Dosen Pembimbing :
DR. Darwati , SH, MH
Disusun oleh :
UNIVERSITAS BOROBUDUR
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang
berjudul “Kekerasan terhadap anak”.
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada DR. Darwati , SH., MH selaku dosen mata
kuliah pendidikan pancasila yang sudah memberikan saya untuk menyelesaikan tugas makalah
ini.
Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai ujian tengah
semester mata kuliah yang bersangkutan yang diamanatkan oleh dosen saya. Saya juga
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya baik dalam
cara penulisan maupun dalam isi. Oleh karena itu, saya berharap adanya kritik atau saran
untuk perbaikan penulisan makalah yang akan saya buat dimasa yang akan datang.
Semoga isi dan inti dari makalah yang saya buat ini dapat bermanfaat untuk para
pembaca. Saya mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dalam penulisan
makalah ini. Sekian dan terimakasih.
i|Page
Daftar isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................... i
Daftar isi ................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................................................4
BAB II INTI PEMBAHASAN .................................................................................................................6
2.1 Pengertian Anak Menurut Undang-Undang.........................................................................................6
2.2 Faktor-faktor Yang Memicu Kekerasan Terhadap Anak .....................................................................7
2.3 Bentuk-bentuk Kekerasan Terhadap Anak ..........................................................................................8
2.4 Dampak Kekerasan Terhadap Anak ....................................................................................................9
2.5 Perlindungan Hukum Terhadap Anak Selaku Korban Kekerasan .......................................................9
2.6 Solusi Kekerasan Terhadap Anak ......................................................................................................10
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................................12
3.2 Saran ..................................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................................13
ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
Anak merupakan makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain untuk
menggembangkan kemampuannya, karena anak terlahir dengan segala kelemahan maka jika
tidak ada bantun dari orang lain anak tersebut tidak dapat mencapai pada taraf manusia yang
normal. Dalam perkembangannya anak membutuhkan kasih sayang dari orang-orang
terdekatnya. Anak juga mempunyai pikiran, perasaan dan kehendak tersendiri. Hal tersebut
mejadi salah satu dari totalitas psikis dan merupakan sifat-sifat yang berbeda di setiap tipe-
tipe perkembangan saat masa anak-anak. Anak merupakan salah satu asset yang dimiliki oleh
suatu bangsa, anak memiliki peran sebagai successor suatu bangsa. Di Indonesia anak
merupak penerus cita-cita perjungan bangsa. Peran strategis ini sudah disadari oleh
masyarakat Internasional untuk mewujudkan sebuah konvensi yang menekankan posisi anak
sebagai mahkhluk sosial yang harus mendapatkan perlindungan atas hak-hak yang
dimilikinya.
Namun, faktanya anak justru menjadi objek yang dirugikan. Maraknya kasus
kekerasan pada anak di masa Pandemi Covid-19 justru semakin meningkat sekitar 15%.
Begitu banyak anak yang menjadi korban kekerasan keluarga, lingkungan maupun
masyarakat dewasa ini. Di Indonesia tindak kekerasan dapat dilakukan dimana saja seperti di
jalanan, di sekolah hingga di dalam rumah tangga. Hal ini dapat menimbulkan secara tidak
sadar anak berkonflik dengan hukum. Kekerasan anak yang terjadi di dalam rumah tangga
dapat melibatkan orang terdekat dari anak tersebut seperti ibu, ayah, atau saudara-saudara
yang lainnya. Kekerasan anak yang terjadi di rumah tangga juga sering terjadi karena adanya
tekanan ekonomi yang dialami oleh orang tua sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan
anggota keluarganya. Sebagai orang tua pendidikan yang ditempuh oleh anak merupakan hal
yang paling utama, agar anak tidak terpengaruh dengan lingkungan yang tidak kondusif
sehingga dapat memicu anak tersebut untuk melakukan tindak melanggar hukum seperti
tindak kekerasan di masa yang akan datang.
Semua macam tindakan kekerasan yang dilakukan kepada anak perlu untuk ditangani
atau dicegah sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2002 yang membahas terkait dengan perlindungan anak. Anak harus
mendapatkan perlindungan dan dipenuhi haknya untuk tumbuh dan berkembang secara
normal, dan anak harus diberi kesempatan untuk mengikuti secara optimal untuk
3|Page
mendapatkan perlindungan dari tindak kekerasan. Saat ini, anak juga sudah menjadi pelaku
dari tindakan kekerasan yang melanggar hukum ini.
Kondisi ini amatlah memprihatinkan, namun bukan berarti tidak ada
penyelesaiannya. Perlu koordinasi yang tepat di lingkungan sekitar anak terutama pada
lingkungan keluarga untuk mendidik anak tanpa menggunakan kekerasan, menyeleksi
tayangan televisi maupun memberikan perlindungan serta kasih sayang agar anak tersebut
tidak menjadi anak yang suka melakukan kekerasan nantinya. Tentunya kita semua tidak
ingin negeri ini dipimpin oleh pemimpin bangsa yang tidak menyelesaikan kekerasan
terhadap rakyatnya.
