Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah Negara Pancasila yang berdasarkan atas

hukum (rechtsstaat) dan bukan Negara atas kekuasaan(machtsstaat), maka

kedudukan hukum harus ditempatkan di atas segala-galanya. Setiap perbuatan

harus sesuai dengan aturan hukum tanpa kecuali.1 Ketentuan tersebut

tercermin dalam pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang menyebutkan bahwa:

“membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi

segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial berdasarkan pancasila”. Dalam

mencapai tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara terutama pencapaian

kesejahteraan masyarakat dalampembangunan sebagai amanat Pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sistem lalu

lintas dan angkutan jalan memiliki peran strategis sebagai sarana

memperlancar arus transportasi barang dan jasa. Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan (LLAJ) harus dikembangkan potensi dan perannya untuk

mewujudkan keamanan, kesejahteraan, ketertiban berlalu lintas dan angkutan


1
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusoinalisme Indonesia, Sekretariat Jendral dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, hlm. 69

1
jalan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah, serta akuntabilitas

penyelenggaraan Negara. Seperti yang telah di atur dalam Undang-undang

Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Dalam uraian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 310

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat disimpulkan bahwa apabila

kealpaan atau kelalaian pengemudi itu mengakibatkan orang lain terluka

atau meninggal dunia ancaman pidananya sebagaimana yang diatur dalam

Pasal tersebut di atas. Meski Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan telah diterapkan sampai dengan sekarang tapi tidak dapat dipungkiri

bahwa tingkat kecelakaan masih tetap terjadi. Dengan banyaknya kasus

kecelakaan di jalan raya setidaknya hal itu bisa menggambarkan cerminan

masyarakatnya betapa minimnya kesadaran hukum bagi pengguna

kendaraan di jalan, karena masih banyak orang-orang mengemudi tidak

tertib dan taat pada rambu-rambu lalu lintas.

Lalu lintas merupakan subsistem dari ekosistem kota, berkembang

sebagai bagian kota karena naluri dan kebutuhan penduduk untuk

bergerak atau menggunakan transportasi untuk memindahkan orang dan

atau barang dari suatu tempat ketempat lainnya. Naluri dan keinginan

penduduk untuk mengadakan perjalanan atau memindahkan barang

sifatnya umum tersebut selalu menimbulkan masalah dan juga bersifat

umum dalam transportasi kota. Akan tetapi di sisi lain terdapat pengaruh

tertentuyang mengakibatkan terjadinya gangguan terhadap ketentraman

2
kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan betapa banyaknya kecelakaan

lalu lintas terjadi setiap hari yang mengakibatkan meninggalnya seseorang,

cideranya manusia dan kerugian secara material.

Dalam berlalu lintas setiap orang yang menggunakan jalan raya

harus mematuhi setiap rambu-rambu yang ada seperti yang telah diatur

dalam perundang-undangan dan tidak memandang dari segi ekonomi,

budaya, jabatan, tingkatan, dan lain sebagainya.

Pelanggaran lalu lintas adalah masalah penyebab sebagian besar

kecelakaan lalu lintas. Terutama karena faktor manusia pengguna jalan

yang tidak patuh terhadap peraturan lalu lintas. Namun dapat juga

ditemukan penyebab di luar faktor manusia seperti ban pecah, rem blong,

jalan berlubang, dan infrastruktur jalan yang kurang memadai.

Banyak sekali dijumpai permasalahan yang berkaitan dengan

pelanggaran hukum di kabupaten malaka, mulai dari yang ringan hingga

yang berat. Pelanggaran ringan yang kerap terjadi dalam permasalahan

lalu lintas adalah seperti tidak memakai helm, tidak memiliki SIM atau

STNK, tidak menghidupkan lampu pada siang hari, dan bonceng tiga

dianggap sudah membudaya di kalangan masyarakat dan anak-anak

sekolah. Pelanggaran lalu lintas seperti itu dianggap sudah menjadi kebiasaan

bagi masyarakat pengguna jalan kabupaten malaka, sehingga tiap kali

dilakukan operasi tertib lalu lintas di jalan raya oleh pihak yang

berwenang, maka tidak sedikit yang terjaring kasus pelanggaran lalu

3
lintas dan tidak jarang juga karena pelanggaran tersebut kerap menimbulkan

kecelakaan lalu lintas.

Perbedaan tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat

kabupaten malaka terhadap aturan yang berlaku mengakibatkan suatu

kesenjangan yang berpotensi memunculkan permasalahan dalam berlalu

lintas, baik antar pengguna jalan atau masyarakat maupun masyarakat

dengan aparat penegak hukum lalu lintas yang sedang bertugas.

Pemberlakuan tilang sebagai alat dalam menegakkan peraturan

perundang-undangan dan sarana dalam meningkatkan disiplin masyarakat

malaka terasa belum efektif sampai saat ini, sehingga angka pelanggaran

lalu lintas di kabupaten malaka belum dapat ditekan.

Upaya lain dalam mengurangi pelanggaran dengan cara persuasif

tampaknya sangat komplek dan tidak dapat ditangani secara baik dan

benar oleh satu instansi saja yaitu kepolisian, maka diperlukan koordinasi

yang baik antar instansi untuk mengoptimalkan penegakan hukum lalu lintas

yang bersifat represif. Sehingga pihak kepolisian kabupaten malaka bekerja

sama dengan pemerintah daerah kabupaten malaka untuk melakukan

sosialisasi atau pendidikan masyarakat tentang lalu lintas dengan tujuan

untuk menumbuhkan pemahaman serta penghayatan masyarakat mengenai

segalah peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga masyarakat

akan mendukung dan ikut serta secara aktif dalam usaha menciptakan

kamtibcar Lantas. Tujuannya untuk mewujudkan masyarakat yang

sejahtera karena keselamatan pengendara maupun pejalan kaki selalu di

4
pantau dengan baik, dan dengan adanya sosialisasi sangat diharapkan agar

masyarakat pun makin sadar akan pentingnya mentaati peraturan berlalu

lintas demi keamanan dan keselamatan diri sendiri dan orang lain.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah sebagai

berikut :

Bagaimanakah keefektivitan penegakan aturan lalu lintas diwilayah

Hukum Polsek Malaka Tengah ?

Masalah ini kemudian di jabarkan ke dalam 3 sub masalah yaitu :

1) Jenis pelanggaran lalu lintas apa saja yang dilakukan oleh

pengendara di wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah ?

2) Faktor-faktor apa saja yang menghambat penegakan aturan lalu

lintas diwilayah Hukum Polsek Malaka Tengah?

3) Bagaimana cara menanggulangi terjadinya pelanggaran lalu lintas

diwilayah Hukum Polsek Malaka Tengah ?

1.3. Keaslian Penelitian

Adapun judul peneliti yang sama dengan judul yang diteliti oleh

peneliti lainnya yaitu “Efektivitas Penegakan Hukum terhadap Pelaku

Pelanggaran Aturan Lalu Lintas di Kabupaten Klaten” yang di tulis oleh

Prasasti Artika Puri. Dalam skripsinya Prasasti Artika Puri meneliti

tentang pelanggaran lalu lintas yang terjadi, Faktor penghambat dan solusi

dalam menanggulagi masalah lalu lintas di kabupaten klaten. Sedangkan

penulis meneliti tentang “EFEKTIVITAS PENEGAKAN ATURAN LALU

5
LINTAS DI WILAYAH HUKUM POLSEK MALAKA TENGAH” dengan

rumusan masalah pelanggaran apa yang terjadi, faktor penghambat serta

cara menanggulangi terjadinya pelanggaran.

1.4. Tujuan dan Kegunaan


Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui Pelanggaran yang dilakukan oleh pengendara

diwilayah Hukum Kabupaten Malaka

b. Untuk mengetahui Faktor-faktor penghambat Penegakan Aturan Lalu

Lintas diwilayah Hukum Kabupaten Malaka

c. Untuk mengetahui cara menaggulangi terjadinya Pelanggaran Lalu

Lintas diwilayah Hukum Kabupaten Malaka

1.4.2. Manfaat Penelitian

Merujuk pada tujuan penelitian diatas maka kegunaan dari penelitian

ini meliputi:

a) Dari Segi Teoritis

Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan atau data

informasi di bidang hukum mengenai Efektivitas Penegakan

Aturan Lalu Lintas, selain itu penelitian ini di harapkan dapat

memberikan masukan terhadap perkembangan hukum pidana

dalam menangani dan meningkatkan ke efektivan dalam

penegakan aturan lalu lintas.

