Anda di halaman 1dari 27

Hopitalisasi pada Anak

DEFINISI

HOSPITALISASI

proses yang karena Masuknya individu ke


suatu alasan yang RS sebagai seorang
berencana/keadaan pasien karena berbagai
darurat atau trauma alasan pemeriksaan
anak sehingga harus diagnostik, prosedur
tinggal dir rumah sakit tindakan, pembedahan,
dan mengakibatkan kegawatdaruratan,
stress pada anak dan pemberian medikasi &
keluarga stabilisasi
(Ball & Bindler, 2003) (Costello, 2008)
HOSPITALISASI

STRESS

ANAK KELUARGA
STRESSOR HOSPITALISASI
(Hockenberry & Wilson, 2009)
Reaksi anak saat hospitalisasi dipengaruhi oleh:
1. Usia perkembangan anak
2. Pengalaman yang lalu tentang sakit, perpisahan dan
hospitalisasi
3. Keterampilan koping
4. Diagnosis penyakit
5. Support system

Hockberry & Wilson, 2009


Reaksi anak saat hospitalisasi
1. Masa bayi (0 sampai 1 tahun)
-Masalah utama adalah dampak dari perpisahan → gangguan
pembentukan rasa percaya & kasih sayang
-Anak usia > 6 bulan: stranger anxiety (cemas bila berhadapan dengan
orang yang tidak dikenalnya & cemas karena perpisahan)
-Reaksi yang muncul: menangis, marah & banyak melakukan gerak
sebagai sikap stranger anxiety dan ekspresi wajah yang tidak
menyenangkan
2. Masa Todller (2 sampai 3 tahun)
-Bereaksi sesuai dengan sumber stress
-Sumber stress yang utama: perpisahan

Respon Perilaku
Respon Perilaku
 Tahap protes
Perilaku: menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau menolak
perhatian yang diberikan orang tua.

 Tahap despair (putus asa)


Perilaku: tangisan kurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat
untuk bermain dan makan, sedih serta apatis

