Anda di halaman 1dari 15

ISU-ISU AKTUAL FENOMENA SOSIAL

PENDAHULUAN
Peradaban manusia sudah memasuki abad ke-21, perkembangan teknologi
dan sains mewarnai kehidupan masa kini. 1 Kreatifitas manusia mendorong
peradaban kini semakin pesat, berbagai inovasi dan terobosan diluncurkan demi
memudahkan kehidupan.2 Namun, di sela-sela manfaat yang begitu besar
kreatifitas manusia yang disalahgunakan justru menjadi bumerang bagi peradaban
masa kini, menciptakan isu-isu yang kemudian diperbincangkan kalangan luas.
Isu-isu aktual merupakan isu atau desas-desus terkini yang menjadi sorotan
masyarakat dan sesegera mungkin dapat dilakukan penanganan. 3 Isu-isu aktual
yang meliputi bidang-bidang seperti politik, ekonomi, budaya, dan lingkungan,
memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan manusia secara
keseluruhan.4 Fenomena-fenomena ini harus dijadikan refleksi bagi kita semua,
perkembangan teknologi dan sains sudah seharusnya dimanfaatkan dengan bijak
bukan disalahgunakan untuk melakukan tindak kejahatan. Munculnya berbagai
masalah akibat penyalahgunaan tersebut, memunculkan pertanyaan-pertanyaan
kritis tentang arah perkembangan sosial, nilai-nilai yang kita anut, serta tindakan-
tindakan yang harus diambil untuk mencapai kemajuan yang lebih positif.
Isu-isu aktual sosial tidak hanya terjadi dalam satu konteks kecil atau daerah
tertentu, tetapi menyebar ke berbagai lapisan masyarakat di seluruh dunia. 5 Di
tengah dinamika kompleks masyarakat modern saat ini, isu-isu sosial menjadi
sorotan utama yang memperumit landasan nilai-nilai kemanusiaan, memunculkan
tantangan yang berbeda, memerlukan pemahaman mendalam, serta membutuhkan
solusi yang holistik.

1
Nikmatur Rohmaya, I Nyoman Suardana, and I Nyoman Tika, ‘Efektifitas E-LKPD Kimia
SMA/MA Dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berkonteks Isu-Isu Sosial Sains Dalam
Meningkatkan Literasi Sains Peserta Didik’, Jurnal Pendidikan MIPA, 13.1 (2023).
2
L. Hadi Adha, Zaini Asyhadie, and Rahmawati Kusuma, ‘Digitalisasi Industri Dan Pengaruhnya
Terhadap Ketenagakerjaan Dan Hubungan Kerja Di Indonesia’, Jurnal Kompilasi Hukum, 5.2
(2020).
3
Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata, Laporan Aktualisasi Dan Habitauasi Nilai-Nilai
Dasar, Kedudukan, Dan Peran PNS Untuk Mendukung Smart Governance, 2022.
4
Sipuan and others, ‘Pendekatan Pendidikan Multikultural’, Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal,
8.2 (2022).
5
Birgitta Purnama Putri and others, Isu-Isu Masyarakat Digital Kontemporer, Seri Liter
(Yogyakarta: Spada UNS, 2018).

1
Dalam tulisan ini, peneliti akan menyelidiki beberapa isu-isu aktual yang
tengah menjadi sorotan masyarakat, utamanya di Indonesia mulai dari Hak Asasi
Manusia (HAM) yang sering kali terjadi pelanggaran, peredaran narkoba yang
merusak generasi muda, dan ancaman terorisme yang dapat mengancam
kestabilan dan perdamaian negara ini. Tujuan dari tulisan ini, yaitu untuk
mendekonstruksi beberapa isu aktual tersebut dengan mengeksplorasi akar
masalah, menganalisisnya, dan merumuskan langkah-langkah menuju solusi yang
berkelanjutan.

PEMBAHASAN

Hak Asasi Manusia


Hak asasi manusia (HAM) merupakan hak mutlak (absolute) yaitu hak yang
memberikan wewenang kepada seseorang atau individu untuk melakukan sebuah
perbuatan. Hak ini dapat digunakan dan dipertahankan oleh siapapun, dan
sebaliknya setiap orang harus menghormati hak tersebut. Hak Asasi Manusia
merupakan hak yang melekat (inheren) pada individu yang bersifat mutlak. 6
Pengaturan mengenai HAM telah ada sejak pertama kali dirumuskannya
Pancasila sebagai dasar negara, tetapi masih dalam bentuk yang tersirat.
Sedangkan peraturan tentang HAM baru disampaikan secara tertulis dalam
Piagam Hak Asasi Manusia sebagai lampiran Ketetapan Permusyawarahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998.7 Dan dituangkan secara khusus
dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia pada bab XA pasal 28A sampai
dengan 28J yang merupakan hasil amandemen kedua tahun 2000.8
Namun, hingga kini kasus pelanggaran HAM tercatat masih banyak
dilakukan dimana-mana, khususnya di Indonesia kejahatan HAM masih sering
menjadi topik terkini dalam redaksi berita yang ada. Bahkan beberapa pelakunya
masih bebas berkeliaran dan tidak terjangkau hukum. Berikut ini isu-isu mengenai
pelanggaran Hak Asasi Manusia yang ada di Indonesia:
1. Kasus Bullying remaja di lingkungan sekolah

