Anda di halaman 1dari 41

konsep hospitalisasi stikes dian husada

KONSEP HOSPITALISASI
A. PENGERTIAN
Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan
rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan
sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya. Tetapi pada umumnya
hospitalisasi dapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan
gangguan emosi atau tingkah laku yang mempengaruhi kesembuhan dan perjalanan
penyakit anak selama dirawat di rumah sakit.
Hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana
atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.
Stressor yang mempengaruhi permasalahan di atas timbul sebagai akibat dari
dampak perpisahan, kehilangan kontrol ( pembatasan aktivitas ), perlukaan tubuh dan
nyeri, dimana stressor tersebut tidak bisa diadaptasikan karena anak belum mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dengan segala rutinitas dan
ketidakadekuatan mekanisme koping untuk menyelesaikan masalah sehingga timbul
prilaku maladaptifdari anak.

perlukaan tubuh,dan rasa nyeri.


1.Pengalaman yang mengacam
2.Stressor
Keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga
1.Anak tidak memahami mengapa dirawat / terluka
2.Stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan kebiasaan
sehari-hari
3.Keterbatasan mekanisme koping

1.Tingkat perkembangan usia


2.Pengalaman sebelumnya
3.Support system dalam keluarga
4.Keterampilan koping
5.Berat ringannya penyakit

1)Unfamiliarity

2)Lingkungan rumah sakit yang menakutkan


3)Rutinitas rumah sakit
4)Prosedur yang menyakitkan
5)Takut akan kematian

Isolasi merupakan hal yang menyusahkan bagi semua anak terutama berpengaruh
pada anak dibawah usia 12 tahun
Pengunjung, perawat dan dokter yang memakai pakaian khusus ( masker, pakaian
isolasi, sarung tangan, penutup kepala ) dan keluarga yang tidak dapat bebas
berkunjung.

Terjadi pada anak remaja ; rasa malu, tidak bebas berpakaian


-Pengertian terhadap realita terbatas hubungan dengan ibu sangat dekat
-Kemampuan bahasa terbatas

-Menangis kuat
-Menjerit
-Menendang
-Berduka
-Marah

-Tangis anak mula berkurang


-Murung, diam, sedih, apatis
-Tidak tertarik dengan aktivitas di sekitarnya
-Menghisap jari
-Menghindari kontak mata
-Berusaha menghindar dari orang yang mendekati

-Secara samar anak seakan menerima perpisahan ( pura-pura )


-Anak mulai tertarik dengan sesuatu di sekitarnya
-Bermain dengan orang lain
-Mulai membina hubungan yang dangkal dengan orang lain.
-Anak mulai terlihat gembira
e. Gangguan Body Image dan Nyeri
e. Gangguan Body Image dan Nyeri

-anak takut dan cemas berpisah dengan orang tua


-anak sering mimpi buruk

-Merasa tidak nyaman akan perubahan yang terjadi


-Ketakutan terhadap prosedur yang menyakitkan

Restrain atau immobilisasi dapat menimbulkan kecemasan

a.pengertian:
Anak takut kehilangan control diri karena penyakit dan rasa nyeri yang dialaminya.

a.Pengertian tentang sakit


a.Pengertian tentang sakit
Bagian integral dari keluargaAnak
Jika anak harus menjalani hospitalisasi akan memberikan pengaruh terhadap angggota
keluarga dan fungsi keluarga ( Wong & Whaley, 1999)

Bagian integral dari keluargaAnak


Jika anak harus menjalani hospitalisasi akan memberikan pengaruh terhadap angggota
keluarga dan fungsi keluarga ( Wong & Whaley, 1999)

Jika anak harus menjalani hospitalisasi akan memberikan pengaruh terhadap angggota
keluarga dan fungsi keluarga ( Wong & Whaley, 1999)

2.Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan hospitalisasi


3.Prosedur pengobatan
4.Kekuatan ego individu
5.Kemampuan koping
6.Kebudayaan dan kepercayaan
7 Komunikasi dalam keluarga

1.Denial / disbelief
2.Marah / merasa bersalah
-Prosdur tindakan medis
-Ketidaktahuan
-Khawatir memikirkan anaknya yang lain di rumah
-Berhubungan dengan efek samping pengobatan
-Berhubungan dengan biaya pengobatan dan perawatan
a.Pada umumnya reaksi sibling
-merasa kesepian
-Ketakutan
-Khawatir
-Marah
-Cemburu
-Rasa benci
-Rasa bersalah
b.Pengaruh pada fungsi keluarga
-Pola Komunikasi
-Komunikasi antar anggota keluarga terganggu
-Respon emosional tidak dapat terkontrol dengan baik
c. Penurunan peran anggota keluarga
Pola komunikasi
-Kehilangan peran orang tua
-Perhatian orang tua tertuju pada anak yang sakit dan di rawat
-Kadang orang tua menyalahkan sibling sebagai perilaku antisocial.

a.Pada umumnya reaksi sibling


-merasa kesepian

-Ketakutan
-Khawatir
-Marah
-Cemburu
-Rasa benci
-Rasa bersalah
b.Pengaruh pada fungsi keluarga
-Pola Komunikasi
-Komunikasi antar anggota keluarga terganggu
-Respon emosional tidak dapat terkontrol dengan baik
c. Penurunan peran anggota keluarga
Pola komunikasi
-Kehilangan peran orang tua
-Perhatian orang tua tertuju pada anak yang sakit dan di rawat
-Kadang orang tua menyalahkan sibling sebagai perilaku antisocial.

b.Pengaruh pada fungsi keluarga


-Pola Komunikasi
-Komunikasi antar anggota keluarga terganggu
-Respon emosional tidak dapat terkontrol dengan baik
c. Penurunan peran anggota keluarga
Pola komunikasi
-Kehilangan peran orang tua
-Perhatian orang tua tertuju pada anak yang sakit dan di rawat
-Kadang orang tua menyalahkan sibling sebagai perilaku antisocial.

c. Penurunan peran anggota keluarga


Pola komunikasi
-Kehilangan peran orang tua
-Perhatian orang tua tertuju pada anak yang sakit dan di rawat
-Kadang orang tua menyalahkan sibling sebagai perilaku antisocial.

Untuk mengurangi dampak rawat nginap di rumah sakit, peran perawat sangat
berpengaruh dalam mengurangi ketegangan anak. Usaha-usaha yang dilakukan untuk
mengurangi dampak stress hospitalisasi antara lain :

a.
b.
c.

Meminimalkan dampak perpisahan


Mengurangi kehilangan kontrol
Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan nyeri.

