Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENULISAN KARYA ILMIAH

BULLYING/PERUNDUNGAN

dosen :

Nurhilmiyah, S.H., M.H

Kelompok 4 :
Kunanti Cahya Wulandari (2206200323)
M. Alfarezi (2206200329)
Bagas Putra Agara (2206200336)
Haqni Najua Ulfa(2206200341)
Fauzi Hamdi (2206200352)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “bullying/perundungan” dapat kami
selesaikan dengan baik. Saya berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca tentang pancasila sebagai dasar negara dengan baik. Begitu pula atas
limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga makalah
ini dapat disusun melalui beberapa sumber.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu nurhilmiyah,S.HI,M.H selaku dosen di mata
kuliah penulisan karya ilmiah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Kami
menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang
lebih baik pada kesempatan berikutnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
I. Latar Belakang .................................................................................................................................. 4
II. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 5
BAB II........................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 6
1. Tindakan Hukum Pada Pelaku Bullying ........................................................................................... 6
2. Perlindungan hukum terhadap korban bullying anak di bawah umur ............................................... 7
BAB III ......................................................................................................................................................... 9
PENUTUP .................................................................................................................................................... 9
1. Kesimpulan ....................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 10
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang

Di Indonesia berbagai kasus perundungan sudah tidak asing terdengar di telinga para
pengamat media massa. News anchor membacakan melalui media elektronik televisi, penyiar
menjelaskan melalui media elektronik radio, dan para wartawan menuliskannya di berbagai surat
kabar. Seringkali hukum dan pemerintah kurang cepat dan cermat dalam menangani kasus
perundungan di Indonesia. Akhirnya pelaku dan korban bully terus bertambah seiring
berjalannya waktu. Semakin banyak yang jahat, semakin banyak pula yang tertindas. Bullying itu
sendiri adalah tindakan mengintimidasi seseorang melalui sikap tindakan, dan perkataan. Jadi,
bullying tidak terbatas pada penyiksaan secara fisik, tetapi juga psikis. Mengucilkan dan
menggosipkan seseorang juga termasuk tindakan bullying.

Kasus perundungan di sekolah menduduki peringkat teratas pengaduan masyarakat ke


Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di sektor pendidikan. Dari 2011 sampai Agustus
2014, KPAI mencatat 369 pengaduan terkait masalah tersebut. Jumlah tersebut sekitar 25% dari
total pengaduan di bidang pendidikan sebanyak 1.480 kasus. Bullying yang disebut KPAI
sebagai bentuk kekerasan di sekolah mengalahkan tawuran pelajar, diskriminasi pendidikan,
ataupun aduan pungutan liar. KPAI mengklasifikasikan aduan kekerasan anak berdasarkan
bidang, selain pendidikan, ada sembilan sektor lainnya termasuk pornografi, kesehatan, dan
eksploitasi anak.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa bullying merupakan permasalahan yang terjadi
dalam lingkungan sosial secara keseluruhan. Serangan dari pelaku bullying terjadi dalam suatu
konteks sosial dimana guru dan orangtua umumnya tidak menyadari permasalahan tersebut, dan
para remaja lainnya rentan untuk terlibat dalam situasi bullying, sementara beberapa lainnya
tidak mengetahui cara untuk keluar dari situasi tersebut. Seharusnya dengan adanya peningkatan
kasus kekerasan pada anak tersebut diatas, menjadikan dorongan untuk pemerintah dalam
mempercepat penyelesaian revisi Undang-Undang Perlindungan Anak.
II. Rumusan Masalah
1. Bagaimana formulasi hukum dalam menanggulangi tindakan bullying?
2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap korban bullying anak di bawah umur?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Tindakan Hukum Pada Pelaku Bullying

Warga masyarakat Indonesia, sudah sepatutnya mendapatkan perlindungan dari ancaman


tindak Pidana Bullying yang dapat terjadi terhadap siapapun dan kapanpun. Perlindungan disini
dapat berupa perlindungan dari orang tua selaku pembimbing anak selama berada di lingkungan
tempat tinggalnya, institusi pendidikan selama menempuh pendidikan formal, dan pemerintah
Indonesia selama masih tinggal dan tercatat sebagai Warga Negara Indonesia. Perlindungan dari
pemerintah inilah yang biasanya berwujud dengan peraturan perundang-undangan, mengingat
peraturan perundang-undangan ini bersifat publik yang berarti berlaku untuk setiap orang, dapat
dikatakan perlindungan hukum yang diberikan pemerintah ini akan lebih berpengaruh, karena
barangsiapa yang melanggar peraturan perundang-undangan tersebut akan dijatuhi sanksi pidana.