6
Soerjono Soekanto, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat (Jakarta: Rajawali Grafindo Persada,
1987).
7
Komnasham, ‘Ketetapan Permusyawarahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
XVII/MPR/1998’.
8
Indonesia, Undang-Undang 1945 Dan Perubahannya (Jakarta: Penabur Ilmu, 2003).

2
Remaja adalah masa perjalanan penting individu dari anak-anak
menuju dewasa. Dalam masa ini individu cenderung mengalami
perkembangan yang cepat, mulai dari fisik, emosional, maupun kognitifnya.
Di fase ini individu juga memasuki masa membentuk identitas diri,
mengembangkan nilai-nilai, dan menghadapi berbagai pengalaman yang
membentuk masa depan mereka.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Federasi Serikat Guru Indonesia
(FSGI) tercatat sepanjang 2023 terjadi 30 kasus perundungan (bullying) di
satuan pendidikan. Dari 30 kasus tersebut, setengahnya terjadi di jenjang
SMP, 30 persen terjadi di jenjang SD, 10 persen di jenjang SMA, dan 10
persen terjadi di jenjang SMK.9 Bahkan pada 22 Februari 2024 seorang
anak artis diduga melakukan perundungan di sekolahnya. Hal ini
menunjukkan betapa pentingnya pemahaman dan penanganan perundungan
dalam konteks remaja, utamanya di lingkungan sekolah.
Bullying merupakan salah satu masalah pelanggaran HAM yang
signifikan dalam konteks remaja saat ini. Tindakan intimidasi dan pelecehan
tersebut tidak hanya memengaruhi psikologis korban, tetapi juga dapat
memengaruhi dinamika sosial dan perkembangan remaja secara
keseluruhan. Bullying adalah perilaku mengganggu yang dilakukan oleh
remaja dengan tujuan melukai, baik secara verbal atau non-verbal yang
dilakukan sekali maupun berulang-ulang, dan sering kali memberikan
kepuasan pribadi terhadap pelaku. Bullying yang terjadi di sekolah tentu
menjadi PR besar yang harus diselesaikan. Sekolah harus menjadi
lingkungan yang aman dan mendukung proses pertumbuhan anak-anak.
Keberadaan kasus ini akan menciptakan lingkungan sekolah menjadi tidak
sehat, kegiatan belajar-mengajar pun akan terhambat.
Dampak Bullying ini tidak hanya terhadap korban, pelaku Bullying
pun berpotensi terkena dampaknya, perasaan bersalah dan penyesalan akan
menghantuinya dalam jangka panjang saat ia sadar akan hal yang telah
dilakukannya. Oleh karena itu, masalah ini harus segera ditindak-lanjuti.

9
Stephanus Aranditio, ‘Kasus Perundungan Di Sekolah Meningkat Selama 2023’, Kompas.Id,
2024.

3
Beberapa upaya penanganan harus diterapkan agar tidak terulang lagi kasus
pelanggaran HAM ini di masa depan.
Penanganan terhadap kasus ini dapat dilakukan dengan beberapa cara,
seperti pendidikan, sosialisasi program Anti-Bullying, dan pembentukan
sistem ayang efisien. Upaya pencegahan juga dapat diterapkan, hal-hal
seperti keterlibatan aktif dari remaja, lingkungan, keluarga, sekolah, dan
masyarakat dalam membangun nilai-nilai positif, meningkatkan komunikasi
efekif, mengimplementasikan program pencegahan, serta melakukan
intervensi sosial menjadi titik penting dalam pencegahan ini.10
2. Kekerasan yang dilakukan oknum kepolisian
Kondisi hukum di Indonesia kini lebih sering menuai kritikan
daripada pujian. Berbagai kritik dilontarkan baik terkait penegakan hukum,
proses berlangsungnya hukum dan juga penerapan berbagai aturan. Praktik
kotor dalam proses penegakan hukum kerap kali terjadi, mafia hukum di
pengadilan, peradilan yang diskriminatif, bahkan kesewenang-wenangan
oknum aparat banyak ditemui dalam penegakan hukum di Indonesia. Tentu
saja hal ini bersinggungan dengan Hak Asasi Manusia yang perlu dihormati,
dengan adanya praktik penyelewengan tersebut pihak yang tidak
mempunyai kuasa akan dirugikan, sehingga melanggar hak yang seharusnya
dimilikinya.
Kepolisian sebagai aparat penegak hukum di Indonesia tentunya
mempunyai aturan dalam melaksanakan tugasnya. Aturan ini tertuang dalam
Peraturan Kapolri Pasal 27 ayat (2) huruf h yang berisi “Dalam melakukan
pemeriksaan terhadap saksi, tersangka atau terperiksa, petugas dilarang:
melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan baik bersifat fisik atau psikis
dengan maksud untuk mendapatkan keterangan, informasi atau
pengakuan”.11
Namun faktanya dilapangan, banyak tindakan polri dalam menangani
kasus di masyarakat dilakukan secara represif. Dalam hal ini anggota
kepolisian sering kali bertindak dengan emosi dan tidak kooperatif. Menurut

