Anda di halaman 1dari 58

PERSPEKTIF ILMU

KEPERAWATAN ANAK DALAM


KONTEKS KELUARGA

Oleh Tim Keperawatan anak.


I. FILOSOFI KEPERAWATAN ANAK

1. Family Center Care


2. Konsep Atraumatic care
3. Konsep sehat sakit  Hospitalisasi
4. Konsep Keperawatan primer
1.Konsep keluarga

Keluarga (Duvall 1997) :


• Sekumpulan orang yang dihubungkan
oleh ikatan perkawinan, adopsi dan
kelahiranyang bertujuan menciptakan
& mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional & sosial setiap
anggota.
FAMILY CENTER CARE
Konsep asuhan yang berpusat pada keluarga
• Fasilitasi keterlibatan orangtua dalam
perawatan.
• Peningkatan kemampuan keluarga dalam
merawat anaknya
• Peran perawat  memfasilitasi hubungan
orangtua & anaknya selama di rumah sakit.
• Adanya proses belajar pada orangtua dalam
peningkatan pengetahuan & keterampilan yang
berhubungan dengan keadaan sakit anaknya.
• Orangtua memiliki potensi untuk melaksanakan
perawatan pada anaknya.
2. Konsep sehat sakit

• Sehat dalam keperawatan anak adalah


sehat dalam rentang sehat-sakit.
• Sehat kesejahteraan optimal antara
fisik, mental & sosial yang harus dicapai
sepanjang kehidupan anak dalam
rangka mencapai tingkat pertumbuhan
& perkembangan yang optimal sesuai
dengan usianya.
Sehat optimal Sakit berat Meninggal

• Sepanjang rentang sehat-sakit pada anak dibutuhkan


bantuan perawat dalam :
- keadaan sakit
- bimbingan antisipasi pada orangtua
- pencegahan & promosi kesehatan  imunisasi
- peningkatan pengetahuan tentang kebersihan
perorangan & gizi.
- pada kutub ekstrem, kematian anak  orangtua perlu
bantuan perawat utk mengantarkan anak pada
kematian yang tenang melalui perawatan menjelang
ajal
KONSEP
HOSPITALISASI
PENDAHULUAN
• Hospitalisasi  stressor bagi anak & keluarga.
• Stress  kondisi fisiologis & mental sebagai
respon terhadap stressor.
• Stress  adanya ketidaknyamanan pada anak
& keluarga

Anak & Keluarga menggunakan koping

Jika koping tdk berhasil  krisis
Pengertian :

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang


karena suatu alasan yang berencana atau
darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di
rumah sakit, menjalani terapi & perawatan
sampai pemulangannya kembali ke rumah.
HOSPITALISASI

CEMAS TAKUT SEDIH PERASAAN TIDAK NYAMAN

PENGGUNAAN KOPING

KOPING KONSTRUKTIF KOPING DESTRUKSTIF

TIDAK KRISIS KRISIS


Halstroom dan Elander, 1997, Brewis, E,
1995 dan Brenan, A, 1994.

Penelitian.
Hospitalisasi anak dapat menjadi suatu
pengalaman yang menimbulkan trauma
baik pada anak maupun orangtua sehingga
menimbulkan reaksi tertentu yang akan
berdampak pada kerja sama anak &
orangtua dalam perawatan anak selama di
rumah sakit.
Reaksi anak, orangtua & saudara kandung
terhadap hospitalisasi anak

A. Reaksi anak terhadap hospitalisasi


– Perubahan perilaku
– Sangat individual
– Tergantung tahapan usia perkembangan
– Pengalaman sebelumnya thd sakit
– Sistem pendukung yg ada
– Kemampuan koping yg dimilikinya
Reaksi anak terhadap sakit :
– Kecemasan karena perpisahan
– Kehilangan
– Perlukaan tubuh
– Rasa nyeri.
1. Masa Bayi ( 0 sampai 1 tahun )

• Masalah utama adalah dampak dari perpisahan



Ggn pembentukan rasa percaya & kasih sayang.
• Anak usia > 6 bln : stranger anxiety ( cemas bila berhadapan
dgn org yg tdk dikenalnya & cemas karena perpisahan ).
• Reaksi yg muncul : menangis, marah & banyak melakukan
gerak sbg sikap stranger anxiety dan ekspresi wajah yg tdk
menyenangkan.
2. Masa Todler ( 2 sampai 3 tahun )

• Bereaksi sesuai dengan sumber stress


• Sumber stress yg utama :
perpisahan
1). Respon perilaku :
– Tahap protes : perilaku ; menangis kuat,
menjerit memanggil orangtua atau
menolak perhatian yg diberikan
oranglain.
2) Tahap putus asa : perilaku ; tangisan
berkurang, anak tidak aktif, kurang
menunjukkan minat untuk bermain dan
makan, sedih serta apatis.