Mengingat bahwa saat ini di Indonesia memiliki peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan tindak pidana Bullying, yaitu: Pasal 76C dan Pasal 80 Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak yang isinya “Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh
melakukan, atau turut serta melakukan kekerasan terhadap anak.”. Peraturan tersebut diatas
terutama Pasal 76C dan Pasal 80 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 merupakan pasal yang dijatuhi untuk
pelaku tindak Pidana Bullying khususnya terhadap korban yang masih anak-anak. Dimana
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 yang berisi “Setiap anak berhak untuk dapat hidup,
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Setiap anak berhak
atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan.”

Kasus bullying yang masih tinggi dan terus terjadi di sekolah membuat Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) membuat sebuah pendekatan.
Pendekatan ini kemudian mendorong lahirnya sekolah ramah anak. Deputi Perlindungan Anak
KPPPA Sri Danti Anwar mengatakan, di dalam pendekatan tersebut salah satunya diisi dengan
program disiplin positif. Program ini melibatkan para pendidik dan guru dari tingkat SD sampai
SMA untuk dilatih agar bisa mencegah kekerasan di sekolah. "Disiplin positif adalah bagaimana
sekolah tidak memberikan hukuman kepada siswa dan bagaimana pihak pendidik bisa
memahami anak," kata Danti saat jumpa pers di Gedung KPPPA, Jakarta, Rabu 31 Oktober
2018.1

Selain di sekolah atau rumah, kasus perundungan yang kini juga marak ada di media sosial.
Untuk ini, KPPPA melakukan upaya dengan mengajak Kominfo memberikan pemahaman
mengenai internet sehat. "Ini sudah dilakukan beberapa tahun dan sudah ada MoU di mana kita
melibatkan anak-anak remaja untuk diadvokasi mengenai dampak negatif dan positif internet,"
kata Danti. Bullying yang kini juga sudah merambah hingga ke desa-desa harus ditangani dengan
melibatkan peran serta masyarakat. Karena itu, KPPPA membuat model perlindungan anak
terpadu berbasis masyarakat. Kepala-kepala desa diajak untuk melibatkan organisasi perempuan
untuk bergerak agar anak bisa terawasi, terpantau, dan terlindungi. sanksi yang paling sesuai bagi
pelaku bullying yang masih berstatus anak dibawah umur ialah penjara paling lama 3 (tiga) tahun
6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp72.000.000 (Tujuh Puluh Dua Juta Rupiah).2

2. Perlindungan hukum terhadap korban bullying anak di bawah umur

Akhir-akhir ini beredar sebuah video seorang remaja berumur 16 tahun menjadi korban
perundungan (bullying) oleh teman teman sebayanya. Korban dipaksa menjulurkan lidahnya
yang kemudian disundut dengan rokok sehingga ia merasakan nyeri dan trauma. Tindakan ini
tentu sangat tidak terpuji . Berikut aspek hukum bullying terhadap anak dibawah umur.
Perlindungan Anak di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 yang telah
diubah dengan Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Berdasarkan
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Perlindungan Anak yang dimaksud dengan Anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

2
novita erdatimulia, 2022, “viktimologi model pengaturan perlindungan hukum pidana bullying di lingkungan
sekolah” di akses pada tanggal 14 november 2022 pukul 12.33 wib
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak memberikan jaminan
pelindungan khusus bagi anak korban tindak pidana (bullying). Pasal 76C Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa Setiap orang dilarang
menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan
kekerasan terhadap anak. Pada pasal ini yang menjadi perhatian adalah frasa dilarang melarang
kekerasan terhadap anak, hal ini jelas karena dilindungi oleh UndangUndang sebagaimana diatur
dalam Pasal 16 ayat (1) yang berhubungan dengan hak yang dimIliki oleh anak. Alasan pasal ini
menjadi pasal perlindungan bagi anak untuk terhindar dari tindak pidana bullying adalah
mengingat bahwa salah satu jenis bullying adalah bullying fisik.3

