PENDAHULUAN
dengan bahasa, tanpa bahasa sastra tidak mungkin ada. Melalui bahasa, sastra dapat
berkreasi sendiri sebagai sastra lisan dan sastra tulis, sastra lisan mengandung hasil
dengan sastra tulis dalam masyarakat modern. Sifat karya sastra ini dapat diwariskan
secara turun temurun dan dalam wujud tulisan pula, misalnya pantun, cerita rakyat,
kebudayaan, Louis Leahy (1989: 24) berpendapat bahwa kebudayaan itu sendiri
perkataan lain berbicara tentang perkembangan khas manusiawi yang berasal dari
Sesuai dengan hakikat dan martabat setiap makluk hidup, manusia pun
1
tradisi kepada generasi penerusnya, melalui tutur kata dan teladan hidup yang baik
Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita
sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali
dianggap sebagai sejarah kolektifen. Walaupun demikian karena tidak tertulis, maka
kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga seringkali jauh berbeda dengan
kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk
menurut Wiliam R Bascom (2004: 53-54), legenda adalah cerita yang mempunyai
ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi tapi tidak
dianggap suci, Oleh karena itu, legenda atau cerita rakyat yang terjadi pada masa
lampau menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka
ragam yang mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimilki masing-masing
bangsa. Begitupun yang terjadi pada masyarakat Malaka dan Lo’omaten khususnya
sangat kental dengan nilai –nilai kebudayaannya sastra lisan dalam suku Asanafore.
khususnya suku Asanafore apabila dikaji berdasarkan struktur akan menemukan sifat
2
universal. Cerita tentang asal mulanya Lo’omaten sudah dipercaya oleh masyarakat
bukanlah hal baru bagi mereka tetapi sudah menjadi suatu kepercayaan seperti asal
mula nama daerah “Lo’omaten”. Lo’omaten adalah sebuah dusun yang letaknya
Malaka. Lo’omaten mempunyai fungs penting yang diakui sejak jaman dahulu kala .
Seperti yang dijelaskan informan Bapak Samuel Gabriel Loasana selaku kepala suku
Asanafore menjelaskan bahwa “Lo’omaten “berasal dari dua kata, yaitu kata Lo’o
yang berarti tempat dan maten merupakan singkatan dari hamaten artinya
merupakan tempat pilihan berkumpulnya para raja, tua adat (fukun) untuk
juga tempat yang memutuskan semua kasus-kasus yang tidak dapat diselsaikan di
wilayah kerajaan yang lain sehingga Lo’omaten tempat semua masalah yang tidak
suku agar melaksanakan ritual adat Boluk Malar( memanggil kembali jiwa). Setelah
itu, bisa mengambil kembali barang yang jatuh. Ritual tersebut bertujuan untuk
3
memanggil kembali jiwa mereka karena masyarakat Lo’omaten mempercayai bahwa
barang yang jatuh sama seperti jiwa mereka yang jatuh atau hilang dari dirinya.
pengetahuan. Kajian tersebut masih terbatas pada usaha mencari nilai-nilai luhur
dalam berbagai mitos yang dipercayai oleh masyarakat Lo’omaten khususnya suku
suku Asanafore sebagai suatu yang sakral; sebagai “pusaka” warisan nenek moyang.
Hal ini perlu dilestarikan dan diaktualisasikan atau dicari reveransinya dengan
kehidupan masa kini. Peneliti memilih mengkaji Legenda ini karena belum pernah ada
yang mengkaji sebelumnya. Selain itu, Juga memiliki daya tarik tersendiri karena berasal
dari desa peneliti sendiri serta menarik hati untuk diteliti lebih lanjut.
Oleh karena itu, masih sangat diperlukan kajian –kajian legenda yang lebih
serius dan teoritis di negeri kita untuk dapat mengungkapkan makna serta
menampilkan berbagai dimensi baru bagi kita. Sebab suatu legenda acapkali tidak
hanya merupahkan sebuah dongeng yang tanpa arti atau sekedar alat penghibur di
waktu senggang saja tetapi kita bisa memaknai nilai-nilai luhur yang terkandung
didalamnnya yang berlaku untuk segalah zaman. Oleh karena itu, legenda itu perlu
untuk digali sebelum terlanjur punah karena digusur oleh modernisasi terlebih lagi
4
menjauhkan kalangan muda sebagai generasi penerus tidak berminat untuk
budaya asing mulai semakin kerap terjadi. Jika demikian, tidak mustahil bahwa akan
Lo’omaten, maka itu, setiap pemilik dan penikmat sastra daerah patut memiliki
untuk mengembangkan diri secara kreatif, sehingga peneliti tertarik untuk mengkaji
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah
5
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif maka tujuaan umum
1 Manfaat Teoritis
dapat memperkaya khasana sastra khususnya sastra lisan penelitian ini juga
2 Manfaat Praktis
6
BAB II
LANDASAN TEORI
7
2.1 Kajian Pustaka
Kajian pustaka ini, memaparkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Penulis
terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh) Dulce Bere
(Skripsi 2011) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Struktur dan fungsi Tutur
Adat Tase Tawaka dalam Upacara penerimaan tamu kehormatan (Bupati) di Desa
Masalah yang dikaji Dulce Bere adalah bagaimana Stuktur dan fungsi Tutur
Teori yang digunakan Dulce Bere adalah sastra lisan dan pendekatan struktural.