3).Tahap denial ( pengingkaran ) : secara samar


mulai menerima perpisahan, membina
hubungan yg dangkal & anak mulai terlihat
menyukai lingkungannya.
Pembatasan gerak
• Anak akan kehilangan kemampuannya
untuk mengontrol diri & menjadi
tergantung pada lingkungannya.
• Anak akan kembali mundur pada
kemampuan sebelumnya atau regresi.
Perlukaan
• Anak mengalami nyeri krn tindakan invasif :
spt pemasangan infus, injeksi, pengambilan
darah, anak akan menangis, menggigit bibir
& memukul.
• Anak dpt menunjukkan rasa nyeri &
mengkomunikasikan rasa nyerinya.
3. Masa prasekolah ( 3 sampai 6 tahun ).

• Hospitalisasi memaksa anak utk berpisah dari


lingkungan yg dirasakan aman, penuh kasih
sayang & menyenangkan yaitu :
- lingkungan rumah
- permainan
- teman sepermainan.
• Reaksi terhadap perpisahan : menolak makan,
sering bertanya, menangis walaupun secara
perlahan & tdk kooperatif thd petugas kes.
• Anak merasa kehilangan kontrol terhadap
dirinya.
• Anak merasa kehilangan kekuatan dirinya.
• Anak mempunyai persepsi sbg hukuman
shg anak merasa malu, bersalah atau takut.
• Takut thd tindakan & prosedur yg
mengancam integritas tubuhnya.
• Respon : reaksi agresif dgn marah &
berontak, ekspresi verbal mengucapkan
kata-kata marah, tdk mau bekerja sama dgn
perawat & ketergantungan pada orangtua.
4. Masa sekolah ( 6 sampai 12 tahun )

• Anak cemas berpisah dgn keluarga & terutama kelompok


sosialnya.
• Adanya pembatasan aktifitas  anak merasa kehilangan
kontrol.
• Kehilangan kontrol berdampak :
- pada perubahan peran dalam keluarga
- kehilangan kelompok sosialnya
- perasaan takut mati & adanya kelemahan fisik
• Reaksi thd perlukaan atau rasa nyeri :
ditunjukkan dgn ekspresi baik secara verbal
atau non verbal krn akan sdh dpt
mengkomunikasikannya.
• Anak dpt mengontrol perilakunya jika
merasa nyeri dgn menggigit bibir atau
memegang sesuatu dgn erat.
5. Masa Remaja ( 12 sampai 18 tahun )

• Hospitalisasi menimbulkan perasaan cemas karena


berpisah dgn teman sebayanya.
• Pembatasan aktivitas mengakibatkan anak remaja
kehilangan kontrol & menjadi bergantung pada
keluarga atau petugas kes.
• Reaksi yg muncul : menolak perawatan / tindakan yg
dilakukan padanya, tdk kooperatif dgn petugas kes
atau menarik diri atau menolak kehadiran oranglain.
Reaksi orangtua terhadap hospitalisasi anak

1. Perasaan cemas & takut.


- Cemas dgn prosedur yg menyakitkan anak.
- Takut akan kehilangan anak
- Perasaan berduka
- Informasi buruk tentang diagnosis medik
- Pengalaman sebelumnya.
Reaksi orangtua : menangis krn tdk tega melihat prosedur
invasif pada anaknya
• Cemas    menunggu informasi tentang
diagnosa penyakit.
• Perilaku yang muncul :
- sering bertanya
- bertanya dgn pertanyaan yang sama
- gelisah
- ekspresi wajah tegang
- marah
2. Perasaan sedih

• Pada kondisi anak dgn penyakit terminal


• Saat menghadapi anaknya menjelang ajal
• Orangtua dituntut untuk berada disamping
anak & memberi bimbingan spiritual anaknya
tetapi disisi lain orangtua menghadapi
ketidakberdayaan krn perasaan terpukul &
sedih yang amat sangat.
• Perilaku orangtua : isolasi, tdk mau didekati
oranglain & tdk kooperatif dgn petugas kes.
3. Perasaan frustasi

• Muncul saat anak telah dirawat cukup lama


& dirasakan tdk mengalami perubahan.
• Tidak adekuatnya dukungan psikologis
• Putus asa
• Perilaku : tdk kooperatif, putus asa,
menolak tindakan  pulang paksa
Reaksi saudara kandung terhadap
perawatan anak di rumah sakit.

