovaskuler
e) Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh dapat

menurunkan tekanan darah pada individu dengan hipertensi


f) Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap garam,

kebanyakan pasien mengalami penurunan tekanan darah sistolok

dengan pembatasan natrium.

2. Terapi farmakologi

Obat anti hipertensi yang diberikan harus memenuhi persyaratan, yaitu :

- Efek menurunkan tekanan darah efektif

- Efek sanping sedikit

- Pemberian sederhan

- Harga relatif murah dan mudah didapatkan


45

Obat anti hipertensi yang diberikan antara lain:

1. Diuretik

Fungsi :

- menurunkan volume plasma

- mencegah ekspansi sekunder dari plasma

- menurunkan retensi perifer dan tekanan darah

efek samping :

- meningkatkan kadar urine acid dalam darah

- hiperuricemia

- hiperkalemia

- hgiperglikemia

contoh obat :

- furosemid ( lasix )

- clonidin

2. vasodilator

fungsi :

- mengembangkan pembuluh darah arteri

- mengurangi tahanan perifer

- menurunkan tekanan darah

efek samping

- meningkatkan curah jantung

- meningkatkan HR

contoh obat : diazoxide, minoxidil, prozasin

3. ace inhibitor

fungsi :

- menghambat renin, angiotensin


46

- vasodilatasi

- menurunkan volume darah

efek samping :

- ginjal : proteinuri, kegagalan faalmginjal, sidroma nefrotik

- darah : agianulusitosis, neutroponia mengakibatkan infeksi, sepsis

- kulit : ptechie, angiodema

- cardio : hipertensi, angina pectoris, kegagalan jantung kongesti

- dysngeusia : hilangnya sensasi lidah, mual, muntah, nyeri perut

contoh obat : captopril, E. nalafril

 Upaya Pencegahan

Upaya-upaya yang dilakukan untuk pencegahan penyakit

hipertensi menurut Bustan (2007) adalah :

1) Pencegahan primordial.

Upaya ini dimaksudkan untuk memberi kondisi pada

masyarakat yang memungkinkan sehingga penyakit tidak

mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup, ataupun

faktor resiko lainnya. Pada prinsipnya, upaya pencegahan

primordial adalah mempertahankan gaya hidup yang sudah

ada dan benar dalam masyarakat ; serta melakukan

modifikasi, penyesuaian terhadap resiko yang ada atau

berlangsung dalam masyarakat.

2) Promosi kesehatan : meliputi pendidikan kesehatan dan

kampanye kesadaran masyarakat.

3) Proteksi spesifik : misalnya dengan mengurangi garam, makan

rendah lemak dan kalori, reduksi stres, exercise, dan no

smoking. sebagai salah satu faktor resiko.


47

4) Diagnosis dini : screening, pemeriksan check-up.

5) Pengobatan tepat : segera mendapatkan pengobatan

komprehensif dan kausal awal keluhan.

6) Rehabilitasi : upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang

tidak bisa diobati.

2.2.9 KOMPLIKASI

Kondisi hipertensi yang berkepanjangan sangat berpotensi

menyebabkan gangguan pembuluh darah di seluruh organ tubuh. Secara

umum kondisi darah tinggi tidak bisa diprediksi secara dini akan

menyerang organ bagian mana, tergantung organ mana yang terlebih

dahulu merespon tekanan yang abnormal. Angka kematian yang tinggi

pada penderita darah tinggi terutama disebabkan oleh gangguan jantung.

a. Organ Jantung

Kompensasi jantung terhadap kerja yang keras akibat hipertensi

berupa penebalan pada otot jantung kiri. Kondisi ini akan memperkecil

rongga jantung untuk memompa, sehingga jantung akan semakin

membutuhkan energi yang besar. Kondisi ini disertai dengan adanya

gangguan pembuluh darah jantung sendiri (koroner) akan

menimbulkan kekurangan oksigen dari otot jantung dan berakibat rasa

nyeri. Apabila kondisi dibiarkan terus menerus akan menyebabkan

kegagalan jantung untuk memompa dan menimbulkan kematian.

b. Sistem Saraf

Gangguan dari sistem saraf terjadi pada sistem retina (mata

bagian dalam) dan sistem saraf pusat (otak). Didalam retina terdapat
48

pembuluh-pembuluh darah tipis yang akan menjadi lebar saat terjadi

hipertensi, dan memungkinkan terjadinya pecah pembuluh darah yang

akan menyebabkan gangguan pada organ pengelihatan.

c. Sistem Ginjal

Hipertensi yang berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan

dari pembuluh darah pada organ ginjal, sehingga fungsi ginjal sebagai

pembuang zat-zat racun bagi tubuh tidak berfungsi dengan baik. Akibat

dari gagalnya sistem ginjal akan terjadi penumpukan zat yang

berbahaya bagi tubuh yang dapat merusak organ tubuh lain terutama

otak.

2.2.8 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN HIPERTENSI

Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara

sistimatis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan

keperawatan keluarga, melaksanakan asuhan keperawatan, serta

implementasi keperawatan terhadap keluarga sesuai rencana yang telah

direncanakan /dibuat serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang

telah dilaksanakan .

1. Pengkajian

a. Penjajakan pertama

Tujuan penjajakan tahap pertama adalah untuk mengetahui

masalah yang dihadapi oleh keluarga.

