Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PENGANTAR KEBIJAKAN PUBLIK

“PENERAPAN UNDANG-UNDANG NO 11 TAHUN 2012 DALAM


KASUS KRIMINALITAS REMAJA KHUSUSNYA GENG MOTOR DI
INDONESIA”

Disusun Oleh:
Muhamad Galantara Anindita
F1D021068

Program Studi S1 Ilmu Politik


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jenderal Soedirman
2022/2023
PENDAHULUAN
Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam
perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi
karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari
nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai
sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Pada saat ini
semakin berkembang bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan remaja. Kenakalan
remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-
proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-
kanaknya. Dimana masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat,
dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat.
Untuk itu orang tua mempunyai peranan di dalam pertumbuhan dan
perkembangan pribadi seorang anak. Sebab keluarga merupakan lingkungan pertama
dari tempat kehadirannya dan mempunyai fungsi untuk menerima, merawat, dan
mendidik seorang anak. Jelaslah keluarga menjadi tempat pendidikan pertama yang
dibutuhkan seorang anak. Sebab pendidikan itu pada prinsipnya adalah untuk
meletakkan dasar dan arah bagi seorang anak. Pendidikan yang baik akan
mengembangkan kedewasaan pribadi anak tersebut. Anak bisa menjadi mandiri, penuh
tanggung jawab terhadap tugas dan kewajibannya, menghormati sesama manusia dan
hidup sesuai martabat dan citranya. Sebaliknya pendidikan yang salah dapat membawa
akibat yang tidak baik bagi perkembangan pribadi anak.
Tindakan kriminal yang dilakukan oleh remaja pada umumnya dilakukan oleh
mereka yang tergabung dalam klub geng motor. Pada awalnya tindakan para remaja
yang bergabung dalam geng motor tersebut belum tergolong dalam tindak kriminal,
tetapi banyak dari kita yang sering menjumpai mereka saling melakukan kegiatan yang
bersifat negatif dan berujung melanggar hukum seperti balap liar, meminum minuman
keras, melakukan aksi kebisingan, melanggar ketertiban masyarakat dan melakukan
seks bebas atas dasar keisengan belaka. Namun, akhir akhir ini kasus yang sering
muncul dari tindakan geng motor semakin meresahkan, tindakan yang sering mereka
lakukan yakni juvenile delinquency seperti mengganggu ketertiban umum; balap liar,
menggunakan knalpot bersuara bising dan lain sebagainya. Hal tersebut membuat
masyarakat sekitar merasa terganggu dan merasakan resah yang tiada henti sehingga
pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengatur tidak kejahatan atau kriminalitas
remaja melalui UU No 11 Tahun 2012 yang berbunyi "Sistem peradilan pidana anak
adalah keseluruhan proses penyelesaian perkara anak yang berhadapan dengan hukum,
mulai tahap penyelidikan sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani
pidana.” Tujuan dari UU ini yakni agar para remaja yang melakukan tindak kejahatan
dapat dihukum dengan adil dan tidak mengganggu ketertiban masyarakat.
Untuk itu, penulis akan membahas mengenai kebijakan pemerintah dan kasus-
kasus kriminalitas yang dilakukan remaja serta keterkaitan kebijakan tersebut dengan
kasus yang terjadi di Indonesia. Harapannya semoga dengan laporan ini, kebijakan yang
dibuat pemerintah bukan hanya untuk sekedar menakut-nakuti tetapi memberi pengaruh
yang signifikan terhadap kasus kriminalitas remaja.
PEMBAHASAN

