Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Perilaku menyimpang yang biasa dikenal dengan istilah penyimpangan sosial merupakan
perilaku atau tindakan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Seperti kita ketahui kehidupan manusia itu tidak terlepas dari yang namanya kehidupan
bermasyarakat dan kehidupan bermasyarakat itu selalu berkaitan dengan nilai dan norma di
dalamnya. Nilai merupakan sesuatu yang dicita-citakan oleh masyarakat dan berharga bagi
kehidupan, sedangkan norma adalah aturan-aturan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat
yang disertai dengan sanksi apabila tidak melakukannya atau melanggarnya. Nilai-nilai dan
norma-norma itu bersifat mengikat, ada yang tertulis dan ada juga yang tidak tertulis.
Masyarakat percaya bahwa dengan mereka menjalankan sebuah nilai dan norma dalam
kehidupan sehari-harinya akan menjadikan keteraturan dan ketertiban sosial dalam kehidupan
bermasyarakat. Oleh karena sifat nilai dan norma yang mengatur dan mengikat menjadikan
sebagian orang atau kelompok orang menjadi terganggu karena merasa diatur dan hidup tidak
bebas.
Hal ini yang menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi seseorang melakukan
penyimpangan dan tidak patuh pada nilai dan norma yang sudah disepakati dan dijalankan oleh
masyarakat pada umumnya. Penyimpangan terhadap nilai dan norma dalam masyarakat disebut
dengan deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan
disebut devian (deviant).
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan perilaku menyimpang. Bisa
karena faktor internal dari dalam dirinya dan juga faktor eksternal yang merupakan faktor yang
berasal dari lingkungan luar. Faktor internal bisa disebabkan karena seseorang itu merasa
terkekang dan ingin hidup bebas sehingga melakukan suatu hal atau tindakan diluar nilai dan
norma yang dianut masyarakat pada umumnya. Adapun faktor eksternal yang seringkali
ditemukan sebagai suatu hal yang paling berpengaruh bagi seseorang melakukan penyimpangan.
1
Faktor eksternal itu biasanya berasal dari lingkungan. Seorang anak yang beranjak dewasa akan
melewati dulu masa remaja, dimana masa remaja ini merupakan masa yang paling rawan dari
seseorang untuk.
melakukan penyimpangan atau perilaku menyimpang. Hal ini dikarenakan pada masa
remaja seseorang akan lebih sering menghabiskan waktunya berada di luar rumah. Artinya,
seseorang ini sedikit demi sedikit akan terpengaruh dan terbentuk oleh lingkungannya. Tidak
semua lingkungan merupakan lingkungan yang baik untuk tumbuh kembang seorang remaja.
Sekolah merupakan lingkungan kedua setelah lingkungan rumah yang akan dialami oleh seorang
remaja.
Di sekolah seorang anak akan belajar mengenai ilmu pengetahuan dan juga belajar
bagaimana untuk hidup bersosial yang merupakan kodrat seorang manusia yang selain sebagai
seorang individu manusia juga merupakan seorang makhluk sosial yang membutuhkan orang
lain dalam menjalankan kehidupannya. Di sekolah anak diajarkan dan dikenalkan dengan sebuah
peraturan sekolah yang sifatnya mengikat dan mengatur. Diajarkan untuk disiplin, berpakian dan
berpenampilan rapih, bertatakrama kepada guru dan lain sebagainya. Di sekolah juga anak
diajarkan untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab dengan diberikan kewajiban untuk
belajar dan mengerjakan tugas-tugas oleh guru yang berkaitan dengan pembelajaran itu sendiri.
Meskipun semua aturan-aturan dan kewajiban yang harus anak penuhi di sekolah merupakan
sesuatu yang baik, namun tidak semua anak merasa demikian, seringkali ada anak yang merasa
terbebani dengan semua itu. Inilah salah satu faktor kenapa ada anak yang melakukan
penyimpangan dengan melakukan hal-hal yang melanggar nilai dan norma atau peraturan-
peraturan yang ada di sekolahnya.
Dewasa ini, semakin banyak saja ditemukan kasus anak sekolah yang melanggar aturan dan
melakukan penyimpangan. Hal ini bisa dikategorikan sebagai kenakalan remaja. Hassan (dalam