bahwa terbitan dan terjemahan penelitian Dulce Bere berbeda dengan penelitian yang
Peneliti lakukan. Pada objek penelitian yang dapat diuraikan Dulce Bere yang
meneliti tentang Analisis struktur dan fungsi adat Tase Tawaka dalam upacara
Kabupaten Belu. 2) Marianus Bana Elu ( Skripsi, 2013). Dalam penelitiannya yang
berjudul Analisis Struktur Tuturan Ritual ”Tsef Ane Kla’uf’’’ Sastra Lisan Meto Di
8
Masalah yang dikaji oleh Bana Elu adalah bagaimanakah bangun struktur
Ritual”tsef Ane Kla’uf sastra lisan Meto di Desa Bakitolas, Kecamatan Nai’benu
struktur Ritual”tsef Ane Kla’uf sastra lisan Meto di Desa Bakitolas, Kecamatan
Nai’benu, Kabupaten Timor Tengah Utara. Teori yang digunakan oleh Marianus
Bana Elu adalah Teori Struktural Metode yang digunakan adalah metode deskriptif
kulitatif. Hasil penelitiannya berupa diksi atau pilihan kata, larik/baris, bait/kuplet,
gaya bahasa, makna kias, makana lambang, dan makna utuh atau totalitas makna.
Sedangkan Peneliti meneliti tentang Struktur dan fungsi dari Asal mulanya Legenda
2.2 Konsep
menjelaskan beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan judul diatas agar tidak
warga dan kebudayaan yang disebarkan dari dan diturun-temurunkan secara lisan
atau dari mulut ke mulut, (Hutomo, 1991:1). Sastra lisan sendiri memiliki nilai-nilai
yang luhur dalam masyarakat lebih-lebih pada kebudayaan yang ada dalam
masyarakat.
9
2.2.1 Struktur
Struktur adalah sesuatu yang disusun atau dibangun, selanjutnya Piaget (Via
sendiri.
2.2.2 Fungsi
Fungsi adalah karya sastra lisan maupun tulisan dapat mementaskan suatu
nilai kehidupan manusia yang diperoleh melalui pemahaman yang tinggi. Secara
umum, fungsi sastra lisan dapat dikategorikan atas 4 golongan, yaitu: fungsi religius,
fungsi sosial, fungsi edukatif, dan fungsi kultural, (Semi, 1998: 17).
Selain itu, fungsi sastra lisan dapat bernilai apabila sastra lisan itu diterima
3. Karya sastra adalah karya seni yang indah dan memenuhi kebutuhan
kita ketahui.
2.2.3 Legenda
10
Legenda (Latin Legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh empunya
cerita sebagai suatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali
tertulis,maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga sering kali jauh
berbedah dengan kisah aslinya. Atau dengan kata lain, legenda atau cerita rakyat
adalah cerita pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki
kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang
Dalam KBBI (2005), Legenda adalah cerita rakyat pada jaman dahulu yang
ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Menurut Eemis, legenda adalah cerita
kuno yang setengah berdasarkan sejarah dan yang setengah lagi berdasarkan angan-
angan.
Suku Asanafore merupakan salah satu Suku Lembaga yang berada di Wilayah
Malaka.
2.2.5 Lo’omaten
bukanlah hal baru bagi mereka tetapi sudah menjadi suatu kepercayaan seperti asal
11
mula nama daerah “Lo’omaten”. Lo’omaten adalah sebuah dusun yang letaknya
Malaka. Lo’omaten mempunyai fungsi penting yang diakui sejak jaman dahulu kala.