6
b) Dari Segi Praktis

Peraturan-peraturan yang berlaku sekarang ini telah kita

ketahui bahwa terkadang terdapat beberapa kekurangan dalam

materi muatan dalam hal ini, dalam Efektivitas Penegakan Aturan

Lalu Lintas, sehingga penulis berharap penelitian ini dapat

memberikan sumbangan pemikiran untuk tercipatanya tujuan

hukum sebagaimana mestinya serta dapat menjadi sumbangan

pemikiran bagi penelitian lanjutan dalam pengembangan

penelitian selanjutnya.

1.5. Metode Penelitian

1.5.1. Tipe Penelitian

Adapun tipe penelitian yang dilakukan peneliti adalah tipe

penelitian hukum empiris yang pada dasarnya merupakan penelitian

lapangan dengan menitik beratkan kepada sebab-musabab dalam

penegakan aturan lalu lintas serta faktor pengambat penegakan aturan

lalu lintas dan solusi dalam upaya kelancaran penegakan aturan lalu

lintas.

7
1.5.2. Metode Pendekatan

Guna mendapatkan bahan penelitian maka metode pendekatan

yang digunakan adalah:

1. Pendekatan Konseptual

Pendekatan Yuridis konseptual yaitu mendekatkan

permasalahan yang dikaji dengan filsafat, asas, kaidha hukum, konsep

dan kaidah hukum yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.

2. Pendekatan Kasus

Pendekatan kasus yaitu mengkaji kasus-kasus dalam

upaya penegakan peraturan lalu lintas di Kabupaten Malaka.

1.5.3. Aspek Penelitian

a. Jenis Pelanggaran yang terjadi:

1. Tidak memiliki kelengkapan berkendara

2. Mengoperasikan handphone pada saat berkendara

3. Kendaraan yang tidak layak dipergunakan

4. Tindakan ceroboh yang sering di lakukan oleh pengendara

1.5.4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah

1.5.5. Jenis dan Sumber Data

Di dalam penelitian ini calon peneliti menggunakan jenis data

primer, data sekunder.

8
1) Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara secara

langsung dengan responden atau informen yang terkait dengan

penelitian ini.

2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan

yang berkaitan dengan masalah penelitian

1.5.6. Populasi, Sampel, Responden

1.5.6.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini yaitu seluruh aparat penegak hukum

khususnya Polisi Lalu lintas dan para pelaku pelanggaran lalu lintas di

lingkungan atau wilayah hukum Polsek Malaka Tengah

1.5.6.2. Sampel

Adapun metode penarikan sampel yang dilakukan terkait

penelitian, peneliti menggunakan teknik purposive sampling (penunjukan

secara langsung dengan dasar pertimbangan kualitas data yang akan

diperoleh calon peneliti).

1.5.6.3. Responden

Yang menjadi responden dari penelitian ini yaitu :

1. Kapolsek Kabupaten Malaka :1

2. Kanit Sat Lantas Kabupaten Malaka :1

3. Anggota Sat Lantas Kabupaten Malaka :2

4. Masyarakat yang perna melakukan pelanggaran lalu lintas : 5


Jumlah :10 Orang

9
1.5.7. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara yakni, mengajukan pertanyaan dengan informan yakni

masalah tanya jawab langsung dengan Responden menggunakan

daftar pertanyaan penelitian sebagai pedoman wawancara.

2. Studi Kepustakaan yakni, Mempelajari literatur dan dokumen-

dokumen serta berkas perkara yang berkaitan dengan permasalahan

yang diteliti.

1.5.8. Teknik Pengolahan Data

Pengelolahan data dapat dilakukan menurut beberapa tahapan

yaitu :

1. Editing yaitu: Data yang telah dikumpulkan diperiksa dan kemudian

melakukan pengolahan;

2. Coding yaitu: koding merupakan kegiatan merubah data berbentuk

huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan.

3. Tabulasi yaitu: proses memindahkan data ke dalam tabel guna

mempermudah analisis.

1.5.9. Teknik Analisis Data

Dari semua informasi yang diperoleh kemudian dianalisis dengan

menggunakan metode interpretasi hukum dan kostruksi hukum secara

analisis dengan tetap berpedoman pada asas dan kaidah hukum serta

teori hukum sesuai dengan realita hukum berkenaan dengan

permasalahan yang diteliti oleh peneliti.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Efektivitas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Efektivitas berasal dari

kata efektif yang berarti mempunyai nilai pengaruh atau akibat, dan bisa

diartikan sebagai kegiatan yang bisa memberikan hasil yang

memuaskan. Jadi efektifitas adalah pengaruh yang timbul atau

disebabkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui

sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setiap tindakan

yang dilakukan. Jika dilihat dari tinjauan yang ada, maka Seperti halnya

efektivitas penegakan aturan lalu lintas yang ada diwilayah Hukum

Polsek Malaka Tengah yang masih dalam tanda tanya sejauh mana tingkat

kefektivitan penegakan aturan lalu lintas yang ada diwilayah Hukum

Polsek Malaka Tengah, sehingga perlu adanya ketelitian yang lebih

khusus lagi mengenai hal ini seperti yang dilihat pada masalah yang ada.

Menurut Irfan Fachruddin efektifitas adalah salah satu

konsekuensi hukum dimana orang yang ditujuh oleh norma berbuat

sesuai dengan tujuan norma hukum, dengan kata lain norma itu diterapkan

dan dipatuhi sesuai dengan perintahnya, sebagai kebalikan sikap

menjauhi atau tidak berbuat sesuai dengan norma hukum, dengan kata

11
lain pihak yang ditujuh tidak menerapkan atau mematuhi norma

sesuai perintah hukum.2 Dalam tinjauan ini dapat kita pahami dalam

masalah ini, jelas bahwa dalam sebuah keefektivitan penegakan aturan

lalu lintas yang lebih baik maka perlu diterapkan semua peraturan

sesuai dengan hukum yang ada agar dipatuhi oleh semua pihak yang

dimaksudkan.

Menurut Soeryono Soekanto Efektifitas hukum adalah salah satu

konsekuensi hukum yang dapat dipertentangkan dengan konsekuensi

hukum lain yaitu kegagalan hukum.3

Menurut Hans Kelsen Hukum efektif apabila keadaan orang

berbuat sesuai dengan norma hukum yang mengharuskan mereka

berbuat atau tidak berbuat, dengan kata lain norma itu benar-benar

diterapkan dan dipatuhi sesuai dengan perintah norma hukum.4 Dalam

tinjauan ini jelas bahwa dalam mencapai suatu tujuan yang lebih baik

dan sejahtera yaitu dalam hal ini keefektivitan penegakan aturan lalu

lintas yang lebih baik maka seseorang dituntut bahkan seakan-akan

dipaksa melakukan sesuatu yang sudah ditetapkan dalam hal ini adalah

hukum. Dimana hukum atau aturan lalu lintas mengharuskan satu atau

lebih orang untuk mentaati semua peraturan yang ada.

Menurut Antony Allot hukum yang efektif pada umumnya harus

dapat melaksanakan tujuannya yaitu:


2
Fachrudin Irfan, Pengawasan Peradilan Administrasiterhadap Tindakan Pemerintah, Alumni,
Bandung, hlm. 182.
3
Soerjono Soekanto, Efektivitas Hukum dan Peranan Sanksi, Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm.
178
4
Hans Kelsen, General Theory of Law and State, Russels & Russels, New York, hlm. 179

12
a. Untuk tujuan “prefentif” harus dapat mencegah sifat yang tidak

disetujui .

b. Untuk tujuan “kuratif” harus dapat memperbaiki suatu kekurangan atau

kerusakan (fungsi korektif).

c. Memiliki mekanisme yang mudah untuk memperbaiki kegagalan.

d. Memiliki fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan jika diterapkan

kepada keadaan baru.5

Berdasarkan pendapat Laurence W. Friedman sebagaimana dikutip

oleh Alih Mukti agar hukum menjadi efektif bila memenuhi tiga syarat

yaitu:

1. Komunikasi

Suatu norma hukum pada hakekatnya merupakan proses kepada

pihak tertentu untuk kepentinggan tertentu dan metode yang

digunakan secara lisan, dan melalui media cetak dan media elektronik.

Efektivitas komunikasi tergantung pada taraf kejelasan Peraturan

Perundang-undangan dan Ketetapan sarana yang dituju.