1) Pengumpulan data

Merupakan informasi yang diperlukan untuk mengukur masalah

kesehatan, status kesehatan, kesanggupan keluarga dalam

memberikan perawatan pada anggota keluarga .

a) Struktur dan sifat anggota keluarga


49

(1) Anggota – anggota keluarga dan hubungan dengan

kepala keluarga.

(2) Data demografi : umur,jenis kelamin, kedudukan dalam

keluarga.

(3) Tempat tinggal masing-masing anggota keluarga,

(4) Macam struktur anggota keluarga apakah

matrikat,patrikat berkumpul atau menyebar.

(5) Anggota keluarga yang menonjol dalam pengambilan

keputusan.

(6) Hubungan dengan anggota keluarga termasuk dalam

perselisihan yang nyata ataupun tidak nyata.

(7) Kegiatan dalam hidup sehari-hari,kebiasaan

tidur,kebiasaan makan dan penggunaan waktu senggang

b) Faktor sosial budaya dan ekonomi

(1) Pekerjaan

(2) Penghasilan

(3) Kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan

primer

(4) Jam kerja ayah dan ibu

(5) Siapa yng menentukan keuangan dan

penggunaannya

c) Faktor lingkungan

(1) Perumahan

(a) Luas rumah

(b) Pengaturan dalam rumah

(c) Persediaan sumber air


50

(d) Adanya bahan kecelakaan

(e) Pembuangan sampah

(2) Macam lingkungan / daerah rumah

(3) Fasilitas social dan lingkungan

(4) Fasilitas transportasi dan kesehatan

d) Riwayat kesehatan

(1) Riwayat kesehatan dari tiap anggota keluarga

(2) Upaya pencegahan terhadap penyakit

(3) Sumber pelayanan kesehatan

(4) Perasepsi keluarga terhadap peran pelayanan dari

petugas kesehatan.

(5) Pengalaman yang lalu dari petugas kesehatan.

e) Cara pengumpulan data

(1) Observasi langsung

: dapat mengetahui keadaan secara langsung.

(a) Keadaan fisik

dari tiap anggota keluarga.

(b) Komunikasi

dari tiap anggota keluarga

(c) Peran dari tiap

anggota keluarga

(d) Keadaan

rumah dan lingkungan

(2) Wawancara

Dapat mengetahui hal-hal :

(a) Aspek fisik


51

(b) Aspek mental

(c) Sosial budaya

(d) Ekonomi

(e) Kebiasaan

(f) Lingkungan

(3) Studi dokumentasi

antara lain

(a) Perkembanga

n kesehatan anak

(b) Kartu keluarga

(c) Catatan

kesehatan lainnya

(4) Dilakukan terhadap

angota keluarga yang mengalami masalah kesehatan

dan keperawatan antara lain :

(a) Tanda-tanda

penyakit

(b) Kelainan

organ tubuh

2. Analisa data

Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah

kesehatan yang dialami oleh keluarga. Dalam menganalisis data

dapat menggunakan Typologi masalah dalam family healt care.

Permasalahan dapat dikategorikan sebagai berikut :

a) Ancaman kesehatan adalah : keadaan yang dapat

memungkinkan terjadinya penyakit,kecelakaan atau kegagalan


52

dalam mencapai potensi kesehatan.

Contoh :

(1) Riwayat penyakit keturunan dari keluarga

seperti hipertensi

(2) Masalah nutrisi terutama dalam

pengaturan diet

b) Kurang atau tidak sehat adalah : kegagalan dalam

memantapkan kesehatan.

Contoh:

(1) Adakah didalam keluarga yang menderita

penyakit hipertensi

(2) Siapakah yang menderita penyakit

hipertensi

c) Krisis adalah : saat- saat keadaan menuntut

terlampau banyak dari indivdu atau keluarga dalam hal

penyesuaian maupun sumber daya mereka.

Contoh :

Adakah anggota keluarga yang meninggal akibat hipertensi.

3. Penentuan prioritas masalah

Didalam menentukan prioritas masalah kesehatan

keluarga menggunakan sistim scoring berdasarkan tipologi

masalah dengan pedoman sebagai berikut

K riteria Bobot

1. Sifat masalah 1
53

Skala : ancaman kesehatan 2

Tidak/kurang sehat 3

Krisis 1

2. Kemungikan masalah dapat 2

diubah
2

Skala : Dengan mudah


1

Hanya sebagian
0

Tidak dapat

3. Potensia masalah untuk dicegah 1

Skala : Tinggi 3

Cukup 2

Rendah 1

4. Menonjolnya masalah 1

Skala : Masalah berat harus 2

ditangani

Ada masalah tapi tidak


1
perlu segera ditangani
0
Masalah tidak dirasakan

Skoring :

1.Tentukan skor untuk tiap kriteria


54

2.Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot

Skor X Bobot

Angka tertinggi

3. Jumlahkanlah skor untuk semua criteria ,skor tertinggi 5 sama

dengan seluruh bobot

b. Penjajakan pada tahap kedua

Tahap ini menggambarkan sampai dimana keluarga dapat

melaksanakan tugas-tugas kesehatan yang berhubungan dengan

ancaman kesehatan,kurang /tidak sehat dan krisis yamg dialami

oleh keluarga yang didapat pada penjajakan tahap pertama.

Pada tahap kedua menggambarkan ketidak mampuan keluarga

untuk melaklasanakan tugas-tugas kesehatan serta cara

pemecahan masalah yang dihadapi .