Reaksi yang sering muncul pada saudara kandung


( sibling ) :
- marah  krn orangtua dinilai tdk
memperhatikannya
- cemburu  ortu > mementingkan saudaranya
yang sakit.
- benci  pada saudaranya yang dirawat &
situasi yang tidak menyenangkan.
- rasa bersalah  krn anak berpikir mungkin
saudaranya sakit akibat kesalahannya.
- rasa takut & cemas  krn ketidaktahuan
tentang kondisi saudaranya.
- rasa sepi  situasi dirumah tdk spt biasanya
ketika anggota keluarga lengkap berada
dirumah.
Prinsip asuhan keperawatan pada
hospitalisasi anak :

1. Mencegah atau memperkecil perpisahan


2. Memperkecil kehilangan kendali / kontrol
3. Memperkecil cidera
4. Pengkajian & manajemen nyeri
5. Bermain untuk mengurangi stress
6. Memperbesar keuntungan hospitalisasi
7. Dukungan anggota keluarga
Keluarga / orangtua membutuhkan :

• Support
• Informasi yg akurat, berulang-ulang, jelas
sesuai permintaan.
• Berpartisipasi dalam perawatan
Upaya meminimalkan stressor :

Upaya meminimalkan stressor dpt


dilakukan dgn cara :
1. mencegah atau mengurangi dampak
perpisahan.
2. mencegah perasaan kehilangan kontrol
3. mengurangi rasa takut thd perlukaan
tubuh & rasa nyeri
1. Mencegah atau mengurangi dampak
perpisahan.
a. Melibatkan orang tua dlm perawatan anak dgn
cara tinggal bersama ( rooming in )
b. Jika tdk mungkin rooming in beri kesempatan
ortu untuk melihat anak setiap saat.
c. Modifikasi ruang perawatan ; spt lingk. rumah
d. Mempertahankan kontak dgn kegiatan sekolah ;
teman sekolah & guru
2. Mencegah perasaan kehilangan kontrol
a. Hindarkan pembatasan fisik jika anak
kooperatif.
b. Buat jadual kegiatan utk prosedur terapi,
latihan, bermain & aktivitas dlm menghadapi
perubahan kebiasaan
c. Fokuskan intervensi keperawatan pada
upaya untuk mengurangi ketergantungan
dgn cara memberi kesempatan anak utk
mengambil keputusan.
3. Mengurangi rasa takut thd perlukaan tubuh & rasa
nyeri
a. Mempersiapkan psikologis anak & ortu utk
tindakan / prosedur yg menimbulkan rasa
nyeri.
b. Lakukan permainan lebih dahulu.
c. Pertimbangkan utk menghadirkan ortu saat
tindakan
d. Tunjukan sikap empati
e. Untuk tindakan khusus, lakukan persiapan
khusus.
Memaksimalkan manfaat hospitalisasi :

• Membantu perkembangan ortu & anak dlm


menjalankan tumbuh-kembang anak.
• Media belajar untuk ortu
• Meningkatkan kemampuan kontrol diri gn
memberi kesempatan mengambil keputusan
• Fasilitasi anak utk tetap menjaga hubungan
sosialnya baik sesama pasien & teman
sekolah.
Mempersiapkan anak utk mendapat
perawatan di rumah sakit

1. Siapkan ruang rawat sesuai dgn tahapan perkembangan


anak.
2. Lakukan orientasi ke rumah sakit sebelum dirawat.
- kenalkan pada perawat
- orientasikan anak & klg pada ruang rawat
& fasilitas.
- kenalkan pada anak/pasien lain.
- berikan identitas pada anak
- jelaskan aturan rumah sakit
- laksanakan pengkajian perawatan.
- lakukan pemeriksaan fisik &
pemeriksaan
lain sesuai dengan program
KONSEP
ATRAUMATIC CARE
ATRAUMATIC CARE
• Asuhan yang tidak menimbulkan trauma pada anak &
keluarganya.
• Asuhan yang terapeutik
• Bertujuan sebagai terapi
• Dasar pemikiran :
- Tindakan yg dilakukan pada anak  trauma,
rasa nyeri, marah, cemas & takut pada anak.
- Blm ada teknologi yang dapat mengatasi
masalah yang timbul sbg dampak perawatan.
Lingkungan RS yang menimbulkan trauma :

• Lingkungan fisik RS
• Tenaga kesehatan  sikap & pakaian
• Alat-alat yang digunakan
• Lingkungan sosial sesama pasien

distress pada anak : ggn tidur, pembatasan
aktifitas, perasaan nyeri suara bising,
cemas,takut, marah , kecewa, sedih, malu
& rasa bersalah.
Atraumatic care :

• Bentuk perawatan terapeutik yang


diberikan oleh tenaga kesehatan dalam
tatanan pelayanan kesehatan anak,
melalui penggunaan tindakan yang dapat
mengurangi stress fisik dan psikologis pada
anak maupun orangtuanya.
Atraumatic care :