2. Kemampuan untuk melaksanakan baik Material maupun Rohani

Peraturan Perundang-undangan tidak saja mengatur hak tetapi juga

ditandai kewajiban rohani kewajiban material berupa pembiayaan

sebagai pengaruh untuk memperoleh pelayanan hukum.

3. Disposisi

5
Allot Antony, The Limit of Law, Butterworth & Co, London, hlm. 180

13
Kemapuan untuk melindungi kepentingan hukum bagi subjek

yang diatur maka memerlukan tempat dan kesesuaiannya antara isi

hukum dan kenyataan objek dan subjek dan diaturnya.6

Satjipto Rahardja untuk efektivitas pelaksanaan hukum tertulis

diperlukan penyuluhan hukum adalah pesan kepada pihak-pihak

tertentu berperilaku tertentu. Ada berbagai cara dan metode tertentu

untuk menyampaikan pesan dilakukan secara tertulis melalui tatap

muka, radio, atau televisi. Secara tertulis melalui surat kabar dan

majalah dan menjadi ukuran adalah kejelasan bagi warga masyarakat.

Efektivitas penyuluhan hukum diukur dengan terjadi perubahan

kesadaran hukum masyarakat.7

a. Kepatuhan Hukum

Masalah efektivitas hukum berkaitan erat dengan maslah

kepatuhan terhadap hukum yang berlaku. Kepatuhan hukum

menurut Soerjono Soekanto disatukan oleh sikap hukum.

Kepatuhan adalah tingkat ketaatan terhadap isi peraturan yang

berlaku. Adanya berbagai faktor penyebab seseorang mentaati

peraturan hukum yang berlaku yang pada dasarnya berasal dari

pada dirinya sendiri (internal) dan datang dari luar dirinya. Terdapat

berbagai faktor yang menjadi penyebab seseorang mentaati hukum

dapat berdiri sendiri, walaupun bersifat kumulatif. Sehingga suatu

tindakan perlakuan hukum dianggap efektif apabila sikap tindak


6
Laurence M. Friedman, The Legal System, Russell Sage, New York, Hlm 88
7
Satjipto Rahardja, Negara Hukum yang Membahagiakan Rakyatnya, Genta Publishing,
Yogyakarta, hlm 920

14
mematuhi hukum dan kepatuhan merupakan suatu derajad

tertinggi dari kesadaran hukum, jika kepatuhan tersebut semata-

mata didorong oleh kegunaan hukum terdapat perlindungan

kepentingannya serasi dengan nilai-nilai yang dianutnya.8

b. Pengawasan

“Peraturan Daerah bisa berjalan efektif apabila ada

pengawasan melekat.

Menurut George R. Terry mengatakan bahwa: instruksi yang

dikeluarkan dan untuk mengetahui kelemahan serta kesulitan yang

dihadapi dalam pelaksanaan rencana berdasarkan penemuan-

penemuan serta berusaha untuk memperbaikinya pada saat itu

juga”.

a) Pelanggaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996), kata

pelanggaran memiliki makna : perbuatan (perkara) melanggar,

tindak pidana yang lebih ringan dari pada kejahatan. Pelanggaran

lalu lintas merupakan tindakan yang menunujukan adanya

ketidaktaatan atau ketidakdisiplinan seseorang terhadap hukum

tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Di dalam Psikologi Sosial,

pelanggaran lalu lintas dapat dijelaskan menurut eksperimen

ketaatan (obedience). Di dalam Undang –Undang Republik Indonesia

Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada

8
Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Rajawali, Jakarta, hlm 82

15
Pasal 316, pelanggaran lalu lintas dibagi atas dua yaitu pelanggaran

dan kejahatan.

Menurut Philipus M. Hadjon pelanggaran adalah upaya

dari seseorang atau sekelompok orang agar tidak melakukan

sesuatu, yang berkaitan suatu penetapan atau suatu kebijakan yang

oleh suatu peraturan perundang-undangan manakalah para pihak

tidak memahami peran serta hak dan kewajiban. Dan pelanggaran

hukum merupakan faktor penting tidak efektifnya suatu peraturan

perundang –undangan.9

b) Sanksi

Menurut Philipus M. Hadjon bahwa sanksi merupakan

bagian penutup yang penting didalam hukum, juga dalam hukum

administrasi. Pada umumnya tidak ada gunanya memasukan

kewajiban-kewajiban atau larangan-larangan bagi para warga

dalam perundang-undangan tata usaha negara, manakalah aturan-

aturan dan tingkah laku itu tidak dapat dipaksakan oleh tata usaha

negara (dalam hal dimaksud diperlukan). Pada tempat lain dan

undang-undang biasanya dapat ditemukan sanksi-sanksi pidana.

Sanki pidana tersebut biasanya dipakai sebagai alat untuk

menegakkan suatu aturan. Dalam hukum administrasi dikenal

Empat macam sanksi, antara lain:

1) Bestuuredwang (paksaan pemerintah);

9
Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Yuridika, Surabaya, hlm 81

16
2) Penarikan kembali keputusan (ketetapan) yang

menguntungkan (izin, pembayaran subsidi);

3) Pengenaan denda administrasi;

4) Pengenaan uang paksa oleh pemerintah (dwangsom)10

Menurut Philipus M. Hadjon bahwa penerapan sanksi merupakan

langkah represif untuk memaksakan kepatuhan. Sanksi merupakan salah

satu instrumen penegak hukum untuk memaksakan tingkah laku

masyarakat merupakan bagian yang melekat pada norma hukum

tertentu. Sanksi dalam suatu norma hukum diarahkan untuk menjamin

adanya kepatuhan warga untuk melaksanakan kewajiban sesuai patokan

yang digariskan dalam norma hukum yang berlaku.11

Mayher dan Soekanto berpendapat bahwa hukum dapat efektif

apabila dipenuhi syarat-syarat:

a. Sumber dari hukum tersebut mempunyai wewenang (outhority) dan

berwibawa (prestigeful);

b. Hukum dijelaskan secara yuridis, filosofis dan sosiologis;

c. Penegakan hukum dapat dijadikan teladan bagi faktor kepatuhan

terhadap hukum;

d. Diperhatikan faktor pengendapan hukum pada warga masyarakat;

e. Para penegak dan pelaksana hukum merasa dirinya terikat pada hukum

yang diterapkannya dan membuktikan dalam pola-pola perilakunya;

10
Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadja Mada University Press,
Yogyakarta, hlm 245
11
,Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Edisi Khusus, Surabaya,
hlm 26

17
f. Sanksi-sanksi yang positif maupun negatif dapat dipergunakan untuk

menunjang pelaksanaan hukum;

g. Perlindungan yang efektif terhadap mereka yang terkena oleh aturan-

aturan hukum.12

Lebih lanjut menurut Soerjono Soekanto mengatakan bahwa

efektivitas hukum ditemukan oleh lima faktor yaitu:

1. Hukumnya, misalnya memenuhi syarat yuridis,sosiologis, dan filosofis;

2. Penegak hukumnya, betul-betul telah melakukan tugas dan

kewajibannya sebagaimana digariskan oleh hukum yang berlaku;

3. Fasilitasnya, prasarana yang mendukung dalam proses penegakan

hukumnya;

4. Kesadaran hukum masyarakat, seperti tidak bertindak main hakim

sendiri;

5. Budaya hukumnya, adanya budaya malu dan budaya rasa bersalah

dengan tidak melakukan ketentuan hukum yang berlaku.13

2.1.2. Pengertian Lalu lintas


Pengertian Lalu lintas, menurut Djajoesman bahwa secara harfia

lalu lintas diartikan sebagai gerak (bolak balik) manusia atau barang dari

satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sarana jalan umum.14

Sedangkan menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia menyatakan bahwa lalu lintas adalah berjalan bolak balik, hilir

12
Mayer Soekanto, Syarat-syarat Efektivitas Hukum, Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm 175-
176
13
Soerjono Soekanto, Efektivitas Hukum dan Peranan Sanksi, Remaja Rosdakarya, Bandung,
hlm 178
14
Djajoesman HS, Grafik Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Balai Pustaka, Jakarta, hlm 50

18
mudik dan perihal perjalanan di jalan dan sebagainya serta berhubungan

antara sebuah tempat dengan tempat lainnya.15

Sehingga dapat disimpulkan bahwa lalu lintas adalah

gerak/pindahnya manusia, hewan, atau barang dari satu tempat ke tempat

lain di jalan dengan menggunakan alat gerak. Alat gerak yang dapat

digunakan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, itu

yang sering disebut sebagai kendaraan. Di samping itu, kendaraan terbagi

menjadi 2 jenis yaitu kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor.