10
Rizka Febrianti, Yogi Damai Syaputra, and Tri Windi Okara, ‘Dinamika Bullying DiSekolah:
Faktor Dan Dampak’, Indonesia Journal of Educational Conuseling, 8.1 (2024), 20.
11
Komnasham, Buku Saku HAM Satuan Reserse, 2017.

4
data yang dihimpun dari Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan
(KontraS) tercatat setidaknya sejak Januari hingga Februari 2024 telah ada
35 korban dari 6 peristiwa berbeda yang disebabkan oleh kesewang-
wenangan kepolisian dalam menjalankan tugasnya. Diantaranya 13 kasus
salah tangkap, 7 kasus salah tembak, dan 15 kasus penyiksaan terhadap
tahanan yang menyebabkan satu di antara korban meninggal dunia.12
Berdasarkan serangkaian peristiwa tersebut, Polisi dalam menjalankan
tugasnya sebagai aparat penegak hukum telah melakukan berbagai
pelanggaran baik terhadap peraturan internal di Kepolisian hingga peraturan
perundang-undangan lainnya seperti Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang Nomor 12 tahun 2005 tentang
Pengesahan Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil dan Politik,
Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain
yang Kejam, Tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat, Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP), Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP), Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2009 tentang
Implementasi Prinsip dan Standar HAM dalam Penyelenggaraan Tugas
Kepolisian, dan Peraturan Kapolri No. 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan
Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian.
Penulis menilai bahwa keberulangan peristiwa ini dikarenakan belum
efektifnya implementasi dari aturan-aturan internal di tubuh Kepolisian
yang hingga akhirnya menimbulkan banyaknya penyalahgunaan kekuatan
secara sewenang-wenang. Selain itu, faktor-faktor lain seperti adanya
arogansi aparat penegak hukum, emahnya lembaga pengawasan eksternal
dan internal kepolisian seperti Kompolnas, Propam, Wassidik, dan juga
Irwasum, serta rendahnya pengetahuan aparat penegak hukum dan ketaatan
terhadap aturan yang berlaku dapat melandasi motif dari para oknum ini.
Faktor lainnya juga ialah minimnya pemberian sanksi yang tegas bagi para
anggota Kepolisian yang terbukti melakukan pelanggaran dalam tugasnya.
Mayoritas para pelaku dari anggota Kepolisian hanya diproses melalui
proses disiplin/etik saja tidak melalui proses hukum pidana. Kasus
12
Dimas Bagus Arya, ‘Pelanggaran HAM Terus Diulang: Rentetan Peristiwa Kekerasan
Kepolisian Pada Awal 2024, Menyebabkan Warga Sipil Menjadi Korban’, Kontras, 2024.

