Anda di halaman 1dari 14

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

(MAKALAH)
Diaujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Microteaching yang diampu oleh
Dr. Endah Budi Rahaju, M.Pd.

Oleh:
2017E

Fahilan Nur Bachtiar (17030174049)


Ikma Nurul Khoyimah (17030174051)
Aulia Rohmatul Hidayah (17030174053)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
A. TAHAP-TAHAP BERIWAUSAHA..................................................................................4
B. TANTANGAN DAN KESEMPATAN DALAM BERWIRAUSAHA.............................5
C. STRATEGI DAN PELUANG DALAM MEMBUKA WIRAUSAHA.............................8
D. STRATEGI MEMILIH JENIS USAHA............................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................1

1
A. Pengertian Keterampilan Dasar Mengajar

Keterampilan dasar mengajar diperlukan guru dalam proses pembelajaran, hal ini
karena keterampilan dasar mengajar merupakan syarat mutlak agar guru bisa menjalani
proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Pembelajaran merupakan suatu proses
kompleks yang melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk
menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan berbagai
keterampilan. Di antaranya adalah keterampilan membelajarkan atau keterampilan
mengajar.

Salah satu komponen penting dalam proses pendidikan di sekolah adalah pendidik
yang dalam pendidikan di sekolah di sebut dengan guru. Guru memiliki kedudukan yang
sangat penting bagi pengembangan potensi yang dimiliki oleh siswa. Sebagai guru yang
baik perlu menyadari bahwa setiap siswa memiliki potensi masing-masing yang sesuai
dengan minat, bakat, serta kemampuan yang dimiliki. Potensi tersebut tidak semuanya
dapat langsung terlihat, akan tetapi perlu digali dan disadarkan terlebih dahulu.
Pengembangan potensi yang dimiliki siswa dilakukan agar siswa dapat menjadi manusia
yang berprestasi serta mampu bersaing dengan dunia luar. Pengembangan potensi siswa
diwujudkan dalam proses belajar mengajar.

Proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh keterampilan dasar
mengajar yang dimiliki oleh guru. Keterampilan dasar merupakan keterampilan yang
mendasar, umum dan komplek yang harus dimiliki oleh setiap guru, terlepas dari tingkat,
kelas, serta bidang studi yang diajarkannya.

B. Jenis-Jenis Keterampilan Dasar Mengajar

Setiap keterampilan mengajar memiliki komponen dan prinsip-prinsip dasar


tersendiri. Berikut diuraikan delapan keterampilan tersebut, agar tercipta pembelajaran
yang kreatif, profesional, dan menyenangkan. Urutan Penyajian dilakukan sesuai hasil
penelitian Turney yaitu:

I. Keterampilan Bertanya
II. Keterampilan Memberi Penguatan
III.Keterampilan Mengadakan Variasi
IV. Keterampilan Menjelaskan
V. Keterampilan Membuka Dan Menutup Pelajaran
VI. Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil

VII.Keterampilan Mengelola Kelas


1. Pengertian

Tuntutan modernitas pendidikan termasuk penggunaan media pendidikan yang


tersedia di sekolah dan di kelas mengharuskan guru lebih adaptif, terampil dan
profesional agar mampu menjadi pemecah problema belajar yang dihadapi peserta

