Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

ANAK PERILAKU SOSIAL MENYIMPANG


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“ADVOKASI ANAK DAN PEREMPUAN”

DI SUSUN OLEH :
Kelompok 9

1. Dina Ayu Azahrah (2020502071)


2. Ersya Septiani (2030502092)
3. Juli Arya Mustika (2030502090)

DOSEN PENGAMPUH : SYAHRIZAL, M.ag

KELAS : 2052/BPI C

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2021/2022

BAB l
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Masalah penyimpangan sosial bukanlah masalah yang baru muncul. Masalah ini telah lama lahir dan
hadir dalam masyarakat. Namun demikian, masalah-masalah penyimpangan sosial ini tetap saja ada dan
melekat dalam kehidupan masyarakat seolah tidak ada tindakan yang menanganinya. Ada banyak jenis
dan perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan oleh masyarakat dan telah banyak pula aturan-aturan
yang mengatur tentang penyimpangan tersebut. Pada kenyataannya, hingga saat ini penyimpangan
sosial masih terus terjadi meskipun aturan atau bahkan hukuman diberlakukan bagi para pelaku. Hal ini
mungkin disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat akan buruknya perilaku-perilaku
menyimpang, atau mungkin kurangnya sosialisasi tentang penyimpangan sosial. Perilaku menyimpang
dari anak kini semakin menggejala di masyarakat, baik di negara maju maupun negera sedang
berkembang. Perkembangan masyarakat yang berawal dari kehidupan agraris menuju kehidupan
industrial telah membawa dampak signifikan terhadap kehidupan nilai sosiokultural pada sebagian besar
masyarakat. Nilai-nilai yang bersumber dari kehidupan industrial semakin menggeser nilai-nilai
kehidupan agraris dan proses tersebut menjadi secara berkesinambungan sehingga pada akhirnya
membawa perubahan dalam tata nilai termasuk pola-pola perilaku dan hubungan
masyarakat.Perkembangan seperti ini juga berlangsung di Indonesia dengan menyatunya tata nilai yang
bercirikan masyarakat industrial, maka perbenturan antara nilai-nilai lokal tradisional dengan nilai-nilai
modernisme tidak dapat terelakkan. Pada akhirnya dampak yang paling terasa sebagai akibat dari
perubahan sosial yang sangat cepat menuju kehidupan industrial adalah penyimpangan perilaku anak-
anak atau remaja.

Pada akhir abad ke-19, kriminalisasi yang dilakukan oleh anak dan remaja semakin meningkat,
sehingga dalam menghadapi fenomena tersebut diperlukan penanganan terhadap pelaku kriminal anak
yang disamakan dengan pelaku criminal orang dewasa. Hal ini merupakan suatu konsekuensi dari
hukum yang ada pada saat itu karena belum memiliki aturan khusus yang mengatur tentang anak yang
berhadapan dengan hukum atau anak pelaku tindak pidana. Anak yang berkonflik dengan hukum
merupakan istilah internasional yang digunakan terhadap anak yang disangka, didakwa maupun
dipidana dalam masalah hukum. Dalam Konvensi Hak Anak, anak yang berkonflik dengan hukum ini
dikategorikan ke dalam anak yang membutuhkan perlindungan khusus. Salah satunya dinyatakan dalam
pasal 37 Konvensi Hak Anak : "Tidak seorang anak pun dapat dirampas kebebasannya secara melanggar
hukum atau dengan sewenang-wenang. Penangkapan, penahanan atau pemenjaraan seorang anak
harus sesuai dengan undang-undang, dan hanya digunakan sebagai upaya terakhir dan untuk jangka
waktu terpendek dan tepat." Sebagaimana yang telah dituangkan dalam penjelasan UU No. 3 Tahun
1997 tentang Pengadilan Anak bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai penerus cita-cita
perjuangan dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Dalam rangka mewujudkan sumber
daya manusia Indonesia yang berkualitas dan mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan
persatuan bangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

Rumusan Masalah

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 diperlukan pembinaan secara terus menerus
demi kelangsungan hidup,

1. Apa yang dimaksud dengan penyimpangan sosial


2. Sifat-sifat penyimpangan sosial

3. Penyebab terjadinya penyimpangan sosial

4. Upaya penanganan penyimpangan sosial

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyimpangan Sosial

Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan
(agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan
seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam
masyarakat.

Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan
berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun di tengah kehidupan
masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan
(norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan,
berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain. Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai
masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan
disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang
yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya
seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok. Secara umum perilaku individu atau
sekelompok individu yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku secara umum dalam
masyarakat sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Berikut menurut pendapat para ahli
mengenai perilaku menyimpang:

1. Paul B. Horton, ia mendefinisikan bahwa perilaku menyimpang adalah perilaku yang dinyatakan
sebagai pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma kelompok ataupun masyarakat.

2. Bruce J. Cohen, ia berpendapat bahwa perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak
berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam
masyarakat.

3. Robert M.Z. Lawang, ia menyatakan bahwa perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang
menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari
mereka yang berwenang dalam sistem tersebut untuk memperbaiki perilaku tersebut.