A. Efisiensi Undang-Undang No 11 Tahun 2012


Remaja sebagai generasi muda di Indonesia saat ini banyak dipengaruhi oleh
tata nilai dunia global yang sangat terbuka sehingga remaja sangat mudah untuk
menyerap segala macam informasi kehidupan luar atau barat dan dunia khayal lewat
media komunikasi yang sulit dibendung. Kondisi sosial yang terjadi sekarang
menimbulkan tekanan yang cukup berat karena akhirnya remaja dihadapkan pada
tuntutan hidup yang semakin tinggi dan serba instan. Sehingga remaja kadang memiliki
masalah-masalah yang rumit yang sebenarnya berasal dari dalam diri, karena remaja
dituntut untuk melakukan penyesuaian diri pada lingkungan dan tidak semua remaja
mampu mengatasi kesulitan tersebut dengan cara yang tepat.Ketidakmampuan remaja
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya sering menjadi pemicu terjadinya efek
negatif pada remaja. Bagi remaja hal ini perlu diperhatikan karena tanpa kepribadian
yang sehat, remaja akan lebih mudah terjebak dalam penyalahgunaan obat dan alkohol.
Fenomena yang terjadi di dalam masyarakat sekarang, banyak remaja yang
mengkonsumsi minuman keras atau alkohol. Kebanyakan dari para remaja yang
mengkonsumsi minuman keras dapat ditemukan di tempat-tempat dugem (dunia
gemerlap malam) sperti club dan diskotik dan tergabung dalam komunitas geng motor.
Pemberlakuan Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak memberikan perlindungan terhadap hak-hak anak pelaku tindak pidana
dengan menggunakan pendekatan konsep Diversi untuk mewujudkan Keadilan
Restoratif agar mengetahui implementasi Undang-Undang tersebut. Pernyataan
permasalahan yaitu efektivitas diversi terhadap penanganan anak yang berhadapan
dengan hukum dalam peradilan pidana anak dan sebab-sebab yang menjadi kendala dan
juga pendukung penerapan diversi terhadap anak yang berhadapan dengan hukum
dalam peradilan pidana anak. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian hukum yuridis normatif. Kesimpulan penelitian yang dihasilkan yaitu
Diversi dalam peradilan anak pidana anak dimaksudkan untuk menghindari efek negatif
dari pemeriksaan konvensional peradilan pidana terhadap anak, baik efek negatif proses
peradilan maupun efek negatif stigma (cap jahat) proses peradilan, maka pemeriksaan
secara konvensional dialihkan, dan kepada anak tersebut dikenakan program-program
diversi. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa tindakan diversi dapat dilakukan
oleh pihak Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, maupun Pembina Lembaga
Pemasyarakatan.
Pemberian sanksi merupakan instrumen kekuasaan untuk melegitimasi
pembentukan suatu standar dan untuk mencegah serta memberantas perbuatan-
perbuatan yang merintangi pembentukan suatu norma. Tujuan yang ingin dicapai
dengan memberikan sanksi kepada anak adalah supaya anak dapat berinteraksi kembali
dengan kehidupan sosial masyarakat. Penjatuhanxsanksi merupakanxinstrumen
kewenangan untuk menguatkan berlakunyaxsuatu norma danxmenjadi acuan
utamaxdalam pencegahan serta pemberantasan tindakan-tindakanxyang
melanggarxberlakunya suatuxnorma. Denganxadanya penjatuhan sanksi tersebutxtujuan
supaya anakxtersebut bisa berbaurxkembali terhadapxmasyarakat bisa tercapai. Double
track systemxmerupakan sistemxduaxjalurxmengenai sanksi dalam hukumxpidana,
yaituxsanksi pidanaxdan jenisxsanksi tindakan. Sekalipun dalam prakteknya,
perbedaanxantara sanksixpidana danxsanksi tindakanxsering agak samar,
namunxdixtingkat ide dasar keduanyaxmemiliki perbedaanxmendasar, di mana sanksi
pidanaxbersumber pada idexdasarx”mengapa diadakan pemidanaan”. Tujuan dalam
penelitianxini adalah: (1)xUntuk mendeskripsikanxpenerapan sanksixpidana dan
tindakan terhadapxanak yangxmelakukan tindakxpidana.x(2) Untuk
mendeskripsikanxpertimbangan hukumxhakim dalamxmenjatuhkan sanksixpidana dan
tindakanxterhadap anak yang melakukanxtindak pidana.