2
didik. Problematik yang dihadapi peserta didik di sekolah cukup kompleks dan
problematik itu erat kaitannya dengan faktor internal dan eksternal peserta didik. Di
kelas, guru secara langsung bertatap muka dengan peserta didik, maka problematik
peserta didik yang sedang dan akan dihadapi tidak bisa dibiarkan bertumpuk sehingga
mengakibatkan dan menimbulkan rasa bosan dan penyesalan peserta didik atas
kegiatan pembelajaran yang sedang dihadapi. Kegiatan pembelajaran umumnya
terjadi di kelas. Karenanya dibutuhkan keterampilan guru mengelola kelas.
Menurut bahasa ”keterampilan” artinya kecakapan untuk menyelesaikan tugas.
Sedangkan menurut istilah ”keterampilan” adalah sekumpulan pengetahuan dan
kemampuan yang harus dikuasai. Kemudian ”mengelola” menurut bahasa artinya
mengendalikan, menyelenggara, mengurus, menjalankan. Menurut istilah
”mengelola” adalah penciptaan suatu kondisi yang memungkinkan belajar siswa
menjadi optimal. Kelas artinya ruang belajar.
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru dalam menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal serta guru mampu mengembalikannya bila
terjadi masalah dan gangguan dalam proses belajar mengajar. Dalam artian, kegiatan-
kegiatan untuk memelihara kondisi belajar yang optimal dan mempertahankan kondisi
belajar apabila terjadi suatu gangguan dan masalah ketika proses belajar mengajar
berlangsung. Adapun yang termasuk ke dalam hal ini, seperti halnya penghentian
tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, memberikan ganjaran bagi
siswa yang tidak menepati waktu yang telah disepakati ( Asmadawati, 2014)
Mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam
proses belajar mengajar (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006:173).
Keterampilan yang dimaksud adalah kegiatan kegiatan untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi belajar mengajar yang optimal misalnya, menghentikan
perilaku siswa yang menyimpang, pemberian hadiah bagi siswa yang menyelesaikan
tugas dengan baik, atau penetapan aturan di kelas dengan kesepakatan bersama.
(Lestari, 2016)
Kelas berkonotasi sebuah ruang fisik yang biasanya digunakan untuk kegiatan
belajar mengajar. Walaupun kata “kelas” tidak selalu dipakai untuk tempat
pembelajaran. Di sekolah terdapat kelas-kelas dalam ukuran tertentu yang dipakai
untuk kegiatan belajar mengajar. Besar kecilnya kelas akan fungsional bila dikelola
dengan optimal. Dari aspek ini, para pakar pendidikan menilai pengelolaan kelas
untuk kegiatan belajar mengajar sangat dibutuhkan.
Suharsimi Arikunto mengartikan: Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar-mengajar atau yang membantu
dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan
belajar seperti yang diharapkan. Penanggung jawab kegiatan belajar mengajar adalah
guru. Dengan demikian yang memiliki kewenangan untuk mengelola kelas adalah
guru. Pengelolaan kelas dibutuhkan keterampilan khusus, oleh karena di dalam kelas
itu terdapat unsur material yaitu benda-benda seperti ruangan, perabot, alat pelajaran
dan manusia (siswa) sebagai obyek sekaligus subyek pendidikan.

3
Ahmad Rohani mengatakan: Pengelolaan kelas adalah menunjuk kepada
kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi
terjadinya proses belajar (pembinaan raport, penghentian tingkah laku peserta didik
yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu,
penyelesaikan tugas oleh penetapan norma kelompok yang produktif dan sebagainya).

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan keterampilan


pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan, memelihara, dan
mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi terjadinya proses belajar,
misalnya, menghentikan perilaku siswa yang menyimpang, pemberian hadiah bagi
siswa yang menyelesaikan tugas dengan baik, atau penetapan aturan di kelas dengan
kesepakatan.

2. Tujuan Pengelolaan Kelas

Pada pengertian pengelolaan kelas sebagaimana disebutkan di atas, tersurat tujuan


pengelolaan kelas, yaitu agar setiap peserta didik dapat belajar efektif dan efisien. Hal
yang dapat menciptakan efektivitas dan efisiensi belajar peserta didik adalah segala
sesuatu yang masuk dalam komponen kelas. Unsur yang terdapat dalam kelas adalah
peserta didik dan alat-alat belajar serta fasilitas belajar. Berkaitan dengan tujuan
pengelolaan kelas, Suharsimi Arikunto dalam kadir, 2014 merumuskan bahwa “tujuan
pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas itu dapat bekerja dengan tertib
sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.” Istilah bekerja
yang dipakai dalam rumusan tujuan pengelolaan kelas ini adalah mengacu pada
aktivitas peserta didik dalam menyelesaikan tugas belajar. Sementara indikator untuk
mengetahui kelas yang tertib adalah:
Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti karena
tidak tahu akan tugas yang haruis dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang
diberikan kepadanya. Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu,
artinya setiap anak akan bekerja secepatnya agar lekas menyelesaikan tugas yang
diberikan kepadanya. Apabila ada anak yang walaupun tahu dan dapat melaksanakan
tugasnya, tetapi mengerjakannya kurang bergairah danmengatur waktu bekerja, maka
kelas tersebut dikatakan tidak tertib. Tujuan pengajaran yang dimaksud adalah
“penguasaan pengetahuan oleh anak.” Penguasaan pengetahuan tertentu bagi peserta
didik belumlah cukup bila penguasaan pengetahuan itu tidak efektif dan efisien.
Sesuatu dianggap efektif dan efisien dilihat dari perspektif waktu dan hasil yang
diperoleh.

