Anda di halaman 1dari 9

PERAN LEMBAGA SOSIAL TERHADAP PEMBINAAN MORAL

REMAJA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Yunisca Nurmalisa
Muhammad Mona Adha
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas
Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro 1, Bandar Lampung email:
yuniscanurmalisa@yahoo.co.id

Abstract: The purpose of The Role of Social Institutions Toward Moral Guidance Teeangers at
SMA Se-Kabupaten Pesisir Barat research is to understand how the role of social institutions at
SMA SeKabupaten Pesisir Barat in moral guidance teenagers. The method that is used in this
research is qualitative descriptive with the subject of research are social institutions such as
institute of family, institute of education, institute of religion, and institute of law. The data
collecting technique was using interview guidance, observation, and documentation whereas the
data analysis was using credibility experiment and triangulation. The result of this reasearch is
showed that social institutions is comprehended and understood their duty as social institutions
which is has assignment to make moral teenagers to be good. Based on the result, it can be
concluded that social institutions such as institute of family, institute of education, institute of
religion, and institute of law has a role but not yet maximal toward moral guidance teenagers.

Keywords: social institutions, moral guidance, teenagers.

Abstrak: Pembinaan moral untuk remaja di sekolah menengah atas (SMA) melalui lembaga
sosial sangat penting untuk melatih kepekaan dan partisipasi langsung terhadap masyarakat.
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan peran lembaga sosial dalam pembinaan moral
remaja. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. subjek kajian adalah lembaga sosial
yang meliputi lembaga keluarga, lembaga pendidikan, lembaga agama, dan lembaga hukum.
Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data
menggunakan uji kredibilitas dan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lembaga
sosial memahami dan mengerti tugasnya sebagai lembaga sosial yang memiliki tugas membentuk
moral remaja menjadi baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lembaga sosial yang meliputi
lembaga keluarga, lembaga pendidikan, lembaga agama, dan lembaga hukum yang ada belum
berperan secara maksimal dalam pembinaan moral remaja.

Kata Kunci: lembaga sosial, pembinaan moral, remaja.

Moral merupakan nilai yang berlaku dalam diterangkan dalam UU NO. 20 Tahun 2003 Bab
suatu lingkungan sosial dan mengatur tingkah II Pasal 3 Undang-undang Sisdiknas yang
laku seseorang, yang artinya moral menjadi menjelaskan bahwa:”Pendidikan Nasional
tolak ukur yang dipakai oleh masyarakat untuk bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
menentukan baik buruknya tindakan manusia didik agar menjadi manusia yang beriman dan
sebagai manusia (Chaplin dalam Sutarjo manusia bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Adisusilo:2013). Disini manusia berhak menilai Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif,
moral manusia lain baik atau buruk berdasarkan mandiri, dan menjadi warga negara yang
tingkah laku yang di landasi dengan norma- demokratis dan bertanggung jawab.”
norma yang ada. Perubahan dan pola kehidupan yang
Membentuk manusia yang berbudi pekerti sedang berlangsung pada saat ini banyak
luhur adalah salah satu dari aspek tujuan menampilkan gambaran umum tentang siswa
Nurmalisa & Adha, Peran Lembaga Sosial terhadap Pembinaan Moral Remaja di Sekolah Menengah Atas 65

