Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

LANDASAN PENDIDIKAN
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Landasan Pendidikan
Dosen Mata Kuliah Arie Rakhmat Riyadi, M.Pd

Disusun Oleh
Riri Sri Rahma
1607291

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2016

Buku Anak SD di Tangsel Terdapat Konten


Narkoba

WARTA KOTA, TANGERANG -- Masyarakat digegerkan dengan buku siswa SD di


Tangerang Selatan yang terdapat konten narkoba.
Pada Lembar Kerja Siswa (LKS) studi IPA kelas 5 SD, di dalamnya tertulis bahwa kokain
serta ganja sebagai jamu dan obat - obatan.
Hal ini membuat cemas para wali murid. Nadia (30) satu dari wali murid mengungkapkan
keresahannya itu.
"Kasihan lah anak - anak dari kecil sudah dicekoki buku semacam ini," ujar Nadia sebagai
tante yang keponakannya duduk di bangku kelas 5 SD di Tangerang Selatan pada Rabu
(26/10).
Buku tersebut beredar di SDN Serua 01, Jalan Suka Mulya No. 47, Serua Indah, Ciputat,
Tangerang Selatan.
Pada halaman 29 di dalam LKS ini terdapat kalimat tentang pemanfaatan kokain dan ganja
sebagai obat - obatan.
"Buku itu harus dibeli, harganya Rp. 80.000 untuk 10 LKS," ucapnya.
Saat dimintai keterangan, pihak sekolah enggan memberikan banyak komentar terkait
permasalahan ini.
Bahkan para guru, wali kelas, serta kepala sekolah tampak menghindar ketika dikonfirmasi
perihal buku tersebut.
"Sudah lama buku itu ada di sekolah ini," ungkap satu dari guru yang ingin identitasnya
dirahasiakan.

Ia juga menambahkan, LKS tersebut tak hanya beredar di SDN kawasan Ciputat saja.
Tapi juga di seluruh sekolah yang berada di Tangerang Selatan.
Sementara itu Wakil Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie menyatakan pihaknya
akan bertindak tegas terhadap persoalan ini.
Ia memerintahkan Dinas Pendidikan untuk segera menarik bukuitu dari peredaran.
"Buku ini harus ditarik dari peredaran, karena tidak tepat dan meresahkan," katanya.
Rencananya pada Rabu (26/10) ini jajaran Dinas Pendidikan akan memberikan keterangan
perihal LKS tersebut.
Dinas Pendidikan bersama BNN Tangerang Selatan, dan Polres Tangerang Selatan
berkoordinasi guna menindak lanjuti peredaran buku pelajaran anak SD yang mengandung
konten legalisasi narkotika. (dik)

Konten Narkoba Dalam Buku Anak Sekolah Dasar Dari Segi Landasan Pendidikan :
1. Landasan Sosiologis Pendidikan
Yang dimaksud dengan landasan sosiologis disini adalah hal yang berkaitan
dengan perkembangan, kebutuh dan karakteristik masyarakat. yang juga merupakan
analisi ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem
pendidikaan itu sendiri. Menurut saya pandangan landasan sosiologis terhadap kasus
diatas yaitu kuranganya perhatian dari masyarakat sehingga jalannya suatu sistem
pendidikan di dalam suatu sekolah kurang terawasi, baik dari buku yang digunakan,
atau guru yang dipekerjakan dan lain sebagainya. Karena mereka menganggap
masyarakat telah sepenuhnya mempercayai pada pihak sekolah dengan sistem
pendidikan yang dijalani. Oleh sebab itu masyarakat dengan mudah menitipkan anakanak mereka tanpa melakukan pengawasan yang berarti. Akan tetapi pada
kenyataannya, tidak semua sekolah menyeleksi dengan baik buku yang dipergunakan
dalam proses belajar mengajar, apakah isi dan konten dalam buku tersebut cocok atau
tidak, menyesuaikan atau tidak untuk umur-umur tertentu. Seperti yang terjadi di
Tangerang, terdapat konten narkoba di dalam buku anak SD. Hal tersebut membuat
resah masyarakat terutama wali murid yang mendapatkan konten tersebut dalam
bukunya. Tidak seharusnya anak dibawah umur mengetahui hal macam-macam
seperti itu. Yang seharusnya dilakukan adalah anak-anak di beri penjelasan yang benar
tentang narkotika bukan malah diberikan konten yang memuat kasus tentang
narkotika/narkoba tersebut.
Dalam segi budaya, adanya budaya asing sangat mempengaruhi pemudapemudi Indonesia, budaya asinglah yang menyebabkan para penerus bangsa sedikit
menyimpang dalam perilakunya, seperti pecandu narkoba, seks bebas, dan pakaian
serba minim adalah akibatnya. Maka dari itu interaksi sosial sangat diperlukan,
masyarakat yang sadar akan adanya budaya Indonesia diharapkan bisa membantu
perilaku-perilaku menyimpang anak bangsa dan ikut melestarikan budaya Indonesia.
Dengan adanya kasus diatas, semoga dapat menyadarkan masyarakat untuk peduli
dengan keadaan lingkungan disekitarnya, dan juga peduli pada masa depan penerus
bangsa, karena apabila anak bangsa diberikan pengaruh atau perilaku yang baruk
maka kelak dia akan kembali kepada masyarakat dengan memberikan efek yang
buruk pula, dan sebaliknya bila anak bangsa diberikan pengaruh yang baik maka ia

akan kembali kepada masyarakat dengan membawa efek yang baik pula untuk
masyarakatnya.