Apabila tidak dijabarkan mengenai kekerasan yang dimaksudkan dalam pasal ini, cenderung
akan menghasilkan definisi kekerasan yang menggunakan kekerasan fisik. Kekerasan fisik yang
dilakukan berulang dapat dikenali dari bekas luka, namun tidak selamanya bullying fisik hanya
menimbulkan luka-luka. Bullying fisik dapat menimbulkan dampak psikis seperti trauma atau
bahkan apabila kekerasan dilakukan di lingkungan sekolah yang akan menyebabkan korban
memutuskan untuk tidak datang ke sekolah.

Tindakan teman-teman korban bullying menurut saya telah memenuhi unsur pasal tersebut
dalam Undang-Undang Perlindungan Anak dan dapat dijatuhkan pidana. Selain pasal tersebut,
para pelaku juga dapat dijerat karena telah menyebarkan kekerasan lewat media elektronik. Pasal
45B Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
menyatakan bahwa “Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti
yang ditujukan secara pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh
ratus lima puluh juta rupiah).

3
Rizal ego samosir, 2022, "Jeratan Hukum bagi Pelaku Bullying terhadap Anak di Bawah Umur", di akses pada 14
november pukul 11.18 wib
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Tindak Pidana Bullying yang dapat terjadi terhadap siapapun dan kapanpun. Perlindungan
disini dapat berupa perlindungan dari orang tua selaku pembimbing anak selama berada di
lingkungan tempat tinggalnya, institusi pendidikan selama menempuh pendidikan formal, dan
pemerintah Indonesia selama masih tinggal dan tercatat sebagai Warga Negara Indonesia.
Perlindungan dari pemerintah inilah yang biasanya berwujud dengan peraturan perundang-
undangan, mengingat peraturan perundang-undangan ini bersifat publik yang berarti berlaku
untuk setiap orang.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak memberikan jaminan


pelindungan khusus bagi anak korban tindak pidana (bullying). Pasal 76C Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa Setiap orang dilarang
menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan
kekerasan terhadap anak. Pada pasal ini yang menjadi perhatian adalah frasa dilarang melarang
kekerasan terhadap anak, hal ini jelas karena dilindungi oleh UndangUndang sebagaimana diatur
dalam Pasal 16 ayat (1) yang berhubungan dengan hak yang dimIliki oleh anak. Alasan pasal ini
menjadi pasal perlindungan bagi anak untuk terhindar dari tindak pidana bullying adalah
mengingat bahwa salah satu jenis bullying adalah bullying fisik.
DAFTAR PUSTAKA

Ela zain zakiyah, 2017, “faktor yang mempengaruhi remaja dalam melakukan bullying”
https://jurnal.unpad.ac.id/prosiding/article/viewFile/14352/6931, diakses pada 14 november 2022
pukul 11.03

Novita erdatimulia, 2022, “viktimologi model pengaturan perlindungan hukum pidana bullying
di lingkungan sekolah” http://ejurnal.uij.ac.id/index.php/REC/article/download/791/747, di akses
pada tanggal 14 november 2022 pukul 12.33 wib

Nunuk sulisrudatin, 2015, “kasus bullying dalam kalangan pelajar (suatu tinjauan kriminologi)”
https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jihd/article/download/109/106, di akses
pada 14 november 2022 pukul 11.02

Resti Amelia, 2020, “perlindungan hukum tehadap pelaku dan korban bullying di indonesia”, di
akses pada tanggal 14 november 2022 pukul 11.35 wib

Rizal ego samosir, 2022, "Jeratan Hukum bagi Pelaku Bullying terhadap Anak di Bawah Umur",

https://www.kompasiana.com/rizal40445/62863785e8da200a13180d22/jeratan-hukum-bagi-
pelaku-bullying-terhadap-anak-di-bawah-umur, di akses pada 14 november pukul 11.18 wib

Anda mungkin juga menyukai