Pendidikan Nasional sebagaimana yang yang kerap


64
melakukan perbuatan menyimpang, yang merosotnya moralitas anak dan adanya
tentunya penyimpangan-penyimpangan ini hubungan antara kaburnya nilai/norma
di lakukan oleh para siswa yang kurang dengan penyimpangan prilaku masyarakat.
memiliki moral yang baik. Adapun faktor- Pada umumnya semua ini secara langsung
faktor yang menyebabkan siswa melakukan dan tidak langsung dipengaruhi oleh
perbuatan menyimpang dikarenakan ada lingkungan sekitarnya.
masalah-masalah yang dialami dan tidak Lingkungan sosial yang membentuk
mengerti cara menyelesaikannya, prilaku anak karena lingkungan sosial
kurangnya peranan lembaga sosial dan memberikan pengalaman prilaku dan sikap
masih tidak terpenuhinya hak-hak anak kepada anak sehingga anak dapat menilai
serta masih sangat dirasakan kurangnya mana prilaku yang baik atau buruk dan
nilai kontrol diri dalam menghadapi realita mana yang boleh dan tidak boleh.
kehidupan. Penyimpangan prilaku merupakan
Menghadapi dampak dari bentuk- perbuatan yang bertentangan dengan
bentuk pelanggaran, kekerasan dan tindak normanorma yang berlaku di masyarakat.
kejahatan yang kerap ditimbulkan oleh Apabila dalam masyarakat tidak tampak
siswa, yang di karenakan anak pada masa lagi keunggulan moral dimana sopan santun
siswa adalah masa dimana siswa masih hidup kurang terpelihara , agama dan
mencari jati dirinya, dalam melakukan nilai/norma tidak terlihat lagi serta
tindakan selalu terbawa emosi dan tidak penyimpangan prilaku nilai sering terjadi,
dipikirkan terlebih dahulu akan dampak berarti dapat dikatakan telah merosotnya
yang nantinya ditimbulkan baik atau moral masyarakat tersebut.
buruknya. Dalam menghadapai kenakalan Kemudian lembaga sosial
siswa yang di akibatkan degradasi moral merupakan cara yang mengatur
memerlukan banyak pihak yang terlibat, bagaimana individu, kelompok dalam
baik dari keluarga, lingkungan, sekolah, bertindak, bersifat mengikat yang
serta pemerintah. diharapkan tidak melakukan tindakan
Usaha pembinaan dan pengembangan menyimpang yang dapat menganggu
generasi muda atau siswa terus ditingkatkan keamanan dan kestabilan masyarakat
sejalan dengan proses pembangunan (Anwar dan Adang:2013). Seseorang
nasional yang terus berlangsung baik di akan dianggap menyimpang apabila
dalam pendidikan formal sekolah maupun melakukan tindakan-tindakan yang
lingkungan keluarga hingga lingkungan melanggar norma, adat istiadat dan
masyarakat luas, mengingat bahwa generasi peraturan yang secara hukum. Sehingga
muda juga memiliki kedudukan sama yaitu peran lembaga sosial pun penting, agar
sebagai bagian masyarakat luas yang kelak dapat membina, mengendalikan dan
akan menjadi penerus pembangunan mencegah adanya penyimpangan sosial
bangsa. yang dilakukan siswa akibat menurunnya
Saat ini fenomena kehidupan anak atau moralitas mereka. Karena peran lembaga
siswa dilihat dari segi nilai/norma, moral sosial disini adalah sebagai pedoman
dan akhlak yang sangat memprihatinkan, bertingkah laku atau bersikap, menjaga
dan pada kenyataanya gejala-gejala keutuhan masyarakat, dan juga sebagai
degradasi moral semakin nyata di era social control, yaitu sebagai sistem
globalisasi ini, dimana banyak generasi pengawasan masyarakat terhadap tingkah
muda melakukan hal-hal yang menyimpang laku anggotanya (Soekanto:2006).
dari norma-norma yang ada, baik dalam Artinya lembaga sosial disini ikut serta
bertutur kata dan bertingkah laku, yang dalam pembentukan moral dan prilaku
seharusnya, para siswa lebih masyarakat atau seluruh anggota dari
mengutamakan pendidikan, dan lembaga sosial tersebut.
pengetahuan agama, yang malah sebaliknya Ada lima lembaga sosial dasar yang
mereka abaikan. Semua ini diakibatkan oleh penting dalam masyarakat kompleks,
66 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 1, Nomor 1, Juni 2016