Kendaraan bermotor yaitu kendaraan yang menggunkan mesin untuk

bisa berjalan. Contohnya sepeda motor, mobil, dan lain-lain. Sedangkan

kendaraan tidak bermotor yaitu kendaraan yang tidak menggunakan

mesin untuk bisa bergarak tetapi dengan cara menggunakan tenaga

manusia atau hewan. Misalnya andong, becak, dan lain-lain.

Di dalam Undang-undang No 22 Tahun 2009, Lalu lintas

didefinisikan sebagai gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas

Jalan, sedangkan yang dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah

prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah Kendaraan, orang,

dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung. Pemerintah

mempunyai tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan

yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien

melalui manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas. Tata cara berlalu

lintas di jalan diatur dengan peraturan perundangan menyangkut arah lalu


15
Poewadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hlm 53

19
lintas, perioritas menggunakan jalan, lajur lalu lintas, jalur lalu lintas dan

pengendalian arus di persimpangan.

1) Komponen Lalu lintas

Ada tiga komponen terjadinya lalu lintas yaitu manusia

sebagai pengguna, kendaraan dan jalan yang saling berinteraksi dalam

pergerakan kendaraan yang memenuhi persyaratan kelaikan

dikemudikan oleh pengemudi mengikuti aturan lalu lintas yang

ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan yang menyangkut

lalu lintas dan angkutan jalan melalui jalan yang memenuhi

persyaratan geometrik.

a. Manusia sebagai pengguna

Manusia sebagai pengguna dapat berperan sebagai

pengemudi atau pejalan kaki yang dalam keadaan normal

mempunyai kemampuan dan kesiagaan yang berbeda-beda (waktu

reaksi, konsentrasi dll). Perbedaan-perbedaan tersebut masih

dipengaruhi oleh keadaan phisik dan psykologi, umur serta jenis

kelamin dan pengaruh-pengaruh luar seperti cuaca,

penerangan/lampu jalan dan tata ruang.

b. Kendaraan

Kendaraan digunakan oleh pengemudi mempunyai

karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, percepatan,

20
perlambatan, dimensi dan muatan yang membutuhkan ruang lalu

lintas yang secukupnya untuk bisa bermanuver dalam lalu lintas.

c. Jalan

Jalan merupakan lintasan yang direncanakan untuk dilalui

kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor termasuk

pejalan kaki. Jalan tersebut direncanakan untuk mampu

mengalirkan aliran lalu lintas dengan lancar dan mampu

mendukung beban muatan sumbu kendaraan serta aman, sehingga

dapat meredam angka kecelakaan lalu-lintas.

Komponen Sistem Lalu lintas

2) Manajemen Lalu lintas

Manajemen lalu lintas meliputi kegiatan perencanaan,

pengaturan, pengawasan, dan pengendalian lalu lintas. Manajemen

lalu lintas bertujuan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan

kelancaran lalu lintas, dan dilakukan antara lain dengan :

21
a. Usaha peningkatan kapasitas jalan ruas, persimpangan, dan/atau

jaringan jalan;

b. pemberian prioritas bagi jenis kendaraan atau pemakai jalan

tertentu;

c. penyesuaian antara permintaan perjalanan dengan tingkat

pelayanan tertentu dengan mempertimbangkan keterpaduan intra

dan antar moda;

d. penetapan sirkulasi lalu lintas, larangan dan/atau perintah bagi

pemakai jalan

2.1.3.Pengaturan Lalu Lintas

Pengaturan Lalu Lintas merupakan tindakan awal yang perlu

dilaksanakan sedini mungkin oleh Polri sebelum situasi lalu lintas

berubah/meningkat menjadi kurang teratur.

a) Mengatur Lalu Lintas adalah memberitahukan kepada pemakai jalan

tentang bagaimana dan dimana mereka dapat bergerak atau berhenti,

terutama pada saat ada kemacetan atau keadaan darurat lainnya.16

Untuk mengendalikan arus lalu lintas supaya dapat berjalan tertib dan

lancar

b) Untuk mengatasi kemacetan dan kepadatan lalu lintas di jalan umum

16
Drs. S.A. Soepardi, MM, Buku Pedoman Tugas Bintara Polri, Lembaga Pendidikan dan Latihan
Polri, Jakarta, hlm 134

22
c) Sebagai usaha untuk mempengaruhi pemakai jalan untuk patuh dan

taat terhadap peraturan-peraturan lalu lintas

d) Untuk melakukan tindakan pertama di tempat kejadian kecelakaan lalu

lintas

e) Untuk melaksanakan wewenang kepolisian umum di tempat

tugasnya.17

2.1.4. Tujuan Pengaturan Lalu Lintas

a) Untuk mengendalikan arus lalu lintas supaya dapat berjalan tertib

dan lancar

b) Untuk mengatasi kemacetan dan kepadatan lalu lintas di jalan

umum

c) Sebagai usaha untuk mempengaruhi pemakai jalan untuk patuh dan

taat terhadap peraturan lalu lintas

d) Untuk melakukan tindakan pertama di tempat kejadian kecelakaan

lalu lintas

e) Untuk melaksanakan wewenang kepolisian umum di tempat

tugasnya.

2.1.5. Macam-macam Pengaturan Lalu Lintas

a) Mengatur lalu lintas dengan gerakan tangan

17
Drs. S.A. Soepardi, MM, Buku Pedoman Tugas Bntara Polri, Lembaga Pendidikan dan Latihan
Polri, Jakarta, hlm 135

23
Dalam mengatur lalu lintas agar instruksi yang diberikan mudah

atau dapat dipahami oleh para pemakai jalan.

b) Mengatur lalu lintas dengan sempritan

Penggunaan sempritan yang telah dilaksanakan sejak tahun 1953

dan terbukti efektif serta sangat besar efeknya jika dibandingkan

dengan teguran atau gerakan tangan saja.

c) Mengatur lalu lintas dengan isyarat cahaya

Isyarat cahaya diperlukan pada waktu mengatur lalu lintas pada

waktu gelap atau pada malam hari.

d) Mengatur lalu lintas di persimpangan

Misalnya seperti arus lalu lintas yang membelok ke kiri dan arus

lalu lintas yang membelok ke kanan.

e) Mengatur lalu lintas di tempat-tempat yang arusnya kurang padat

Hal ini biasanya terjadi di kota-kota kecil, petugas bila perlu cukup

mengadakan pengawasan lalu lintas dengan memperhatikan tugas-

tugas sebagai pengatur lalu lintas yang secara umum melaksanakan

kegiatan-kegiatan lalu lintas.

f) Mengatur lalu lintas dalam usaha memecahkan atau mencari

kemacetan lalu lintas

Petugas lalu lintas dapat melakukan tindakan darurat guna

kelancaran lalu lintas, misalnya mengambil fungsi traaffic light

apabila lampu pengaturan lalu lintas tersebut kurang atau tidak

berfungsi lagi dalam menjamin kelancaran lalu lintas.

24
g) Mengatur lalu lintas dalam keadaan tertentu/khusus

Yang dimaksud dengan keadaan tertentu/khusus adalah pada saat

perayaan-perayaan, pada saat pertandingan-pertandingan olahraga,

upacara adat dan sebagainya, pada saat situasi darurat (bencana

alam, kebakaran, demonstrasi, dll).18

2.1.6. Pelaksanaan Penindakan Hukum Pelanggaran Lalu Lintas

Penindakan hukum pelanggaran lalu lintas adalah tindakan

penegakan hukum oleh polri dan instansi lainnya yang mempunyai

wewenang kepolisian terbatas dibidang lalu lintas agar undang-undang

lalu lintas atau peraturan lalu lintas ditaati oleh setiap pemakai jalan.

Pelanggaran lalu lintas adalah perbuatan yang bertentangan dengan

perundang-undangan lalu lintas atau peraturan pelaksanaannya baik yang

dapat atau tidak menimbulkan kerugian jiwa atau harta benda tetapi dapat

mengganggu kamtibcar lantas.19

Sasaran penindakan ditujukan kepada setiap pemakai jalan yang

melanggar peraturan perundang-undangan lalu lintas dan kendaraan yang

berada di jalan umum tidak memenuhi ketentuan / perundang-undangan

lalu lintas atau yang digunakan dalam pelanggaran lalu lintas.