Karena ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-

tugas kesehatan dan keperawatan,maka dapat dirumuskan

diagnosa keperawatan secara umum pada keluarga yang menderita

penyakit hipertensi antara lain :

1) Ketidak sanggupan keluarga mengenal

masalah penyakit hipertensi berhubungan dengan ketidaktahuan

tentang gejala hipertensi

2) Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil

keputusan dalam melaksanakan tindakan yang tepat untuk

segera berobat kesarana kesehatan bila terkena hipertensi

berhubungan dengan kurang pengetahuan klien/keluarga


55

tentang manfaat berobat kesarana kesehatan

3) Ketidak mampuan merawat anggota keluarga

yang sakit berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

tentang penyakit hipertensi ,cara perawatan dan sifat penykit

hipertensi .

4) Keitdaksanggupan memelihara lingkungan

rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan keluarga

berhubungan dengan tadak dapat melihat keuntungan dan

manfaat pemeliharaan lingkungan serta kitidaktahuan tentang

usaha pencegahan penyakit hipertensi.

5) Ketidakmampuan menggunakan sumber yang

ada di masyarakat guna memelihara kesehatan berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tersedianya

fasilitas kesehatan seperti JPS.,dana sehat dan tidak memahami

manfaatnya.

Adapun diagnosa keperawatan yang berhubungan pengaturan diet

pada klien hipertensi adalah :

1) Ketidaktahuan mengenal masalah nutrisi sebagai

salah satu penyebab terjadinya hipertensi adalah berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan cara pengaturaan diet yang

benar.

2) Ketidak sanggupan keluarga memilih tindakan yang

tepat dalam pengaturan diet bagi penderita hipertensi

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara

pengaturan diet yang benar.

3) Ketidakmampuan untuk penyediaan diet khusus bagi


56

klien hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

keluarga tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah yang

tepat.

4) Ketidakmampuan meenyediakan makanan rendah

garam bagi penderita hipertensi berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang

mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam

5) Ketidaktahuan menggunakan manfaat tanaman obat

keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahan tentang

manfaat tanaman obat tersebut.

2 Perencanaan

Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan

keperawatan yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam

memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah

diidentifikasi (Nasrul Effendi, 2008 )

Rencana tindakan dari masing –masing diagnosa keperawatan

khusus diet pada klien hipertensi adalah :

a. Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi

sebagai salah satu penyebab terjadinya hipertensi berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan tentang cara pengaturan diet

yang benar.

1) Tujuan

Keluarga mampu mengenal cara pengaturan diet bagi anggota

keluarga yang menderita penyakit hipertensi.

2) Kriteria hasil
57

a).Keluarga mampu menyebutkan secara sederhana batas

pengaturan diet bagi anggota kelurga yng menderita

hipertensi.

b) Keluarga dapat memahami danmampu mengambil tindakan

sesuai anjuran.

3) Rencana tindakan

a) Beri penjelasan kepada keluarga cara pengaturan diet

yang benar bagi penderita hipertensi.

b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga ,bagaiman

caranya menyediakan makan-makanan rendah garam bagi

penderita hipertensi .

4) Rasional

a)Dengan diberikan penjelasan diharapkan keluarga

menimbulkan peresepsi yang negatip sehingga dapat

dijadikan motivasi untuk mengenal masalah khususnya

nutrisi untuk klieh hiperetensi

b)Dengan diberikan penjelasan keluarga mampu

menyajikan makanan yang rendah garam.

b.Ketidak mampuan dalam mengambil keputusan untuk mengatur

diet terhadap anggota keluarga yang menderita hipertensi

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang

manfaat dari pengaturan diet

1) Tujuan

Keluarga dapat memahami tentang manfaat pengaturan diet

untuk klien hipertensi


58

2) Kriteria hasil

a) Keluarga mampu menjelaskan tentang manfaat pengaturan

diet bagi klien hiperetensi

b) Keluarga dapat menyediakan makanan khusus untuk klien

hipertensi

3) Rencana tindakan

a) Beri penjelasan kepada keluarga

tentang manfaat pengaturan diet untuk klien hipertensi.

b) Beri penjelasan kepada keluarga jenis

untuk klien hipertensi.

4) Rasionalisasi

a) Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mampu

melaksanakan cara pengaturan diet untuk klien hipertensi

b) Keluarga diharapkan mengetahui jenis makanan untuk

penderita hipertensi.

c.Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi

penderita hipertensi berhubungan kurangnya pengetahuan

tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah yang benar.

1) Tujuan

Keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita

hipertensi.

2) Kriteria hasil

a) Kilen dan keluarga mampu menyediakan diet

khusus untuk penderita hipertensi.

b) Keluarga mampu menyajikan makanan dalam

jumlah yang tepat bagi klien hipertensi.


59

3) Rencana tindakan

a) Beriakan penjelasan kepada klien dan keluarga

cara pengolahan makanan untuki klien hipertensi.

b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jumlah

makanan yang dikonsumsi oleh klien hipertensi.

c) Beri contoh sederhana kepada klien dan keluarga

untuk memnbuat makanan dengan jumlah yang tepat.

4) Rasionalisasi.

a) Dengan diberikan penjelasan diharapkanklien dan

keluarga dapat cara pengolahan makanan untuk klien

hipertensi.

b) Diharapkan klien dapat mengkonsumsi makanan sesuai

yang dianjurkan.

c) Dengan diberikan contoh sederhana caara membuat

makanan dalam jumlah yang tepat kilen dan keluarga

mampu menjalankan /melaksanakaannya sendiri.

b. Ketidakmampuan menyediakan makanan rendah garam

bagi penderita hipertensi berhubungan dengan kurang

pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang

mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung

garam.