3. Masalah dalam Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas terdapat dua masalah yakni masalah individual dan masalah
kelompok. Tindakan pengelolaan kelas seorang guru akan efektif apabila guru dapat
mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi. Adapun
masalah-masalah pengelolaan kelas akan dijelaskan di bawah ini sebagai berikut:

4
1) Masalah Individu

Masalah individu muncul karena dalam individu ada kebutuhan yang ingin
diterima oleh kelompok dan ingin mencapai harga diri. Apabila kebutuhan individu
tidak dapat dipenuhi melalui cara yang baik, maka individu yang bersangkutan
akan mencari cara lain untuk mencapai kebutuhannya dengan berbuat tidak baik.
Perbuatan yang tidak baik itu menurut Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel
digolongkan ke dalam empat point, yakni:

a) Attetion Getting Behaviors


Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain. Misalnya
membadut di kelas, atau berbuat lamban sehingga memerlukan pertolongan
ekstra.
b) Power Seeking
Maksudnya adalah tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan.
Misalnya selalu mendebat, kehilangan kendali emosional (marah, menangis)
atau selalu lupa pada peraturan di kelas.
c) Revenge Seeking Behaviors
Maksunya adalah tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain.
Misalnya menyakiti orang lain dengan perkataan-perkataan yang tidak baik,
memukul, menggigit dan lain-lain.
d) Passive Behaviors
Maksudnya peragaan ketidak mampuan, yakni sama sekali menolak untuk
mencoba melakukan suatu apapun karena khawatir gagal.

Dari ke empat tindakan individu di atas menurut Maman Rahman akan


mengakibatkan terbentuknya empat pola tingkah laku yang sering nampak pada
usia sekolah yakni:
a. Pola aktif kontruktif, yaitu tingkah laku yang ekstrim, ambisius untuk
menjadi super stars di kelasnya dan berusaha membantu guru dengan penuh
vitalitas dan sepenuh hati.
b. Pola aktif dekstruktif, yaitu pola tingkah laku yang diwujudkan dalam bentuk
suka marah, kasar dan pemberontak.
c. Pola konstuktif, yaitu pola yang menunjukkan kepada satu bentuk tingkah
laku yang lamban denagn maksud agar selalu dibantu dan diharapkan
perhatian.
d. Pola pasif destruktif, yaitu pola tingkah laku yang menunjuk sifat malas dan
keras kepala.

2) Masalah Kelompok
Adapun masalah kelompok dalam pengelolaan kelas menurut Johnson dan
Bany,11 yakni:
a) Kurangnya kesatuan, ditandai dengan konflik-konflik antara individu
dengansub kelompok. Misalnya konflik antara jenis kelamin.
b) Ketidak taatan terhadap standar tindakan dan prosedur kerja, misalnya
keributan, kegaduhan, berbicara keras, bertingkah laku yang mengganggu saat
mereka diharapkan bekerja dalam suasana tenang di tempat duduk masing-
masing.

5
c) Reaksi negatif terhadap pribadi anggota kelas ditandai dengan kesan
bermusuhan terhadap anak-anak yang tidak diterima oleh kelompok,
menghalagi usaha kelompok.
d) Pengakuan kelas terhadap kelakuan guru.
e) Kecendrungan adanya gangguan, kemacetan pekerjaan dan kelakuan yang
dibuat-buat.
f) Ketidak mampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan,
seperti memberi reaksi buruk pada saat ada peraturan baru, situasi darurat,
perubahan anggota kelompok, perubahan jadwal, dan pergantian guru.
g) Semangat juang yang rendah dan adanya sikap permusuhan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah individual menyangkut


tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain, tingkah laku yang ingin
menunjukkan kekuatan, tingkah laku untuk menyakiti orang lain, dan peragaan
ketidak mampuan. Sedangkan masalah kelompok menyangkut: kurangnya kesukaan,
ketidak taatan terhadap standar tindakan dan prosedur kerja, reaksi negatif, pengakuan
kelas terhadap kelakuan guru, kecendrungan adanya gangguan, ketidak mampuan
untuk menyesuaikan diri.

4. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas

Seorang guru harus mendalami kerangka acuan pendekatan-pendekatan kelas


sebagai pekerja profesional, sebab di dalam penggunaan pendekatan tersebut harus
terlebih dahulu yakin bahwa pendekatan yang dipilih oleh guru merupakan alternatif
yang baik untuk menangani kasus pengelolaan kelas sesuai dengan masalahnya.
Apabila alternatif yang dipilih oleh guru tidak memberikan hasil yang memadai, maka
guru masih bisa melakukan analisa kembali terhadap pendekatan yang digunakan
tersebut (Rohani, 1991). Adapun pendekatan dalam pengelolaan kelas ini antara lain:

a) Pendekatan Modifikasi Perilaku


Pendekatan modifikasi perilaku bertolak dari psikologi beharival yang
mengemukakan asumsi bahwa semua tingkah laku yang baik maupun yang tidak
baik merupakan hasil proses belajar untuk membina tingkah laku siswa yang
dikehendaki guru harus memberi penguatan positif (memberi stimulus positif
sebagai pengajaran) dan penguatan negatif (memberi stimulus negetif sebagai
hukuman). Sedangkan untuk mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki
guru menggunakan hukuman (stimulus negetif).

b) Pendekatan iklim sosial emosional


Pendekatan ini bertolak dari psikologis klinis dan konseling dengan anggapan
bahwa kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efesienmempersyaratkan
hubungan sosial emosional yang baik antara guru dengan siswa. Untuk
menciptakan hubungan yang baik anatara guru dengan siswa, guru menerapkan
sikap-sikap seperti: sikap terbuka, sikap menerima dan menghargai siswa sebagai
manusia, sikap empati, sikap demokratis.

c) Pendekatan proses kelompok

6
Pendekatan ini bertolak dari psikologi sosial dan dinamika kelompok dengan
asumsi bahwa kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efesien berlangsung
dalam konteks kelompok, yaitu kelompok kelas. Jadi peran guru dalam rangka
mengelola adalah menciptakan kelompok kelas yang mempunyai ikatan kuat
serta dapat bekerja secara efektif dan efesien. Ada beberapa unsur yang
diperlukan guna mengiakt kerumunan siswa menjadi satu kelompok yang
mempunyai ikatan yang kuat, yakni tujuan kelompok (guru mengarahkan siswa
pada tujuan kelas yaitu tujuan pengajaran), aturan (membuat aturan bersama
antara guru dengan siswa), pemimpin (guru dengan sendirinya menjadi pemimpin
siswa juga bisa menjadi pemimpin yang mengarahkan kelompok pada tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan).

5. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas

Adapun prinsip-prinsip dalam pengelolaan kelas (Uzer, 1995) di bawah ini


akan dijelaskan antara lain:

a) Kehangatan dan ketantusiasan


Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas
yang menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi kegiatan belajar
mengajar yang optimal.

b) Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan-bahan yang menentang akan
meningkatnya gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku menyimpang.

c) Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya dan interaksi belajar mengajar yang
bervariasi merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif yang
menghindari kejenuhan.

d) Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dan dapat
mencegahkemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim
belajar mengajar yang efektif.

e) Penekanan pada hal-hal yang positif


Pada sadarnya, di dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan hal-
hal yang positif dan menghindari pemutusan perhatian siswa pada hal-hal yang
negatif.

f) Penanaman disiplin diri


Pengembanagan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir dari
pengelolaan kelas. Untuk itu guru harus selalu mendorong siswa untuk
melaksanakan disiplin diri, dan guru sendiri hendaknya menjadi contoh atau
teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.

7
Kesimpulan dari uraian di atas bahwa prinsip-prinsip pengelolaan kelas yakni
kehangatan dan keantusiasan, tantangan, bervariasi, keluwesan, penekanan pada hal-
hal positif, penenanam disiplin diri.