Untuk dapat mengambil sikap sesuai dengan peran perawat dalam usahanya
meminimalkan stress akibat hospitalisasi, perlu adanya pengetahuan sebelumnya
tentang stress hospitalisasi, karena keberhasilan suatu asuhan keperawatan sangat
tergantung dari pemahaman dan kesadaran mengenai makna yang terkandung dalam
konsep-konsep keperawatan serta harus memiliki pengetahuan , sikap dan
keterampilan dalam menjalankan tugas sesuai dengan perannya. Untuk itu, penelitian
ini dibuat untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat dalam
meminimalkan stress akibat hospitalisasi pada anak pra sekolah
Berbagai perasaan yang muncul pada anak yaitu :
cemas
marah
sedih
Takut
rasa bersalah
Perasaan itu timbul karena menghadapi sesuatu yg baru dan belum pernah dialami
Apabila anak stress selama dalam perawatan,orang tua menjadi sress pula, dan
streess orang tua akan membuat tingkat stress anak semakin miningkat. Sehingga
asuhan kep tidak bisa hanya berfokus pada anak , tetapi juga pada orangtuanya.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hospitalisasi pada anak


1. Fantasi-fantasi dan unrealistic anxieties tentang kegelapan, monster, pembunuhan
dan diawali oleh situasi yang asing.binatang buas
2. Gangguan kontak social jika pengunjung tidak diizinkan
3. Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit
4. Prosedur yang menyakitkan
5. Takut akan cacat atau mati.
6. Berpisah dengan orang tua dan sibling

B. REAKSI HOSPITALISASI
Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada usia
perkembangan anak,pengalaman sebelumnya terhadap sakit,sistem pendukung yang
tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya,pada umumnya,reaksi anak terhadap
sakit adalah kecemasan karena perpisahan,kehilangan,
Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai:
Bagi anak hal ini mungkin terjadi karena :
Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi :
Stress yang umumnya terjadi berhubungan dengan hospitalisasi:

1.Takut
2.Isolasi
3.Privasi yang terhambat

A. Stressor pada Infant


a. pengertian
Pada usia 6 bulan akan memperlihatkan
Separation Anxiety dimana bayi
menenagis keras jika ditinggal ibunya. Perlukaan dan rasa sakit : ekspresi wajah tidak
menyenangkan, pergerakan tubuh yg berlebihan dan menangis kuat.
b. Separation anxiety ( cemas karena perpisahan )
c. Respon Infant akibat perpisahan dibagi tiga tahap
1.Tahap Protes ( Fase Of Protes )
2.Tahap Putus Asa ( Phase Of Despair )
-Kadang anak tidak mau makan
3.Tahap Menolak ( Phase Detachment / Denial )
d. Kehilangan Fungsi dan Kontrol
Hal ini terjadi karena ada persepsi yang salah tentang prosedur dan pengobatan serta
aktivitas di rumah sakit, misalnya karena diikat/restrain tangan, kaki yang membuat
anak kehilangan mobilitas dan menimbulkan stress pada anak
o Infant masih ragu tentang persepsi body image
o Tetapi dengan berkembangnya kemampuan motorik infant dapat memahami arti dari
organ tubuhnya, missal : sedih/cemas jika ada trauma atau luka.
o Warna seragam perawat / dokter ( putih ) diidentikan
dengan prosedur tindakan yang menyakitkan sehingga meningkatkan kecemasan
bagi infant.
Berdasarkan theory psychodynamic, sensasi yang berarti bagi infant adalah
berada di sekitar mulut dan genitalnya. Hal ini diperjelas apabila infant cemas karena
perpisahan, kehilangan control, gangguan body image dan nyeri infant biasanya
menghisap jari, botol.
f. Manajenen Asuhan Keperawatan
Berikan asuhan yang konsisten
Menyanyi dan berbicara dg bayi
Sentuh, pegang, gendong bayi dan terus berinteraksi selama prosedur
Anjurkan interaksi dg ortu: rooming in, ortu bicara ke anak dan ijin saat mau pergi

Biarkan mainan yg membuat rasa aman anak


Berikan asuhan yang konsisten

B. STRESSOR PADA ANAK USIA AWAL ( TODDLER & PRA SEKOLAH


Reaksi emosional ditunjukan dengan menangis, marah dan berduka sebagai bentuk
yang sehat dalam mengatasi stress karena hospitalisasi. Pada usia 6 bulan akan
memperlihatkan
Separation Anxiety dimana bayi menenagis keras jika ditinggal
ibunya.
Perlukaan dan rasa sakit : ekspresi wajah tidak menyenangkan, pergerakan tubuh
yg berlebihan dan menangis kuat.

Respon prilaku yang anak sesuai dgn tahapannya yaitu :


1. Tahap protes : nangis kuat, menjerit memanggil ortu, menolak perhatian orla.
2. Tahap putus asa : namgis berkurang, tidak aktif, kurang minat bermain dan makan,
menarik diri, sedih dan apatis.
3. Tahap denial : samar menerima, membina hubungan dangkal, dan anak mulai
menyukai lingkungan.

a.Pengertian anak tentang sakit:


Anak mempersepsikan sakit sebagai suatu hukuman untuk perilaku buruk, hal ini
terjadi karena anak masih mempunyai keterbatasan tentang dunia di sekitar mereka.
2. Anak mempuyai kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka sakit, tidak bias
bermain dengan temannya, mengapa mereka terluka dan nyeri sehingga membuat
mereka harus pergi ke rumah sakit dan harus mengalami hospitalisasi.
3. Reaksi anak tentang hukuman yang diterimanya dapat bersifat passive, cooperative,
membantu atau anak mencoba menghindar dari orang tua, anak menjadi marah.
1.

b.Separation /perpisahan
c.Kehilangan fungsi dan control
Dengan adanya kehilangan fungsi sehubungan dengan terganggunya fungsi
motorik biasanya mengakibatkan berkurangnya percaya diri pada anak sehingga tugas
perkembangan yang sudah dicapai dapat terhambat. Hal ini membuat anak menjadi
regresi; ngompol lagi, suka menghisap jari dan menolak untuk makan.Restrain /
Pengekangan dapat menimbulkan anak menjadi cemas
d.Gangguan Body Image dan nyeri
e. Manajemen Asuhan Keperawatan

Batasi aturan dan dorongan pada perilaku


Anjurkan ortu merencanakan kunjungan dg anak
Rencanakan kontak dg guru dan teman
Rencanakan aktifitas bermain --> bergerak
Ijinkan anak memilih dlm batasan yg dapat diterima
Berikan cara-cara anak dpt membantu pengobatan dan puji atas kerjasama anak