Seharusnya lembaga pengak hukum atau lembaga yang berwenang memberikan
hukuman yang adil untuk pelaku tindak pidana kekerasan supaya hukum benar-benar
didirikan dan diwujudkan dengan adil dalam kehidupan masyarakat. Tetapi, lembaga yang
menegakan hukum harus memperhatikan pertimbangan yang lebih relevan untuk mengambil
suatu keputusan saat memberikan hukum untuk pelaku pidana yang masih anak-anak. Karena
hukuman tidak hanya diharapkan untuk memberi sanksi jera terhadap pelaku yang masih
anak-anak supaya tidak mengulangi perbuatannya serta untuk mencegah orang-orang untuk
melakukan hal yang sama, tetapi juga harus memperhatikan anak-anak karena yang sudah
dijelaskan pada Undang-Undang (UU) Tahun 2012 Nomor 11 yang membahas mengenai
Sistem Peradilan Pidana Anak.
4|Page
2. Mahasiswa mampu mengetahui tentang faktor-faktor yang memicu kekerasan terhadap
anak.
3. Mahasiswa mampu mengetahui tentang bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak.
4. Mahasiswa mampu mengetahui tentang perlindungan hukum terhadap anak korban
kekerasan.
5. Mahasiswa mampu menerapkan dan mengamalkan tentang Solusi kekerasan terhadap
anak.
5|Page
BAB II
INTI PEMBAHASAN
Kekerasan terhadap anak adalah perilaku yang salah, baik dari orangtua, pengasuh,
atau orang lain di sekitarnya dalam bentuk perlakuan kekerasan terhadap fisik dan mental,
termasuk di dalamnya adalah penganiayaan, penelantaran dan eksploitasi, mengancam, serta
hal buruk lainnya yang berpengaruh terhadap fisik dan mental anak.
“Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah
kawin”.
“Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur delapan
tahun, tetapi belum mencapai umur 18 tahun danbelum pernah kawin”.
“Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas tahun), termasuk anak
yang masih dalam kandungan”.
Dalam pengertian dan batasan tentang anak sebagaimana dirumuskan dalam pasal I
butir I UU No.23/2002 ini tercakup 2 (dua) isu penting yang menjadi unsur definisi anak,
yakni 1:
Pertama, seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun. Dengan demikian,
setiap orang yang telah melewati batas usia 18 tahun, termasuk orang yang secara mental
tidak cakap, dikualifikasi sebagai bukan anak, yakni orang dewasa. Dalam hal ini, tidak
dipersoalkan apakah statusnya sudah kawin atau tidak.
Kedua, anak yang masih dalam kandungan. Jadi, UU No.23/2002 ini bukan hanya
melindungi anak yang sudah lahir tetapi diperluas, yakni termasuk anak dalam kandungan.
Pengertian dan batasan usia anak dalam UU No. 23/2002, bukan dimaksudkan untuk
menentukan siapa yang telah dewasa, dan siapa yang masih anak-anak. Sebaliknya, dengan
pendekatan perlindungan, maka setiap orang (every human being) yang berusia di bawah 18
6|Page
tahun – selaku subjek hukum dari UU No. 23/2002 – mempunyai hak atas perlindungan dari
Negara yang diwujudkan dengan jaminan hukum dalam UU No. 23/2002.