 Tahap detachment
Secara samar mulai menerima perpisahan, membina hubungan yang
dangkal & anak mulai terlihat menyukai lingkungannya
Pembatasan gerak:
 Anak akan kehilangan kemampuannya untuk mengontrol diri &
menjadi tergantung pada lingkungannya
 Anak akan kembali mundur pada kemampuan sebelumnya atau
regresi
Perlukaan
 Anak mengalami nyeri karena tindakan invasif: seperti pemasangan
infus, injeksi, pengambilan darah, anak akan menangis, menggigit
bibir dan memukul.
 Anak dapat menunjukkan rasa nyeri & mengkomunikasikan rasa
nyerinya
3. Masa Prasekolah (3 sampai 6 tahun)
Hospitalisasi memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan yang
dirasakan aman, penuh kasih sayang & menyenangkan yaitu:
- Lingkungan rumah
- Permainan
- Teman sepermainan
Reaksi terhadap perpisahan: menolak makan, sering bertanya,
menangis walaupun secara perlahan & tidak kooperatif terhadap
petugas kesehatan
Anak merasa kehilangan kontrol terhadap dirinya
Anak merasa kehilangan kekuatan dirinya
 Anak mempunyai persepsi sebagai hukuman sehingga anak merasa
malu, bersalah atau takut
 Takut terhadap tindakan & prosedur yang mengancam integritas
tubuhnya
 Respon: reaksi agresif dengan marah & berontak, ekspresi verbal
mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan
perawat & ketergantungan pada orang tua
4. Masa sekolah (6 sampai 12 tahun)
Anak cemas karena berpisah dengan keluarga & terutama kelompok
sosialnya
Adanya pembatasan aktivitas → anak merasa kehilangan kontrol
Kehilangan kontrol berdampak:
-Pada perubahan peran dalam keluarga
-Kehilangan kelompok sosialnya
-Perasaan takut mati & adanya kelemahan fisik
Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri: ditunjukkan dengan ekspresi
baik secara verbal atau non verbal karena sudah dapat
mengkomunikasikannya
Anak dapat mengontrol perilakunya jika merasa nyeri dgn menggigit bibir
atau memegang sesuatu dengan erat
5. Masa Remaja (12 sampai 18 tahun)
Hospitalisasi menimbulkan perasaan cemas karena berpisah dengan
teman sebayanya
Pembatasan aktivitas mengakibatkan anak remaja kehilangan kontrol
& menjadi bergantung pada keluarga atau petugas kesehatan
Reaksi yang muncul: menolak perawatan/tindakan yang dilakukan
padanya, tidak kooperatif dengan petugas kesehatan atau menarik diri
atau menolak kehadiran orang lain
Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi anak
1. Perasaan cemas & takut
 Cemas dengan prosedur yang menyakitkan anak
 Takut akan kehilangan anak
 Perasaan berduka
 Informasi berduka
 Informasi buruk tentang diagnosis medik
 Pengalaman sebelumnya
 Reaksi orang tua: menangis karena tidak tega melihat prosedur
invasif pada anaknya
 Cemas karena menunggu informasi tentang diagnosa penyakit
 Perilaku yang muncul:
- Sering bertanya
- Bertanya dengan pertanyaan yang sama
- Gelisah
- Ekspresi wajah tegang
- Marah
2. Perasaan sedih
Pada kondisi anak dengan penyakit terminal
Saat menghadapi anaknya menjelang ajal
Orang tua dituntut untuk berada disamping anak & memberi
bimbingan spiritual anaknya tetapi disisi lain orang tua menghadapi
ketidakberdayaan karena perasaan terpukul & sedih yang amat sangat
Perilaku orang tua: isolasi, tidak mau didekati orang lain & tidak
kooperatif dengan petugas kesehatan
3. Perasaan frustasi
Muncul saat anak telah dirawat cukup lama & dirasakan tidak
mengalami perubahan
Tidak adekuatnya dukungan psikologis
Putus asa
Perilaku: tidak kooperatif, putus asa, menolak tindakan, pulang
paksa
Reaksi saudara kandung terhadap perawatan
anak dirumah sakit
 Marah → karena rang tua dinilai tidak memperhatikannya
 Cemburu → orang tua lebih mementingkan saudara yang sakit
 Benci → pada saudaranya yang dirawat & situasi yang tidak
menyenangkan
 Rasa bersalah → karena anak berpikir mungkin saudaranya sakit
akibat kesalahannya
 Rasa takut & cemas → karena ketidaktahuan tentang kondisi
saudaranya
 Rasa sepi → situasi dirumah tidak seperti biasanya ketika anggota
keluarga lengkap berada dirumah
Prinsip askep pada hospitalisasi anak
 Mencegah atau memperkecil perpisahan
 Memperkecil kehilangan kendali/kontrol
 Memperkecil cedera
 Pengkajian & manajemen nyeri
 Bermain untuk mengurangi stress
 Memperbesar keuntungan hospitalisasi
 Dukungan anggota keluarga
 Keluarga /orang tua membutuhkan :
- Support
- Informasi yang akurat, berulang-ulang, jelas sesuai permintaan
- Berpartisipasi dalam perawatan
 Upaya meminimalkan stressor:
- Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan
- Mencegah perasaan kehilangan kontrol
- Mengurangi rasa takut terhadap perlukaan tubuh & rasa nyeri
1. Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan
 Melibatkan orang tua dalam perawatan anak dengan cara tinggal
bersama (rooming in)
 Jika tidak mungkin rooming in beri kesempatan orang tua untuk
melihat anaknya setiap saat
 Modifikasi ruang perawatan: seperti lingkungan rumah
 Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah: teman sekolah &
guru
2. Mencegah perasaan kehilangan kontrol
 Hindarkan pembatasan fisik jika anak kooperatif
 Buat jadwal kegiatan untuk prosedur terapi, latihan, bermain &
aktivitas dalam menghadapi perubahan kebiasaan
 Fokuskan intervensi keperawatan pada upaya untuk mengurangi
ketergantungan dengan cara memberi kesempatan anak untuk
mengambil keputusan
3. Mengurangi rasa takut terhadap perlukaan tubuh
& nyeri
 Mempersiapkan psikologis anak & ortu untuk tindakan/ prosedur
yang menimbulkan rasa nyeri
 Lakukan permainan lebih dahulu
 Pertimbangkan untuk menghadirkan orang tua saat tindakan
 Tunjukkan sikap empati
 Untuk tindakan khusus, lakukan persiapan khusus
Memaksimalkan manfaat hospitalisasi:
 Membantu perkembangan orang tua & anak dalam menjalankan
tumbuh-kembang anak
 Media belajar untuk orangtua
 Meningkatkan kemampuan kontrol diri guna memberikan
kesempatan mengambil keputusan
 Fasilitasi anak untuk tetap menjaga hubungan sosialnya sesama
pasien & teman sekolah
Mempersiapkan anak untuk mendapat
perawatan di rumah sakit
 Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan perkembangan anak
 Lakukan orientasi ke rumah sakit sebelum dirawat
- Kenalkan pada perawat
- Orientasikan anak & keluarga pada ruang rawat & fasilitas
- Kenalkan pada anak/pasien lainnya
- Berikan identitas pada anal
- Jelaskan aturan rumah sakit
- Laksanakan pengkajian perawatan
- Lakukan pemeriksaan fisik & pemeriksaan lain sesuai dengan
program

Anda mungkin juga menyukai