Penegakan hukum lalu lintas adalah salah satu kegiatan dari fungsi

kepolisian bidang lalu lintas yang merupakan penjabaran kemampuan

teknis profesional khas kepolisian yang dapat diartikan sebagai segala

18
Drs. S.A. Soepardi, MM, Buku Pedoman Tugas Bintara Polri, Lembaga Pendidikan dan Latihan
Polri, Jakarta, hlm 135
19
Drs. S.A. Soepardi, MM, Buku Pedoman Tugas Bintara Polri, Lembaga Pendidikan dan Latihan
Polri, Jakarta, hlm 145

25
kegiatan dan tindakan dari polri dibidang lalu lintas agar undang-undang

atau ketentuan perundang-undangan lalu lintas lainnya ditaati oleh setiap

pemakai jalan, dalam usaha menciptakan kamtibcar lantas.

2.1.7. Polisi Lalu lintas

Berdasarkan Undang-undang No 22 tahun 2002, definisi dari

Kepolisian yang tercantum dalam pasal 1 butir 1 yang berbunyi :

“Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan

kelembagaan Polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

Sedangkan yang dimaksud dengan lalu lintas, menurut Undang-undang

No 22 tahun 2009 pasal 1 ayat 2, adalah gerak kendaraan dan orang di

ruang lalu lintas jalan.

Dari tinjauan mengenai pengertian Polisi dan lalu lintas diatas,

maka dapat disimpulkan definisi dari Polisi Lalu Lintas, yaitu “bagian

dari Kepolisian yang diberi tugas mewujudkan keamanan dan ketertiban

masyarakat di bidang gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas.

Dalam kaitannya dengan Polisi Lalu Lintas sebagai objek persepsi dari

pengguna lalu lintas, maka Polisi Lalu Lintas memiliki beberapa aspek

yang melekat pada dirinya, yaitu : Tugas, Kewajiban, Pelayanan, dan

Penampilan yang dia tunjukan kepada pengguna lalu lintas.

Di dalam berlalu lintas, seorang pengemudi dan Polisi Lalu Lintas

tentunya melakukan suatu interaksi sosial di antara keduanya. Seorang

pengemudi ketika berlalu lintas dituntut untuk patuh terhadap tata tertib

26
lalu lintas dan Polisi Lalu Lintas hadir sebagai pihak yang bertugas

menjaga dan menegakan ketertiban berlalu lintas di jalan raya. Dalam

hubungan interaksi diantara keduanya tersebut, tentu dengan sendirinya

menimbulkan kesan atau persepsi tersendiri bagi masing-masing pihak.

Pihak otoritas yang berwibawa dan memiliki kedekatan

emosional yang baik dapat meningkatkan perilaku ketaatan seseorang.

Hal ini dapat terjadi juga pada aktivitas berlalu lintas. Dalam berlalu

lintas, seorang pengguna lalu lintas dituntut untuk taat terhadap hukum

tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. Untuk menegakan hukum

tersebut ada pihak otoritas yang mengaturnya. Pihak otoritas tersebut

salah satunya adalah Polisi Lalu Lintas. Kewibawaan dan kemampuan

membangun hubungan sosial yang baik dari Polisi Lalu Lintas dapat

mempengaruhi perilaku ketaatan seoarang pengguna lalu lintas.

Dapat dikatakan bahwa, kewibawaan dan kemampuan

membangun hubungan sosial yang baik pada Polisi Lalu Lintas,

merupakan beberapa bagian dari informasi tentang karakterisitik yang ada

pada seorang Polisi Lalu Lintas. Dari informasi tersebut, seorang

pengguna lalu lintas kemudian dapat membentuk kesan-kesan tersendiri.

Kesan-kesan inilah yang akan mempengaruhi perilaku ketaatan dari

pengguna lalu lintas. Apabila kesan yang diberikan adalah polisi lalu

lintas kurang berwibawa dan kurang mampu membangun hubungan

sosial yang baik maka perilaku ketaatan pengguna lalu lintas pun

27
berkurang. Apabila perilaku ketaatan pengguna lalu lintas berkurang

maka sangat memungkinkan mereka dapat melakukan pelanggaran

hukum tentang Lalu Lintas.

Dari penjelasan tentang perilaku ketaatan di atas, maka dapat

dilihat adanya hubungan antara persepsi terhadap Polisi Lalu Lintas

dengan pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh pengguna lalu lintas.

Semakin baik kesan yang diberikan oleh pengguna lalu lintas terhadap

pihak otoritas seperti Polisi Lalu Lintas maka tingkat ketaatannya terhadap

hukum tentang Lalu Lintas pun semakin tinggi sehingga tidak melakukan

pelanggaran lalu lintas. Begitu pun sebaliknya, semakin rendah kesan yang

diberikan oleh pengguna lalu lintas terhadap pihak otoritas seperti

Polisi Lalu Lintas maka tingkat ketaatannya terhadap hukum tentang

Lalu Lintas pun semakin rendah sehingga dapat melakukan pelanggaran

lalu lintas.

2.1.8. Penegakan Hukum

Penegakan hukum menurut Biezeveld adalah pelaksanaan

wewenang oleh pemerintah untuk melaksanakan suatu aturan

tertentu.Sedangkan penegakan hukum menurut Jimly Assidiqie adalah

proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-

norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas

atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara

28
Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak

pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di

dalam kaidah-kaidah yang mantab dan mengejawantah dalam sikap tindak

sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan,

memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Konsepsi

yang mempunyai dasar filosofis tersebut, memerlukan penjelasan lebih

lanjut, sehingga tampak lebih konkret.Penegakan hukum dalam prosesnya

untuk menyerasikan antara nilai, kaidah dan perilaku.

Penegakan Hukum Lalu Lintas adalah segalah usaha dan

kegiatan yang dilaksanakan dibidang Lalu Lintas, agar ketentuan

perundang-undangan ditaati oleh setiap pemakai jalan, dalam usaha

menciptakan Kamtibcar Lantas.

Penegakan Hukum Lalu Lintas (Police Traffic Law Enforcement)

adalah salah satu kegiatan dari fungsi kepolisian bidang lalu lintas

yang merupakan penjabaran kemampuan teknik profesional khas

kepolisian yang dapat diartikan: “adalah segalah kegiatan dan tindakan

dari Polri dibidang lalu lintas agar Undang-undang atau ketentuan

Perundang-undangan lalu lintas lainnya ditaati oleh setiap pemakai jalan,

dalam usaha menciptakan KAMTIBCAR LANTAS”.

Dalam pelaksanaan penegakan hukum lalu lintas baik yang bersifat

Preventif maupun Represif, dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sebagai

berikut:

1) Pengaturan Lalu Lintas

29
2) Penjagaan/Pengawasan Lalu Lintas

3) Pengawasan Lalu Lintas

4) Patroli Lalu Lintas

5) Penindakan Pelanggran Lalu Lintas

6) Penyidikan Kecelakaan Lalu Lintas.20

2.1.9. Tugas Polisi Lalu lintas

Tugas Polisi Lalu Lintas sebagai salah satu unsur Polri, yang

melaksanakan segalah usaha, pekerjaan dan kegiatan dibidang

pengendalian Lalu Lintas untuk mencegah serta meniadakan gangguan,

hambatan dan ancaman dibidang Lalu Lintas, agar terjamin keamana,

ketertiban serta kelancaran lalu lintas di jalan umum.21

Sesuai dengan pasal 7 Peraturan Kapolri No. 23 Tahun 2010,

Satuan Lalu lintas merupakan unsur pelaksana tugas pokok ditingkat

polres. Selanjutnya lebih di tegaskan dalam pasal 59 Peraturan Kapolri No.

23 Tahun 2010, dijelaskan bawha Satuan Lantas sebagaimana dijelaskan

bahwa :

1. Satuan Lantas merupakan unsur pelaksanaan tugas pokok yang berada

dibawah Kapolres.

2. Satuan Lantas bertugas Melaksanakan Turjawali lalu lintas,

pendidikan maysarakat lalu lintas (Dikmaslantas), pelayanan registrasi

dan pengemudi, penyidikan masyarakat lalu lintas dan penegakan.