5
penyiksaan di Sukabumi contohnya, pada November 2023 lalu 4 anggota
Kepolisian dari Opsnal Sat Reskrim Polres Sukabumi yang terbukti telah
melakukan salah tangkap dan penyiksaan hanya diberikan sanksi etik oleh
Bidpropam Polda Jawa Barat. Tentu hal ini menunjukan bagaimana institusi
kepolisian terkesan seperti melindungi para pelaku dan melanggengkan
praktik impunitas.
Tentu hal ini tidak mudah untuk ditindaklanjuti, mengingat masalah
ini bersangkutan dengan pihak yang lebih memiliki kuasa. Penulis hanya
dapat berharap agar masalah ini dapat segera diselesaikan oleh pihak-pihak
yang mempunyai wewenang agar tidak adanya lagi kasus pelanggaran HAM
yang dilakukan oknum polri yang dapat merusak citra kepolisian di
masyarakat.
Peredaran Narkoba
Narkoba merupakan zat adiktif yang dapat mengubah pikiran, suasana hati,
atau perasaan serta tingkah laku apabila sudah beredar dalam tubuh manusia, baik
itu melalui suntikan, minuman, maupun pernafasan. Narkoba yang tersebar di
Indonesia pun banyak jenisnya. Hal ini menjadi masalah serius bagi pemerintah,
selama 10 tahun terakhir, masalah ini menjadi trending topic di lingkungan
masyarakat. Banyaknya pecandu narkoba dan terungkapnya persoalan narkoba
yang kini modelnya semakin beragam serta bertambah padatnya sindikat jaringan
narkoba menjadikan masalah ini semakin ramai. Kecanduan narkoba bukan hanya
menakut-nakuti masa depan penyalahgunanya, namun juga untuk bangsa dan
negara kedepannya.13 Berikut beberapa isu-isu tentang narkoba yang kini banyak
diperbincangkan:
1. Perdagangan narkoba dan kejahatan terorganisir
Peredaran narkoba di Indonesia kini sedang berkeadaan “critical” dan
juga sangat ketat. Hal ini juga menjadi masalah serius yang berdampak
dalam konteks keimigrasian secara sigifikan. Indonesia dengan ribuan pulau
yang dimilikinya dan sejumlah perbatasan laut yang sangat luas, menjadi
jalur utama bagi peredaran narkoba ke wilayah ini.

13
Muhammad Ilham Nasution and others, ‘Dampak Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Orang
Dewasa’, Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Hukum, 2.1 (2024).

6
Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN), sekitar 80% peredaran
narkoba masuk ke Indonesia melalui jalur laut. Faktor ini menjadi sangat
relevan dalam konteks keimigrasian karena peredaran narkoba seringkali
berhubungan erat dengan masalah lain, seperti perdagangan manusia,
imigran ilegal, dan perambahan wilayah negara. Tidak hanya menjadika
tantangan dalam penegakan hukum, tetapi juga mengganggu stabilitas
sosial, keamanan nasional, serta keselamatan masyarakat. Ini adalah
tantangan kompleks yang harus dihadapi oleh pihak berwenang dalam
upaya menjaga keamanan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Diperlukan upaya bersama yang terkoordinasi dengan baik antar lembaga
yang berwenang untuk mengatasi peredaran narkoba yang merusak
masyarakat Indonesia.
Misalnya kasus di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali yang
melibatkan seorang Warga Negara Asing (WNA) dalam penyelundupan
narkotika golongan 1 jenis ganja di Indonesia, adalah sebuah bukti nyata
akan kompleksitas peredaran narkoba sebagai kejahatan transnasional.14
Kasus ini juga mengungkapkan betapa jaringan narkoba internasional
semakin cerdik dalam operasinya. Modus operasi yang melibatkan WNA
dari Rusia, dengan jaringan internasional yang melibatkan Spanyol dan
Indonesia, menunjukkan bahwa peredaran narkoba telah menjadi bisnis
lintas negara yang kompleks. Selain itu, penemuan identitas ganda WNA ini
membuktikan bahwa para pelaku narkoba telah menggunakan berbagai
metode untuk mengelabui pihak berwenang, termasuk penggunaan identitas
palsu.15
Kerja sama antar lembaga penegak hukum merupakan salah satu pilar
utama dalam membangun pengendalian imigrasi yang efektif untuk
memerangi perdagangan narkoba yang semakin kompleks. Lembaga-
lembaga seperti Kepolisian Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Bea
Cukai dan Konsumen, dan Badan Narkotika Nasional (BNN) memainkan

14
Amalia Rizki Suryandari and Benny Sasmita Soerachmat, ‘Indonesia Darurat Narkoba (Peran
Hukum Dalam Mengatasi Peredaran Gelap Narkoba)’, Law, Development and Justice Review, 2.2
(2019).
15
Bayu Puji Hariyanto, ‘Pencegahan Dan Pemberantasan Peredaran Narkoba Di Indonesia’, Jurnal
Daulat Hukum, 1.1 (2018), .