yaitu lembaga keluarga, lembaga adanya fakta penyimpangan-


pendidikan, lembaga agama, lembaga penyimpangan prilaku siswa akibat
politik dan lembaga pemerintah (Philipus degradasi moral. Adapun fakta degradasi
dan Nurul Aini:2004). Melihat masalah moral ini terjadi dikalangan para siswa di
yang dihadapi adalah masalah moral Sekolah Menengah Atas Se-Kabupaten
yang ada pada anak siswa, yang semakin Pesisir Barat, yang dapat diklasifikasikan
lama semakin merosot dengan bukti antara lain perjudian, pencurian,
adanya banyak penyimpangan moral merokok, tutur kata yang tidak sopan dan
yang terjadi di Sekolah Menengah Atas perkelahian. Jika dilihat dari fakta yang
SeKabupaten Pesisir Barat. Yang ada, diduga penyebabnya adalah peran
tentunya melibatkan peran lembaga lembaga sosial yang terdiri dari keluarga,
sosial yang di mulai dari yang paling sekolah, tokoh agama, dan penegak
dasar yaitu lembaga keluarga, lembaga hukum dalam menyikapi atau membina
pendidikan, lembaga agama, lembaga para siswa yang ada di Sekolah
pemerintah dan lembaga hukum. Menengah Atas Se-Kabupaten Pesisir
Dimulai dari yang pertama yaitu Barat.
lembaga keluarga karena keluarga adalah Hal tersebut menunjukkan bahwa
lembaga yang paling inti dan dasar dalam tingginya penyimpangan moral yang
sosial masyarakat yang dapat membentuk dilakukan oleh siswa selain itu ada
prilaku seorang anak, kedua lembaga beragam jenis-jenis penyimpangan yang
pendidikan dimana sekolah adalah salah di lakukan oleh para siswa di Sekolah
satu lembaga pendidikan yang terlibat Menengah Atas Se-Kabupaten Pesisir
langsung dengan seorang anak dan ikut Barat. Mengingat peran siswa sangat
dalam pembentukan karakter, budi penting dalam pembangunan bangsa dan
pekerti, dan prilaku seorang peserta sebagai generasi penerus maka masalah
didik, ketiga lembaga agama dimana moral merupakan hal utama yang harus
agama merupakan pedoman manusia diselesaikan agar berkembangnya siswa
dalam berbuat, berucap, dan bertingkah sesuai dengan kepribadian bangsa
laku yang tentunya lembaga agama ini Indonesia. Oleh karena itu penelitian ini
bisa di wakilkan oleh tokohtokoh agama secara khusus akan melihat bagaimana
yang ada dalam masyarakat guna, peran lembaga sosial dalam pembinaan
mengingatkan dan mencegah prilaku moral siswa dalam kehidupan sosial atau
yang kurang pantas dalam beragama, masyarakat, khususnya di Sekolah
keempat lembaga pemerintahan dimana Menengah Atas Se-Kabupaten Pesisir
pemerintah juga harus ikut andil dan Barat.
prihatin terhadap penurunan kualitas Metode yang dipergunakan dalam
moral siswa, melalui perwakilannya kajian ini adalah deskriptif dengan
yaitu anggota dalam pemerintahan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk
daerah atau pemerintah desa yang terdiri menggambarkan peran lembaga sosial
dari lurah , RT, RW, dst. Dan yang dalam membina moral remaja. Subyek
kelima atau terakhir yaitu lembaga dalam kajian ini adalah siswa SMA
hukum dimana lembaga ini mempunyai SeKabupaten Pesisir Barat Propinsi
tugas untuk mengawasi, dan menangani Lampung. Teknik pengumpulan data yang
tindakan-tindakan melanggar hukum digunakan adalah wawancara, observasi,
yang tentunya, lembaga hukum ini dan dokumentasi. Kegiatan pengumpulan
diwakili oleh kepolisian yang nantinya data yang di peroleh dari wawancara,
akan di bawa ke tingkat pengadilan dan observasi, dan dokumentasi tersebut
juga kejaksaan. berpedoman pada panduan yang telah
Peran-peran lembaga sosial inilah disusun berdasarkan aspek yang telah