1)Tujuan

Seluruh anggota keluarga membiasakan diri setiap hari

mengkonsumsi makanan yang rendah garam.

2) Kriteria hasil

a) Klien dan keluarga dapat menjelaskan manfaat


60

makanan yang rendah garam

b) Klien dan keluarga dapat menjelaskan jenis

makanan yang banyak mengandung garam.

c) Klien dan keluarga mau berubah kebiasaan dari

mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung

garam.

3) Rencana tindakan.

a) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang

pengaruh garan terhadap klien hipertensi.

b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jenis

makana yang banyak mengandung garam.

c) Beri motivasi kepada klien dan keluarga

bahwamereka mampu untuk merubah kebiasaan

yang kurang baik tersebut yang didasari padea niat

dan keinginan untuk merubah.

4) Rasional

a) Diharapkan klien dan keluarga memahami dan

mengerti tentang pengaruh garam terhadap klien

hipertensi

b) Diharapkan klien dan keluarga dapat menghindari

makanan yang banyak mengandung garam.

c) Dengan diberi motivasi diharapkan klien dan

kelarga mau merubah sikapnya dari yang tidak

sehat menjadi sehat

c.Ketidakmampuan menggunakan sumber pemanfaatan

tanaman obat keluarga berhubungan dengan kurang


61

pengetahuan guna dari tanaman obat keluarga.

1) Tujuan

Diharapkan klien dan keluarga mampu memanfaatkan

sumber tanaman obat keluarga

2) Kriteria hasil

Klien dan keluarga dapat menyebutkan tanaman obat

yang dapat membantu untuk pengobatan hipertensi

3) Rencana tindakan

a) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga manfaat

Toga.

b) Beri penjelasan kepada klien keluarga macam dan

jenis tumbuhan /tanaman yang dapat membantu

menurunkan tekanan darah

c) Anjurkan kepada kepada klien dan keluarga agar

berusaha memiliki tanaman obat keluarga .

4) Rasional

a) Agar klien dan keluarga dapat

memahami manfaat Toga.

b) Klien dan keluarga dapat mengetahui

jenis tanaman yang dapat menurunkan tekanan

darah.

c) Dengan memiliki Toga sendiri klien

dapat mengkonsumsi tanaman obat tersebut kapan

saja diperlukan.

3 Pelaksanaan
62

Pelaksanaan asuhan keperawatan pada anggota keluarga

yang menderita hipertensi sesuai rencana yang telah disusun.

Pada peleksanaan asuhan keperawatan keluarga dapat

dilaksanakan antara lain :

a. Deteksi dini kasus baru.

b. Kerja sama lintas program dan lontas sektoral

c. Melakukan rujukan

d. Bimbingan dan penyuluhan. (Pedoman Kerja

Puskesmas, 2002)

4 Evaluasi

Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai

(out put ) dan penilaian selalu berkaitan dengan tujuan.Evaluasi

juga dapat meliputi penilaian input dan porses.

Evaluasi sebagai suatu proses yang dipusatkan pada beberapa

dimensi ;

a. Bila evaluasi dipusatkan pada tujuan kita

memperhatikan hasil dari tindakan keperawatan.

b. Bila evaluasi digunakan pada

ketepatgunaan (effisiensi ),maka dimensinya dapat dikaitkaan

dengan biaya.,waktu,tenaga dan bahan.

c. Kecocokan (Apprioriatenes ) dari tindakan

keperawatan adalah kesanggupan dari tindakan keperawatan

untuk mengatasi masalah.

d. Kecukupan (Adecuacy) dari tindakan

keperawatan (Family Healt Care )

2.4 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN HIPERTENSI


63

Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara

sistimatis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan

keluarga, melaksanakan asuhan keperawatan, serta implementasi keperawatan

terhadap keluarga sesuai rencana yang telah direncanakan /dibuat serta

mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan .

1. Pengkajian
a. Penjajakan pertama
Tujuan penjajakan tahap pertama adalah untuk mengetahui masalah

yang dihadapi oleh keluarga.


1) Pengumpulan data
Merupakan informasi yang diperlukan untuk mengukur masalah

kesehatan, status kesehatan, kesanggupan keluarga dalam memberikan

perawatan pada anggota keluarga .


 Struktur dan sifat anggota keluarga
(1) Anggota – anggota keluarga dan hubungan dengan kepala

keluarga.
(2) Data demografi : umur,jenis kelamin, kedudukan dalam

keluarga.
(3) Tempat tinggal masing-masing anggota keluarga,
(4) Macam struktur anggota keluarga apakah matrikat,patrikat

berkumpul atau menyebar.


(5) Anggota keluarga yang menonjol dalam pengambilan

keputusan.
(6) Hubungan dengan anggota keluarga termasuk dalam

perselisihan yang nyata ataupun tidak nyata.