20
Drs. S.A. Soepardi, MM, Buku Pedoman Tugas Bintara Polri, Lembaga Pendidikan dan Latihan
Polri, Jakarta, hlm 134
21
Drs. S.A. Soepardi, MM, Buku Pedoman Tugas Bintara Polri, Lembaga Pendidikan dan Latihan
Polri, Jakarta, hlm 110

30
3. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sat

lantas menyelenggarakan fungsi :

a. Pembinaan lalu lintas kepolisian;

b. Pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerja sama lintas

sektoral,

Dikmaslantas, dan pengkajian masalah di bidang lalu lintas;

c. Pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka

penegakan hukum dan keamanan, keselamatan, ketertiban,

kelancaran lalulintas (Kamseltibcarlantas);

d. Pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan

bermotor serta pengemudi;

e. Pelaksanaan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran serta

penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan

hukum, serta menjamin Kamseltibcarlantas di jalan raya;

f. Pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan;

g. Perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.

2.1.10. Peranan Polisi Lalu Lintas

Dalam rangka menyelenggarakan fungsi Lantas Pol tersebut,

Polantas berperan sebagai:

31
1) Aparat Penegak Hukum terutama Perundang-Undangan Lalu

Lintas dan Peraturan pelaksanaannya.

2) Aparat Penyidik kecelakaan Lalu Lintas.

3) Aparat yang mempunyai wewenang mengatur/mengelola Lalu Lintas.

4) Aparat yang mempunyai wewenang kepolisian umum.

5) Aparat yang melaksanakan Pendidikan Lalu Lintas kepada masyarakat.

6) Menyelenggarakan Registrasi/Identifikasi Pengemudi dan Kendaraan

Bermotor.

7) Pengumpulan, pengolahan dan penyajian data tentang Lalu Lintas.22

2.1.11. Patroli Lalu Lintas

Patroli lalu lintas pada hakekatnya merupakan salah satu bentuk

kegiatan dalam rangka penegakan hukum lalu lintas, preventif maupun

refresif. Pengertian polisi lalu lintas adalah suatu kegiatan perondaan pada

suatu jalan dengan tujuan pengawasan situasi lalu lintas, guna mencegah

meniadakan dan menindak pelanggaran, melakukan usaha pengejaran

terhadap pelanggaran hukum dan memberikan bantuan komunikasi taktis

serta pelayanan kepada pengguna/ pemakai jalan.23

2.1.12. Tujuan Patroli Lalu Lintas

a) Pengawasan dan pengendalian arus lalu lintas.

b) Pengaturan lalu lintas

22
Drs. S.A. Soepardi, MM, Buku Pedoman Tugas Bintara Polri, Lembaga Pendidikan dan Latihan
Polri, Jakarta, hlm 111
23
Drs. S.A. Soepardi, MM, Buku Pedoman Tugas Bintara Polri, Lembaga Pendidikan dan Latihan
Polri, Jakarta, hlm 143

32
c) Menemukan, mengejar, dan menindak pelanggaran

d) Pelayanan masyarakat pemakai jalan

e) Penangkalan pelanggaran lalu lintas.24

2.1.13. Gambaran Umum Kondisi Lalu Lintas Di Wilayah Hukum Polsek

Malaka Tengah

Kabupaten Malaka berdiri pada tanggal 11 Januari 2013 dengan

Betun sebagai Ibu Kota Kabupatennya. Dalam struktur wilayah

administrasi, Kabupaten Malaka merupakan pemekaran dari Kabupaten

Belu sesuai dengan Undang-undang No 3 Tahun 2013. Berdasarkan data

dari bagian Pemerintah Desa Setda Kabupaten Malaka, Kabupaten

Malaka memiliki 12 kecamatan yang terdiri dari 127 Desa. Menurut

data yang ada luas keseluruhan Kabupaten Malaka adalah 116.063,0 Ha

(92,06 %), dengan luas kecamatan malaka tengah adalah 59.958 Ha.

Sedangkan panjang jalan Kabupaten Malaka adalah 331,90 km dan lebar

jalan 6 meter, dengan panjang jalan kecamatan malaka tengah adalah 80,7

km.

Kecamatan Malaka Tengah merupakan salah satu kecamatan yang

berada sejajar dengan kecamatan lain di wilayah Kabupaten Malaka.

Secara geografis batas-batas wilayah kecamatan malaka tengah adalah

sebagai berikut: Sebelah utara kecamatan malaka timur, sebelah selatan

kecamatan malaka barat, sebelah barat kecamatan weliman, sebelah timur

kecamatan kobalima. Penduduk masyarakat malaka tengah menjadi salah

24
Drs. S.A. Soepardi, MM, Buku Pedoman Tugas Bintara Polri, Lembaga Pendidikan dan Latihan
Polri, Jakarta, hlm 144

33
satu modal dasar pembangunan wilayah kecamatan malaka tengah karena

sebagai pelaku utama sekaligus pengguna dari hasil-hasil pembangunan

yang ada. berikut akan di jelaskan jumlah penduduk di wilayah hukum

kecamatan malaka tengah menurut jenis kelamin dalam tiga tahun terakhir

yaitu dari tahun 2014-2016.

Tabel 1.
Jumlah Penduduk Kecamatan Malaka Tengah
Menurut Jenis kelamin Tahun 2014-2016
No. Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah
1. 2014 17.068 17.926 34.994
2. 2015 17.357 18.112 35.469
3. 2016 17.540 18.329 35.869
Sumber: BPS Nusa Tenggara Timur Tahun 2017

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk

kecamatan malaka tengah pada tahun 2014 mencapai 34.994 jiwa yang

terdiri dari laki-laki sebanyak 17.068 jiwa dan perempuan sebanyak

17.926 jiwa. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya dapat dilihat

pada tahun 2016 jumlah penduduk kecamatan malaka tengah mengalami

peningkatan mencapai 35.869 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak

17.540 jiwa dan perempuan sebanyak 18.329 jiwa

Polsek Malaka Tengah terletak di Kota Betun Ibu Kota

Kabupaten Malaka. Sebagai Ibu Kota Kabupaten Malaka kota Betun

merupakan pusat keramaian lalu lintas bagi masyarakat Kabupaten

Malaka yang meliputi 12 kecamatan. Kota betun juga merupakan titik

strategis bagi lalu lintas antar beberapa kabupaten disekitarnya yaitu

Kabupaten Belu, Kabupaten TTU, Kabupaten TTS, bahkan Kabupaten

Kupang dan Kota Kupang.

34
Kondisi kota betun dalam Wilayah Hukum Polsek Malaka

Tengah yang strategis dan merupakan pusat keramaian ini sering

memicu terjadinya pelanggaran-pelanggaran lalu lintas. Hal lain yang

berpengaruh terhadap kecenderungan terjadinya pelanggaran lalu lintas

yaitu ketersediaan sarana dan prasarana penegakan aturan lalu lintas

yang belum memadai. Selain itu jumlah personil polisi lalu lintas dan

fasilitas yang tersedia saat ini masih sangat terbatas, sesuai data yang

diperoleh dari Polsek Malaka Tengah jumlah personil polisi lalu lintas

yang bertugas di wilayah hukum polsek malaka tengah sebanyak tiga

orang yang akan dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 2.
Jumlah Polisi Lalu Lintas di Wilayah
Hukum Polsek Malaka Tengah Tahun 2017
No
Nama NRP Pangkat
1. Agus Basuki, SH 80120736 Bripka
2. Yohanes Tahu 80060929 Bripka
3. Ari Kevanto 85110907 Brigadir
Sumber: Polsek Malaka Tengah Tahun 2017

Kondisi keterbatasan personil dan fasilitas ini tentunya menjadi

penghambat dalam penegakan aturan lalu lintas di Wilayah Hukum

Polsek Malaka Tengah. Seperti yang diketahui bahwa keterbatasan

personil anggota polisi lalu lintas ini menyebabkan petugas kesulitan

dalam membagi waktu dan tenaga pada saat bertugas menangani keadaan

lalu lintas di wilayah hukum polsek malaka tengah. Dapat digambarkan

pula bahwa jenis kendaraan yang melintas di Wilayah Hukum Polsek

Malaka Tengah meliputi kendaraan roda dua, roda empat, dan atau lebih.

35
Populasi kendaraan bermotor cenderung meningkat secara drastis seiring

pertumbuhan ekonomi kabupaten malaka sebagai sebuah daerah

otonomi baru. Berikut peneliti akan menjelaskan mengenai jumlah

kendaraan dari Tahun 2014-2016 di Wilayah Hukum Polsek Malaka

Tengah menurut hasil penelitian yang diperoleh Polsek Malaka Tengah.