yang sangat dibutuhkan untuk membina diamati yang kemudian secara operasional
dan menangani moral siswa yang dituangkan dalam dimensi penelitian dan
sekarang ini sudah mengalami penurunan indikator-indikator yang memuat: a)
yang signifikan hal ini dibuktikan dengan analisis peranan, b) peran lembaga sosial
Tabel 1 Kenakalan remaja di tingkat SMA Se-Kabupaten Pesisir Barat
Kategori
No Bentuk Kenakalan
Pernah Jarang Sering
Nurmalisa & Adha, Peran Lembaga Sosial terhadap Pembinaan Moral Remaja di Sekolah Menengah Atas 67
1. Merokok 
2. Minum-minuman keras 
3. Balapan Liat 
4. Mencuri 
5. Berkelahi 
6. Pelecehan Seksual 
terhadap pembinaan moral. Untuk menguji remaja. Baik buruknya moral seorang anak
kredibilitas data penelitian ini remaja pasti dipengaruhi oleh keluarga dan
menggunakan Triangulasi yaitu lingkungan sosialnya
penggunaan dua atau lebih sumber untuk Lembaga sosial disini dijadikan fokus
mendapatkan gambaran yang menyeluruh masalah terkait pembinaan moral remaja
tentang suatu fenomena yang akan diteliti. karena lembaga sosial sendiri merupakan
Sehingga untuk mengetahui keautentikan suatu sistem norma untuk mencapai suatu
data dapat dilihat dari sumber data yang tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat
lain atau saling mengecek antara sumber dipandang penting, atau secara formal, dan
data yang satu dengan yang lain. Setelah merupakan sekumpulan kebiasaan dan tata
data yang diperlukan peneliti terkumpul, kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan
maka tahap selanjutnya diproses atau pokok manusia. Juga lembaga sosial
dianalisis. Teknik analisis ini dalam sebagai tata cara atau prosedur yang telah
penelitian ini dapat digambarkan sebagai diciptakan untuk mengatur hubungan
berikut: antarmanusia yang berkelompok dalam
suatu kelompok kemasyarakatan yang
PENGUMPULAN DATA dinamakan association”.
PENYAJIAN DATA Informan dalam penelitian ini adalah
Lembaga sosial yang meliputi Lembaga
REDUKSI DATA keluarga yaitu orang tua dari remaja.
Lembaga pendidikan yaitu guru dan kepala
KESIMPULAN-KESIMPULAN
PENAFSIRAN/VERIFIKASI
sekolah, Lembaga masyarakat yaitu
lembaga agama, dan lembaga hukum,
lembaga agama yaitu tokoh agama, dan
Gambar 1. Teknik Analisis Data Menurut lembaga hukum yaitu aparat penegak
Miles dan Huberman hukum atau polisi yang berada di Pesisir
(Herdiyansyah, 2012) Barat.
Setelah peneliti mendapatkan
Berdasarkan hasil observasi dan informasi dengan cara wawancara dan
dokumentasi ditemukan terdapat beberapa observasi maka informasi yang masuk akan
kasus kenakalan remaja seperti merokok, dipilih dan disesuaikan dengan prinsip-
mencuri, minum-minuman alkohol, berjudi, prinsip dalam triangulasi.Digunakan teknik
sabung ayam, dan sebagainya. Jenis untuk mendapatkan informasi yang akurat
kenakalan remaja secara rinci dapat dilihat dan sesuai maka peneliti akan menjabarkan
pada tabel 1. peran masing-masing lembaga dan dengan
Berdasarkan tabel tersebut di atas indikatornya sebagai berikut:
menunjukan bahwa kenakalan remaja,
merokok, minim-minuman keras, berkelahi,
dan pelecehan seksual masih sering
dilakukan. Hal itu menunjukkan bahwa,
moral remaja masih rendah.
Kajian ini difokuskan pada peran
lembaga sosial yang terdiri dari lembaga
keluarga, sekolah,
Sumber : wawancara dengan kepala sekolah

agama dan hukum terhadap pembinaan


moral remaja dalam pembinaan moral
68 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 1, Nomor 1, Juni 2016