(7) Kegiatan dalam hidup sehari-hari,kebiasaan tidur,kebiasaan

makan dan penggunaan waktu senggang


 Faktor sosial budaya dan ekonomi
(1) Pekerjaan
(2) Penghasilan
(3) Kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan primer
(4) Jam kerja ayah dan ibu
(5) Siapa yng menentukan keuangan dan penggunaannya
 Faktor lingkungan
(1) Perumahan
- Luas rumah
64

- Pengaturan dalam rumah


- Persediaan sumber air
- Adanya bahan kecelakaan
- Pembuangan sampah
(2) Macam lingkungan / daerah rumah
(3) Fasilitas sosial dan lingkungan
(4) Fasilitas transportasi dan kesehatan
 Riwayat kesehatan
(1) Riwayat kesehatan dari tiap anggota keluarga
(2) Upaya pencegahan terhadap penyakit
(3) Sumber pelayanan kesehatan
(4) Perasepsi keluarga terhadap peran pelayanan dari petugas

kesehatan.
(5) Pengalaman yang lalu dari petugas kesehatan.
 Cara pengumpulan data
(1) Observasi langsung : dapat mengetahui keadaan secara

langsung.
- Keadaan fisik dari tiap anggota keluarga.
- Komunikasi dari tiap anggota keluarga
- Peran dari tiap anggota keluarga
- Keadaan rumah dan lingkungan
(2) Wawancara
Dapat mengetahui hal-hal :
- Aspek fisik
- Aspek mental
- Sosial budaya
- Ekonomi
- Kebiasaan
- Lingkungan
(3) Studi dokumentasi antara lain
- Perkembangan kesehatan anak
- Kartu keluarga
- Catatan kesehatan lainnya
(4) Dilakukan terhadap angota keluarga yang mengalami masalah

kesehatan dan keperawatan antara lain :


- Tanda-tanda penyakit
- Kelainan organ tubuh
2. Analisa data
Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan yang

dialami oleh keluarga. Dalam menganalisis data dapat menggunakan

Typologi masalah dalam family healt care.


 Permasalahan dapat dikategorikan sebagai berikut :
65

Ancaman kesehatan adalah : keadaan yang dapat memungkinkan

terjadinya penyakit,kecelakaan atau kegagalan dalam mencapai

potensi kesehatan.

Contoh :

(1) Riwayat penyakit keturunan dari keluarga seperti hipertensi


(2) Masalah nutrisi terutama dalam pengaturan diet
 Kurang atau tidak sehat adalah : kegagalan dalam memantapkan

kesehatan.

Contoh:

(1) Adakah didalam keluarga yang menderita penyakit hipertensi


(2) Siapakah yang menderita penyakit hipertensi
(3) Krisis adalah : saat- saat keadaan menuntut terlampau banyak

dari indivdu atau keluarga dalam hal penyesuaian maupun sumber

daya mereka.

Contoh :

Adakah anggota keluarga yang meninggal akibat hipertensi.

3. Penentuan prioritas masalah


Didalam menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga

menggunakan sistim scoring berdasarkan tipologi masalah dengan

pedoman sebagai berikut

Dx. Pentingnya Motivasi Peningkatan Rangking Jumlah

Keperawatan masalah Masyarakat Kualitas masalah skor

Untuk Untuk Hidup dari 1

Diselesaika Menyelesaika Masyarakat sampai 6

n n Masalah bila masalah 1 : paling


66

1 : rendah 0 : tidak ada diselesaikan tidak

2 : sedang 1 : rendah 0 : tidak ada penting

3 : tinggi 2 : sedang 1 : rendah 6 : yang

3 : tinggi 2 : sedang paling

3 : tinggi penting

Jumlah skor tertinggi 15 menjadi prioritas masalah utama

b. Penjajakan pada tahap kedua


Tahap ini menggambarkan sampai dimana keluarga dapat melaksanakan

tugas-tugas kesehatan yang berhubungan dengan ancaman

kesehatan,kurang /tidak sehat dan krisis yamg dialami oleh keluarga yang

didapat pada penjajakan tahap pertama.


Pada tahap kedua menggambarkan ketidak mampuan keluarga

untuk melaklasanakan tugas-tugas kesehatan serta cara pemecahan

masalah yang dihadapi. Karena ketidakmampuan keluarga dalam

melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan keperawatan,maka dapat

dirumuskan diagnosa keperawatan secara umum pada keluarga yang

menderita penyakit hipertensi antara lain :


(1) Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi

berhubungan dengan ketidaktahuan tentang gejala hipertensi


(2) Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan dalam

melaksanakan tindakan yang tepat untuk segera berobat kesarana

kesehatan bila terkena hipertensi berhubungan dengan kurang

pengetahuan klien/keluarga tentang manfaat berobat kesarana

kesehatan
67

(3) Ketidak mampuan merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi ,cara

perawatan dan sifat penykit hipertensi.


(4) Keitdaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat

mempengaruhi kesehatan keluarga berhubungan dengan tadak dapat

melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan serta

kitidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit hipertensi.


(5) Ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada di masyarakat

guna memelihara kesehatan berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan klien dan keluarga tersedianya fasilitas kesehatan

seperti JPS.,dana sehat dan tidak memahami manfaatnya.

Adapun diagnosa keperawatan yang berhubungan pengaturan

diet pada klien hipertensi adalah :

(1) Ketidaktahuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu

penyebab terjadinya hipertensi adalah berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan cara pengaturaan diet yang benar.


(2) Ketidak sanggupan keluarga memilih tindakan yang tepat dalam

pengaturan diet bagi penderita hipertensi berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan tentang cara pengaturan diet yang benar.


(3) Ketidakmampuan untuk penyediaan diet khusus bagi klien hipertensi

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara

pengolahan makanan dalam jumlah yang tepat.