C. STRESSOR PADA USIA PERTENGAHAN


a.Pengertian tentang sakit
anak usia 5 7 tahun mendefinisikan bahwa mereka sakit sehingga membuat mereka
harus istirahat di tempat tidur
Pengalaman anak yang terdahulu selalu mempengaruhi pengertian anak tentang
penyakit yang di alaminya.

b.Separation /Perpisahan
Dengan semakin meningkatnya usia anak, anak mulai memahami mengapa perpisahan
terjadi.
Anak mulai mentolerir perpisahan dengan orang tua yang berlangsunng lama.
Perpisahan dengan teman sekolah dan guru merupakan hal yang berarti bagi anak
sehingga dapat mengakibatkan anak menjadi cemas.
c.Kehilangan Fungsi Dan Kontrol
Bagi anak usia pertengahan ancaman akan harga diri mereka sehingga sering membuat
anak frustasi, marah dan depresi.
Dengan adanya kehilangan fungsi dan control anak merasa bahwa inisiatif mereka
terhambat.

d.Gangguan body image dan nyeri


anak mulai menyadari tentang nyeri
Anak tidak mau melihat bagian tubuhnya yang sakit atau adanya luka insisi.
e. Manajemen Asuhan Keperawatann
Monitor perilaku untuk menentukan kebutuhan emosi terutama pada anak yang
menarik diri dan tidak berespon
Jelaskan prosedur rinci (jika anak meminta)
Anjurkan kunjungan teman sebaya
Diskusikan respon thd pertanyaan ttg penyakit dan perubahan tubuh
Berikan waktu diskusi
Biarkan anak memilih, partisipasi, privasi,
Ikuti kenginan anak ttg keberadaan ortu

D. STRESSOR PADA ANAK USIA AKHIR

Anak mulai mulai memahami konsep sakit yang bias disebbkan oleh factor eksternal
atau bakteri, virus dan lain-lain.
Mereka percaya bahwa penyakit itu bisa dicegah
b.Separation / Perpisahan
Perpisahan dengan orang tua buakan merupakan suatu masalah
Perpisahan dengan teman sebaya / peer group dapat mengakibatkan stress
Anak takut kehilangan status hubungan dengan teman
c.Kehilangan fungsi control
d.Gangguan body Image
Anak takut mengalami kecacatan dan kematian
Anak takut sesuatu yang terjadi atau berpengaruh terhadap alat genitalianya

E. STRESSOR PADA ADOLESCENT/REMAJA


Anak mulai memahami konsep yang abstrak dan penyebab sakit yang bersifat kompleks
Anak mulai memahami bahwa hal-hal yang bias mempengaruhi sakit.
b.Separation / Perpisahan
Anak remaja sangat dipengaruhi oleh peer groupnya, jika mereka sakit akan
menimbulkan stress akan perpisahan dengan teman sebayanya.
Anak juga kadang menghinda dan mencoba membatasi kontak dengan peer groupnya
jika mereka mengalami kecacatan.
c.Kehilangan fungsi control
bagi remaja sakit dapat mempengaruhi fungsi kemandirian mereka.
Penyakit kronis dapat menimbulkan kehilangan dan mengncam konsep diri remaja.
Reaksi anak biasanya marah frustasi atau menarik diri
d.Gangguan body image
sakit pada remaja mengakibatkan mereka merasa berbeda dengan peer groupnya dan
sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam menangani stress karena adanya
perubahan body image. Remaja khawatir diejek oleh teman / peer groupnya.
Mengalami stress apabila dilakukan pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan organ
seksual.

e. Manajemen Asuhan Keperawatan


Fasilitasi perencanaan aktifitas (peer)
Jelaskan ke ortu ttg kebutuhan mandiri
Monitor perilaku bahwa anak ingin bicara

Berikan permainan dan aktifitas lain yg membantu diskusi


Berikan penyuluhan rinci ttg prosedur, pengobatan, terapi yg menyangkut genital
Berikan privasi setiap prosedur

F. STRESSOR DAN REAKSI KELUARGA SEHUBUNGAN


DENGAN HOSPITALISASI ANAK
A. Reaksi orang tua dipengaruhi oleh :
1.Tingkat keseriusan penyakit anak

Pada umumnya reaksi orang tua:


Tidak percaya akan penyakit anaknya
Merasa tidak mampu merawat anaknya
3.Ketakutan, cemas dan frustasi
-Tingkat keseriusan penyakit
4.Depresi
-terjadi setelah masa krisis anak berlalu
-Merasa lelah fisik dan mental

G. Reaksi sibling
d. Cara mengatasi masalah yang mungkin timbul sehubungan dengan hospitalisasi
anak

Libatkan orang tua dalam mengatasi stress anak dan pelaksanaan asuhan
keperawatan

Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan anak dan keluarga.

Kurangi batasan-batasan yang diberikan pada anak

Beri dukungan pada anak dan keluarga

Beri informasi yang adekuat.


H. REAKSI ORTU DAN SAUDARA KANDUNG TERHADAP ANAK YANG DIHOSPITAL
1. Reaksi ortu :

Perasaan cemas dan takut : perasaan tersebut muncul pada saat ortu melihat
anak mendapat prosedur menyakitkan ( Perawat harus bijaksana dan bersikap
pada anak dan ortu).

Cemas yang paling tinggi dirasakan ortu pada saat menunggu informasi ttg
diagnosis penyakit anaknya.

Rasa takut muncul pada ortu terutama akibat takut kehilangan anak pada
kondisi sakit terminal.

prilaku yang sering ditunjukkan ortu : sering bertanya ttg hal yang sama
secara berulang pada org berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang, dan bahkan
marah.
2. Perasaan Sedih : Muncul pada saat anak dalam kondisi terminal dan ortu
mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh.
3. Perasaan frustasi : Muncul pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan
dirasakan tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis.
Reaksi saudara kandung

Marah

Cemburu

Benci dan bersalah

I. INTERVENSI KEPERAWATAN DALAM MENGATASI DAMPAK HOSPITALISASI


1. Meminimalkan sressor atau penyebab stres.
2. Melibatkan ortu berperan aktif dlm
1. perawatan (rooming in)
Modifikasi ruang perawatan dgn membuat situasi ruang perawatyan seperti
dirumah.
Mempertahankan kontak dgn kegiatan sekolah.
Mengurangi kehilangan kontrol : menghindari pembatasan fisik jika anak dapat
kooperatif thp petugas.
Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan : menjelaskan sebelum
melakukan prosedur.
2. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi
Memberi kesempatan pada ortu mempelajari tukem anak dan reaksi anak thp
sressor yg dihadapi selama dirawat.
Dapat dijadikan media untuk belajar ortu.
Memberi kesempatan pada anak mengambil keputusan, tidak bergantung pada
orla dan percaya diri.
Beri kesempatan pada anak untuk saling mengenal dan membagi pengalaman.
3. Memberikan dukungan pada anggota keluarga lain
Berikan dukungan kepada keluarga utk mau tinggal dgn anak di RS.
Fasilitasi keluarga utk berkonsultasi pada psikolog atau ahli agama
Beri dukungan kepada keluarga untuk menerima kondisi anaknya dgn nilai-nilai
yg diyakininya.
Fasilitasi untuk menghadirkan saudara kandung anak .
4. Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di RS :
Pada tahap sebelum masuk di RS dilakukan : a. Siapkan ruang rawat sesuai
dgn tahapan usia anak dan jenis penyakit dgn peralatan yg diperlukan,
b. Apabila anak harus dirawat secara berencana, 1-2 hari sebelum dirawat
diorientasikan dgn situasi RS dgn bentuk miniatur bangunan RS.