Seperti yang dijelaskan informan Bapak Samuel Gabriel Loasana selaku kepala suku
Asanafore menjelaskan bahwa “Lo’omaten “berasal dari dua kata, yaitu kata Lo’o
yang berarti tempat dan maten merupakan singkatan dari hamaten artinya
wilayah dan memiliki adat istiadat yang sangat kuat , sehingga antara masyarakat
tidak dapat dipisahkan dan memiliki hubungan yang sangat erat dengan Legenda
pandangan tersendiri tentang wujud tinggi yang menciptakan alam semesta beserta
12
a. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Wewiku
Timur, Indonesia. Malaka merupakan hasil pemakaran dari Kabupaten Belu, dengan
suatu kebudayaan yang disebarkan dan diturun-temurun secara lisan dari mulut ke
mulut, (Hutomo, 1991: 2). Sastra lisan merupakan wadah hikmah tradisional yang
13
mengandung konvensi nilai, adat istiadat, dan berbagai norma yang berlaku di
masyarakat, ( Taum, 1999: 2). Sedangkan Udin (1996: 1), menyatakan sastra lisan
khalayak. Teori yang digunakan adalah teori sastra lisan dan pendekatan dengan
struktural.
2.3.2 Struktural
Teori ini menekankan fungsi karya sastra sebagai sebuah struktur yang otonom,
utama atau pekerjaan pendahuluan karena karya sastra merupakan dunia dalam kata
yang mempunyai kebulatan makna instrinsik yang hanya dapat dan di pahami dan di
nilai sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi unsur itu dalam
sebuah tahap penelitian sastra yang sukar di hindarkan sekalipun kita menggunakan
kerangka –kerangka teori yang lain.Hal ini di sebabkan karena analisis struktur
pengkajian lainnya. Bagian –bagian karya sastra di anggap hal yang esensial dalam
proses signifikasi keseluran makna karya sastra (Robson 1988:32). Analisis struktural
14
Permasalahan yang dihadapi dalam pendekatan struktural adalah struktur
karya sastra bersifat multi dimensional, berlapis –lapis dan sering kali hierarkis
(teeuw 1988b: 363). Lagi pula yang dimaksud dengan struktur itu ada
persedalam bacaan. Struktur bacaan hanya nampak orang yang mampu melihat
hubungan unsur –unsur bacaan itu. Unsur – unsur karya sastra juga bersifat
samar dan tidak ilmiah. Ini berarti aspek –aspek mana yang perlu dicermati
dalam penelitian sastra sangat tergantung pada objek penelitian dan tujuan
adalah kegunaan suatu hal. Fungsi yang maksud di sini adalah kegunaan karya sastra
yang mencangkup beberapa aspek di antaranya fungsi sastra sosial dan fungsi
pendidikan.
kebudayaan,
BAB III
METODE PENELITIAN
Yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan secara holistik dan
dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konsep yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah, (Moleong, 2010: 6).
Salah satu ciri penelitian deskriptif kualitatif, yaitu bersifat deskriptif, artinya data
yang dikumpulkan berupa kata-kata daan bukan angka-angka, (Moleong, 2010: 11).
oleh tua adat sehingga nama Lo’maten bisa di ketahui oleh banyak orang secara
3.2.1 Data
Data Primer adalah data pokok atau inti dari penelitian ini, yang bersumber
17
Orang-orang yang dipilih sebagai informan adalah tua-tua adat atau pemuka
menutup kemungkinan juga bagi Peneliti untuk memilih informan lain untuk
wawancara dan dapat dipilih 2 sebagai informan dan tentunya, informan yang
b) Asli Tetun
e) Sekurang-kurangnya berpendidikan SD
18
Teknik penelitian lapangan yang digunakan oleh peneliti dengan
c. Teknik wawancara
d. Teknik observasi
surat penelitian.
Jangka Waktu/Bulan
No Kegiatan Tahun 2018
I II III IV V
1. Persiapan Proposal
2. Bimbingan proposal
3. Seminar proposal
4. Revisi proposal
5. Pengurusan izin
7 Tahap penelitian
a) Transkripsi
c) Terjemahan
Teks tersebut menuliskan rumusan cerita ini dalam bentuk bahasa Tetun
baku.
20
d) Analisis
e) Kesimpulan
penelitian.
Teknik yang digunakan dalam penyajian hasil analisis data adalah teknik
informal. Penerapan teknik informal dalam penyajian hasil analisis data dengan
menggunakan kata-kata biasa, (Sudaryanto, 1993: 145). Oleh karena itu, penyajian
hasil analisis data dalam penelitian ini dirumuskan dengan kata-kata biasa.
21
DAFTAR PUSTAKA
Hutomo, Saripan Sadi. 1991. Mutiara Yang Terlupakan: Pengantar Studi Lisan.
Jatim:Hiski.
22
Oky, Maria Prisila.2003 Struktur Kata Sastra Lisan Meto pada masyarakat Meto di
23