• Suatu bentuk intervensi yang tidak


terlihat, tetapi memberi perhatian pada
apa, siapa, dimana dan mengapa prosedur
dilakukan pada anak dengan tujuan
mencegah & mengurangi stress fisik &
psikologis.
Atraumatic care :
• Dilakukan melalui tindakan pencegahan, penetapan diagnosis,
pengobatan & perawatan baik pada kasus akut maupun kronis
dgn intervensi mencakup pendekatan psikologis dengan :
- menyiapkan anak utk prosedur fisik
- memberikan kesempatan ortu utk terlibat dalam
merawat anak di RS.
- menciptakan suasana/lingk. yang nyaman bagi
anak & orangtua.
Prinsip utama dalam asuhan terapeutik :
1. Cegah atau turunkan dampak perpisahan antara
orangtua & anak dgn menggunakan pendekatan family
centred.
2. Tingkatkan kemampuan orangtua dalam mengontrol
perawatan anaknya dengan memberikan pen-kes pada
orangtua.
3. Cegah atau turunkan cedera baik fisik maupun
psikologis. Rasa nyeri karena tindakan perlukaan
(misalnya, disuntik) tidak akan biasa dihilangkan, tetapi
dapat dikurangi dengan menggunakan teknik distraksi
atau relaksasi
Prinsip utama dalam asuhan terapeutik :

4. Modifikasi lingkungan fisik RS :


- desain spt dirumah, penataan & dekorasi
yg bernuansa anak ( alat tenun / tirai gbr
bunga atau binatang lucu, hiasan dinding
gbr dunia binatang/fauna, papan nama
pasien gbr lucu, dinding berwarna dan
penggunaan warna yg cerah di ruangan
dan warna-warni).
II. PERAN PERAWAT ANAK
1. Pembela (Advocacy)
2. Pendidik
3. Konselor
4. Koordinator
5. Pembuat keputusan etik  berdasarkan
pada nilai moral yg diyakini dgn
penekanan pada hak pasien, keuntungan
as-kep utk meningkatkan kesejahteraan
pasien.
6. Perencana kesehatan  ditingkat
kebijakan, aktif dlm gerakan yg bertujuan
meningkatkan kesejahteraan anak
7. Pembina hub.terapeutik
8.Pemantau
9.Evaluator
10.Peneliti
TREND DAN ISSUE
KEPERAWATAN ANAK
Pergeseran Fokus

Pengobatan Penyakit

Peningkatan
Kesehatan

Pencegahan Pendidikan
Penyakit Kesehatan
Kepastian
Pembayaran

Kebutuhan perawatan di
rumah dan pelayanan
kesehatan semakin penting

Kemandirian Keterampilan
perawat lebih tinggi

Pencegahan: pedoman antisipasi,


kesehatan anak dan pengkajian
keluarga, rencana pemulangan
pasien dan home care.
Faktor-faktor yang Berpengaruh pada
Peran Keperawatan Anak

Perkembangan
teknologi

Perubahan
Demografi
Perkembangan Teknologi
• Keterampilan teknik perawat terkait dengan asuhan
keperawatan pasien dan pengetahuan tentang
komputer  kecenderungan pada masa yang akan
datang.
• Semakin banyak posisi yang muncul dalam sistem
pelayanan kesehatan dimana tidak saja
membutuhkan latar belakang perawat sebagai
perawat pendidik  peningkatan pengetahuan dan
menunjukkan kontribusi yang unik.
Perubahan Demografi

• Jumlah anak yang berumur kurang dari 18


tahun meningkat dari 64.3 miliar pada tahun
1990 menjadi 67.4 miliar pada tahun 2000
kepentingan relatif dalam populasi akan
menurun dari 26% ke 25%.
•  populasi orang dewasa akan tumbuh lebih
cepat dibandingkan dengan populasi anak-
anak.
• Jumlah anak-anak yang berusia muda menurun dan
anak-anak yang berusia lebih tua meningkat.
•  memberikan dampak pada sistem pemberian
pelayanan kesehatan.
• Peningkatan populasi usia tua  pembiayaan
kesehatan akan terpecah menjadi dua, yaitu untuk
orangtua dan untuk anak-anak dimana pemerintah
berusaha untuk memenuhi kebutuhan keduanya.
• Perawat akan berusaha memelihara
kebutuhan pengobatan pada anak remaja dan
secara terus-menerus mengadaptasikan
asuhan keperawatan dalam lingkungan
dimana perawat melakukan praktik
kesehatan.
PENUGASAN

III. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KESEHATAN ANAK

1. Budaya
2. Sosial
3. Agama
4. Keluarga

Anda mungkin juga menyukai