7
peran penting dalam memerangi perdagangan narkoba, dan kerja sama
antara lembaga-lembaga ini merupakan kunci keberhasilan memerangi
ancaman ini.
Pentingnya kerjasama antar lembaga sangat penting karena peredaran
narkoba merupakan permasalahan multidisiplin. Hal ini mencakup
pembuatan, penyelundupan, distribusi, dan konsumsi obat-obatan terlarang
dan dapat mencakup berbagai elemen penegakan hukum. Oleh karena itu,
pertukaran informasi yang efektif antar pihak berwenang merupakan elemen
kunci yang memungkinkan setiap tahap rantai perdagangan narkoba dapat
diidentifikasi dan ditangani dengan cepat. Selain itu, kerja sama
antarlembaga juga dapat menciptakan sinergi dalam penggunaan sumber
daya. Badan-badan ini dapat berbagi keahlian, teknologi, dan sumber daya
fisik untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam memerangi
perdagangan narkoba yang canggih dan terorganisir. Kerja sama ini juga
dapat mencakup pelatihan bersama, pertukaran informasi, dan
pengembangan strategi bersama untuk memerangi perdagangan narkoba.16
2. Jaringan narkoba yang dilindungi aparat kepolisian
Beberapa waktu belakangan ini masyarakat di Indonesia kembali
dihebohkan dengan kasus dugaan perdagangan ilegal narkotika yang
melibatkan perwira tinggi Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri)
yang bernama Teddy Minahasa dan jajaran bawahan. Dalam kasus tersebut,
Teddy Minahasa saat itu sedang menjabat sebagai Kepala Kepolisian
Daerah (Kapolda) Sumatera Barat. Kasus tersebut saat ini telah memasuki
persidangan dan sedang diperiksa oleh Pengadilan Negeri Jakarta Barat (PN
Jakarta Barat). Tahapan persidangan kasus Teddy Minahasa di PN Jakarta
Barat akan memasuki agenda penuntutan dari Jaksa Penuntut Umum (JPU).
Agenda penuntutan tersebut telah dijadwalkan oleh PN Jakarta Barat akan
digelar pada tanggal 30 Maret 2023. Dalam persidangan kasus Teddy
Minahasa dan kasus terkait lain, banyak fakta yang terungkap melalui
keterangan-keterangan saksi dan membuat publik mempertanyakan

16
Alief Akbar Abimanyu, Bangkit Bela Setia, and Dwiki Bahtiar Soegiharto, ‘Analisis
Kriminologi Mengenai Peredaran Narkoba Terkait Dalam Keimigrasian’, Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 24.1 (2024), 162-163.

8
pelaksanaan kewenangan dan akuntabilitas Polri dalam implementasi
kebijakan narkotika.17
Sebelumnya, dalam kasus Freddy Budiman, Freddy Budiman pernah
mengungkapkan ada pejabat Badan Narkotika Nasional (BNN), Polri, dan
Bea Cukai yang terlibat dalam peredaran narkoba miliknya. Kasus Teddy
Minahasa dan kasus terkait lainnya tampaknya membenarkan perkataan
Freddy Budiman sebelum eksekusinya pada tahun 2016. Atas dasar ini,
Koalisi Masyarakat Sipil, yang merupakan bagian dari Jaringan Reformasi
Kebijakan Narkoba (JRKN) dan Reformasi Kepolisian (RFP), telah
mengeluarkan beberapa komentar mengenai isu-isu implementasi kebijakan
narkoba, dengan menyoroti pentingnya kebijakan narkoba dan reformasi
kepolisian.18
Persidangan Teddy Minahasa tampaknya menjadi kotak Pandora
mengenai lemahnya praktik penegakan kebijakan narkotika oleh aparat
penegak hukum, terutama ketika polisi memegang kendali. Profil Teddy
Minahasa yang pernah menduduki beberapa posisi senior di Polri
menunjukkan bahwa para pejabat tinggi kepolisian pun menyalahgunakan
kewenangannya dan tidak benar-benar menerapkan jargon kebijakan
narkoba yang selama ini diusung.
Seperti yang diketahui, lapas atau rutan seharusnya merupakan tempat
pertaubatan bagi para tindak kriminal. Di sisi lain, tempat tersebut juga
dapat dijadikan sekolah lanjut para tahanan, dimana ketika seseorang masuk
ke dalam lapas perbuatan haranmya yang mulanya rendah dapat menjadi
kasus yang lebih tinggi. Seorang pengguna narkoba ketika masuk lapas
tidak menutup kemungkinan baginya untuk menjadi pengedar, pernyataan
ini saya dapatkan dari teman saya yang mempunyai saudara yang memiliki
kejadian serupa. Hal tersebut dapat terjadi, karena di dalam lapas tentunya
mereka berkumpul dengan sesama pengguna yang kemudian
memperkenalkannya dengan para pengedar maupun bandar narkoba di
dalamnya.

17
Garnis E., ‘Kasus Teddy Minahasa: Salah Satu Kunci Reformasi Polisi Dan Reformasi
Kebijakan Narkotika’, Institute For Criminal Justice Reform, 2023.
18
Garnis, E.

