Anda di halaman 1dari 39

HOSPITALISASI PADA ANAK

Oleh : Diana Papilaya

POLITEKNIK KESEHATAN
YAPKESBI SUKABUMI
PROGRAM STUDI D- III
KEPERAWATAN
TAHUN 2020
 
1
Definisi

 Hospitalisasi mrp Suatu proses


karena suatu alasan darurat
atau berencana mengharuskan
anak untuk tinggal di rumah
sakit menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangan
kembali kerumah.

2
 Hospitalisasi bagi keluarga dan
anak dapat dianggap sebagai :
1. Pengalaman yang mengacam
2. Stressor

 Keduanya dapat menimbulkan


krisis bagi anak dan keluarga

3
 Bagi anak hal ini mungkin terjadi
karena :
1. Anak tidak memahami
mengapa dirawat / terluka
2. Stress dengan adanya
perubahan akan status
kesehatan, lingkungan dan
kebiasaan sehari-hari
3. Keterbatasan mekanisme
koping

4
REAKSI ANAK thd HOSPITALISASI
 Reaksi tersebut bersifat individual
dan sangat tergantung pada usia
perkembangan anak, pengalaman
sebelumnya thd sakit/perpisahan
/perawatan di RS, sistem pendukung
yang tersedia, keseriusan penyakit
(ancaman perawatan), dan
kemampuan koping yang dimilikinya.

 Pada umumnya, reaksi anak


terhadap sakit adalah kecemasan
karena perpisahan, kehilangan,
perlukaan tubuh, dan rasa nyeri.

5
 Stress yang umumnya terjadi
b/d hospitalisasi :
1.Takut
a. Unfamiliarity
b. Lingkungan rumah sakit yg

menakutkan
c. Rutinitas rumah sakit
d. Prosedur yg menyakitkan
e. Takut akan kematian
6
2.Isolasi
Isolasi mrp hal yang
menyusahkan bagi semua anak
terutama berpengaruh pada
anak dibawah usia 12 tahun.
Mis. pengunjung, perawat dan
dokter yg memakai pakaian
khusus (masker, pakaian isolasi,
sarung tangan, penutup kepala)
dan keluarga yang tidak dapat
bebas berkunjung.

7
3.Privasi yang terhambat
Biasanya hal ini terjadi pada
anak usia remaja, dimana
mereka muncul rasa malu, tidak
bebas berpakaian, dll.

8
Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Hospitalisasi pada anak :

1.Berpisah dengan orang tua dan sibling.


2.Fantasi-fantasi dan unrealistic anxieties
tentang kegelapan, monster,
pembunuhan, dan binatang buas yg
diawali oleh situasi asing.
3.Gangguan kontak sosial jika pengunjung
tidak diizinkan.
4.Nyeri dan komplikasi akibat
pembedahan atau penyakit.
5.Prosedur yang menyakitkan.
6.Takut akan cacat atau mati.

9
Reaksi Hospitalisasi berdsrkan
Usia Perkembangan
1. Masa Bayi (0-1 th)
 Rx bayi yg tampak sebelum mengenal ortu
adl sakit dan keterbatasan aktivitas.
 Stressor pada Infant:
- Separation anxiety (cemas karena
perpisahan)
- Pengertian terhadap realita terbatas
hubungan dengan ibu sangat dekat
- Kemampuan bahasa terbatas
 Respon nyeri dpt dilihat dr ekspresi wajah yg
tdk menyenangkan, menangis keras & dg
gerakan tubuh. Usia 3-10 bln bayi sdh dpt
melokalisasi nyerinya.
10
 Pd bayi usia 4-6 bln mulai mengenal
ortunya dan protes thd perpisahan
dg ortu dan hal ini mempengaruhi
pembentukan rasa percaya & kasih
sayang.
 Usia 6 bln, dikenal istilah: Strangger
Anxiety yi/ kecemasan thd org baru,
biasanya dimanifestasikan dg
menangis dan marah serta over
perilaku. Separation Anxiety yi/
perilaku bayi yg menangis bila
ditinggal ibunya.