6. Komponen-komponen Keterampilan Mengelola Kelas

Komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas pada umumnya bagi


kepada dua bagian (Bahri, 2005) yakni:

a) Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi


belajar yang optimal (bersifat preventif)
Keterangan ini berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil
inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta aktivitas-aktivitas yang berkaitan
dengan keterampilan antara lain:

i. Sikap Tanggap

Komponen ini ditunjukkan oleh tingkah laku guru bahwa guru hadir
bersama siswa. Guru tahu kegiatan siswa, apakah memperhatikan atau tidak,
tahu apa yang siswa kerjakan. Seakan mata guru ada di belakang kepala,
sehingga guru bisa menegurnya walaupun sedang menulis di depan kelas.
Sikap tanggap ini bisa dilakukan dengan cara:
1) Memandang secara seksama
Memandang secara seksama dapat melibatkan dan mengundang siswa
dalam kontak pandang serta hubungan antar pribadi. Hal ini terlihat dari
adanya pendekatan guru untuk bercakap-cakap, bekerjasama, dan
menunjukkan rasa persahabatan.
2) Gerak mendekati

Gerak mendekati hendaklah dilakukan secara wajar bukan menakut-nakuti,


mengancam atau memberikan kritikan-kritikan kelompok kecil dan individu
ditandai dengan kesiagaan, minat dan perhatian guru terhadap aktivitas
siswa serta tugas guru.
3) Memberi pernyataan

Pernyataan guru terhadap sesuatu yang dikemukakan oleh siswa sangat


diperlukan, baik berupa tanggapan, komentar, dan lain-lain. Akan tetapi
harus dihindari hal-hal yang menunjukkan dominasi guru, seperti komentar
atau pernyataan yang mengandung ancaman.
4) Memberi reaksi terhadap gangguan dan ketidak acuhan

Memberi reaksi berupa teguran perlu dilakukan oleh guru untuk


menmgembalikan keadaan kelas yang tidak tenang.

ii. Membagi perhatian


Pengeloaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu membagi
perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu
yang sama, membagi perhatian ini dapat dilakukan dengan cara:

8
1) Visual
Guru mengalihkan pandangan dari satu kegiatan kepada giatan yang
lain denagan kontak pandang terhadap kelompok siswa atau seorang
siswa.
2) Verbal
Guru dapat memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan dan lain-lain
terhadap aktivitas seorang siswa sementara guru meminpin kegiatan
siswa yang lain.

iii. Pemusatan perhatian kelompok

Kegiatan siswa dalam belajar dapat dipertahankan dari waktu ke


waktu, guru mampu memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas dapat
dilakukan dengan cara:
1) Menyiapkan siswa
Artinya memusatkan perhatian siswa kepada suatu hal sebelum guru
menyampaikan materi pokok. Maksudnya adalah untuk menghindari
penyimpangan perhatian siswa.

2) Pertanggungjawaban
Guru meminta pertanggung jawaban siswa atas kegiatan dan keterlibatan
siswa dalam suatu kegiatan, baik kegiatan sendiri maupun kegiatan
kelompok. misalnya dengan meminta kepada siswa memperagakan,
melaporkan hasil dan memberi tanggapan.

3) Pengarahan dan petunjuk jelas


Guru harus sering memberi pengarahan dan petunjuk yang jelas
dansingkat dalam memberikan pelajaran kepada siswa sehingga seluruh
anggota kelas, baik kelompok maupun individu dengan menggunakan
bahasa dan tujuan yang jelas.

4) Penghentian
Salah satu cara untuk menghentikan gangguan siswa adalah beruapa
teguran yang dilakukan oleh guru, teguran ini berupa teguran verbal
yang di benarkan dalam pendidikan.teguran verbal yang efektif adalah
yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Tegas dan jelas tertuju pada siswa yang mengganggu anggota kelas
serta yang bertingkah laku menyimpang.
b. Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan atau yang
mengandung penghinaan.
c. Menghindari ocehan dan ejekan.