9
Tidak hanya para tahanan, akibat rutan atau lapas yang menjadi
peredaran gelap narkoba yang tentunya dilindungi para oknum aparat juga
akan sangat berdampak bagi aparat lainnya. Godaan cuan yang begitu besar
dari bisnis gelap ini dapat meruntuhkan iman siapa saja yang tidak dapat
menahannya. Hal ini menjadi pukulan berat bagi bagi seluruh petugas
pemasyarakatan, banyak dari mereka yang kehilangan rekan kerja karena
tergiur akan uang yang ditawarkan. Dalam kasus ini, penulis juga hanya
dapat berharap kepada pihak yang berwewenang agar dapat melakukan
tugasnya sesuai dengan hukum yang ada dan tidak tergiur dengan apapun
yang akan ditawarkan kepadanya oleh jaringan narkotika yang akan
merusak masa depan bangsa dan negara Indonesia.
Terorisme
Terorisme merupakan permasalahan global, suatu bentuk perang baru, dan
ancaman yang dapat terjadi kapan saja dan harus diakui sebagai ancaman nyata
bagi dunia. Melihat tren saat ini dan masa depan, aktivitas teroris meningkat baik
secara kualitatif maupun kuantitatif dan dapat mempengaruhi stabilitas keamanan
di tingkat internasional, regional dan nasional. Terorisme yang merupakan salah
satu ancaman yang dapat membahayakan situasi keamanan suatu negara, kini
menjadi ancaman global yang memiliki koneksi internasional. Keberadaan
terorisme di Indonesia juga tidak dapat dipungkiri, beberapa kejadian terorisme
belakangan ini marak diperbincangkan, membuat gaduh masyarakat yang
khawatir akan keselamatan dirinya.
Menurut UU No. 5 Tahun 2018, teroris ialah siapapun orang yang
merencanakan, menggerakkan, dan mengorganisasikan terorisme. Sementara
terorisme, yaitu setiap perbuatan yang menggunakan kekerasan, atau ancaman
yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut yang meluas, yang dapat
menimbulkan korban jiwa secara masal atau menimbulkan kerusakan atau
kehancuran suatu objek vital yang strategis, terhadap lingkungan hidup, fasilitas
publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, dan keamanan. 19
Berikut beberapa isu tentang terorisme yang kini menjadi perbincangan di
kalangan masyarakat:
19
Indonesia, ‘Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2018’, Bpk.Go.Id, 2018
<https://peraturan.bpk.go.id/Details/82689/uu-no-5-tahun-2018>.

10
1. Aksi penyerangan Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua
Kekerasan bersenjata di Papua sampai saat ini masih kerap terjadi.
Kelompok bersenjata yang dilabeli Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB)
atau Kelompok Separatis Teroris (KST) kerap dikaitkan dengan Organisasi
Papua Merdeka (OPM) atau Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat
(TPN-PB). KKB Papua terdiri dari beberapa kelompok yang relatif
independen satu sama lain, tetapi dapat bekerjasama dalam batas-batas
tertentu. Sejak tahun 1970-an kelompok ini sudah ada dan tak pernah hilang.
Organisasi Papua Merdeka adalah organisasi yang tidak bergantung pada
orang tertentu, namun peduli pada seluruh anggota yang tergabung di
dalamnya untuk mencapai tujuan bersama. Aktivitas organisasi ini kini telah
berjalan kembali dan beberapa serangan telah terjadi baik terhadap aparat
keamanan seperti anggota TNI, Polri, maupun warga sipil yang tinggal di
wilayah Papua.20
Pada awalnya gerakan KKB atau yang dulunya disebut OPM ini
diklasifikasikan sebagai kelompok separatis, karena pada hakikatnya teroris
beraksi dalam asyarakat secara acak untuk menimbulkan kekacauan,
sementara KKB dengan jelas menyatakan dirinya sebagai tentara nasional
papua yang hanya melakukan aktivitas terornya di Papua saja. Tetapi,
setelah adanya UU No. 5 Tahun 2018 KKB digolongkan sebagai kelompok
teroris. Penyebutan teroris kepada kelompok ini tentu akan menimbulkan
masalah dikarenakan ada keterlibatan Tentara Negara Indonesia (TNI) dan
menghasilkan pendekatan militeristik yang kemudian di tolak keras karena
dianggap banyak melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
Serangan KKB ini sudah sejak lama diperbincangkan, akan tetapi
hingga saat ini tetap tidak terselesaikan. Hal ini diduga karena dalam aksi
pergerakan kelompok tersebut dibantu pihak asing yang menginginkan
sumber daya alam yang melimpah di wilayah tersebut, sehingga mereka
mempengaruhi masyarakat asli Papua dengan cara mendoktrin mereka
untuk memberontak kepada Indonesia agar dapat mengelola sumber daya

20
Dedek Efri Wibowo, Rizkan Zulyadi, and M. Citra Ramadhan, ‘Peran Tentara Nasional
Indonesia Dalam Mengatasi Aksi Terorisme Di Indonesia’, Journal of Education, Humaniora and
Social Sciences (JEHSS), 5.4 (2023).