Pada hari pertama dirawat lakukan tindakan

a. Kenalkan perawat dan dokter yang akan merawatnya.

b. Orientasikan anak dan ortu pada ruang rawat yang ada beserta fasilitas yang
dapat digunakan.

c. Kenalkan dgn pasien anak lain yang menjadi teman sekamarnya.

d.Berikan identitas pada anak

e. Jelaskan aturan RS yg berlaku dan jadwal kegiatan yang akan diikuti.

f. Laksanakan pengkajian riwayat kep.

g.Lakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainnya sesuai dgn yang


programkan.

J. STRESOR- STRESOR LAIN


a. Masuk Rumah Sakit
Rencana: Konseling program oleh perawat
Tahu prosedur medis, fasilitas untuk pasien, petugas perawatan
Persiapan
Atur kamar berdasarkan tingkat usia, dx penyakit, penyakit menular, perkiraan
lamanya dirawat
Siapkan teman sekamar (balita s/d remaja)
Siapkan kamar untuk anak dan ortu (formulir dan alat yg dibutuhkan tersedia)

b. Saat masuk
Kenalkan tim pada anak dan keluarga
Orientasi ruangan/ fasilitas
Kenalkan anak dan keluarga dg teman sekamar
Berikan gelang identitas
Jelaskan peraturan RS dan jadualnya
Ukur VS, TB dan BB
Lakukan pemeriksaan lab
Dukung anak saat dilakukan pemeriksaan fisik

c. Saat masuk UGD


Perpanjang prosedur persiapan masuk tidak tepat dan tidak mungkin pada situasi
darurat
Jika bukan mengancam kehidupan, ajak anak bekerja sama

d. Focus pada komponen konseling dirawat


perkenalan, gunakan nama anak bukan sayang, tentukan tingkat tukem, inf status kes
anak, inf keluhan utama anak dan ortu

e. Saat msuk ICU


Siapkan anak dan ortu untuk ICU elektif (post op jantung)
Siapkan anak dan ortu untuk masuk yg tak terduga
Siapkan ortu s.d penampilan anak dan perilakunya, saat pertama mengunjungi anak di
ICU
Temani ortu disisi tempat tidur anak--> support
Siapkan saudara kandung untuk kunjungan dan monitor reaksi mereka

Stressor di icu
Untuk anak dan keluarga
Stresor fisik
nyeri dan rasa tidak nyaman
imobilisasi
kurang tidur
Tidak mampu makan minum
Perubahan kebiasaan eliminasi
Untuk anak dan keluarga
Stresor fisik
nyeri dan rasa tidak nyaman
imobilisasi
kurang tidur
Tidak mampu makan minum
Perubahan kebiasaan eliminasi

f. Stresor Lingkungan
Lingk. asing
Bunyi yang asing
Orang asing
Bau asing dan tidak enak
Cahaya yg terus menerus
aktivitas ke pasien lain
kesiagaan petugas

g. Stresor Psikologis
kurangnya privacy
Tidak mampu berkomunikasi
Tidak cukup tahu dan paham tentang situasi
Penyakit yg berat
Perilaku ortu

h. Stresor Sosial
Hub. yg terputus
peduli thd sekolah atau pek
Gangguan/ kurang bermain

Konsep Hospitalisasi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permasalahan pokok yang sering dihadapi dalam dunia kesehatan tidak lain adalah reaksi
hospitalisasi serta dampak yang ditimbulkannya.
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat,
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangan kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami
berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat
traumatik dan penuh stress (Supartini, 2004).
Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa
bersalah (Wong, 2000).Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan
belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu
yang biasa dialaminya, dan sesuatu yang dirasakannya menyakitkan. Apabila anak stress selama
dalam perawatan, orang tua menjadi stres pula, dan stres orang tua akan membuat tingkat stres
anak semakin meningkat (Supartini, 2000).
Berdasarkan hasil pengamatan, pasien anak yang dirawat di rumah sakit masih sering
mengalami stres hospitalisasiyang berat, khususnya takut terhadap pengobatan, asing dengan
lingkungan baru, dan takut terhadap petugas kesehatan. Fakta tersebut merupakan masalah penting
yang harus mendapatkan perhatian perawat dalam pengelolah asuhan keperawatan (Nursalam,
2005)

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian hospitalisasi?


2. Apa saja reaksi saat dilakukannya hospitalisasi?
3. Apa dampak dari hospitalisasi?
4. Apa upaya perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi?
5. Apa manfaat dari hospitalisasi?
6. Apa saja trend dan isu dalam hospitalisasi?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui defenisi hospitalisasi


2. Untuk mengetahui reaksi dalam hospitalisasi
3. Untuk mengetahui dampak dari hospitalisasi
4. Untuk mengetahui cara mengatasi dampak hospitalisasi
5. Untuk mengetahui manfaat hospitalisasi

D. Manfaat

1. Orang tua dapat mengatasi dampak hospitalisasi bagi anak dan dirinya sendiri
2. Perawat dapat mengetahui cara atau langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak dari
hospitalisasi

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hospitalisasi
Menurut Potter & Perry (2005) hospitalisasi adalah

pengalaman yang penuh tekanan,

utamanya karena perpisahan dengan lingkungan normal dimana orang lain berarti, seleksi perilaku
koping terbatas,

dan perubahan status kesehatan.Hospitalisasi adalah kebutuhan klien untuk

dirawat karena adanya perubahan atau gangguan fisik, psikis, sosial dan adaptasi terhadap
lingkungan (Parini, 1999).
Proses hospitalisasi dapat menimbulkan trauma atau dukungan , bergantung pada institusi,
sikap keluarga dan teman, respon staf, dan jenis penerimaan masuk rumah sakit (Stuart, 2007, hal
:102).