4. James Van der Sander, ia berpendapat bahwa yang dimaksud perilaku menyimpang adalah perilaku
yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah atau sebagian besar
orang atau masyarakat.

B. Sifat-sifat Perilaku Menyimpang


1. Penyimpangan yang bersifat positif

Penyimpangan yang bersifat positif adalah suatu perbuatan yang tidak sesuai dengan aturan atau norma
yang berlaku umum yang mempunyai dampak positif terhadap sistem sosial di mana ia tinggal.
Seseorang dikatakan menyimpang secara positif ketika ia merealisasikan cita-citanya akan tetapi
masyarakat belum bisa menerima cara yang ia pergunakan ataupun cita-cita yang ia inginkan.

Contoh penyimpangan yang bersifat positif adalah: seorang wanita yang bercita-cita sekolah setinggi-
tingginya dan menjadi dokter spesialis atau wanita karier. Bagi sebagian masyarakat perbuatan sang
wanita adalah suatu penyimpangan, namun dari penyimpangan tersebut ada dampak positif yang
muncul dari dalam dirinya yaitu emansipasi wanita. Karena ia telah bersifat mulia yaitu mau menjadi
seorang dokter atau bersosial kepada orang lain atau masyarakat dengan menjadi seorang dokter.

2. Penyimpangan yang bersifat negatif

Penyimpangan yang bersifat negatif adalah suatu perbuatan atau kecenderungan bertindak ke arah
nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk sehingga mengganggu sistem sosial yang
ada. Penyimpangan terhadap kaidah hukum positif maka akan nada hukum dan sanksi yang jelas dari
Negara. Contoh penyimpangan yang bersifat negatif adalah: pencurian, pembunuhan, prostitusi,
pemerkosaan, pemabuk, penjudi, dan lain-lain.

C. Penyebab Perilaku Menyimpang

Ada beberapa faktor yang menyebabkan individu atau kelompok melakukan penyimpangan sosial.
Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Individu biasanya menghayati nilai-nilai dari beberapa orang yang cocok dengan dirinya. Bilamana
sebagian besar teman menyimpang, maka individu tersebut kemungkinan besar akan menjadi
menyimpang.

2. Adanya imitasi atau meniru perilaku orang lain. Peniruan perilaku ini banyak dilakukan oleh individu
yang masih berusia anak-anak.

3. Masyarakat yang memiliki banyak nilai dan norma, di mana di antara satu dengan lainnya saling
bertentangan. Tidak terdapat seperangkat nilai dan norma yang dipatuhi secara teguh dan diterima
secara luas. Kondisi ini terjadi pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat
tradisional ke masyarakat modern.

4. Anggota masyarakat Indonesia yang mempunyai mental mengambil jalan pintas. Anggota masyarakat
yang ingin cepat memperoleh kedudukan atau kekayaan dengan cara-cara yang melanggar norma-
norma sosial.

5. Adanya pemberian cap atau label oleh masyarakat terhadap individu atau kelompok. Pemberian cap
atau label ini yang menyebabkan individu atau kelompok melakukan penyimpangan.

6. Penyimpangan sosial terjadi disebabkan karena keterikatan individu terhadap kelompoknya .


D. Pencegahan Penyimpangan Sosial

1. Keluarga

Keluarga merupakan awal proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian seorang anak. Kepribadian
seorang anak akan terbentuk dengan baik apabila ia lahir dan tumbuh berkembang dalam lingkungan
keluarga yang baik begitu sebaliknya.

2. Lingkungan tempat tinggal dan teman sepermainan

Lingkungan tempat tinggal juga dapat mempengaruhi kepribadian seseorang untuk melakukan
penyimpangan sosial. Seseorang yang tinggal dalam lingkungan tempat tinggal yang baik, warganya taat
dalam melakukan ibadah agama dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik maka keadaan ini akan
memengaruhi kepribadian seseorang menjadi baik sehingga terhindar dari penyimpangan sosial dan
begitu juga sebaliknya.

3. Media massa

Media massa baik cetak maupun elektronik merupakan suatu wadah sosialisasi yang dapat
mempengaruhi seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Langkah pencegahan agar tidak terpengaruh
akibat media massa adalah apabila kamu ingin menonton acara di televisi dengan memilih acara yang
bernilai positif dan menghindari tayangan yang dapat membawa pengaruh tidak baik.

BAB lll

PENUTUP
Kesimpulan

Perilaku individu atau sekelompok individu yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku
secara umum dalam masyarakat sering terjadi dalam kehidupan kita. Teori ini dikemukakan oleh Edwin
M. Lemert, menurutnya seseorang berperilaku menyimpang karena proses labeling yang diberikan
masyarakat kepadanya. Labeling adalah pemberian julukan, cap, etiket, ataupun kepada seseorang.

Pada awalnya seseorang melakukan “penyimpangan primer” karena itu sang pelaku penyimpangan
mendapatkan cap (labeling) dari masyarakat. Karena adanya label tersebut, maka sang pelaku
mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangan itu pun menjadi
suatu kebiasaan atau gaya hidup bagi pelakunya sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/114/jtptunimus-gdl-ervinakhoi-5700-2-babii.pdf

Anda mungkin juga menyukai