11
alam mereka sendiri, pernyataan ini saya dapatkan dari teman saya yang
merupakan masyarakat asli Papua juga dari beberapa berita yang terdengar
tiap tahunnya.
Hingga Februari 2024 diketahui sudah ada beberapa upaya
penyerangan dan terdapat 1 korban akibat serangan terorisme KKB ini.
Dalam pernyataan Setyadi21 diketahui Bripda Alfandi Steve Karamoy,
anggota Satgas Ops Damai Cartenz 2024 gugur dalam serangan yang
dilancarkan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pada Jumat 19
Januari 2024. Bahkan tercatat sepanjang tahun 2023 sebanyak 199 aksi
terorisme KKB telah terjadi dan melibatkan 149 orang jadi korban,
perinciannya aksi penyerangan oleh KKB itu tercatat di beberapa wilayah
seperti di Kabupaten Puncak 42 aksi, Kabupaten Yahukimo 36 aksi,
Kabupaten Intan Jaya 31 aksi, Kabupaten Pegubin 27 aksi, dan Kabupaten
Nduga 19 aksi.22
Dalam menangani masalah ini pemerintah terus berusaha untuk
memberikan yang terbaik agar masalah dapat diselesaikan tanpa adanya
pertumpahan darah. Pemerintah dalam usaha pencegahan sudah melakukan
beberapa langkah dengan mengerahkan sejumlah polri untuk melakukan
beberapa operasi di Papua, seperti Operasi Damai Cartenz, Operasi Rastra
Samara Kasih, Operasi Soft Approach, dan Operasi Petik Bintang 2023. Dan
dalam menangani kasus lebih lanjut seperti penangkapan sandera, dan lain-
lain yang dapat membahayakan jiwa apabila tidak ditangani secara militan
pemerintah menurunkan TNI untuk mengatasinya, seperti operasi
pembebasan sandera di Mapenduma pada 1996 silam.

2. Konten Radikalisme dan Ekstremisme yang tersebar di media sosial


Secara etimologis, radikalisasi berasal dari kata Latin “radix” yang
berarti akar. Kata “radikal” dalam bahasa Inggris berarti ekstrem, mencakup
segalanya, fanatik, revolusioner, fundamental. Istilah “radikalisme agama”
awalnya diperkenalkan dalam tradisi Barat, khususnya di kalangan agama
21
Arief Setyadi, ‘Detik-Detik Menegangkan Bripda Steve Gugur Ditembaki Teroris KKB, Peluru
Tembus Rahang’, Okezone Nasional, 2024.
22
Anshary Madya Sukma, ‘Sepanjang 2023, Polri Catat 199 Aksi Penyerangan Dari KKB Di
Papua’, Kabar24, 2023.

12
Kristen Protestan di Amerika Serikat sekitar tahun 1910-an. Sebagaimana
dikemukakan filsuf Perancis Roger Garaudie, perkembangan radikalisme
tidak hanya berkaitan dengan ideologi agama, konsep ini juga muncul dalam
kehidupan sosial, politik, dan budaya. Artinya, setiap ideologi atau
pemikiran yang mempunyai dampak negatif (side effect) dan dapat
membuat seseorang menjadi militan dan fanatik, dapat digolongkan sebagai
radikalisme.23
Banyak ditemui konten yang beredar di media sosial kini disisipi
aliran radikalisme. Walaupun Radikalisme memang bukanlah acaman
langsung tindakan terorisme, tetapi tidak menutup kemungkinan fanatisme
yang berlebih penganut faham ini akan memunculkan keinginan untuk
melakukan tindakan tidak etis tersebut dan dapat memberikan ancaman
besar dalam negara. Beberapa konten pengetahuan dan hiburan terkadang
tidak disadari mengandung unsur radikalisme. Hal ini tentu meresahkan
para pengguna sosial media, utamanya di negara Indonesia yang memiliki
catatan sejumlah 63 juta orang pengguna media sosial.
Konten-konten radikalisme ini juga membahayakan ideologi bangsa
kita, yaitu Pancasila. Indonesia sebagai negara berkultur agama yang kental
menjadi sasaran empuk bagi kasus ini. Minimnya literasi dari pengguna
sosial media di Indonesia akan menjadikan paham ini semakin menjamur.
Kominfo sebagai pihak yang berwewenang dalam menghadapi hal ini sudah
melakukan upaya untuk memblokir pengguna media sosial yang
menyebarkan paham ini. Dalam rangka upaya mempertahankan keutuhan
NKRI, kita sebagai warga negara sebaiknya juga ikut mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan terjadi, memperbanyak literasi dan pengetahuan dapat
memutus masalah ini. Walaupun bukan ancaman nyata, kita tetap harus
waspada dan segera menindaklanjuti permasalahan ini. Seperti pepatah
mengatakan “lebih baik mencegah daripada mengobati”.