(4) Ketidakmampuan meenyediakan makanan rendah garam bagi

penderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

dan kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi makanan yang

banyak mengandung garam


68

(5) Ketidaktahuan menggunakan manfaat tanaman obat keluarga

berhubungan dengan kurangnya pengetahan tentang manfaat

tanaman obat tersebut.


4. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan

keperawatan yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam

memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah

diidentifikasi (Nasrul Effendi, 2008 ).


Rencana tindakan dari masing –masing diagnosa keperawatan khusus

diet pada klien hipertensi adalah :


a. Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu

penyebab terjadinya hipertensi berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan tentang cara pengaturan diet yang benar.


 Tujuan
Keluarga mampu mengenal cara pengaturan diet bagi anggota

keluarga yang menderita penyakit hipertensi.


 Kriteria hasil
(a) Keluarga mampu menyebutkan secara sederhana batas

pengaturan diet bagi anggota kelurga yng menderita hipertensi.


(b) Keluarga dapat memahami danmampu mengambil tindakan

sesuai anjuran.
 Rencana tindakan
(a) Beri penjelasan kepada keluarga cara pengaturan diet yang benar

bagi penderita hipertensi.


(b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga ,bagaiman caranya

menyediakan makan-makanan rendah garam bagi penderita

hipertensi .
 Rasional
(a) Dengan diberikan penjelasan diharapkan keluarga menimbulkan

peresepsi yang negatip sehingga dapat dijadikan motivasi untuk

mengenal masalah khususnya nutrisi untuk klieh hiperetensi


(b) Dengan diberikan penjelasan keluarga mampu menyajikan

makanan yang rendah garam.


69

b. Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan untuk mengatur diet

terhadap anggota keluarga yang menderita hipertensi berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang manfaat dari

pengaturan diet
 Tujuan
Keluarga dapat memahami tentang manfaat pengaturan diet untuk

klien hipertensi
 Kriteria hasil
(a) Keluarga mampu menjelaskan tentang manfaat pengaturan diet

bagi klien hiperetensi


(b) Keluarga dapat menyediakan makanan khusus untuk klien

hipertensi
 Rencana tindakan
(a) Beri penjelasan kepada keluarga tentang manfaat pengaturan diet

untuk klien hipertensi.


(b) Beri penjelasan kepada keluarga jenis untuk klien hipertensi.
 Rasionalisasi
(a) Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mampu

melaksanakan cara pengaturan diet untuk klien hipertensi


(b) Keluarga diharapkan mengetahui jenis makanan untuk penderita

hipertensi.
c. Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi

penderita hipertensi berhubungan kurangnya pengetahuan tentang cara

pengolahan makanan dalam jumlah yang benar.


 Tujuan
Keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita

hipertensi.
 Kriteria hasil
(a) Kilen dan keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk

penderita hipertensi.
(b) Keluarga mampu menyajikan makanan dalam jumlah yang tepat

bagi klien hipertensi.


 Rencana tindakan
(a) Beriakan penjelasan kepada klien dan keluarga cara pengolahan

makanan untuki klien hipertensi.


70

(b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jumlah makanan yang

dikonsumsi oleh klien hipertensi.


(c) Beri contoh sederhana kepada klien dan keluarga untuk

memnbuat makanan dengan jumlah yang tepat.


 Rasionalisasi.
(a) Dengan diberikan penjelasan diharapkanklien dan keluarga dapat

cara pengolahan makanan untuk klien hipertensi.


(b) Diharapkan klien dapat mengkonsumsi makanan sesuai yang

dianjurkan.
(c) Dengan diberikan contoh sederhana caara membuat makanan

dalam jumlah yang tepat kilen dan keluarga mampu

menjalankan /melaksanakaannya sendiri.


d. Ketidakmampuan menyediakan makanan rendah garam bagi penderita

hipertensi berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kebiasaan

sehari-hari yang mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung

garam.
 Tujuan
Seluruh anggota keluarga membiasakan diri setiap hari

mengkonsumsi makanan yang rendah garam.


 Kriteria hasil
(a) Klien dan keluarga dapat menjelaskan manfaat makanan yang

rendah garam
(b) Klien dan keluarga dapat menjelaskan jenis makanan yang

banyak mengandung garam.


 Klien dan keluarga mau berubah kebiasaan dari mengkonsumsi

makanan yang banyak mengandung garam.


 Rencana tindakan.
(a) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pengaruh

garan terhadap klien hipertensi.


(b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jenis makana yang

banyak mengandung garam.


(c) Beri motivasi kepada klien dan keluarga bahwamereka mampu

untuk merubah kebiasaan yang kurang baik tersebut yang

didasari padea niat dan keinginan untuk merubah.


71

 Rasional
(a) Diharapkan klien dan keluarga memahami dan mengerti tentang

pengaruh garam terhadap klien hipertensi


(b) Diharapkan klien dan keluarga dapat menghindari makanan yang

banyak mengandung garam.


(c) Dengan diberi motivasi diharapkan klien dan kelarga mau

merubah sikapnya dari yang tidak sehat menjadi sehat


e. Ketidakmampuan menggunakan sumber pemanfaatan tanaman obat

keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan guna dari tanaman

obat keluarga.
 Tujuan
Diharapkan klien dan keluarga mampu memanfaatkan sumber

tanaman obat keluarga


 Kriteria hasil
Klien dan keluarga dapat menyebutkan tanaman obat yang dapat

membantu untuk pengobatan hipertensi


 Rencana tindakan
(a) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga manfaat Toga.
(b) Beri penjelasan kepada klien keluarga macam dan jenis tumbuhan

/tanaman yang dapat membantu menurunkan tekanan darah


(c) Anjurkan kepada kepada klien dan keluarga agar berusaha

memiliki tanaman obat keluarga .