Ada berbagai bentuk kekerasan terhadap anak yang ditetapkan sebagai tindak pidana
sebagaimana diatur dalam UU Perlindungan Anak. Bahwa ada beberapa bentuk kekerasan
terhadap anak, yaitu kekerasan fisik, psikis, dan seksual. Bentuk bentuk kekerasan terhadap
anak tersebut dijabarkan ke dalam berbagai tindak pidana, seperti diatur dalam Pasal 77 s/d
Pasal 89. Berbagai bentuk tindak pidana kekerasan pada anak dalam UU Perlindungan Anak
adalah sebagai berikut:
1. Diskriminasi terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami kerugian materiil
maupun moril sehingga menghambat fungsi sosialnya (Pasal 77);
2. Penelantaran terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami sakit atau penderitaan
fisk, mental, maupun social (Pasal 77);
3. Membiarkan anak dalam situasi darurat, seperti dalam pengungsian, kerusuhan, bencana
alam, dan/atau dalam situasi konflik bersenjata (Pasal 78);
4. Membiarkan anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan
terisolasi, anak tereksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang
diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkhohol,
psikotropika, dan zat adiktif lainya (napza), anak korban penculikan, anak korban
perdagangan, padahal anak tersebut memerlukan pertolongan dan harus dibantu (Pasal
78);
5. Pengangkatan anak yang tidak sesuai dengan Pasal 39 (Pasal 79);
6. Melakukan kekejaman, kekerasan atau penganiayaan terhadap anak (Pasal 80);
7. Melakukan kekerasan terhadap anak untuk melakukan persetubuhan (Pasal 81);
8. Melakukan kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau
membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan perbuatan cabul (Pasal 82);
9. Memperdagangkan, menjual, atau menculik anak untuk diri sendiri atau untuk dijual
(Pasal 83);
10. Melakukan transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh anak untuk pihak lain dengan
maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, secara melawan hukum (Pasal
84);
11. Melakukan jual beli organ tubuh dan/atau jaringan tubuh anak (Pasal 85);
12. Melakukan pengambilan organ tubuh dan/atau jaringan tubuh anak, tanpa memperhatikan
kesehatan anak, atau penelitian kesehatan yang menggunakan anak sebagai objeknya
tanpa mengutamakan kepentingan yang terbaik bagi anak, secara melawan hukum (Pasal
8|Page
85);
13. Membujuk anak untuk memilih agama lain dengan menggunakan tipu muslihat atau
serangkaian kebohongan (Pasal 86);
14. Mengeksploitasi ekonomi dan seksual anak dengan maksud untuk menguntungkan diri
sendiri atau orang lain (Pasal 88);
15. Menempatkan, membiarkan, melibatkan, menyuruh melibatkan anak dalam
penyalahgunaan produksi atau distribusi narkotika, psikotropika, alkhohol, dan/atau zat
adiktif lainya (napza) (Pasal89).
10 | P a g e
1. Tanamkan sejak dini pendidikan agama pada anak. Agama mengajarkan moral pada anak
agar berbuat baik, hal ini dimaksudkan agar anak tersebut tidak menjadi pelaku kekerasan
itu sendiri.
2. Sesekali bicaralah secara terbuka pada anak dan berikan dorongan pada anak agar bicara
apa adanya / berterus terang. Hal ini dimaksudkan agar orang tua bisa mengenal anaknya
dengan baik dan memberikan nasihat apa yang perlu dilakukan terhadp anak, karena
banyak sekali kekerasan pada anak terutama pelecehan seksual yang terlambat diungkap.
3. Ajarkan kepada anak untuk bersikap waspada seperti jangan terima ajakan orang yang
kurang dikenal dan lain-lain.
4. Sebaiknya orang tua juga bersikap sabar terhadap anak. Ingatlah bahwa seorang anak
tetaplah seorang anak yang masih perlu banyak belajar tentang kehidupan dan karena
kurangnya kesabaran orang tua banyak kasus orang tua yang menjadi pelaku kekerasan
terhadap anaknya sendiri.
11 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seperti yang sudah dijelaskan dalam pemaparan diatas ternyata kekerasan terhadap
anak bahaya untuk kelangsungan masa depan anak dan suatu bangsa. Sebagaimana yang
sudah dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 yang
membahas terkait dengan perlindungan anak. Anak harus mendapatkan perlindungan dan
dipenuhi haknya untuk tumbuh dan berkembang secara normal, dan anak harus diberi
kesempatan untuk mengikuti secara optimal untuk mendapatkan perlindungan dari tindak
kekerasan.
Oleh karenanya, perlu ditetapkan model pemberian perlindungan anak korban
kekerasan baik dalam UU Perlindungan Anak secara jelas dan tegas, Sehingga dalam
kehidupan selanjutnya anak koban kekerasan benar-benar mendapat jaminan hukum yang
jelas.
3.2 Saran
Adanya Undang-undang yang telah dibuat selayaknya kita semua dapat menaati
peraturan-peraturan tersebut. Barulah akan tercipta keamanan dan kesejahteraan terhadap
anak. Dan masa depan anak akan terjamin lebih cerah.
12 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Sutanto, Retnowulan, (5 Oktober 1996) Makalah “Hukum Acara Peradilan Anak”, Wadong,
Maulana Hassan, (2000) Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Jakarta: PT.
Gramedia Indonesia, Jakarta 2000
Universitas Islam Indonesia, (17 Juli 2020) Kekerasan Pada Anak di Masa Pandemi Covid-
19 Meningkat, https://www.uii.ac.id/kekerasan-pada-anak-di-masa-pandemi-covid-19-
meningkat/
,diakses pada tanggal 26 November 2021.
Wiwik Subekti, Sosialisasi dan Komunikasi Terkait dengan Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, http://bali.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=423
,diakses pada tanggal 26 November 2021.
Rohma Siti, (2005), “Atribusi Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Kesadaran terhadap
Kesetaraan Gender dan Strategi Menghadapi Masalah Pada Perempuan Korban
Kekerasan Rumah Tangga”, Jurnal Psikologi, Vol 32 No.1, hlm 34-46.
13 | P a g e