11
Respon Infant akibat perpisahan, 3 tahap:
1.Tahap Protes (Fase Of Protes)
-Menangis kuat
-Menjerit
-Menendang
-Berduka
-Marah
2.Tahap Putus Asa (Phase Of Despair)
-Tangis anak mula berkurang
-Murung, diam, sedih, apatis
-Tidak tertarik dengan aktivitas di sekitarnya
-Menghisap jari
-Menghindari kontak mata
-Berusaha menghindar dari orang yang mendekati
-Kadang anak tidak mau makan
3.Tahap Menolak (Phase Detachment / Denial)
-Secara samar anak seakan menerima perpisahan (pura-pura)
-Anak mulai tertarik dengan sesuatu di sekitarnya
-Bermain dengan orang lain
-Mulai membina hubungan yang dangkal dengan orang lain
-Anak mulai terlihat gembira

12
 Kehilangan Fungsi dan Kontrol
Hal ini terjadi karena ada persepsi yang salah
tentang prosedur dan pengobatan serta
aktivitas di rumah sakit, misalnya karena
diikat/restrain tangan, kaki yang membuat anak
kehilangan mobilitas dan menimbulkan stress
pada anak

 Gangguan Body Image dan Nyeri


- Infant masih ragu tentang persepsi body
image
-Tetapi dengan berkembangnya kemampuan
motorik infant dapat memahami arti dari organ
tubuhnya, missal : sedih/cemas jika ada trauma
atau luka.
- Warna seragam perawat / dokter ( putih )
diidentikan dengan prosedur tindakan yang
menyakitkan sehingga meningkatkan
kecemasan bagi infant.
13
 Berdasarkan theory
psychodynamic, sensasi yang
berarti bagi infant adalah berada
di sekitar mulut dan genitalnya.
Hal ini diperjelas apabila infant
cemas karena perpisahan,
kehilangan control, gangguan
body image dan nyeri infant
biasanya menghisap jari, botol.

14
2. Masa Toddler (2-3 thn)
Sumber perilaku stress utamany adl
perpisahan. Pd usia 15-30 bln respon
perilaku dilalui dg bbrp tahap/fase:
a. Tahap Protes, yi/ menangis kuat,
menjerit, memanggil ortu, & menolak
atensi orla.
b. Putus asa/despair, yi/ tangisan sdh muali
ber-, tdk aktif. – minat bermain, anak
menarik diri serta merasa sedih dan
apatis thd orla.
c. Detachment, yi/ anak sdh mulai samar2
menerima perpisahan & dpt membina
hub yg dangkal dg orla/perawat serta
mulai interest thd lingk.
 Keterbatasan & ketergantungan anak dpt
menyebabkan regresi(kemunduran) bila
kehilangan kontrol.
15
 Rx thd Perlukaan at/ Nyeri
Stressor pd anak usia awal (Toddler & pra
sekolah) at/ rx emosional ditunjukan
dengan menangis, marah dan berduka
sebagai bentuk yang sehat dalam
mengatasi stress karena hospitalisasi.

 Rx yg dpt ditimbulkan a.l adl marah, anak


berusaha memperthnkan fisiknya dr
pengalaman at/ prosedur yg menyakitkan.
Hal ini terlihat: anak meringis,
mengatupkan bibirnya, membantingkan
barang yg ada didekatnya, membuka
matanya lebar2 (melotot), menggigit, at/
lari.

 Pd akhir masa Toddler dpt


mengkomunikasikan nyeri & menunjukkan
lokasinya.
16
3. Masa Prasekolah (3-6 thn)
 Rx anak thd p’pisahan a.l adl menolak
makan, menangis pelan2.
 Ekspresi kemarahannya dg cara m’banting
mainan, menggigit, tdk kooperatif thd
aktivitas sehari2.
 Anak pd masa ini m’anggap ‘dirawat’ sbg
Hukuman, shg anak merasa malu, b’salah &
takut. Takut yg berupa takut krn perlukaan &
m’angp tind at/ prosedur m’ancam integritas
tbh. Rx anak: agresif, dependen, & ekspresi
verbal.
 Anak mempuyai kesulitan dalam pemahaman
mengapa mereka sakit, tidak bias bermain
dengan temannya, mengapa mereka terluka
dan nyeri sehingga membuat mereka harus
pergi ke rumah sakit dan harus mengalami
hospitalisasi.

17
 Separation/perpisahan
-anak takut dan cemas berpisah dengan orang tua
-anak sering mimpi buruk

 Kehilangan fungsi dan control


Kehilangan fungsi sehubungan dengan terganggunya
fungsi motorik biasanya mengakibatkan berkurangnya
percaya diri pada anak sehingga tugas perkembangan
yang sudah dicapai dapat terhambat. Hal ini membuat
anak menjadi regresi; ngompol lagi, suka menghisap jari
dan menolak untuk makan.

 Restrain / Pengekangan dapat menimbulkan anak


menjadi cemas.