LEMBAGA KELUARGA “saya memberikan kebebasan


kepada anak saya dalam bergaul tapi
selalu mengatakan agar dalam
Keluarga memegang peranan penting memilih pergaulan hati-hati karena
dalam menangani moral remaja atau banyak yang tidak benar seperti
anaknya, dalam hal ini orang tua merokok, pelecehan seksual. Kalau
seharusnya dapat memberikan peran yang mereka terdapat yang melanggar dan
sesungguhnya, dimana peran orang tua ketahuan saya akan memberikan
dalam keluarga yaitu keluarga dituntut sangsi kepada anak saya.”
berperan dan berfungsi untuk mencapai
suatu masyarakat sejahtera yang di huni
oleh individu (anggota keluarga) yang Dalam wawancara dengan informan
bahagia dan sejahtera. LK3 mengatakan :
Fungsi keluarga perlu di jalankan
sebagai tugas yang harus diperankan oleh “saya biasanya susah kalau mau
keluarga sebagai lembaga sosial terkecil ngatur anak saya, karena
seperti yang diterangkan oleh BKKBN banyak lingkungannya yang
yang meliputi: fungsi keagamaan, fungsi merokok seperti ayahnya. Dan
sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi banyak temen-temennya yang
melindungi, fungsi reproduksi, fungsi merokok. Dan saya biarkan saja
sosialisasi dan pendidikan, fungsi kalau dia beli rokok pakai
ekonomi, dan fungsi pembinaan uangnya sendiri, saya juga tidak
lingkungan, yang harapanya agar bisa ngawasin dia terus karena
maksimal dalam membina anggota dia sudah SMA dan sudah besar
keluarga terutama anak agar anak bisa saya banyak kegiatan di kebun.”
tumbuh dengan baik dan mempunyai
moral yang baik juga. Berdasarkan cuplikan wawancara
Setelah melakukan penelitian diatas LK1 dan LK2 terlihat jelas peran
mendalam terkait masalah moral, dengan orang tua dalam mengawasi dan
subjek penelitian yakni lembaga keluarga membentuk moral anaknya, dengan
dengan indikator pemahaman, memberikan pengawasan kepada
pembinaan dan pengawasan moral anaknya hingga memberikan sangsi
remaja di SMA Se-Pesisir Barat, kepada anak jika melanggar aturan dari
pengakuan para informan sebagaimana orang tua. Namun berbeda halnya dengan
cuplikan wawancara pada informan LK1 LK3 yang tidak bisa berbuat banyak
yang mengatakan : dalam menyampaikan bahwa merokok
itu tidak baik karena sang ayahnya
seorang perokok. Selain itu juga LK3
“sebagai orang tua saya hanya memiliki kesibukan untuk berkebun.
memberikan penjelasan kepada
anak saya kalau merokok, Dari hasil wawancara yang
minum-minuman keras itu mendalam dapat disimpulkan bahwa
banyak merugikannya, kalau lembaga keluarga sudah menjalankan
anak saya melanggar pasti akan perannya dengan baik dan faktor lain
saya tegur sebelum terlambat yang mendukung moral anak menjadi
dan saya akan kenakan sangsi baik yaitu pendidikan orang tua yang
kepadanya, dan saya selalu baik dan ekonomi yang kuat akan
menyarankannya kalau mau mendukung moral anak menjadi lebih
maen hendaknya pulang dulu ke baik.
rumah dan ijin kepada orang
tua”. LEMBAGA PENDIDIKAN