Willis 2012, hlm. 89) mengungkapkan bahwa “Kenakalan remaja itu ialah kelakuan atau
perbuatan anti sosial dan anti normatif”. Banyak hal yang melatarbelakangi mengapa seorang
anak bisa melakukan perilaku menyimpang. Selain faktor dari keluarganya juga sedikit
banyaknya dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan anak sehari-hari. Menurut Saifuddin, A,
(2014, hlm. 3) “Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau yang
menyebabkan seorang anak dan remaja kelihatan gugup dan perilakunya tidak terkontrol
(uncontrol)”. Perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma dan
2
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Melihat hal tesebut, banyak pihak yang merasa cemas
terutama para orang tua yang memiliki anak usia remaja. Para orang tua merasa khawatir
anak-anak mereka akan terjerumus melakukan hal-hal yang melanggar nilai dan norma sehingga
merugikan dirinya sendiri maupun orang lain disekitarnya. Menurut Leni Marlina, ( 2013, hlm
6 ), “Norma dan nilai bersifat relatif dan mengalami perubahan dan pergeseran”. Suatu tindakan
di masa lampau dipandang sebagai penyimpangan, tetapi sekarang hal itu dianggap biasa. Begitu
pula ketentuan-ketentuan sosial di dalam suatu masyarakat itu berbeda dengan ketentuan-
ketentuan sosial di dalam masyarakat lain. Akibatnya, tindakan yang bagi suatu masyarakat
merupakan penyelewengan atau penyimpangan tetapi belum tentu bagi masyarakat lainnya
seperti itu, bisa jadi bagi masyarakat lain merupakan suatu tindakan yang biasa. Pendidikan di
zaman modernisasi sekarang merupakan sesuatu yang amat penting bagi seseorang.
Masyarakat Indonesia sudah banyak yang menyadari bahwa pendidikan merupakan sesuatu
yang sangat penting untuk ditempuh guna menunjang kehidupan di masa depan. Banyak cara
yang dapat ditempuh sesorang guna mendapat pendidikan dan salah satunya adalah sekolah.
Sekolah merupakan salah satu lembaga resmi pemerintah yang bertujuan untuk menjadi wadah
bagi proses pendidikan. Sekolah diharapkan bisa menjadi rumah kedua bagi siswasiswi dalam
mempelajari berbagai hal, selain belajar tentang akademik atau ilmu pengetahuan tetapi juga
belajar sebagai makhluk sosial yang bersosialisasi dengan banyak orang. Seseorang yang
menempuh pendidikan di sekolah diharapkan dapat mengetahui dan memahami tentang ilmu
pengetahuan yang menunjang akademik dan juga termasuk memahami tentang nilai dan norma
sebagai aturan hidup bermasyarakat.
Namun pada kenyataannya, banyak anak-anak sekolahan yang justru malah mempunyai
perilaku seperti seseorang yang tidak berpendidikan. Mereka melanggar aturan-aturan sekolah
bahkan juga melanggar nilai dan norma yang dianut masyarakat pada umumnya. Perilaku
menyimpang seperti itu yang dilakukan oleh siswa-siswi yang masih usia remaja bisa
dikategorikan sebagai kenakalan remaja. Mereka mengabaikan peraturan-peraturan yang sudah
ada dan bahkan melanggar peraturan tersebut. Contoh kecilnya adalah siswa-siswi yang
membolos dari sekolah, merokok, masuk menjadi anggota geng motor bahkan sampai terlibat
dalam perilaku kriminal.
Sekolah sebagai salah satu agen sosialisasi bagi anak sudah banyak menerapkan peraturan-
peraturan yang diharapkan dapat mencegah atau setidaknya meminimalisirkan anak-anak atau
3
siswa-siswinya melakukan tindak perilaku menyimpang, baik di sekolah maupun di lingkungan
rumahnya. Banyak sekolah yang membuat program dan mengadakan penyuluhan bekerja
sama dengan pihak terkait seperti polisi yang mengadakan sosialisasi ke sekolah-sekolah tentang
bahaya narkotika dan obat-obatan terlarang, tentang bahaya masuk geng motor dan lain-lain.
Tidak mudah untuk bisa mengontrol anak yang begitu banyaknya dan begitu beragamnya untuk
tetap bisa berpegang teguh pada nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Salah satu cara
yang dianggap paling baik adalah dengan menerapkan dan menanamkan kembali nilai-nilai
agama. Seperti kita ketahui bahwa semua agama pasti mengajarkan hal-hal yang baik dan
melarang hal-hal yang buruk bagi semua umat manusia.