Hospitalisasi merupakan proses karena suatu alasan yang terencana atau darurat,
mengharuskan anak untuk tinggal di RS, menjalani terapi & perawatan sampai dipulangkan kembali
ke rumah. Perasaan yang sering muncul pada anak : cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah
(Wong, 2000). Bila anak stress maka orang tua juga menjadi stress danakan membuat stress anak
semakin meningkat (Supartini, 2000).
Hospitalisasi terjadi apabila dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak mengalami
suatu gangguan fisik maupun mentalnya yang memungkinkan anak untuk mendapatkan perawatan
di rumah sakit.
Secara sederhana, hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan
rumah sakit untuk mendapatkan pertolongandalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat
mengatasi atau meringankan penyakitnya.Tetapi pada umumnya hospitalisasidapat menimbulkan
ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang
mempengaruhikesembuhan dan perjalanan penyakit anak selama dirawat di rumah sakit.

B. Reaksi terhadap Hospitalisasi

Reaksi hospitalisasi bersifat individual dan sangat tergantung pada usia perkembangan
anak,pengalaman sebelumnya terhadapsakit,sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan
koping yang dimilikinya,pada umumnya,reaksi anak terhadap sakit adalahkecemasan karena
perpisahan,kehilangan,perlukaan tubuh,dan rasa nyeri.
Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai pengalaman yang mengancam dan
stressor.Kedua hal ini dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga. Bagi anak, hal ini mungkin
terjadi karena beberapa hal seperti :
1.Anak tidak memahami mengapa dirawat / terluka
2.Stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan kebiasaan sehari-hari
3.Keterbatasan mekanisme koping

Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi :


1.Tingkat perkembangan usia
2.Pengalaman sebelumnya
3.Support sistem dalam keluarga
4.Keterampilan koping
5.Berat ringannya penyakit

Stress yang umumnya terjadi berhubungan dengan hospitalisasi:


1.Takut
1)Unfamiliarity
2)Lingkungan rumah sakit yang menakutkan
3)Rutinitas rumah sakit
4)Prosedur yang menyakitkan
5)Takut akan kematian

3. Isolasi
Isolasi merupakan hal yang menyusahkan bagi semua anak terutama berpengaruh pada anak
dibawah usia 12tahun.
Pengunjung, perawat dan dokter yang memakai pakaian khusus ( masker, pakaian isolasi, sarung
tangan, penutupkepala ) dan keluarga yang tidak dapat bebas berkunjung akan membuat anak
menjadi stress dan takut berada di rumah sakit.
4. Privasi yang terhambat
Hal ini biasanya terjadi pada anak remaja.Sikap yang biasanya mucul adalah rasa malu.Contohnya
dalam berpakaian.Anak merasa tidak bebas berpakaian.

Reaksi anakterhadap hospitalisasi :


1. Masa bayi(0-1 th)
Pembentukan rasa percaya diri dan kasih sayang
Usia anak > 6 bln terjadi stanger anxiety /cemas
Menangis keras
Pergerakan tubuh yang banyak
Ekspresi wajah yang tak menyenangkan
2. Masa todler (2-3 th)
Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan .Disini respon perilaku anak dengan tahapnya.
Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain
Putus asa menangis berkurang,anak tak aktif,kurang menunjukkan minat bermain, sedih, apatis
Pengingkaran/ denial

Mulai menerima perpisahan


Membina hubungan secara dangkal
Anak mulai menyukai lingkungannya
3. Masa prasekolah ( 3 sampai 6 tahun )
Menolak makan
Sering bertanya
Menangis perlahan
Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
Perawatan di rumah sakit :
- Kehilangan kontrol
- Pembatasan aktivitas
Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman. Sehingga ada perasaan malu, takut,
menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak, tidak mau bekerja sama dengan perawat.
4. Masa sekolah 6 sampai 12 tahun
Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang dicintai , keluarga,
kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan
peran dalam keluarga, kehilangan kelompok sosial,perasaan takut mati,kelemahan fisik. Reaksi nyeri
bisa digambarkan dengan verbal dan non verbal
5. Masa remaja (12 sampai 18 tahun )
Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya.
Pembatasan aktifitas menyebabkan kehilangan kontrol
Reaksi yang muncul :
Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
Tidak kooperatif dengan petugas
Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkanrespon :

bertanya-tanya
menarik diri
menolak kehadiran orang lain

Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi dan perasaan yang muncul dalam hospitalisasi:
Berbagai macam perasaan muncul pada orang tua yaitu : takut, rasa bersalah, stress dan cemas
(Halsom and Elander, 1997)
Rasa takut pada orang tua selama anak di RS terutama pd kondisi sakit anak yang terminal, karena
takut kehilangan anak yang dicintainya dan adanya perasaan berduka (Brewis, 1995).
Perasaan orang tua tidak boleh diabaikan karena apabila orang tua merasa stress, hal ini akan
membuat ia tidak dapat merawat anaknya dengan baik dan akan menyebabkan anak menjadi
semakin stress (Supartini, 2000).

Perasaan cemas dan takut


o Rasa cemas paling tinggi dirasakan orang tua pada saat menunggu informasi tentang diagnosis
penyakit anaknya (Supartini, 2000)
o Rasa takut muncul pada orang tua terutama akibat takut kehilangan anak pada kondisi sakit yang
terminal (Brewis, 1995).
o Perilaku yang sering ditunjukan orang tua berkaitan dengan adanya perasaan cemas dan takut ini
adalah : sering bertanya atau bertanya tentang hal sama berulang-ulang pada orang yang berbeda,
gelisah, ekspresi wajah tegang dan bahkan marah (Supartini, 2000)
Perasaan sedih
o Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal dan orang tua mengetahui
bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh
o Pada saat menghadapi anaknya yang menjelang ajal, rasa sedih dan berduka akan dialami orang tua

o Pada kondisi ini orang tua menunjukkan perilaku isolasi atau tidak mau didekati orang lain, bahkan
bisa tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan (Supartini, 2000).
Perasaan frustrasi
Perasaan frustasi yang dirasakan menurut Supartini (2004) , adalah sebagai berikut :
o Pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak mengalami perubahan serta
tidak adekuatnya dukungan psikologis yang diterima orang tua, baik dari keluarga maupun kerabat
lainnya maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan frustrasi.
o Sering kali orang tua menunjukkan perilaku tidak kooperatif, putus asa, menolak tindakan, bahkan
menginginkan pulang paksa (Supartini, 2004).

