DISUSUN OLEH :
NIM : 12211022
E-mail : septyaekaayuu@gmail.com
UNIVERSITAS BOROBUDUR
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai tugas
untuk mata kuliah PENDIDIKAN PANCASILA.
Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya dalam
membuat makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.
penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. TUJUAN 2
D. MANFAAT 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan 10
B. Saran 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah tumpuan dan harapan orang tua. Anak jugalah yang akan menjadi
penerus bangsa ini. Sedianya, wajib dilindungi maupun diberikan kasih sayang. Namun
fakta berbicara lain. Maraknya kasus kekerasan pada anak sejak beberapa tahun ini seolah
membalikkan pendapat bahwa anak perlu dilindungi. Begitu banyak anak yang menjadi
korban kekerasan keluarga, lingkungan maupun masyarakat dewasa ini. Pasal 28b ayat 2
menyatakan bahwa “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Seperti
yang kita tahu bahwa Indonesia masih jauh dari kondisi yang disebutkan dalam pasal
tersebut.
Berbagai jenis kekerasan diterima oleh anak-anak, seperti kekerasan verbal, fisik,
mental maupun pelecehan seksual. Ironisnya pelaku kekerasan terhadap anak biasanya
adalah orang yang memiliki hubungan dekat dengan si anak, seperti keluarga, guru
maupun teman sepermainannya sendiri. Tentunya ini juga memicu trauma pada anak,
misalnya menolak pergi ke sekolah setelah tubuhnya dihajar oleh gurunya sendiri.
Kondisi ini amatlah memprihatinkan, namun bukan berarti tidak ada penyelesaiannya.
Perlu koordinasi yang tepat di lingkungan sekitar anak terutama pada lingkungan
keluarga untuk mendidik anak tanpa menggunakan kekerasan, menyeleksi tayangan
televisi maupun memberikan perlindungan serta kasih sayang agar anak tersebut tidak
menjadi anak yang suka melakukan kekerasan nantinya. Tentunya kita semua tidak ingin
negeri ini dipimpin oleh pemimpin bangsa yang tidak menyelesaikan kekerasan terhadap
rakyatnya. Persoalannya adalah sejauh mana hukum atau perundang-undangan Indonesia,
mengapresiasi terhadap fenomena tersebut, baik terhadap perbuatan, pelaku maupun anak
sebagai korban kekerasan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian anak menurut undang-undang?
2. Apa pengertian kekerasan terhadap anak menurut para ahli?
3. Apa faktor-faktor yang memicu kekerasan terhadap anak?
4. Bagaimana bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak?
5. Apa dampak kekerasan terhadap anak?
6. Bagaimana perlindungan hukum terhadap anak korban kekerasan?
7. Bagaimana Kekerasan terhadap Anak Ditinjau dari Perspektif Pancasila?
C. TUJUAN
Guna memenuhi tugas mata kuliah blabla dan menjelaskan hal terkait kekerasan
terhadap anak sebagai berikut :
1. Menjelaskan pengertian anak menurut undang undang
2. Menjelaskan pengertian kekerasan terhadap anak menurut para ahli
3. Menjelaskan faktor-faktor yang memicu kekerasan terhadap anak
4. Menjelaskan bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak
5. Menjelaskan dampak kekerasan terhadap anak
6. Menjelaskan perlindungan hukum terhadap anak
7. Menjelaskan kekerasan terhadap anak dari perspektif pancasila
D. MANFAAT
Dapat dijadikan bahan acuan dan pertimbangan pemakalah selanjutnya dalam
menyusun makalah khususnya mengenai kekerasan terhadap anak ditinjau dari perspektif
pancasila dan memberikan pengetahuan serta wawasan mengenai kekerasan terhadap
anak ditinjau dari perspektif pancasila secara mendalam dan solusi yang dapat diberikan
guna meminimalisir kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik ini adalah suatu perbuatan yang mengakibatkan rasa
sakit, jatuh sakit, atau luka berat[ CITATION Uns20 \l 1033 ]. Bentuk
kekerasan ini mudah diketahui karena akibatnya dapat terlihat secara
jelas pada tubuh korban. Kekerasan biasanya meliputi memukul,
mencekik, menempelkan benda panas ke tubuh korban, dan lain-lain.
Kekerasan fisik ini juga selain menimbulkan luka secara fisik bisa juga
membuat korban trauma sehingga menyebabkan anak merasa ingin
bunuh diri sehingga menyebabkan kematian.