23
Afidatul Asmar and Dian Ardi Perdana, ‘Dakwah Dan Radikalisme (Pendekatan Pemahaman
Mitra Dakwah)’, Journal of Islamic Management, 4.1 (2024).

13
DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Alief Akbar, Bangkit Bela Setia, and Dwiki Bahtiar Soegiharto,
‘Analisis Kriminologi Mengenai Peredaran Narkoba Terkait Dalam
Keimigrasian’, Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 24.1 (2024)
Adha, L. Hadi, Zaini Asyhadie, and Rahmawati Kusuma, ‘Digitalisasi Industri
Dan Pengaruhnya Terhadap Ketenagakerjaan Dan Hubungan Kerja Di
Indonesia’, Jurnal Kompilasi Hukum, 5.2 (2020)
Aranditio, Stephanus, ‘Kasus Perundungan Di Sekolah Meningkat Selama 2023’,
Kompas.Id, 2024
Arya, Dimas Bagus, ‘Pelanggaran HAM Terus Diulang: Rentetan Peristiwa
Kekerasan Kepolisian Pada Awal 2024, Menyebabkan Warga Sipil Menjadi
Korban’, Kontras, 2024
Asmar, Afidatul, and Dian Ardi Perdana, ‘Dakwah Dan Radikalisme (Pendekatan
Pemahaman Mitra Dakwah)’, Journal of Islamic Management, 4.1 (2024)
Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata, Laporan Aktualisasi Dan Habituasi
Nilai-Nilai Dasar, Kedudukan, Dan Peran PNS Untuk Mendukung Smart
Governance, 2022
E., Garnis, ‘Kasus Teddy Minahasa: Salah Satu Kunci Reformasi Polisi Dan
Reformasi Kebijakan Narkotika’, Institute For Criminal Justice Reform,
2023
Febrianti, Rizka, Yogi Damai Syaputra, and Tri Windi Okara, ‘Dinamika Bullying
DiSekolah: Faktor Dan Dampak’, Indonesia Journal of Educational
Conuseling, 8.1 (2024)
Hariyanto, Bayu Puji, ‘Pencegahan Dan Pemberantasan Peredaran Narkoba Di
Indonesia’, Jurnal Daulat Hukum, 1.1 (2018)
Indonesia, ‘Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2018’, Bpk.Go.Id, 2018
<https://peraturan.bpk.go.id/Details/82689/uu-no-5-tahun-2018>
———, Undang-Undang 1945 Dan Perubahannya (Jakarta: Penabur Ilmu, 2003)
Komnasham, Buku Saku HAM Satuan Reserse, 2017
———, ‘Ketetapan Permusyawarahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
XVII/MPR/1998’
Nasution, Muhammad Ilham, Muhammad Adnan, Gian randa Juangsah, Haka,
and Tamaulina BR Sembiring, ‘Dampak Penyalahgunaan Narkoba Di
Kalangan Orang Dewasa’, Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Hukum, 2.1
(2024)
Putri, Birgitta Purnama, Gehan Ghofari, Ridho Bima Pamungkas, and Viyasa
Rahyaputra, Isu-Isu Masyarakat Digital Kontemporer, Seri Liter
(Yogyakarta: Spada UNS, 2018)
Rohmaya, Nikmatur, I Nyoman Suardana, and I Nyoman Tika, ‘Efektifitas E-
LKPD Kimia SMA/MA Dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Berkonteks Isu-Isu Sosial Sains Dalam Meningkatkan Literasi Sains Peserta
Didik’, Jurnal Pendidikan MIPA, 13.1 (2023)
Setyadi, Arief, ‘Detik-Detik Menegangkan Bripda Steve Gugur Ditembaki Teroris
KKB, Peluru Tembus Rahang’, Okezone Nasional, 2024
Sipuan, Idi Warsah, Alfauzan Amin, and Adisel, ‘Pendekatan Pendidikan
Multikultural’, Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 8.2 (2022)
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat (Jakarta: Rajawali
Grafindo Persada, 1987)
Sukma, Anshary Madya, ‘Sepanjang 2023, Polri Catat 199 Aksi Penyerangan
Dari KKB Di Papua’, Kabar24, 2023
Suryandari, Amalia Rizki, and Benny Sasmita Soerachmat, ‘Indonesia Darurat
Narkoba (Peran Hukum Dalam Mengatasi Peredaran Gelap Narkoba)’, Law,
Development and Justice Review, 2.2 (2019)
Wibowo, Dedek Efri, Rizkan Zulyadi, and M. Citra Ramadhan, ‘Peran Tentara
Nasional Indonesia Dalam Mengatasi Aksi Terorisme Di Indonesia’, Journal
of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS), 5.4 (2023)

Anda mungkin juga menyukai