Reaksi orang tua dipengaruhi oleh:


1. Tingkat keseriusan penyakit anak
2. Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan hospitalisasi
3. Prosedur pengobatan
4. Kekuatan ego individu
5. Kemampuan koping
6. Kebudayaan dan kepercayaan
7. Komunikasi dalam keluarga

C. Dampak Hospitalisasi

Dampak Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada semua tingkat
usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyaknya faktor, baik faktor dari petugas
(perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru, maupun lingkungan keluarga
yang mendampingi selama perawatan. Keluarga sering merasa cemas dengan perkembangan
keadaan anaknya, pengobatan, dan biaya perawatan. Meskipun dampak tersebut tidak bersifat

langsung terhadap anak, secara fisiklogis anak akan merasakan perubahan perilaku dari orang tua
yang mendampingi selama perawatan (Marks, 1998). Anak menjadi semakin stres dan hal ini
berpengaruh pada proses penyembuhan, yaitu menurunnya respon imun. Hal ini telah dibuktikan
oleh Robert Ader (1885) bahwa pasien yang mengalami kegoncangan jiwa akanmudah terserang
penyakit, karena pada kondisi stress akan terjadi penekanan sistem imun (Subowo, 1992). Pasien
anak akan merasa nyaman selama perawatan dengan adanya dukungan sosial keluarga, lingkungan
perawatan yang terapeutik, dan sikap perawat yang penuh dengan perhatian akan mempercepat
proses penyembuhan.
Dampak hospitalisasi yang dialami anak dan keluarga akan menimbulkan stress dan rasa tidak
aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan
penyakit dan pengobatan.

Menurut Asmadi (2008, hal : 36) secara umum hospitalisasi menimbulkan dampak pada lima
aspek yaitu privasi, gaya hidup, otonomi diri, peran, dan ekonomi.
a. Privasi
Privasi dapat diartikan sebagai refleksi perasaan nyaman pada diri seseorang dan bersifat
pribadi.Sewaktu dirawat di rumah sakit, pasien kehilangan sebagian privasinya.
b. Gaya Hidup
Klien yang dirawat di rumah sakit seringkali mengalami perubahan pada gaya hidupnya. Hal ini
disebabkan oleh perubahan situasi antara rumah sakit dan rumah tempat tinggal klien serta oleh
perubahan kondisi kesehatan klien.Aktifitas hidup yang dijalani sewaktu sehat tentu berbeda dengan
aktifitas yang dijalaninya di rumah sakit.
c. Otonomi Diri
Individu yang sakit dan dirawat di rumah sakit berada dalam posisi ketergantungan. Artinya ia akan
pasrah terhadap

tindakanapapun yang akan dilakukan oleh petugas kehatan demi mencapai

keadaan sehat. Ini menunjukan, klien yang dirawat di rumah sakit mengalami perubahan otonomi.
d. Peran
Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan oleh individu sesuai dengan
status sosialnya.Perubahan yang terjadi akibat hospitalisasi tidak hanya berpengaruh terhadap
individu tetapi juga pada keluarga. Perubahan yang terjadi antara lain :
1. Perubahan peran
Jika salah seorang anggota keluarga sakit, maka akan terjadi perubahan peran dalam keluarga
2. Masalah keuangan

Keuangan keluarga akan terpengaruh oleh hospitalisasi .keuangan yang sedianya akan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga akhirnya digunakan untuk kepentingan perawatan klien.
3. Kesepian
Suasana di rumah akan berubah jika ada salah seorang anggota keluarga yang dirawat.
4. Perubahan kebiasaan sosial
Sewaktu ada anggota keluarga yang dirawat, keterlibatan anggota keluarga dalam masyarakat
menjadi berubah.
e. Ekonomi

D. Intervensi Perawat dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi

Untuk mencegah supaya masalah hospitalisasi teratasi maka peran perawat adalah tetap
memberikan dukungan dan dorongan kepada klien secara efektif agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan dan tetap menjaga kepercayaan klien agar klien tidak merasa takut terhadap tindakan
yang akan dilakukan oleh perawat.

Fokus intervensi keperawatan adalah sebagai berikut :


1. Meminimalkan stressor
2. Memberikan dukungan psikologis pada anggota keluarga klien
3. Mempersiapkan klien sebelum masuk rumah sakit

Upaya meminimalkan stresor atau penyebab stress dapat dilakukan dengan cara :

1. Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan


2. Mencegah perasaan kehilangan kontrol
3. Mengurangi / meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa nyeri

Upaya mencegah / meminimalkan dampak perpisahan


1. Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak
2. Modifikasi ruang perawatan
3. Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah

4. Surat menyurat, bertemu teman sekolah

Mencegah perasaan kehilangan kontrol:

1. Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif.


2. Bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan
3. Buat jadwal untuk prosedur terapi,latihan,bermain
4.

Memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua dalam perencanaan
kegiatan

Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri

1.

Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang menimbulkan rasa
nyeri
2. Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak
3. Menghadirkan orang tua bila memungkinkan
4. Tunjukkan sikap empati
5. Pada tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan yang dilakukan melalui
cerita, gambar. Perlu dilakukan pengkajian tentang kemampuan psikologis anak menerima
informasi ini dengan terbuka

Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak

1. Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan orang tua untuk belajar.
2. Memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak.
3. Meningkatkan kemampuan kontrol diri.
4. Memberi kesempatan untuk sosialisasi.
5. Memberi support kepada anggota keluarga.

Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit

1. Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak.


2. Mengorientasikan situasi rumah sakit.

3. Pada hari pertama lakukan tindakan :


o Kenalkan perawat dan dokter yang merawatnya
o Kenalkan pada pasien yang lain.
o Berikan identitas pada anak.
o Jelaskan aturan rumah sakit.
o laksanakan pengkajian .
o Lakukan pemeriksaan fisik.

Selain itu, perawat juga berperan sebagai promotif yang memberikan pandangan pada keluarga
agar selalu setia mendampingi dan memberi perhatian lebih kepada klien yang sedang menjalani
perawatan di rumah sakit.Hal ini menjadi salah satu pendukung karena kehadiran orang terdekat
dapat mengurangi rasa cemas maupun jenuh selama klien menjalani perawatan.

E. Manfaat Hospitalisasi

Menurut Supartini (2004, hal :189) manfaat hospitalisasi adalah sebagai berikut :
1.

Membantu perkembangan keluarga dan pasien dengan cara meberi kesempatan keluarga
mempelajari reaksi pasien terhadap stressor yang dihadapi selama perawatan di rumah sakit.

2.

Hospitalisasi dapat dijadikan media untuk belajar. Perawatan dapat memberikan kesempatan
kepada keluarga untuk belajar tentang penyakit, prosedur, penyembuhan, terapi, dan perawatan
pasien.

3. Untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri dapat dilakukan dengan memberi kesempatan kepada
pasien untuk mengambil keputusan , sehingga tiidak terlalu bergantung pada orang lain dan menjadi
percaya diri.
4. Fasilitasi klien untuk tetap menjaga sosialisasinya dengan sesama klien yang ada, teman sebaya atau
teman sekolah. Berikan kesempatan padanya untuk saling kenal dan berbagi pengalaman.

F. Trend dan Isu dalam Hospitalisasi

1. Defenisi Trend
Trend adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya
berdasarkan fakta.

2. Defenisi Issue
Issue adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang namun belum jelas fakta
atau buktinya. Beberapa issue hospitalisasi pada saat ini adalah :
a.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan rumah sakit
untuk mendapatkan pertolongandalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau
meringankan penyakitnya.Tetapi pada umumnya hospitalisasidapat menimbulkan ketegangan dan
ketakutan

serta

dapat

menimbulkan

gangguan

emosi

atau

tingkah

laku

yang

mempengaruhikesembuhan dan perjalanan penyakit klien selama dirawat di rumah sakit.Reaksi


hospitalisasi bersifat individual.
Perawat berperan penting dalam memberika respon yang positif untuk keluarga dan pasien
dalam hospitalisasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

B. SARAN
Perawat sebaiknya sudah harus memahami dan mengerti tentang hospitalisasi agar dapat
menerapkannya dan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pasien dan keluarga.
Bagi pihak rumah sakit hendaklah mendekorasi ruangannya agar pasien tidak merasa takut dan
gelisah berada di rumah sakit.Ruangan hendaklah didesain untuk memberikan kenyamanan bagi
pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.(2012). E-Book Konsep Hospitalisasi. Diakses pada tanggal 27 September 2012 dari
http://ebookbrowse.com/dia-122-slide-konsep-hospitalisasi-pdf-d337836072

Anonim.(2011).

Hospitalisasi.

Diakses

pada

tanggal

26

September

2012

dari

http://www.scribd.com/doc/56601675/Hospitalisasi
Dachi,

J.

(2007).

Hospitalisasi.

Diakses

pada

tanggal

26

http://jovandc.multiply.com/reviews/item/3?&show_interstitial=1&u=%

Perry & Potter.(2009). Fundamental Keperawatan Ed 4.Jakarta : EGC

Stuart, Gail W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC

Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak.Jakarta : EGC

September

2012

dari

Konsep Dasar Anak dan Hospitalisasi


HOSPITALISASI
Bentuk stresor individu yang berlangsung selama individu dirawat dirumah sakit
PERUBAHAN YANG TERJADI PADA HOSPITALISASI
Perubahan Konsep Diri
Dipersonalisasi
Rasa Takut dan Ansietas
Kehilangan dan Perpisahan
Regresi
Dependensi
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HOSPISTALISASI PADA ANAK
Berpisah dengan orang tua
Fantasi-fantasi tentang kegelapan
Nyeri dan komplikasi
Takut akan cacat atau mati
Prosedur yang menyakitkan
Gangguan kontak sosial
REAKSI ANAK PADA HOSPITALISASI
Reaksi ini bersifat individual dan sangat tergantung pada usia perkembangan
anak,pengalaman sebelumnya terhadap sakit,pada umumnya reaksi anak terhadap
sakit adalah kecemasan karena perpisahan,kehilangan,perlukaan tubuh dan rasa
nyeri

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hospitalisasi merupakan perawatan yang dilakukan dirumah sakit dan dapat menimbulkan
trauma dan stress pada klien yang baru mengalami rawat inap dirumah sakit. Hospitalisasi dapat
diartikan juga sebagai suatu keadaan yang memaksa seseorang harus menjalani rawat inap di rumah
sakit untuk menjalani pengobatan maupun terapi yang dikarenakan klien tersebut mengalami sakit.
Pengalaman hospitalisasi dapat mengganggu psikologi seseorang terlebih bila seseorang tersebut
tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya di rumah sakit. Pengalaman hospitalisasi yang
dialami klien selama rawat inap tersebut tidak hanya mengganggu psikologi klien, tetapi juga akan
sangat berpengaruh pada psikososial klien dalam berinteraksi terutama pada pihak rumah sakit
termasuk pada perawat.

Masalah yang dapat ditimbulkan dari hospitalisasi biasanya berupa cemas, rasa kehilangan, dan
takut akan tindakan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit, jika masalah tersebut tidak diatasi maka
akan mempengaruhi perkembangan psikososial, terutama pada anak-anak. Masalah tersebut akan
berpengaruh pada pelayanan keperawatan yang akan diberikan, karena yang mengalami masalah
psikososial akibar hospitalisasi cenderung tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan di rumah sakit.
Hal ini tentu saja akan menyebabkan terganggunya interaksi baik dari perawat maupun tim medis
lain di rumas sakit.

Untuk mencegah supaya masalah hospitalisasi teratasi maka peran perawat adalah tetap
memberikan dukungan (support) dan dorongan kepada klien yang efektif agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan dan tetap menjaga kepercayaan klien agar klien tidak merasa takut akan
tindakan yang akan dilakukan oleh perawat.
Selain itu perawat juga berperan sebagai promotif yang memberikan pandangan pada keluarga
agar selalu setia mendampingi dan memberi perhatian lebih pada klien yang sedang menjalani
perawatan di rumah sakit. Hal ini menjadi salah satu pendukung karena kehadiran orang terdekat
dapat mengurangi rasa cemas maupun jenuh selama klien mengalami perawatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa hospitalisasi itu?
2. Bagaimana perubahan yang terjadi pada anak akibat hosoitalisasi?
3. Bagaimana reaksi anak terhadap hospitalisasi?
4. Bagaimana reaksi orang tua terhadap hospitalisasi pada anak?
5. Bagaimana intervensi keperawatan dalam mengatasi hospitalisasi pada anak?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar III
2. Untuk mengetahui bagaimana hospitalisasi pada anak serta intervensi keperawatannya

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pengertian
Hospitalisasi adalah bentuk stressor individu yang berlangsung selama individu tersebut dirawat
dirumah sakit. Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau
darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di RS, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangannya ke rumah.
Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi individu karena stressor yang
dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak aman, seperti:
1. Lingkungan yang asing

2. Berpisah dengan orang yang berarti


3. Kurang informasi
4. Kehilangan kebebasan dan kemandirian
5. Pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan , semakin sering berhubungan dengan
rumah sakit, maka bentuk kecemasan semakin kecil atau malah sebaliknya.
6. Prilaku petugas Rumah Sakit.