Senada dengan informan LK1 Untuk mencapai tujuan lembaga


informan LK2 juga mengatakan : pendidikan di lingkungan sekolah
Nurmalisa & Adha, Peran Lembaga Sosial terhadap Pembinaan Moral Remaja di Sekolah Menengah Atas 69

tentunya, lembaga pendidikan Sedangkan menurut informan LP3 saat


memerlukan alat sebagai sarana untuk diwawancarai adalah sebagai berikut:
merealisasikannya yaitu seorang guru,
dimana guru adalah orang tua kedua bagi “Saya si sebagai guru disini
seoarang anak, sekaligus sebagai sarana kadang kalau mau nasehatin
mendidik nomor dua setelah keluarga begitu anak-anaknya susah
dengan peranan orang tua di dalamnya. diomongin. Kita ngajar aja mereka
Peran seorang guru yang sebagai ribut. Tapi kalau ada yang
pendidik harus memikul pertanggung melanggar peraturan atau tata
jawaban untuk mendidik, yaitu dimana tertib sekolah ya saya serahkan
seorang guru harus mampu membentuk kepada waka kesiswaan.”
peserta didik dalam aspek afektif,
kognitif, dan psikomotorik agar guru dan Berdasarkan hasil wawancara tersebut
murid dapat dikatakan berhasil mencapai Lembaga Pendidikan sudah baik dalam
tujuan pendidikan yang sebenarnya. menjalankan perannya yang terlihat dari
Berdasarkan hasil penelitian dan apa yang disampaikan informan LP1 dan
wawancara sebagaimana cuplikan LP2 namun LP3 sedikit kurang dalam
wawancara dengan informan LP1 yang menyampaikan pemahaman tentang bahaya
mengatakan: narkoba, minum-minuman keras, dan
merokok.
“sebagai seorang guru saya LEMBAGA AGAMA
memberikan penjelasan sepintas
tentang bahaya merokok, narkoba,
dan minum-minuman keras. Setelah melakukan penelitian terkait
Jangan pernah coba-coba karena peranan lembaga agama yang ada di Pesisir
itu akan membahayakan masa Barat terhadap pembinaan moral remaja
depan mereka karena sifatnya itu dan berdasarkan penelitian yang peneliti
akan menjadikan lakukan sebagaimana cuplikan wawancara
pemakai/penggunannya pada informan LA1 yang mengatakan:
ketergantungan. Dan kalaupun
sampai ada yang merokok “kalau saya sebagai tokoh agama
dilingkungan sekolah saya akan selalu memberikan pemahaman
kenakan sangsi tata tertib sekolah agama kepada setiap orang bukan
dengan melakukan poin setiap hanya kepada remaja. Setiap orang
pelanggarannya.” yang hadir saat sholat jum’at
selalu mendengarkan ceramah
Senada dengan pernayataan informan yang saya berikan akan
LP1, informan LP2 juga mengatakan: pentingnya penanaman nilai-nilai
agama sejak dini. Prilaku yang
“saat mengajar dikelas saya selalu dilakukan seorang anak biasanya
memotivasi akan pentingnya tidak jauh-jauh dari orang tua.
pendi-dikan dan pengaruh teman Sehingga peranan peranan
bergaul dalam meraih cita-cita. keluarga sangat kuat dalam
Jangan sampai sekali-kali menanamkan nilainilai agama dan
mencoba yang namanya narkoba, moral yang baik.”
minumminuman keras. Kalau
terjadi ada yang merokok Senada dengan yang di katakan oleh
dilingkungan sekolah maka saya informan LA1, LA2 mengatakan:
akan berikan kepada wakil kepala
sekolah bidang kemahasiswaan “pemahaman agama selalu saya
untuk sampaikan kepada siapapun,
memberikan sangsi.” sesuai dengan yang diajarkan
dalam al-qur’an. Dalam
70 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 1, Nomor 1, Juni 2016