B. Permasalahan Kriminalitas Geng Motor di Indonesia


Kasus kriminalitas yang terjadi di Indonesia sekarang tidak hanya dilakukan oleh
orang orang dewasa. Di zaman sekarang ini perbuatan atau tindakan kriminalitas juga
dilakukan oleh kalangan yang kita sebut sebagai generasi penerus bangsa, yaitu anak
muda. Dimana seperti yang kita harapkan bahwasannya anak-anak muda yang
seharusnya menjadi pemegang masa depan bangsa Indonesia tetapi justru melakukan
tindakan-tindakan kejahatan yang merugikan dan meresahkan orang lain.
Tindakan kejahatan yang dilakukan oleh geng motor yang baru-baru ini sedang
ramai diperbincangkan adalah kasus tewasanya satu orang di Kabupaten Cilacap yang
dilakukan oleh 18 remaja yang merupakan anggota geng motor. Kasus ini menjadi
sorotan publik khususnya warga Cilacap di beberapa waktu terakhir ini setelah ramai
Diberitakan sebelumnya, sesosok mayat pria tanpa identitas ditemukan tergeletak di
sebuah pekarangan, tepatnya di pinggir Jalan Tentara Pelajar, Kelurahan Tritih Kulon,
Kecamatan Cilacap Utara, Sabtu (24/6/2023). Mayat pria yang belakangan diketahui
berinisial RA (25), warga Kelurahan Tegalreja, Kecamatan Cilacap Selatan ini diduga
merupakan korban penganiayaan geng motor. Berdasarkan pemeriksaan tim inafis dan
tim medis ditemukan sejumlah luka pada tubuh korban.
Tidak hanya itu saja, di daerah lain juga banyak terjadi tindakan kriminalitas yang
dilakukan oleh geng motor yang dari dulu hingga saat ini masih sering meresahkan
masyarakat bahkan sampai menewaskan nyawa orang. Seperti kasus Klitih yang terjadi
di Yogyakarta, klitih dalam bahasa Jawa adalah suatu aktivitas mencari angin di luar
rumah. Tetapi, klitih disalah artikan oleh remaja Jogja. Dewasa ini, pemaknaan klitih
menjadi aksi kekerasan atau kejahatan jalanan dengan senjata tajam atau tindak kriminal
anak di bawah umur yang menimbulkan korban jiwa.
Fenomena geng motor di Indonesia telah meningkatkan kesadaran sosial karena
perbuatan mereka yang menyebabkan kekerasan, perampokan dan bahkan pembunuhan.
Mayoritas anggota geng motor adalah anak-anak muda yang cenderung membuat
masalah karena ingin membuktkan eksistensi mereka di antara kelompok atau geng lain.
Agar dapat menjadi yang paling kuat dan ditakuti oleh teman sebayanya, geng motor
berkeliling di malam hari dan memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi sebelum
akhirnya memulai kebrutalan mereka. Kejadian tersebut mengkhawatirkan karena:
1) eksistensi mereka tampak semakin tersebar luas, terutama di kota-kota besar dan
wilayah sekitarnya;
2) populasi geng semakin banyak;
3) tindakan mereka dinilai cenderung semakin nekat dan brutal. Kondisi demikian
merupakan persoalan yang cukup serius
Dalam banyak kasus tindakan mereka tidak hanya sebatas kenakalan,
pelanggaran norma sosial dan mengganggu ketertiban umum semata tetapi sudah
mengarah kepada tindakan kriminal, seperti: penyerangan terhadap orang lain,
perampasan, penganiyaan dan pembunuhan. Tindakan anggota geng motor selain dapat
merugikan atau mengancam keselamatan orang lain juga potensial merusak dirinya
sendiri.