I.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka penulis mengajukan rumusan masalah pokok
penelitian, yaitu :
1. Bagaimana bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa-siswi SMA N 1
Pagaralam ?
2. Bagaimana upaya pihak sekolah dalam menerapkan meminalisir penyimpangan sosial ?
3. Apa dampak diterapkannyaperaturan sistem sistem point ?

I.3 TUJUAN PENELITIAN


Secara umum, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan
gambaran mengenai peran budaya berakhlak berprestasi dalam pencegahan perilaku
menyimpang remaja di SMA N 1 Pagaralam.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi
dalam mengelola emosi pada saat menggunakan media sosial untuk
pengguna media sosial.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan
tentang regulasi emosi pada pengguna media sosial untuk masyarakat
4
umum.
c. Menjadi bahan pertimbangan untuk peneliti selanjutnya yang akan
melakukan penelitian serupa
2. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya psikologi sosial dan
klinis mengenai regulasi emosi pada pengguna media sosial.
b. Menjadi bukti empiris dan acuan bagi akademisi untuk lebih
memahami regulasi emosi pada pengguna media social

5
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 LANDASAN TEORI
1) Pengertian
perilaku menyimpang Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata penyimpangan
diartitikan sebagai proses, cara, dan perbuatan yang menyimpang atau sikap dan
tindakan diluar ukuran (kaidah yang berlaku. kata sosial diartikan dengan segala yang
berkenaan dengan masyarakat dan semangat kemasyarakatan seperti saling membantu,
menderma, dan lain sebagainya. Penyimpangan sosial adalah masalah sosial yang
berkaitan dengan pelanggaran terhadap nilai dan norma. Artinya suatu tindakan
dikatakan telah menyimpang ketika tidakpsesuai dan bertentangan dengan nilai serta
norma yang dijalankan dalam suatu sistem masyarakat. penyimpangan sosial akan terjadi
ketika ada individu ataupun kelompok yang tidak memenuhi aturan dan norma yang
telah dijalankan oleh masyarakat tersebut. Sedangkan masalah sosial yakni setiap
keadaan yang tidak diinginkan, tidak bisa ditoleransi, serta mengancam kehidupan
bermasyarakat.
1 Definisi penyimpangan sosial menurut para ahli :
1) James W. Van Der Zanden Penyimpangan sosial adalah sikap yang oleh
sebagian masyarakat dianggap sebagai suatu yang tercela dan dan tidak dapat ditoleransi.
2) Robert M. Z. Lawang Penyimpangan sosial adalah setiap sikap atau perilaku
yang tidak sesuai dengan nilai serta norma sosial yang dijalankan dalam sebuah sistem
sosial serta membutuhkan usaha dari pihak yang memiliki wewenang untuk
memperbaiki hal tersebut.

2) Penyebab
1. Anomi Salah satu faktor penyebab terjadinya penyimpangan perilaku adalah
anomi. Hal ini menjelaskan seseorang yang kebingungan karena tidak jelasnya
norma yang berlaku. Karena kebingungan terhadap norma-norma yang berlaku
6
inilah, seorang individu lalu melakukan tindakan menyimpang dari nilai dan norma
dalam masyarakat. Anomi juga dapat didefinisikan sebagai kondisi di mana
masyarakat atau komunitas tidak banyak memberikan petunjuk moral kepada
indivudu. Ini berakibat krisis kepercayaan antara individu dan komunitas, yang
berujung pada tindakan-tindakan menyimpang dan tidak sesuai dengan norma social

2. Inovasi Inovasi menjadi faktor penyebab terjadinya penyimpangan sosial. Suatu


gagasan atau ide baru seperti teknologi modern, dahulu dianggap penyimpangan.
Penyebabnya karena masyarakat belum menerima dan menyesuaikan hal baru.