 Gangguan Body Image dan nyeri


-Merasa tidak nyaman akan perubahan yang terjadi
-Ketakutan terhadap prosedur yang menyakitkan

18
4. Masa Sekolah (6-12 thn)
 Kecemasan yg dialami diakibatkan krn
p’pisahan dg klmpk sosial & perawatan
RS. Pd masa ini anak kehilangan
kontrol krn peran dlm klrg, kelemahan
fisik yg dialaminya, takut mati &
kehilangan kegiatan dlm klmpk.
 Rx anak thd nyeri adl anak sdh bisa
m’komunikasikan rasa nyerinya (verbal
dan non verbal) & mampu mengontrol
nyeri jika nyeri dtg.
 Kehilangan kontrol berdampak pada
perubahan peran dlm klg, kehilangan
klp sosial, perasaan takut
mati,kelemahan fisik.
19
5. Masa Remaja (12-18/20 thn)
 Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh
kelompok sebayanya.
 Saat MRS cemas karena perpisahan dg teman sebaya,
anak m’alami kehilangan kontrol.
 Pembatasan fisik & ketergantungan m’akibatkan anak
menolak sgl tind yg akn diberikan kepadanya.
 Reaksi yang muncul:
- Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
- Tidak kooperatif dengan petugas
 Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkan
respon:
- bertanya-tanya
- menarik diri
- menolak kehadiran orang lain
 Efek hospitalisasi: anak aknmenunjukkan rx hospitalisasi
sebelum, selama & setelahnya. Byk anak khususnya pd
usia dbwh 4 thn menunjukkan perilaku sementara
berupa separation/perpisahan, MD, sulit utk pdkt &
merasakan perub lingk.

20
STRESSOR & REAKSI KELUARGA b/d
HOSPITALISASI ANAK

 Bagian integral dari anak dg


keluarga:
Jika anak harus menjalani
hospitalisasi akan memberikan
pengaruh terhadap angggota
keluarga dan fungsi keluarga
(Wong & Whaley, 1999)

21
 Reaksi orang tua dipengaruhi oleh:
1.Tingkat keseriusan penyakit
anak
2.Pengalaman sebelumnya
terhadap sakit dan hospitalisasi
3.Prosedur pengobatan
4.Kekuatan ego individu
5.Kemampuan koping
6.Kebudayaan dan kepercayaan
7 Komunikasi dalam keluarga

22
Reaksi orang tua thd anak yg
hospitalisasi
1.Denial / disbelief
Tidak percaya akan penyakit anaknya
2.Marah / merasa bersalah
Merasa tidak mampu merawat anaknya
3.Ketakutan, cemas dan frustasi
-Tingkat keseriusan penyakit
-Prosedur tindakan medis
-Ketidaktahuan
4.Depresi
-Terjadi setelah masa krisis anak berlalu
-Merasa lelah fisik dan mental
-Khawatir memikirkan anaknya yang lain dirmh
-B/d efek samping pengobatan
-B/d biaya pengobatan dan perawatan

23
Perilaku Post Hospitalisasi pd
Anak
 Anak yg lbh muda: menunjukkan
perilaku k’tergantungan, ketakutan,
mimpi buruk, hiperaktif,
tempertantrum, regresi & gg makan.
 Anak yg lbh besar: emosi labil,
k’tergantungan, menunjukkan
perasaan marah pd ortu & cemburu
dg sibling.

24
Faktor Risiko yg menyebabkan
Peingkatan Rx Hosp pd Anak
 Anak dg temperament yg agak
sulit.
 Anak yg sulit membina hub dg
orla.
 Usia 6 bln smp 5 thn.

 IQ dibwh at/ rata2.

 Multiple stress & terus menerus.

25
HOW TO HELP THE CHILDREN
COPE WITH HOSPITALIZATION ?
 Preparation for hospitalization is very important
with children whenever time permits.
 Visit to the hospital.
 If the hospital have videos that parents and
children can watch together. The best videos
are those that are specific to the hospital to be
used and those that are tailored to the specific
illness and procedures the child with
experience.
 The preparation techniques for specific
procedures.
 Letting the child know why she / he need to be
in hospital and when she / he becoming home

26
- Let the child know what she / he will
see, hear, smelt, feel and be
expected to do. Reassure a child
that he / she is not being punished
for some thing they did wrong.
 Understand the child’s feelings,
listen to his concerns, fears and
fantasies. Remind him that it is ok to
be scared or cry.
 Supporting the child.
 Give adequate information.
 Involve parents in caring children,
can help decrease some of that fear
& rooming in.