 Rasional
(a) Agar klien dan keluarga dapat memahami manfaat Toga.
(b) Klien dan keluarga dapat mengetahui jenis tanaman yang dapat

menurunkan tekanan darah.


(c) Dengan memiliki Toga sendiri klien dapat mengkonsumsi tanaman

obat tersebut kapan saja diperlukan.


 Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang

menderita hipertensi sesuai rencana yang telah disusun.


Pada pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dapat dilaksanakan

antara lain :
(a) Deteksi dini kasus baru.
(b) Kerja sama lintas program dan lontas sektoral
(c) Melakukan rujukan
(d) Bimbingan dan penyuluhan. (Pedoman Kerja Puskesmas, 2002)
 Evaluasi
72

Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai (out

put ) dan penilaian selalu berkaitan dengan tujuan.Evaluasi juga dapat

meliputi penilaian input dan porses. Evaluasi sebagai suatu proses

yang dipusatkan pada beberapa dimensi :


(a) Bila evaluasi dipusatkan pada tujuan kita memperhatikan hasil dari

tindakan keperawatan.
(b) Bila evaluasi digunakan pada ketepatgunaan (effisiensi ),maka

dimensinya dapat dikaitkaan dengan biaya, waktu, tenaga dan

bahan
(c) Kecocokan (Apprioriatenes ) dari tindakan keperawatan adalah

kesanggupan dari tindakan keperawatan untuk mengatasi

masalah.
(d) Kecukupan (Adecuacy) dari tindakan keperawatan (Family Healt

Care)
3.8 Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas

N DiagnosaKeperawatan NOC NIC


o
1 Defisiensi kesehatan Pencegahan primer Pencegahan primer
.
komunitas di RW 13
NOC : Status Kesehatan Komunitas NIC : Peningkatan Kesadaran
berhubungan dengan
Kesehatan
Kurangnya informasi 1. Status kesehatan orang dewasa
sehingga masyarakat 1. Pertimbangkan pengalaman
2. Prevalensi program peningkatan kesehatan
kurang memiliki masyarakat terkait dengan
3. Anggota dengan cakupan asuransi kesehatan
pengetahuan untuk sistem perawatan kesehatan
yang memadai
hidup sehat termasuk perlindungan
4. Angka penyakit kronis meliputi hipertensi kesehatan, pencegahan

Pencegahan sekunder penyakit, perawatan kesehatan,

NOC : Keefektifan Skrining Kesehatan Komunitas dan pemeliharaan kesehatan

2. Observasi tanda-tanda
1. Identifikasi kondisi berisiko tinggi yang umum
kesadaran kesehatan yang
di komunitas
terganggu misalnya tidak
2. Identifikasi kondisi yang bisa mendapatkan menempati kontrak waktu
manfaat dari deteksi dini dan pengobatan

1
74

3. Identifikasi kebutuhan skrining untuk orang pertemuan, tidak minum obat


dewasa dengan tepat, ketidakmampuan
untuk mengidentifikasi obat
4. Penyediaan skrining untuk prevalensi umum di
atau menjelaskan alasan untuk
masyarakat
minum obat, menghindari
5. Dukungan dari anggota komunitas yang membaca informasi di depan
berpengaruh penyedia layanan kesehatan

Pencegahan Tersier 3. Gunakan strategi untuk


NOC : Kontrol Resiko Komunitas : Penyakit
meningkatkan pemahaman
Kronik
1. Ketersediaan program skrining preventif. yaitu mulai dengan informasi
2. Pemantauan insiden penyakit kronis. yang paling penting terdahulu
3. Pemantauan prevalensi penyakit kronis.
4. Morbiditas penyakit kronis. baru fokus dengan pesan-
5. Pemantauan kematian akibat penyakit kronis. pesan inti dan ulangi, batasi
6. Pemantauan komplikasi penyakit kronis.
7. Kepatuhan standar nasional untuk jumlah informasi yang disajikan

pencegahan dan penanganan penyakit kronis. pada satu waktu dan gunakan
contoh untuk mengilustrasikan
poin penting serta hubungkan
dengan pengalaman
masyarakat.

4. Evaluasi pemahaman
75

masyarakat dan meminta untuk


memperagakan keterampilan
masyarakat

Pencegahan sekunder

NIC : Skrinning Kesehatan


1. Sediakan layanan skrining
kesehatan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat
2. Jadwalkan pertemuan untuk
meningkatkan efisiensi dan
perawatan komunitas
3. Gunakan instrumen skrining
yang valid dan terpercaya
4. Dapatkan persetujuan untuk
dilakukan prosedur skrining
kesehatan
5. Dapatkan riwayat kesehatan
yang sesuai termasuk deskripsi
kebiasaan kesehatan, faktor
resiko, dan obat-obatan
76

6. Ukur tekanan darah, tinggi


badan, berat badan, kolesterol
7. Berikan saran kepada
masyarakat yang memiliki hasil
abnormal mengenai alternatif
pengobatan.
PencegahanTersier
NIC: Program Development
1. Bantu masyarakat dalam
mengidentifikasi kebutuhan
kesehatan yang signifikan.
2. Pioritaskan kebutuhan kesehatan.
3. Deskripsikan metode, aktivitas dan
kontrak waktu tindakan.
4. Rencanakan evaluasi terhadap
program.
5. Identifikasi sumber daya yang ada
untuk pelaksanaan program.
6. Monitor progres program yang
dilakukan
7. Evaluasi efektivitas biaya yang
diperlukan untuk pelaksanaan
program
77