Tabel 3.
Jumlah Kendaraan Menurut Jenisnya di Wilayah Hukum
Polsek Malaka Tengah Tahun 2014-2016
Tahun
No Jenis Kendaraan
2014 2015 2016
1 Mikrolet/Bemo 30 36 48
2 Bus 27 31 37
3 Truk, Pick Up, Tangki 22 34 45
4 Ambulance 4 7 9
5 Sepeda Motor 160.184 260.789 326.736
Sumber : Polsek Malaka Tengah Tahun 2017

Dari data jumlah kendaraan di atas yang diperoleh dari Polsek

Malaka Tengah dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah kendaraan baik

itu kendaraan roda dua atau kendaraan roda empat atau lebih di Wilayah

Hukum Polsek Malaka Tengah semakin bertambah jumlah setiap tahun.

Baik itu kendaraan jenis mikrolet, bus, truck, pick up, tangki, ambulance dan

sepeda motor. Dimana sepeda motor berada pada posisi jumlah terbanyak

yang meningkat drastis setiap tahunnya, seperti yang diketahui bahwa

dalam tiga tahun terakhir yaitu tahun 2016 jumlah kendaraan sepeda motor

sebanyak 326.736.

36
2.2. Kerangka Berpikir

Efektivitas Penegakan
Aturan
Lalu Lintas

Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 alinea ke-4

Pelanggaran Undang-Undang RI No. 28


yang dilakukan Tahun 1997 Tentang
37
Undang-Undang No. 14
Tahun 1992 Tentang Lalu
Lintas

Kurangnya Tingkat
Kesadaran Masyarakat Dalam
Mematuhi Peraturan Lalu

Gambar 1.
Skema Kerangka Berpikir
Dalam melihat efektivitas penegakan aturan lalu lintas terdapat beberapa

peraturan perundang-undangan yang mengatur adanya pelangaran-pelanggaran

yang dilakukan oleh masyarakat atau pengguna jalan di antaranya pembukaan

UUD 1945 aline ke-4, UU Republik Indonesia No 28 tahun 1997 tentang

kepolisian NKRI, dan UU No 14 tahun 1992 tentang lalu lintas. Namun

terdapat pula faktor-faktor penghambat dalam penegakan aturan lalu lintas seperti

salah satu diantaranyannya kurangnya tingkat kesadaran masyarakat dalam

mematuhi peraturan lalu lintas, sehingga solusi terbaik sangat diperlukan dalam

mencapai efektivitas penegakan aturan lalu lintas sesuai yang diharapkan.

38
BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Jenis pelanggaran Lalu Lintas yang dilakukan oleh

Pengendara/Pengemudi di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah

39
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh terdapat pelanggaran-

pelanggaran yang dilakukan oleh pengendara atau pengguna jalan yaitu

sebagai berikut:

1. Tidak memiliki kelengkapan berkendara

Pengendara atau pengemudi sendiri tidak memiliki kesadaran

dalam kelengkapan berkendara seperti tidak memakai Helm saat

berkendara tidak memiliki SIM atau STNK. Dikalangan masyarakat SIM,

STNK, dan Helm ini sangat penting untuk mencegah serta menjauhkan

si pengendara atau masyarakat dari laka lantas dan pelanggaran-

pelanggaran yang dimaksud. akan tetapi hal itu sangat disayangkan

kerena tidak adanya kesadaran dari masyarakat sendiri akan hal itu,

sehingga mengakibatkan laka lantas dan pelanggaran seringkali terjadi

di wilayah hukum polsek malaka tengah meskipun sudah dilakukan

berbagai upaya oleh polantas setempat.

2. Mengoperasikan handphone pada saat berkendara

Tindakan ini juga dapat membahayakan si pengendara tersebut

karna dengan si pengendara fokus mengaplikasikan handphone genggam

yang di milikinya, maka si pengendara kurang memperhatikan jalan atau

kendaraan yang ada di sekitarnya. Tindakan ini juga sangat disayangkan

apabila dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan lalu lintas bahkan

sampe merenggut nyawa si pengguna jalan, baik itu si pelaku

pelanggaran lalu lintas bahkan orang atau pengguna jalan di sekitar

pelaku.

40
3. Kendaraan yang tidak layak di pergunakan

Kendaraan merupakan salah satu faktor yang secara langsung

terlibat dalam dinamika lalu lintas di jalan raya dengan di kendalikan

oleh manusia, tetapi masyarakat di wilayah hukum polsek malaka

tengah tidak memperdulikan kondisi kendaraan yang digunakan, terkait

dengan kondisi ban yang sudah tidak layak pakai, rem tidak berfungsi,

tidak adanya lampu rem, dan plat nomor kendaraan, mesin yang tidak

lagi di layak fungsikan tetapi masih saja di fungsikan secara paksa dan

mengakibatkan kecelakaan, karena peralatan yang seharusnya di ganti tapi

tidak di perdulikan oleh si pemilik kendaraan tersebut sehingga terdapat

pelanggaran dan mengakibatkan kecelakan. Hal ini selain membahayakan

si pelaku pelanggaran lalu lintas tetapi juga sangat membahayakan

orang lain atau pengguna jalan lainnya yang sedang berkendara atau

berjalan kaki.

Seperti yang dikatakan Bripka Agus Basuki selaku Kanit

Lantas Polsek Malaka Tengah mengatakan bahwa: “faktor kendaraan

merupakan hal yang tidak kalah penting di dalam berlalu lintas namun

terkadang masyarakat kurang mempunyai rasa kepedulian terhadap

keamanan berkendara hal ini terlihat dari bagaimana cara masyarakat

merawat kendaraan. Dari hasil operasi lalu lintas yang dilakukan oleh

satuan kami banyak ditemukan masyarakat yang menggunakan kendaraan

tanpa melengkapi dengan komponen-komponen kelengkapan kendaraan

41
seperti lampu rem, kaca spion, ban yang sesuai standar dan yang

lainnya”25.

4. Tindakan ceroboh yang sering di lakukan oleh pengendara

Yaitu ugal-ugalan di jalan yang dilakukan oleh masyarakat dan

tindakan ceroboh lainnya yang dilakukan oleh masyarakat seperti

kendaraan roda dua bonceng tiga orang atau kendaraan roda empat

atau lebih yang melakukan muatan yang berlebihan. Hal ini seringkali

dilakukan oleh masyarakat yang tidak memiliki kesadaran atas

keselamatan di jalan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang tukang

ojek sdr Manek mengatakan bahwa: “sebagai seorang tukang ojek saya

juga tidak mau untuk membonceng penumpang lebih dari satu orang,

tetapi saya terpaksa melakukan karana permintaan dari penumpang

ojek, karena berteman/bersaudara, sehingga mereka tidak mau untuk

numpang ojek yang berbeda”.26

Seharusnya masyarakat memiliki mental mentaati peraturan

perundang-undangan lalu lintas tanpa adanya paksaan karena hal ini

dapat mengurangi angka kecelakaan lalu lintas khususnya di wilayah

hukum polsek malaka tengah, tetapi kebanyakan masyarakat cenderung

taat pada peraturan lalu lintas ketika ada petugas Polantas yang bertugas,

bukan karena kemauannya sendiri atau kesadarannya sendiri dalam

mentaati peraturan lalu lintas melainkan adanya ketakutan pada adanya

25
Wawancara 28 Juni 2017
26
Wawancara 29 Juli 2017

42
operasi lalu lintas ataupun sanksi. Hal ini membuktikan bahwa

keasadaran masyarakat di wilayah hukum polsek malaka tengah terhadap

peraturan lalu lintas masih sangat kurang.

Berdasarkan Hasil wawancara dengan salah seorang sopir bus

Bapak Klaran mengatakan bahwa: “Muatan penumpang yang syarat

terjadi pada saat liburan sekolah dan hari-hari raya, walaupun kami

sebagai pengemudi mengatakan bahwa penumpang sudah full tidak

ada lagi tempat atau kursi untuk duduk tetapi dari masyarakat pengguna

jasa angkutan bus antar propinsi mereka memaksakan diri untuk naik

atau numpang, walaupun bergantungan atau berdiri”27

Di dalam Undang -undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun

2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 316,

pelanggaran lalu lintas dibagi atas dua yaitu pelanggaran dan kejahatan.