memberikan pembinaan biasanya Pengadilan Anak. Undang-Undang


saya sampaikan bahwa sangsi tersebut menjelaskan mengenai tindakan-
yang di dapat kalau kita tindakan yang dapat dilakukan terhadap
meninggalkan sholat itu akan kita anak-anak dalam hal ini remaja yang
dapat dari alloh SWT, dan terlibat dalam tindak pidana. Pada pasal
sangsinya setelah kita mati nanti. 18 dijelaskan setiap anak yang menjadi
Anakanak kalau sudah ditanamkan korban atau pelaku tindak pidana berhak
nilai-nilai agama sejak dini maka mendapatkan bantuan hukum dan
dimanapun dia berada maka dia bantuan lainnya. Apabila terbukti
akan selalu mengontrol dirinya bersalah aparat kepolisian selanjutnya
karena dimanapun dia berada akan melakukan penangkapan dan penahanan
selalu diawasi.” untuk diajukan ke sidang pengadilan.
Setelah melakukan penelitian yang
Hal ini menunjukkan bahwa dalam mendalam terkait peran lembaga hukum
upaya memberikan pengetahuan, informan LH1 yang mengatakan
pembinaan, dan pengawasan para tokoh memberikan pemahaman, pembinaan,
agama disini hanya melakukan hal tersebut, dan pengawasan:
ketika mereka dimintai oleh seseorang
untuk mengisi acara dalam pengajian, acara “sebagai seorang penegak
sharing, juga saat sholat jum’at di masjid. hukum kami biasanya
melakukan sosialisasi ke
LEMBAGA HUKUM sekolah-sekolah untuk
mensosialisasikan tentang
bahaya narkoba,
Dalam Undang-undang Nomor 2 minumminuman keras, balapan
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara liar, dan lainlain. Seorang
Republik Indonesia polisi adalah instansi remaja yang melanggar hukum
yang berperan dalam penegakan hukum dan kita kenakan sangsi yang
norma yang hidup dalam masyarakat. berlaku sesuai umur dan jenis
Seperti tugas aparat atau peran aparat pelanggarannya.”
sebagai BIMMAS, dimana setiap aparat
kepolisian mempunyai peran ini meskipun
Hal senada yang disampaikan oleh
mereka berada di bagian-bagian berbeda,
LH2 berikut kutipan wawancara:
berikut merupakan peranan Polisi selaku
Bimmas yaitu : ( a) membimbing,
mendorong, mengarahkan dan
menggerakkan, masyarakat guna terwujud
daya tangkal dan daya cegah, (b)
tumbuhnya daya perlawanan masyarakat
terhadap kriminalitas serta terwujud
ketaatan serta kesadaran hukum
masyarakat, (c) pembinaan potensi
masyarakat untuk memelihara dan
menciptakan situasi dan kondisi masyarakat
yang menguntungkan bagi pelaksanaan
tugas kepolisian serta mencegah timbul
faktor kriminogen, (d) menyelenggarakan
dan memberikan bimbingan dan
penyuluhan.
Dalam menangani para remaja atau
anak di bawah umur aparat kepolisian
mengenakan sanksi hukum berdasarkan
UU No. 3 Tahun 1997 tentang
Nurmalisa & Adha, Peran Lembaga Sosial terhadap Pembinaan Moral Remaja di Sekolah Menengah Atas 71

“saat ini banyak yang bilang kita beberapa sekolah sudah pernah dilakukan
mengalami degradasi moral, tapi sosialisasi tentang bahaya narkoba.
pada kenyataanya tidak semua Hasil wawancara ini di perkuat
remaja kita seperti itu. Kalaupun ada dengan data frekuensi keaktifan audiance

Tabel 1: Data Frekuensi Sosialisasi Pemahaman Terhadap Pembinaan Moral Remaja


N Peserta Paham Tidak Paham
O
P=
1. Lembaga Keluarga X 100% = 67% P = X 100% =
33%
P=
2. Lembaga Pendidikan X 100% = 100% -