3. Gangguan Mental Gangguan mental sudah ada sejak lahir, sehingga beberapa
orang menganggap abnormal. Seseorang yang memiliki gangguan mental biasanya
dimaklumi jika bertindak menyimpang.

4. Modernisasi Perilaku menyimpang muncul karena perkembangan teknologi.


Pengaruh teknologi dan globalisasi menyebabkan perubahan sosial. Sehingga
memunculkan perilaku yang menyebabkan penyimpangan sosial.

3) Dampak – Dampak
1. Perbuatannya dapat mencelakakan dirinya sendiri.
2. Menghancurkan masa depan pelaku penyimpangan.
3. Memberikan pengaruh psikologis dan tekanan mental terhadap pelaku karena
dapat dikucilkan anggota masyarakat maupun dijauhi dari pergaulan. Dampak bagi
masyarakat diantaranya ;
1. Merusak tatanan nilai, norma, dan pranata sosial yang ada di masyarakat.
2. Menimbulkan beban sosial, psikologis, dan ekonomi bagi keluarga pelaku.
3. Mengganggu keamanan, ketertiban dan keharmonisan dalam masyarakat.
4. Merusak unsur budaya yang mengatur perilaku individu dalam kehidupan
masyarakat.

II.2 HIPOTESIS
7
Menurut Sugiyono (2011) dalam Trustorini Handayani dan Yusuf Tanjung (2017:38-39)
hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dengan demikian maka
dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah asumsi atau jawaban sementara mengenai suatu
permasalahan yang harus dibuktikan kebenarannya melalui pengujian data empiris.
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir yang terdapat dalam penelitian ini. Maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Sub Hipotesis:
H1 : Terdapat Pengaruh Penyimpangan Sosial Terhadap SISWA/I SMAN 1 Kota Pagar
Alam.
H2 : Terdapat Pengaruh Kreativitas Terhadap SISWA/I SMAN 1Kota Pagar Alam
Hipotesis Utama:
Terdapat Pengaruh Penyimpangan Sosial dan Kreativitas Terhadap SISWA/I SMAN 1
Kota Pagar Alam.

8
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang
bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis yang mendalam. Proses dan makna
yang ditonjolkan dalam penelitian kualitatif ini memiliki landasan teori yang dimanfaatkan
sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.
Jenis penelitian ini melibatkan peneliti di dalam peristiwa atau situasi yang sedang
diteliti. Oleh sebab itu, diperlukan kedalaman analisis oleh peneliti ketika melakukan riset dan
proses menemukan hasil penelitian. Karena secara umum, penelitian kualitatif ini nantinya
bertujuan memeroleh data utama dari wawancara dan observasi.Penelitian kualitatif
merupakan filsafat postpositivisme, di mana peneliti akan meneliti suatu kondisi objek yang
alamiah dan peneliti menjadi instrumen kuncinya. Teknik pengumpulan data yang digunakan
pada penelitian kualitatif dilakukan secara triangulasi atau gabungan dan analisis datanya
bersifat induktif atau kualitatif.

III.2 Teknik Pengumpulan Data


III.2.1 Data Primer
Ada dua metode yang digunakan untuk mengumpulkan data primer, yaitu: (1)
metode survei dan (2) metode observasi. Berdasarkan hasil observasi, interview dan
dokumentasi, data menunjukkan bahwa guru di SMAN 1 PAGARALAM telah
menjalankan kinerjanya dalam membentuk dan membina akhlaq peserta didik.
Meskipun banyak pelanggaran dilakukan oleh peserta didik.