2. Kekerasan Verbal
Kekerasan ini biasanya melalui hinaan dan perkataan yang diujarkan
pelaku kepada korban, dalam hal ini kasus di Indonesia masih
disepelekan dan di normalisasikan. Dampak dari kekerasan verbal ini
yaitu mengucapkan kata-kata kasar, tidak menghormati orang lain, dan
menyebabkan korban juga merasa tidak percaya diri.
3. Kekerasan Secara Mental
Bentuk kekerasan seperti ini terkadang seperti tidak dilihat dan pelaku
tidak merasa bersalah, salah satu contohnya adalah terdapat pengabaian
orang tua terhadap anak yang membutuhkan perhatian, terror, celaan,
maupun membandingkan anak dengan orang lain. Hal ini menyebabkan
anak merasa cemas, menjadi pendiam, merasa iri, dan tidak ingin
bangkit dari keterpurukan.
4. Pelecehan Seksual
Bentuk kekerasan ini biasanya dilakukan oleh orang yang dikenal
seperti keluarga, teman dekat, tetangga, dan guru. Meskipun tidak
menutup kemungkinan bahwa bisa dilakukan oleh orang yang tidak
dikenalnya. Kasus seksual pelecehan seksual pada tahun 2021 menurut
data yang dijelaskan oleh CNN Indonesia sebanyak 2.500 kasus
terhadap perempuan dan 9.429 kasus pada anak [ CITATION CNN212 \l
1033 ].
2. Depresi
Bisa membuat anak berubah drastis seperti menjadi anak yang memiliki
gangguan tidur dan makan, bahkan bisa disertai penurunan berat badan.
Ia akan menjadi anak yang pemurung, pendiam, dan terlihat kurang
ekspresif.
3. Memudah Menangis
Sikap ini ditunjukkan karena anak merasa tidak nyaman dan aman
dengan lingkungan sekitarnya. Karena dia kehilangan figur yang bisa
melindunginya, kemungkinan besar pada saat dia besar, dia tidak akan
mudah percaya pada orang lain.
4. Melakukan Tindak Kekerasan terhadap Orang Lain
Dari semua ini anak dapat melihat bagaimana orang dewasa
memperlakukannya dulu. Ia belajar dari pengalamannya, kemudian
bereaksi sesuai dengan apa yang dia alami.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan dari keluarga, masyarakat
sekitar, maupun pemerintah. Dalam penyelenggaraan perlindungan anak yang
tercantum dalam UU No. 23 Tahun 2002 maka semua pihak mempunyai
kewajiban untuk melindungi anak dan mempertahankan hak-hak anak.
Pemberlakuan Undang-undang ini juga di sempurnakan dengan adanya
pemberian tindak pidana bagi setiap orang yang sengaja maupun tidak sengaja
melakukan tindakan yang melanggar hak anak. Dalam undang-undang ini juga
dijelaskan bahwa semua anak mendapat perlakuan yang sama dan jaminan
perlindungan yang sama pula, dalam hal ini tidak ada diskriminasi ras, etnis,
agama, suku, dsb.
Anak yang menderita cacat baik fisik maupun mental juga memiliki hak yang
sama dan wajib dilindungi seperti hak memperoleh pendidikan, kesehatan, dsb.
Undang-undang No.23 tahun 2002 juga menjelaskan mengenai hak asuh anak
yang terkait dengan pengalihan hak asuh anak, perwalian yang diperlukan
karena ketidakmampuan orang tua berhubungan dengan hukum, pengangkatan
anak yang sangat memperhatikan kepentingan anak, serta penyelenggaraan
perlindungan dalam hal agama, kesehatan, pendidikan, sosial dan perlindungan
khusus. Kemudian, segala sesuatu perbuatan harus dilihat dari perspektif
Pancasila sebagai ideologi negara dimana Pancasila tersebut menjadi pedoman
dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.
B. Saran
Undang-undang dan Pancasila ini telah dibuat dengan baik dan memperhatikan
atau peduli terhadap hak-hak anak namun pemerintah kurang
mensosialisasikan dan merealisasikan isi undang-undang ini. Pemerintah dan
masyarakat kurang berperan dalam menjalankan undang-undang ini sebab anak
masih dalam pengawasan dan pengasuhan keluarga jadi pihak lain belum
menjalankan tanggung jawab seperti yang telah tercantum di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Puspitasari. (2018). Sila Kedua Sebagai Perspektif Pancasila. Kekerasan pada Anak di
Jawa Timur, 10.