5) Penguatan
Memberi penguatan bisa dilakukan untuk menanggulangi siswa yang
mengganggu atau yang tidak melakukan tugas dengan masalahnya.
Pemberian penguatan yang sederhana adalah:
a. Dengan menggunakan penguatan positif bila siswa telah
menghentikan tingkah laku dan kembali kepada tugas yang diminta.

9
b. Dengan menggunakan penguatan positif kepada siswa yang tidak
menmggunakan anggota kelas dan bisa dijadikan sebagai model
tingkah laku yang baik kepada siswa yang suka mengganggu.

6) Kelancaran atau kemajuan


Kelancaran atau kemajuan siswa adalah indikator bahwa siswa dapat
memusatkan perhatiannya pada pelajaran yang diberikan di kelas. Ini
perlu didukung guru dan jangan diganggu dengan hal-hal lain yang
membuyarkan konsentrasi belajar siswa. Ada beberapa kesalahan
menurut Syaiful Bahri Djamarah yang perlu dihindari oleh guru yakni:

a. Campur tangan yang berlebihan (Teachers instruction)


Apabila guru menyela kegiatan yang sedang berlangsung
dengan berbagai hal seperti komentar, pertanyaan atau petunjuk yang
mendadak, maka kegiatan itu akan terganggu dan terputus. Sehingga
memberi kesan kepada siswa bahwa guru hanya mementingkan
dirinya tanpa memperhatikan kebutuhan siswa.

b. Kelenyapan (Fade away)


Ini terjadi bila guru gagal melengkapi suatu instruksi,
penjelasan, petunjuk atau komentar, kemudian menghentikan
pelajaran tanpa alasan yang jelas, kehilangan akal dalam
menyampaikan pelajaran ini akan mengakibatkan siswa menerawang,
melantur, sehingga keefektifan belajar siswa terganggu.

c. Penyimpangan (Digression)
Ini terjadi saat guru terlalu asyik menyampaikan pelajaran
sehingga penjelasannya menyimpang dari pokok pelajaran.

d. Berhenti dan memulai kegiatan yang tidak tepat

Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan bisa terjadi


apabila guru tidak menghentikan kegiatan pertama, dan memulai
kegiatan kedua, kemudian kembali pada kegiatan pertama lagi
sehingga mengganggu kelancaran kegiatan belajar siswa.

e. Kecepatan (pacing)

Kecepatan disini diartikan sebagai tingkat kemajuan siswa


dalam belajar. Guru perlu menghindari kesalahan berupa menahan
kecepatan yang tidak perlu dan menahan penyajian pelajaran yang
sedang berjalan. Ada dua kesalahan yang perlu dihindari bila
kecepatan yang tepat mau dipertahankan:
1. Bertele-tele
Kesalahan ini terjadi bila pembicaraan guru bersifat mengulang-
ulang pelajaran.
2. Pengulangan penjelasan yang tidak perlu
Hal ini terjadi bila guru memberi petunjuk pelajaran yang
sebenarnya sudah diberikan.

10
VIII. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Kegiatan kelompok kecil dan perorangan memungkinkan guru memberikan perhatian


terhadap kebutuhan siswa yang berbeda-beda. Guru dapat membantu siswa sesuai
dengan kebutuhan, misalnya dengan cara memberinya tugas dengan kemampuanya atau
menilai kemampuan siswa dengan cara yang paling tepat untuk siswa tersebut. Dengan
demikian, penggunaan kegiatan kelompok kecil dan perorangan sebagai variasi dari
kegiatan klasikal akan dapat mengurangi kelemahan kegiatan klasikal., di samping
memantapkan dampak positif yang di timbulkanya yaitu kebiasaan melakukan interaksi
sosial pada kalangan yang lebih luas serta kesadaran akan adanya keterbatasan dalam
usaha memenuhi bebutuhan (Jaya, 2017)

1. Pengertian mengajar kelompok kecil dan perorangan

Keterampilan mengajar kelompok kecil adalah Kegiatan guru dalam


pembelajaran dengan cara menghadapi banyak siswa-siswi yang masing-masing
mempunyai kesempatan untuk bertatap muka dengan guru secara kelompok, yaitu
berkisar antara 3-10 orang untuk setiap kelompok (Mukaffa, 2010).
Sedangkan keterampilan dalam pengajaran perorangan atau pengajaran individual
adalah kemampuan guru dalam menentukan tujuan, bahan ajar, prosedur dan waktu
yang digunakan dalam pengajaran dengan memperhatikan tuntutan-tuntutan atau
perbedaan-perbedaan individual peserta didik.
2. Tujuan guru mengembangkan keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan adalah :

a. Keterampilan dalam pendekatan pribadi.


b. Keterampilan dalam mengorganisasi.
c. Keterampilan dalam membimbing belajar.
d. Keterampilan dalam merencakan dan melaksanakan KBM.