2.2 Perubahan Yang Terjadi Akibat Hospitalisai

1. Perubahan konsep diri.


Akibat penyakit yang di derita atau tindakan seperti pembedahan, pengaruh citra tubuh ,
perubahan citra tubuh dapat menyebabkan perubahan peran , idial diri, harga diri dan identitasnya.

2. Regresi
Klien mengalami kemunduran ketingkat perkembangan sebelumnya atau lebih rendah dalam
fungsi fisik, mental, prilaku dan intelektual.
3. Dependensi
Klien merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.

4. Dipersonalisasi
Peran sakit yang dialami klien menyebabkan perubahan kepribadian, tidak realistis, tidak dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan, perubahan identitas dan sulit bekerjasama mengatasi
masalahnya.

5. Takut dan Ansietas


Perasaan takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah terhadap penyakitnya.

6. Kehilangan dan perpisahan


Kehilangan dan perpisahan selama klien dirawat muncul karena lingkungan yang asing dan jauh
dari suasana kekeluargaan, kehilangan kebebasan, berpisah dengan pasangan dan terasing dari
orang yang dicintai.

2.3 Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi


Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada usia perkembangan
anak,pengalaman sebelumnya terhadap sakit,sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan
koping yang dimilikinya,pada umumnya,reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena
perpisahan,kehilangan, perlukaan tubuh,dan rasa nyeri.

Reaksi anak pada hospitalisasi :


1. Masa bayi(0-1 th)
Dampak perpisahan
Pembentukan rasa P.D dan kasih saying
Usia anak > 6 bln terjadi stanger anxiety /cemas
- Menangis keras
- Pergerakan tubuh yang banyak
- Ekspresi wajah yang tak menyenangkan

2. Masa todler (2-3 th)


Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan .Disini respon perilaku anak dengan
tahapnya.
> Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain
> Putus asa menangis berkurang,anak tak aktif,kurang menunjukkan minat bermain, sedih, apatis
> Pengingkaran/ denial
- Mulai menerima perpisahan
- Membina hubungan secara dangkal
- Anak mulai menyukai lingkungannya

3. Masa prasekolah ( 3 sampai 6 tahun )

- Menolak makan
- Sering bertanya
- Menangis perlahan
- Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
Perawatan di rumah sakit :
- Kehilangan kontrol
- Pembatasan aktivitas
Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman. Sehingga ada perasaan malu, takut
sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak,tidak mau bekerja sama dengan perawat.

4. Masa sekolah 6 sampai 12 tahun


Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang dicintai , keluarga,
kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan
peran dlm keluarga, kehilangan kelompok sosial,perasaan takut mati, kelemahan fisik. Reaksi nyeri
bisa digambarkan dgn verbal dan non verbal.
5. Masa remaja (12 sampai 18 tahun )

Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Saat MRS cemas karena
perpisahan tersebut. Pembatasan aktifitas kehilangan control Reaksi yang muncul :
> Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
> Tidak kooperatif dengan petugas
Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkan respon :
- bertanya-tanya

- menarik diri
- menolak kehadiran orang lain

2.4 Reaksi Orang Tua Terhadap Hospitalisasi


Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi & Perasaan yang muncul dalam hospitalisasi:
Takut dan cemas,perasaan sedih dan frustasi:
Kehilangan anak yang dicintainya:
- Prosedur yang menyakitkan
- Informasi buruk tentang diagnosa medis
- Perawatan yang tidak direncanakan
- Pengalaman perawatan sebelumnya & Perasaan sedih:
Kondisi terminal perilaku isolasi /tidak mau didekati orang lain & Perasaan frustasi: Kondisi yang
tidak mengalami perubahan Perilaku tidak kooperatif,putus asa,menolak tindakan,menginginkan P.P
& Reaksi saudara kandung terhadap perawatan anak di RS: Marah,cemburu,benci,rasa bersalah
2.5 Intevensi Keperawatan Dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi
Fokus intervensi keperawatan adalah
- meminimalkan stressor
- memaksimalkan manfaat hospitalisasi memberikan dukungan psikologis pada anggota keluarga
- mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit
Upaya meminimalkan stresor atau penyebab stress dapat dilakukan dengan cara :
- Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan
- Mencegah perasaan kehilangan kontrol
- Mengurangi / meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa nyeri
Upaya mencegah / meminimalkan dampak perpisahan :
1. Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak
2. Modifikasi ruang perawatan
3. Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah: - Surat menyurat, bertemu teman sekolah
Mencegah perasaan kehilangan kontrol:

- Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif.


- Bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan
- Buat jadwal untuk prosedur terapi,latihan,bermain
- Memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua dalam perencanaan
kegiatan
Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri:
> Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang menimbulkan rasa
nyeri
> Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak
> Menghadirkan orang tua bila memungkinkan
> Tunjukkan sikap empati
> Pada tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan yang dilakukan melalui cerita,
gambar. Perlu dilakukan pengkajian tentang kemampuan psikologis anak menerima informasi ini
dengan terbuka.
Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak:
> Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan orang tua untuk belajar .
> Memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak.
> Meningkatkan kemampuan kontrol diri.
> Memberi kesempatan untuk sosialisasi.
> Memberi support kepada anggota keluarga.
Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit
> Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak.
> Mengorientasikan situasi rumah sakit.

Pada hari pertama lakukan tindakan :


- Kenalkan perawat dan dokter yang merawatnya
- Kenalkan pada pasien yang lain.
- Berikan identitas pada anak.
- Jelaskan aturan rumah sakit.
- laksanakan pengkajian .
- Lakukan pemeriksaan fisik.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hospitalisasi pada anak biasanya menimbulkan masalah berupa cemas, rasa kehilangan, dan
takut akan tindakan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit. Hospitalisasi pada anak tidak hanya
berdampak pada anak itu sendiri tapi juga berdampak pada orang tua dari anak tersebut.
Peran perawat sangat diperlukan untuk mencegah masalah hospitalisasi pada anak. Perawat
harus memberikan dukungan dan dorongan kepada anak yang efektif agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan dan tetap menjaga kepercayaan anak agar anak tidak merasa takut akan tindakan
yang akan dilakukan oleh perawat.
Selain itu perawat juga berperan sebagai promotif yang memberikan pandangan pada
keluarga agar selalu setia mendampingi dan memberi perhatian lebih pada anak yang sedang
menjalani perawatan di rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA
http://wwwbroniescom.blogspot.com/2010/05/makalah-hospitalisasi.html
http://www.psychologymania.com/2012/08/hospitalisasi-pada-anak.html
http://kumpulan-askepaskep.blogspot.com/2011/03/hospitalisasi-pada-anak.html

Anda mungkin juga menyukai