27
Keuntungan Hospitalisasi pd Anak

 Memberikan pengalaman stress


pd anak.
 Memberikan kesempatan anak
utk m’gunakan kemampuannya
dlm m’atasi stress & melatih
koping.
 Memberikan kesempatan pd
anak utk meningkatkan
kemampuan sosialisasinya.
28
Peran Perawat thd Keluarga
 Memelihara hub dg keluarga.
 Memberikan penkes ttg pros penyakit, prosedur
perawatan, 7an tind.2 yg dilakukan pd anaknya,
dll.
 Membantu ortu utk mengerti & menerima
perilaku anak sesudah pulang kermh krn
kemungkinan anak akn m’alami regresi,
dependen, menolak utk makan, minum, dll.
 Memberikan support.
 Perawat dpt m’dengarkan keluhan ortu baik scr
verbal/non verbal.
 Menganjurkan pd angg klrg/teman utk
membantu memenuhi kebut anak & support.
 Memberikan info ttg penyakit, pengobatan yg
dilakukan, kesadaran akn rx emosional anak at/
rx emosional sibling.
29
Peran Perawat thd Anak

 Mencegah/meminimalkan
perpisahan.
 Mencegah perasaan kehilangan
kontrol.
 Meminimalkan rasa takut thd
perlukaan tbh & nyeri.
 Mengurangi stress dg bermain.

30
INTERVENSI PERAWATAN DLM M’ATASI
DAMPAK HOSPITALISASI

 Fokus intervensi keperawatan


adalah:
- meminimalkan stressor
- memaksimalkan manfaat
hospitalisasi memberikan dukungan
psikologis pada anggota keluarga
- mempersiapkan anak sebelum
masuk rumah sakit

31
# Upaya meminimalkan stresor
atau penyebab stress, dapat
dilakukan dengan cara:
- Mencegah atau mengurangi
dampak perpisahan
- Mencegah perasaan
kehilangan kontrol
- Mengurangi / meminimalkan
rasa takut terhadap perlukaan
tubuh dan rasa nyeri

32
# Upaya mencegah/meminimalkan
dampak perpisahan:
1. Melibatkan orang tua berperan
aktif dalam perawatan anak
2. Modifikasi ruang perawatan
3. Mempertahankan kontak dengan
kegiatan sekolah; surat menyurat,
bertemu teman sekolah

33
# Mencegah perasaan kehilangan
kontrol:
- Hindarkan pembatasan fisik jika
anak dapat kooperatif.
- Bila anak diisolasi lakukan
modifikasi lingkungan
- Buat jadwal untuk prosedur
terapi,latihan,bermain
- Memberi kesempatan anak
mengambil keputusan dan
melibatkan orang tua dalam
perencanaan kegiatan

34
# Meminimalkan rasa takut terhadap cedera
tubuh dan rasa nyeri:
> Mempersiapkan psikologis anak dan
orang tua untuk tindakan prosedur yang
menimbulkan rasa nyeri
> Lakukan permainan sebelum melakukan
persiapan fisik anak
> Menghadirkan orang tua bila
memungkinkan
> Tunjukkan sikap empati
> Pada tindakan elektif bila memungkinkan
menceritakan tindakan yang dilakukan
melalui cerita, gambar. Perlu dilakukan
pengkajian tentang kemampuan psikologis
anak menerima informasi ini dengan
terbuka

35
# Memaksimalkan manfaat
hospitalisasi anak:
> Membantu perkembangan anak
dengan memberi kesempatan orang
tua untuk belajar .
> Memberi kesempatan pada orang
tua untuk belajar tentang penyakit
anak.
> Meningkatkan kemampuan kontrol
diri.
> Memberi kesempatan untuk
sosialisasi.
> Memberi support kepada anggota
keluarga.

36
# Mempersiapkan anak untuk
mendapat perawatan di RS:
> Siapkan ruang rawat sesuai
dengan tahapan usia anak.
> Mengorientasikan situasi rumah
sakit. Pada hari pertama lakukan
tindakan;
- Kenalkan perawat dan dokter yang
merawatnya
- Kenalkan pada pasien yang lain.
- Berikan identitas pada anak.
- Jelaskan aturan rumah sakit.
- laksanakan pengkajian .
- Lakukan pemeriksaan fisik.

37
Memaksimalkan Manfaat
Hospitalisasi
 Membantu perkemb hub ortu &
anak.
 Memberi kesempatan pd ortu utk
belajar ttg tumbang anak, rx anak
thd stressor, memberi support pd
anak & m’perluas pandangan dlm
merawat anak.
 Meningkatkan penguasaan diri.
 Kesempatan utk b’sosialisasi dg
teman sebaya, saling berbagi
pengalaman, kesempatan bg ortu py
kelompok baru.
38
Surat Luqman: 31

“Hai anakku, dirikanlah shalat


dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya
yang demikian itu termasuk hal-
hal yang diwajibkan (oleh Allah).

FINISH,
TERIMAKASIH
39

Anda mungkin juga menyukai