P=
3. Lembaga Agama X 100% = 100% -

P=
4. Lembaga Hukum X 100% = 100% -

yang melakukan penyimpangan dalam proses sosialisasi pemahaman


maka akan kita selesaikan secara terhadap pembinaan moral remaja. Data
kekeluargaan tapi kalau sudah frekuensi ini di peroleh dari absensi dan
melakukan pelanggaran berat seperti volume pertemuan sebagai seperti tabel
merampok maka akan kita tidak 1.
secara hukum.” Dari tabel tersebut di atas
menjelaskan bahwa lembaga sosial
Berdasarkan informasi setelah peneliti paham terhadap sosialisasi pemahaman
meneliti peran lembaga hukum yang ada di dalam pembinaan moral yang dilakukan
kabupaten pesisir barat terkait kasus di SMA Se-Kabupaten Pesisir Barat,
pembinaan yang melibatkan para remaja di namun pada lembaga keluarga terdapat
SMA SeKabupaten Pesisir Barat dengan 33% yang kurang memahami dalam
mewawancarai lembaga hukum juga memberikan pemahaman terhadap anak
lembaga lain, terkait kenakalan para remaja dalam pembinaan moral.
seperti miras, mencuri dan berjudi peneliti
mendapatakan keterangan dari informan
SIMPULAN
bahwa mereka telah mengadakan
penyuluhan terkait hal tersebut serta
memberikan pembinaan dan mengawasi 1. Peran Lembaga Keluarga yaitu peran
sebagaimana mestinya tugas dari seorang orang tua sudah berperan dengan baik,
aparat penegak hukum. namun ada juga orang tua yang kurang
Pembinaan yang dilakukan oleh perduli dengan perkembangan moral
polisi pun di amati kembali oleh peneliti anak disebabkan faktor pendidikan
dengan melakukan wawancara kepada orang tua dan ekonomi yang belum baik.
para informan lain dan jawabannya yaitu 2. Peran Lembaga pendidikan berfungsi
aparat penegak hukum disini belum hanya di sekolah, sedangkan ketika
pernah memberikan penyuluhan terkait sudah diluar sekolah para guru kurang
masalah kenakalan remaja atau moral melakukan perannya ketika melihat
remaja yang ada di SMA Se-Kabupaten siswanya berpacaran di tempat umum,
Pesisir Barat, tetapi jika ada masalah merokok, balapan liar maka akan
terkait kenakalan atau apapun yang dibiarkan saja.
dilaporkan kepadanya, senantiasa beliau 3. Peran Lembaga Agama yaitu peran
memberikan bantuan karena itulah tugas tokoh agama disini di nilai berperan
aparat penegak hukum. Namun, di
72 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 1, Nomor 1, Juni 2016

berperan namun kurang maksimal


terhadap pembinaaan moral remaja di
Kabupaten Pesisir Barat.
4. Peran aparat penegak hukum atau polisi
yang ada di Kabupaten Pesisir Barat
cukup berperan dengan adanya
sosialisasi kepada sebagian sekolah
tentang bahaya narkoba, minuman
keras, dan tertib berlalu lintas.
5. Peranan Lembaga Sosial dapat
disimpulkan bahwa berperan dengan
baik, namun belum maksimal. Kalau
saja setiap peranan lembaga sosial sudah
diketahui dan dijalankan secara
maksimal maka tidak akan terjadi
penyimpangan moral remaja yang tidak
baik.
DAFTAR RUJUKAN

Adisusilo, Sutarjo. 2013. Pembelajaran


NilaiKarakter (Konstruktivisme dan
VCT sebagai Inovasi
Pendekatan
Pembelajaran Afektif). Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Anwar, Adang Yesmil. 2013. Sosiologi
Untuk Universitas. Bandung. Refika
Aditama.
Herdiyansyah, Haris. 2012. Metodologi
Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-
Ilmu Sosial. Jakarta:Salema
Humanika.
Philipus dan Nurul Aini, 2006. Sosiologi
dan politik. Jakarta; Rajagrafindo
Persada.
Soekanto, Soerjono dan Budi Sulistyowati.
2006.
Sosiologi Pengantar. Jakarta, CV
Rajawali.

Anda mungkin juga menyukai