2. Landasan Psikologis Pendidikan


Yang dimaksud dengan psikologi pendidikan itu sendiri adalah studi yang
sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan.
Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakantindakan belajar. Dari dua definisi ini maka jelas fokus dari psikologi pendidikan adalah
proses belajar mengajar. Pendapat lain yaitu Landasan psokologis pendidikan adalah
suatu landasan dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang
kehidupam manusia pada setiap tahapan manusia pada umumnya, serta gejala-gejala yang
berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan yang
bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan. Kajian psikologi

yang erat

hubungannya dengan penndidikan adalah yang berkaitan denga kecerdasan, berpikir, dan
belajar(Tirtahardja, 2005:106)
Dalam segi pergaulan, kasus diatas termasuk dalam pergaulan pendidikan yang
tidak memiliki sifat pendidikan, yaitu memasukan konten yang kurang pantas ada dalam
buku anak SD, sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi anak didik tersebut menuju
kedewasaan. Keluarga juga sangat bepengaruh dalam hal ini, karena anak didik dapat
dipengaruhi, anak didik dapat dengan mudah menerima apa yang orang sampaikan
terhadapnya tanpa mengathui kebenarannya. Anak-anak yang hidup dalam suasana rumah
tertentu akan berpengaruh dalam perilakunya.
Menurut saya dampak peristiwa tersebut sangat kurang baik bagi anak-anak
dibawah umur, karena hal tersebut tidak seharusnya diketahui oleh anak-anak kecil atau
dibawah umur seperti anak SD yang ditercantum didalam berita diatas. Hal tersebut juga
dapat menimbulkan keingintahuan anak, dan membuat si anak mencari tau dari berbagai
sumber yang tidak akurat, atau sumber yang bahkan sama sekali tidak benar. Jika salah,
hal tersebut juga dapat membuat atau menjerumuskan si anak tersebut untuk mencobanya.

Jika si anak tersebut secara tidak sengaja terjerumus untuk menggunakan obat-obatan
tersebut, dari oknum yang tidak bertanggung jawab, ini juga akan berdampak pada
psikologis anak tersebut, anak tersebut akan memumpunyai keinginan lagi dan lagi untuk
tetap menggunakannya, sedangkan jika masyarakat telah mengetahui anak tersebut adalah
pengguna, maka masyarakaat akan mengucilkan anak tersebut. Hal tersebutlah yang akan
mempengaruhi psikologis dan tumbuh kembang anak tersebut terganggu.

3. Landasan Yuridis Pendidikan


Yang dimaksud Landasan Yuridis Pendidikan disini adalah seperangkat konsep
peraturan perundang-undangan yang menjadi titik tolak sistem pendidikan Indonesia,
yang menurut Undang-Undang Dasar 1945 meliputi, Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia, Ketetapan MPR, Undang-Undang Peraturan Pemerintah pengganti
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, peraturan pelaksanaan
lainnya, seperti peraturan menteri , Instruksi Menteri dan lain-lain.
Berkaitan dengan berita diatas, dengan berita konten narkoba yang terdapat di
dalam buku anak SD, hal tersebut juga dapat mendapatkan hukuman meskipun
hukuman yang diberikan tidak sama dengan yang diberikan kepada orang dewasa.
Adapun hukuman yang diberikan pada penyalahguna dibawah umur atau pelajar,
yaitu :
Kami berasumsi bahwa pelajar tersebut masih tergolong anak sebagaimana
dimaksud Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak (UU SPPA): Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang
selanjutnya disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi
belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.
Perlakuan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum tentu saja berbeda
dengan orang dewasa. Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, bagi
anak yang berhadapan dengan hukum diberikan perlindungan khusus antara lain

berupa penghindaran dari penangkapan, penahanan atau penjara, kecuali sebagai


upaya terakhir dan dalam waktu yang paling singkat.
Penjara merupan upaya terakhir dilakukan apabila memungkinkan, akan tetapi
bila pengguna adalah pelajar makan hukumannya yang diberikan adalah setangah atau
maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa.

Berikut adalah rincian Jenis-jenis pidana pokok yang dapat dijatuhkan kepada
anak ialah :
a. Pidana Peringatan
b. Pidana dengan syarat:
1)

pembinaan di luar lembaga;

2)

pelayanan masyarakat; atau

3)

pengawasan.

c.

Pelatihan kerja;

d.

Pembinaan dalam lembaga; dan

e.

Penjara.

Selain pidana pokok di atas, terhadap anak nakal dapat juga dijatuhkan pidana
tambahan, berupa perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana atau
pemenuhan kewajiban adat.
Perlu diketahui bahwa bagi anak yang belum berusia 14 (empat belas) tahun
hanya dapat dikenai tindakan. Tindakan yang dapat dikenakan kepada anak ialah
a.

Pengembalian kepada orang tua/Wali;

b.

Penyerahan kepada seseorang;

c.

Perawatan di rumah sakit jiwa;

d.

Perawatan di LPKS;

e.

Kewajiban mengikuti pendidikan formal dan/atau pelatihan yang diadakan


oleh pemerintah dan badan swasta;

f.

Pencabutan surat izin mengemudi; dan/atau.

g. Perbaikan akibat tindak pidana.


Tindakan dapat diajukan oleh Penuntut Umum dalam tuntutannya, kecuali
tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling singkat 7 (tujuh) tahun. Oleh
karena itu, mengenai hukuman yang dapat diberikan kepada pelajar tersebut,
bergantung dari umur si anak dan penilaian Hakim.

Anda mungkin juga menyukai