NIC : PengembanganKomunitas
1. Pasarkan program kepada
partisipan yang diharap kan dan
untuk individu/kelompok yang
mendukung
2. Fasilitasi penerapan program
oleh kelompok atau komunitas
3. Pantau kemajuan
melaksanakan program
4. Evaluasi program terkait
relevansi efisiensi dan
efektivitas biaya
5. Modifikasi dan sempurnakan
program
2 Perilaku kesehatan a. Prevensi primer a. Prevensi primer
NOC : Perilaku Patuh : Diet yang Sehat NIC : Teaching : disease
. cenderung beresiko
1. Menyusun target capaian diet
process
pada masyarakat di RW 2. Menyeimbangkan intake dan kebutuhan kalori
1. Diskusikan perubahan gaya hidup
3. Memakan sajian sayuran yang
13 berhubungan dengan
yang mungkin diperlukan untuk
direkomendasikan per hari
kurang pemahaman
4. Mengurangi makanan dengan nilai kalori tinggi mencegah komplikasi di masa
danmerokok
dan nilai nutrisi kecil yang akan dating dan/ mengontrol
NOC : PerilakuPatuh: Diet yang Disarankan
1. Memakan makanan dan meminum minuman
78

sesuai dengan diet yang ditentukan proses penyakit


2. Menghindari makanan dan minuman yang tidak NIC: Pengajaran : Peresepan
diperbolehkan dalam diet Diet
3. Rencana makan sesuai dengan diet yang 5. Kaji tingkat pengetahuan
ditentukan masyarakat mengenai diet yang
b. Prevensi sekunder
disarankan
NOC : KontrolResiko
6. Ajarkan pada masyarakat
1. Mengidentifikasi factor resiko individu
2. Memonitor factor resiko individu mengenai nama-nama makanan
3. Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi
sesuai dengan diet yang
resiko
disarankan
4. Berpartisipasi dalam skrining masalah kesehatan
7. Jelaskan pada masyarakat
5. Memonitor perubahan status kesehatan
c. Prevensi tersier mengenai tujuan kepatuhan
NOC : Health seeking behaviour
terhadap diet yang disarankan
1. Deskripsi strategi untuk mengurangi kebiasaan
terkait dengan kesehatan secara
tidak sehat
2. Kebiasaan tidak sehat umum
8. Informasikanpadamasyarakattenta
ngjangkawaktu diet yang
disarankan
9. Instruksikan masyarakat untuk
menghin dari makanan yang
dipantang
10. Instruksikan kepada masyarakat
untuk merencanakan diet yang
79

sesuai

b. Prevensi sekunder
NIC : Health education
1. Target kan sasaran pada
kelompok beresiko tinggi dan
rentang usia yang beresiko
hipertensidan diabetes mellitus
2. Identifikasi faktor internal dan
eksternal yang dapat
meningkatkan atau mengurangi
individu untuk berperilaku sehat
3. Tentukan pengetahuan kesehatan
dan gaya hidup perilaku ketat
terhadap efektifitasnya
4. Bantu individu, keluarga, dan
masyarakat untuk memperjelas
keyakinan dan nilai-nilai kesehatan
5. Rumuskan tujuan dalam program
pendidikan kesehatan
6. Identifikasi sumber daya yang
diperlukan untuk melaksanakan
program kesehatan
c. Prevensi tersier
80

NIC : Coping enhancement


1. Bantu masyarakat dalam
mengidentifikasi efek jangka
panjang dan pendek dari tujuan.
2. Bantu masyarakat dalam
menyelesaikan masalah dengan
tenaga profesional lainnya.
3. Sediakan informasi yang benar
terkait diagnosis, pengobatan dan
prognosis dari penyakit hipertensi
NIC : Behaviour modification
1. Kaji motivasi masyarakat untuk
melakukan perubahan
2. Ajarkan kebiasaan baik dari hal
kecil seperti mengurangi makanan
tinggi garam
3. Pastikan intervensi
diimplementasikan oleh
masyarakat.
4. Kaji target perilaku perubahan
pada masyarakat (waktu).
5. Dorong masyarakat untuk
berpartisipasi aktif dalam
81

memonitor perubahan.
6. Diskusikan proses modifikasi
perilaku dengan masyarakat dan
tim kolaborasi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Efendi F dan Makhfudi. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktek dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan. Diakses tanggal 27 desember 2017 melalui
www.litbang.depkes.go.id/rkd2013/Laporan_Riskesdas2013.pdf

Koentjaraningrat. 2014 Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: P.T Gramedia

Mamahit ML, Mulyadi, Onibala F. 2017. Hubungan Pengetahuan Tentang Diet Garam
Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di Puskesmas Bahu Kota Manado. E-
jurnal Keperawatan (E-Kp) Vol 5 :1

Yuli, 2014. Makan Garam Bisa Menyebabkan Tekanan Darah Tinggi.


http://wwwcarakhasiatmanfaat.com/artikel/kaitan-garam-dan-tekanan-darah-
tinggi.html, diakses tanggal 27 desember 2017

Anda mungkin juga menyukai