C. Keterkaitan Undang-Undang No 11 Tahun 2012 dengan Kasus Geng Motor


di Indonesia
Rasional keterkaitan antara UU No. 11 Tahun 2012 dengan pemberitaan kasus
geng motor jika di investigasi atau menelisik lebih dalam memang ada hubungannya
dan saling terkoneksi. Bagaimana tidak, dari hampir kasus geng motor yang membuat
onar di jalan yang mengganggu bahkan sampai membahayakan masyarakat kebanyakan
dilakukan oleh anak yang berumur dibawah 18 tahun. Nah, yang membuat hal ini
menarik adalah bahwa Anak-anak di bawah usia 18 tahun dapat dihukum, tetapi ada
klasifikasi menurut Undang-undang atau di bawah hukum, di mana kepentingan terbaik
anak harus dihormati. Di bawah ini adalah uraian tentang Benturan Hukum Ketentuan
Anak. Yang disebut anak yang melakukan pencederaan terhadap hukum adalah anak
yang telah berumur 12 (dua belas) tahun tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun
yang diduga melakukan tindak pidana. Dalam hal anak belum berumur 12 tahun
melakukan atau diduga melakukan tindak pidana, penyidik, pembimbing
kemasyarakatan dan pekerja sosial profesional mengambil keputusan untuk:

● Menyerahkan kepada orang tua atau wali


● Mengikutsertakan dalam program pendidikan , pembinaan dan pembimbingan di
instansi pemerintah atau LPKS yang menangani bidang sosial paling lama 6
bulan.
Sistem peradilan anak harus mengutamakan pendekatan keadilan restoratif, dan
sistem harus mengupayakan diversi. Kesembronoan pelanggaran, kondisi pribadi anak,
atau keadaan di mana pelanggaran dilakukan atau apa yang terjadi sesudahnya, akan
dipertimbangkan oleh hakim apakah akan memutuskan untuk tidak menjatuhkan
hukuman atau mempertimbangkan keadilan dan membawa kasus itu ke pengadilan.
dapat digunakan sebagai dasar keadilan juga kemanusiaan untuk si anak atau pelaku
dibawah umur tersebut. Didalam Undang Undang Sistem Peradilan Pidana Anak UU
No.11 Tahun 2012 pada Bab V, anak yang umurnya dibawah 18 tahun bisa dipidana
sebagaimana diatur pada: Pasal 69 mengatur tentang Tindakan; Anak yang belum
berusia 14 tahun hanya dapat dikenai tindakan. Pasal 71 mengatur tentang Pidana Pokok
dan Pidana Tambahan 1. Pidana pokok terdiri dari: Pidana peringatan Pidana dengan
syarat, Pelatihan kerja, Pembinaan dalam lembaga dan Penjara. Pidana Tambahan
terdiri dari: Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana dan pemenuhan
kewajiban adat Pasal 81; Anak dijatuhi pidana penjara apabila keadaan dan perbuatan
anak membahayakan masyarakat, pidana penjara dapat dijatuhi kepada anak paling
lama setengah dari maksimal ancaman pidana penjara bagi orang dewasa,dilaksanakan
di LPKA sampai anak berumur 18 th, Pidana penjara terhadap anak hanya digunakan
sebagai upaya akhir dan apabila merupakan ancaman pidana mati atau penjara seumur
hidup pidana yang dijatuhkan paling lama 10 tahun.
Apakah undang-undang perlindungan anak mengatur usia kapan hukuman fisik
dapat digunakan? Undang-Undang Peradilan Pidana Anak mengatur pada usia berapa
anak dapat dihukum dengan hukuman badan. Sebagaimana dijelaskan di atas, undang-
undang ini mengatur usia di mana anak-anak dapat dikenakan hukuman fisik. Seorang
anak hanya dapat dihukum dengan hukuman fisik jika mereka berusia antara 14 dan 18
tahun dan sekali lagi menekankan bahwa memenjarakan anak hanya boleh digunakan
sebagai upaya terakhir.
Dalam kasus klitih di DIY Yogyakarta yang sempat viral dalam beberapa waktu
silam. hal itu sempat menggemparkan warga sekitar, pasalnya kegiatan klitih ini yang
jika diartikan adalah mengisi waktu luang dengan kegiatan positif, malah dipakai
dengan kegiatan negatif. Mari kita telaah dan hubungkan dengan UU No. 11 Tahun
2012 yang mengatur tentang sistem peradilan pada anak. Kasus klitih ini ada dua
kejadian, yaitu terdapat korban jiwa Daffa Adziin Albasith (18) yang ternyata anak
anggota DPRD Kebumen Madkhan Anis jadi korban tewas klitih di kawasan
Gedongkuning, Jogja. Tentu UU ini sudah mengatur hal tersebut yang dimana klitih
yang menewaskan anak dari anggota DPRD ini masih dibawah umur. diversi saja tidak
dapat atau sebanding dengan tindakan yang dilakukan klitih, oleh karena itu pelaku
mendapat sanksi pidana badan sebagaimana yang sudah dijelaskan diatas, yaitu
setengah dari hukuman normal.
Contoh kedua yaitu geng motor yang baru - baru ini ramai dibincangkan di
kawasan purwokerto. diketahui bahwa hal ini terjadi karena ada gabungan kelompok
geng motor, yang memiliki masalah dengan orang purwokerto. Geng motor tersebut
melakukan onar dengan konvoi sambil mengacungkan senjata tajam berupa celurit dan
parang. Meninjau hal tersebut yang membuat warga resah dan jika dikaitkan dengan UU
diatas. Penangkapan pelaku masih melalui diversi, yaitu pengalihan proses pada sistem
penyelesaian perkara anak yang panjang dan sangat kaku. Mediasi atau dialog atau
musyawarah sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam diversi untuk mencapai
keadilan restoratif. Sama halnya dengan geng motor yang melakukan tebar teror di alun-
alun Purwokerto penangkapan dan pengamanan kepada 16 pelaku geng motor tersebut
masih harus didalami dan akan ditindak tegas oleh pihak kepolisian dengan melihat aksi
yang dilakukan dan bahaya yang timbul karenanya juga melihat hukuman setimpal yang
akan dijatuhkan untuk para pelaku dengan mempertimbangkan perbuatan dengan UU
No.11 Tahun 2012.
Pada kasus ketiga yaitu pertikaian antar geng motor yang terjadi di Purwokerto
disebabkan karena aksi saling mengejek di sosial media. Mereka melakukan kerusuhan
di lingkungan masyarakat dengan menendang sepeda motor dan merusak rumah
masyarakat setempat. Aksi mereka dilaporkan ke aparat setempat, dan ditemukan bukti
bahwa ada beberapa anak dibawah umur yang menjadi anggota geng motor yang telah
meresahkan masyarakat tersebut. Jika dikaitkan dengan UU No. 11 Tahun 2012, maka
anak-anak dibawah umur ini mendapatkan diversi, tetapi diversi pun tidak cukup untuk
membuat para remaja ini berhenti dari aksinya. Untuk itu, peran orang tua sangat
diperlukan untuk memantau segala kegiatan mereka agar kejadian seperti ini tidak
terulang kembali.
Aksi kriminalitas geng motor juga terjadi di Probolinggo, seperti halnya dengan
kasus sebelumnya. Para remaja yang menjadi bagian dari geng motor menebar teror dan
mengganggu ketertiban masyarakat setempat, alhasil masyarakat pun memberi
peringatan kepada mereka. Tetapi peringatan tersebut dimaknai negatif oleh geng motor
ini, sehingga mereka kembali melancarkan aksi kriminalitas dengan menimpuk dua
warga dengan batu. Aksi ini pun telah diamankan oleh kepolisian dan sampai saat ini
masih dalam tahap penyelidikan.
Dari berbagai masalah kenakalan remaja yang terjadi di Indonesia dengan
kebijakan yang dibuat pemerintah yakni Undang-undang No. 11 Tahun 2012 memiliki
keterkaitan yang nyata. Indonesia sebagai negara hukum tidak serta merta menjatuhkan
hukuman secara asal, harus melalui kebijakan yang sudah diatur. Begitupun dalam
menyikapi kriminalitas yang dilakukan remaja harus sesuai dengan UU No. 11 Tahun
2012 artinya logika diantara kasus-kasus di atas adalah, jika geng motor adalah anak-
anak dan hanya mengganggu ketentraman warga karena hal-hal yang telah dijelaskan
sebelumnya, upaya yang diberikan bukan hukuman badan atau penjara yang akan
menjadi pengalih perhatian, tetapi jika geng motor membunuh dan membahayakan
masyarakat, mereka hanya dapat dikenakan hukuman badan atau penjara, dan menerima
hukuman badan hanya setengah dari hukuman orang dewasa.
Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa implementasi UU