III.2.2 Data Sekunder


Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh penrliti secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder
dalam penelitian ini berupa bukti, catatan atau laporan yang telah tersusun dalam arsip
9
(data dokumen) yang dipublikasikan. Data sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini
berupa data-data peserta didik Kelas X.B SMAN 1 PAGARALAM.
III.3 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang bisa atau yang umum digunakan dalam metode penelitian
kualitatif, yaitu :
III.3.1 Teknik Wawancara
Wawancara merupakan tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung
dengan maksud tertentu. Pada penelitian kualtatif, peneliti bertindak sebagai
pewawancara (interviewer) dan narasumber atau responden bertindak sebagai yang
diwawancarai (interviewer).
informasi yang diperoleh dari hasil wawancara nantinya diurai dan diolah kembali
dalam penelitian. Dengan metode wawancara kamu bisa menggali informasi dengan
lebih mendalam dan berkualitas dengan mengembangkan pertanyaan yang sesuai
dengan situasi terbaru. Selain itu kamu bisa mendapatkan hal-hal khusus yang sering
luput dari perhatian.
III.3.2 Teknik observasi
Observasi diartikan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala
yang tampak pada objek penelitian. Observasi merupakan metode yang cukup mudah
dilakukan untuk pengumpulan data. Observasi ini lebih banyak digunakan pada
statistika survei, misalnya akan meneliti kelakuan orang-orang suku tertentu.
Observasi ke lokasi yang bersangkutan akan dapat diputuskan alat ukur mana yang
tepat untuk digunakan. Jika kamu menggunakan metode observasi akan membatu kamu
jika narasumber atau objek penelitian kamu yang sibuk akan lebih senang diteliti
melalui metode observasi ketimbang melakukan wawancara yang cenderung memakan
waktu.

III.3.3 Teknik Studi Literatur


Studi literatur merupakan sebuah proses pencarian berbagai hasil kajian atau studi
yang akan berkorelasi dengan penelitian yang sedang kamu lakukan. Studi literatur
10
termasuk pada kategori sumber data sekunder yang datanya dapat
dipertanggungjawabkan keabsahannya.
Karena biasanya sumber data dari studi literatur berasal dari, jurnal ilmiah, buku,
makalah seminar, dan karya ilmiah. Kunci dari penggunaan data yang bersumber dari
studi literatur adalah dengan mencari judul atau tema bacaan yang sesuai dengan topik
penelitian yang sedang kamu jalani, setelah itu kamu bisa mulai membaca dan membuat
resume atau summary yang bisa kamu jadikan sebagai data penelitian.
III.3.4 Metode Focus Group Discussion
Focus Group Discussion (FGD) adalah wawancara semi terstruktur dengan topik
yang ditentukan sebelumnya dan dipimpin oleh seorang moderator ahli. Diskusi jenis ini
termasuk dalam penelitian kualitatif dalam ilmu sosial, sesuai dengan kesepakatan
sebelumnya atau dengan produk yang akan dikembangkan. Diskusi diawali dengan
pertanyaan yang dilontarkan moderator, kemudian ditanggapi dan didiskusikan di antara
peserta.
Moderator memiliki peran penting karena berfungsi menghasilkan diskusi
bermanfaat dan opini maksimal dalam jangka waktu tertentu. Diskusi juga berlangsung
santai, sehingga setiap peserta tidak akan merasa tertekan dalam menyampaikan
pendapat. Penentuan kandidat berdasarkan pada berbagai jenis pertimbangan dan apa
yang sedang saat itu dilakukan, jika tujuannya untuk melakukan riset pasar maka
perusahaan akan mencari kandidat yang sesuai dengan target demografis. Demografis
merupakan analisa karakteristik kelompok individu, umumnya ditentukan berdasarkan
umur, ras dan jenis kelamin.

III.4 Unit Analisis


Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Unit
analisis merupakan prosedur pengambilan sampel yang di dalamnya mencakup sampling dan
satuan kajian. Unit analisis dalam penelitian ini adalah Siswa/siswi kelas X.B SMA Negeri 1
Kota Pagar Alam.

11

Anda mungkin juga menyukai