Aktivitas mengajar kelompok kecil dan perorangan umumnya terjadi jika guru
melaksanakan pembelajaran secara kelasikal. Keterampilan mengajar kelompok kecil
adalah kemampuan guru melayani kegiatan peserta didik dalam belajar berkelompok
dengan jumlah peserta didik berkisar antara 3 - 5 orang setiap kelompoknya.
Sedangkan keterampilan dalam pengajaran perorangan atau pengajaran individual
adalah kemampuan guru dalam pembelajaran dengan memperhatikan tuntutan-
tuntutan atau perbedaan-perbedaan individual peserta didik.
Terkait dengan hal tersebut Putu Sutrisna (2011) memberikan menyebutkan
gunakan pendekatan perorangan dengan memperhatikan hal-hal berikut :

a. Guru harus menampilkan kehangatan kepada peserta didik,


b. Guru harus peka terhadap peserta didik dan kebutuhan peserta didik,
c. Guru perlu mendengarkan secara simpati dan merespon secara positif terhadap
pikiran peserta didik dan membuat hubungan yang saling percaya,
d. Guru bisa membantu peserta didik jika peserta didik mengahadapi masalah.

11
12
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rohani & Abu Ahmadi. Pedoman Penyelenggara Administrasi Pendidikan Sekolah,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 143.

Asmadawati. 2014. Keterampilan Mengelola Kelas. Logaritma Vol. II, No.02. (Online)
http://repo.iain-padangsidimpuan.ac.id/131/1/1.%20Asmadawati%20sdh-min.pdf
diakses pada 07 Februari 2020 pukul 19.02 WIB.

Bahri Dzamarah, Syaiful. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu
PendekatanTeoritis Psikologis, Jakarata: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya.

Jaya, Hasma Nur. 2017. Keterampilan Dasar Guru Untuk Menciptakan Suasana Belajar Yang
Menyenangkan. Didaktis: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Vol.17 No.1.
Universitas Muhammadiyah Kendari . (Online).
http://103.114.35.30/index.php/didaktis/article/view/1555. diakses pada 08 Februari
2020 pukul 9.03 WIB.

Kadir, Fatimah. 2014. Keterampilan Mengelola Kelas Dan Implementasinya Dalam Proses
Pembelajaran. Jurnal Al-Ta’dib Vol. 7 No. 2. Jurusan Tarbiyah STAIN Sultan
Qaimuddin Kendari. http://ejournal.iainkendari.ac.id/index.php/al-
tadib/article/view/315/305 diakses pada 07 Februari 2020 pukul 8.50 WIB

Lestari, Indri. 2016. Hubungan Keterampilan Mengelola Kelas Dan Mengadakan Variasi
Dengan Minat Belajar Siswa Kelas V SD. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi
2 Tahun ke-5. Hal. 112. (Online)
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/pgsd/article/view/412

Mukaffa, Zumrotul dan Eni Purwati. 2010. Micro Teaching (Praktek Pengalaman Lapangan
I). Surabaya: Kopertais IV Press.
Rohmayanti , Ferny, Didi Yulistio, dan Padi Utomo. 2019. Pelaksanaan Pembelajaran
Kelompok Kecil Dan Perorangan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas X
Di Sma Negeri 8 Kota Bengkulu. Jurnal Ilmiah Korpus, Volume III, Nomor I. Program
Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP
Universitas Bengkulu. (Online).
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/korpus/article/view/7343. diakses pada 09 Februari
2020 pukul 20.46 WIB.
Uzer Usman. 1995. Menjadi Guru Profesional, Jakarta: Remaja Rosda Karya. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

13

Anda mungkin juga menyukai