no.11 tahun 2012 tentang kasus geng motor atau tindak kriminalitas remaja di indonesia
masih belum optimal, kenakalan remaja adalah sebuah masalah yang terus ada, tetapi
kenalakan remaja yang berhubungan dengan adanya geng motor memiliki dampak
negatif yang sangat besar terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Dapat dikatakan juga dengan adanya fenomena geng motor ini adalah sebuah
perilaku menyimpang dan sebuah perlawanan terhadap kehidupan sosial mereka, jadi
peran semua pihak dapat berperan aktif dalam fenomena seperti ini, dari hasil beberapa
riset di media. orang tua merupakan hal terpenting dalam mengedukasi kenakalan
remaja. dalam artian bahwa keterlibatan semua pihak dari keluarga,pendidikan,atau
sekolah serta pengaruh lingkungan sosial yang baik dapat merubah sebuah perilaku
anak mengarah ke hal hal yang positif.
Kepolisian memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan atau preventif,
sebab kepolisian melarang adanya suatu geng atau komunitas motor. akan tetapi karena
geng motor tersebut sering melakukan tindak kriminal maka kepolisian berupaya untuk
meminimalisir tindakan kriminal tersebut dengan adanya patroli,razia,sweeping dan
upaya represif dilakukan pada saat telah terjadinya kejahatan seperti pemberian sanksi
dan pembinaan kepada pelaku sesuai dengan undang undang yang sudah ditetapkan.
Daftar Pustaka

Asshiddiqie, Jimly. 2017. Perihal Undang-Undang. Depok: Rajawali Press

Daradjat, Zakiyah. (1994). Remaja Harapan dan Tantangan. Jakarta: CV Ruhama.

Musbikin, Imam. (2013). Mengatasi Kenakalan Siswa Remaja. Solusi Mencegah


Tawuran Pelajar, Siswa Bolos Sekolah Hingga Minum-minuman Keras dan
Penyalahgunaan Narkoba. Pekanbaru Riau: Zanafa Publishing.

Andrisman, Tri. 2011. Hukum Peradilan Anak. Fakultas Hukum Universitas lampung.
Bandar Lampung

Oedirto, S. (2022, Agustus 18). Geng Motor Yang Bikin Onar di Purwokerto
Merupakan gabungan dari Tiga Geng Motor. Retrieved from
SuaramerdekaBanyumas.com: Geng Motor Yang Bikin Onar di Purwokerto
Merupakan Gabungan dari Tiga Geng Motor - Suara Merdeka Banyumas -
Halaman 1-2

Waluyo, 2004. Bambang. Pemidanaan dan Tindakan Hukum Anak. Citra


Aditya Bakti. Bandung.

Widodo, G. (2016). Sistem Pemidanaan Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Perspektif
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Dirga, A. (2022, Agustus 16). Geng Motor Tebar Terror di Purwokerto, Konvoi
Keliling Kota Sambil Acungkan Senjata Tajam. Retrieved from Suara.com: ,
Geng Motor Tebar Teror di Purwokerto, Konvoi Keliling Kota Sambil
Acungkan Senjata Tajam - Purwokerto (suara.com)

Anda mungkin juga menyukai