Secara umum ketentuan-ketentuan dalam pasal-pasal pada

Pasal 316 Ayat 1 tersebut merupakan indikator pelanggaran lalu lintas

yang kemudian dapat peneliti golongkan menjadi jenis perilaku

pelanggaran yaitu ringan, sedang atau berat. Mengklasifikasian tingkat

pelanggaran tersebut didasarkan pada sanksi pidana dan jumlah denda

yang ditanggung pelanggar. Sehingga berikut ini peneliti akan

menjelaskan klasifikasi tingkat pelanggaran berdasarkan sanksi pidana

dan jumlah denda yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.
Klasifikasi Pelanggaran Lalu Lintas menurut

27
Wawancara 29 Juli 2017

43
Ketentuan Pidana di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah
No
Rentangan Pidana Kategori/Interpretasi
.
1. 6 Bulan - 1 Tahun ke atas Pelanggaran Berat

atau

Rp. 1.500.000,00 ke atas


2. 3 Bulan – 6 Bulan atau Pelanggaran Sedang

Rp. 750.000.00 –

1.500.000.00
3. 15 Hari – 3 Bulan atau Pelanggaran Ringan

Rp. 100.000.00 – 750.000.00


Sumber : Polsek Malaka Tengah 2017

Berdasarkan tabel di atas data yang diperoleh dari hasil penelitian

yaitu di polsek malaka tengah merupakan data mengenai klasifikasi

pelanggaran lalu lintas menurut ketentuan pidana di wilayah hukum

polsek malaka tengah. Dapat dilihat bahwa terdapat tiga kategori jenis

pelanggaran dimana masing-masing dengan ketentuan pidana serta sanksi

ganti rugi dari setiap tingkat pelangggaran, antara lain pelanggaran

berat, pelanggaran sedang dan pelanggaran ringan dengan ketentuan

pidana masing-masing yang ada pada tabel.

Berbicara tentang pelanggaran yang terjadi di wlayah hukum

polsek malaka tengah, maka untuk mengetahui jumlah pelanggaran

lalu lintas di wilayah hukum polsek malaka tengah berikut ini penulis

akan menganalisa data yang diperoleh dari Polsek Malaka selama

kurung waktu tiga tahun terakhir yaitu dari tahun 2014-2016 sebagai

berikut:

44
Tabel 5.
Pelanggaran Lalu Lintas di Wilayah Hukum
Polsek Malaka Tengah Tahun 2014 - 2016

No Tahun Tilang Teguran Jumlah


1 2014 322 915 1237
2 2015 189 596 785
3 2016 249 308 557
Sumber : Polsek Malaka Tengah Tahun 2017

Dari data pelanggaran di atas dapat dilihat bahwa pada satu sisi

menunjukan jumlah angka pelanggaran yang ditilang cenderung

meningkat drastis pada tahun 2014 sebanyak 322 kasus, tetapi kembali

mengalami keringanan pada tahun 2015 dengan jumlah sebanyak 189

kasus, namun hal tersebut sangat disayangkan karena jumlah angka

pelanggaran yang ditilang kembali mengalami peningkatan pada tahun

2016 sebanyak 249 kasus. Hal ini menggambarkan bahwa masih

banyak pelanggaran lalu lintas yang terjadi di wilayah hukum polsek

malaka tengah, dan pelangaran-pelanggaran tersebut masih saja terjadi

karena tidak ada kesadaran dari masyarakat akan tertib berlalu lintas serta

pengetahuan masyarakat yang masih kurang terhadap peraturan lalu

lintas yang baik dan benar. Meskipun telah dilakukan upaya

penegakan aturan lalu lintas oleh polisi lalu lintas di wilayah hukum

Polsek Malaka Tengah. Deskripsi diatas mengindikasikan bahwa masih

terdapat berbagai masalah dalam penegakan aturan lalu lintas di Wilayah

Hukum Polsek Malaka Tengah. Ada juga masalah-masalah yang

masyarakat lakukan berupa pelangggaran tidak memiliki SIM dan

Helm seperti yang akan dijelaskan sebagai berikut:

45
Tabel 6.
Jumlah Masyarakat yang tidak memiliki SIM dan Helm
di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah Tahun 2014-2016
No Tahun Helm SIM Jumlah
.
1. 2014 289 198 487
2. 2015 236 164 400
3. 2016 268 183 451
Sumber: Polsek Malaka Tengah Tahun 2017

Berdasarkan data di atas yang diperoleh dari Polsek Malaka

Tengah dapat dilihat bahwa jumlah masyarakat yang tidak memiliki

SIM dan Helm pada Tahun 2016 kembali mengalami peningkatan

sebanyak 451 dibandingkan dengan Tahun 2015 sebanyak 400. Dari

masalah yang ada dapat dilihat bahwa tingkat kesadaran masyarakat masih

sangat rendah terhadap tertib berlalu lintas, jika dilihat dari jumlah

yang cukup tinggi tersebut menggambarkan bahwa masyarakat di

wilayah hukum polsek malaka tengah tidak peduli akan keamanan

dan keselamatan berkendara serta sikap cuek masyarakat yang

cukup tinggi untuk mengurus kepemilikan SIM.

Oleh karena itu untuk dapat menekan angka pelanggaran lalu

lintas, wilayah hukum Polsek Malaka Tengah perlu melakukan

pembenahan dari sisi fasilitas pendukung penegakan aturan lalu lintas

seperti pelayanan pembuatan SIM, perpanjangan STNK, pemasangan

Trafik Light, pemasangan rambu-rambu lalu lintas serta penambahan

kendaraan operasional polisi lalu lintas roda dua dan roda empat. Polsek

Malaka Tengah juga perlu memakai metode penegakan aturan lalu lintas

46
selain tilang yaitu melakukan sosialisasi tentang tertib berlalu lintas

agar masyarakat lebih memahami pengetahuan tentang tertib berlalu

lintas yang baik.

Ada pula data yang diperoleh dari hasil penelitian yang

dilakukan di Satuan Lalu Lintas (Sat Lantas) Polsek Malaka Tengah,

penulis memperoleh data kecelakaan lalu lintas (Laka Lantas) yang

terjadi dalam wilayah hukum Polsek Malaka Tengah selama tiga tahun

terakhir dari tahun 2014-2016, jumlah laka lantas menunjukan angka

peningkatan terutama pada tahun 2016.

Berikut ini data-data pelanggaran lalu lintas yang terjadi selama

tiga tahun terakhir dalam Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah,

(data diambil pada tanggal 26 juni 2017), tahun 2014 tercatat 8 jumlah

laka lantas, tahun 2015 tercatat 8 jumlah laka lantas, dan tahun 2016

laka lantas terjadi di wilayah hokum polsek malaka tengah kembali

mengalami peningkatan dari tahun 2014 yakni tercatat 11 kasus.

Pelaku dalam kasus laka lantas di Wilayah Hukum Polsek

Malaka Tengah berasal dari latar belakang profesi yang berbeda-beda,

berikut ini data tentang latar belakang profesi pelaku tindak pidana

pelanggaran lalu lintas di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah.

Tabel 7.
Profesi Pelaku Laka Lantas
Profesi Pelaku Tahun
No Jumlah
Pelanggaran 2014 2015 2016
1 Pegawai Negeri Sipil 2 1 2 5
2 Karyawan / swasta 1 2 2 5

47
4 Pelajar 1 1 2 4
5 Pengemudi 4 4 5 12
Sumber : Satuan Lantas Polsek Malaka Tengah 2017

Data di atas dapat kita lihat bahwa pegawai negeri sipil pada

tahun 2014 ada 2 pelaku laka lantas, pada tahun 2015 terjadi penurunan

sebanyak 1 kasus dan tahun 2016 meningkat lagi menjadi 2 kasus, total

kecelakaan lalu lintas pada tahun 2014-2016 yang pelakunya berprofesi

sebagai pegawai negeri sipil adalah 5 kasus. Karyawan swasta pada tahun

2014 tercatat 1 kasus, pada tahun 2015 terjadi peningkatan sebanyak 2

kasus, dan pada tahun 2016 tercatat sebanyak 2 kasus, total kecelakaan

lalu lintas pada tahun 2014-2016 yang pelakunya berprofesi sebagai

karyawan swasta adalah 5 kasus. Pelajar pada tahun 2014 tercatat 1

kasus, pada tahun 2015 terdapat 1 kasus dan pada tahun 2016 terjadi

peningkatan menjadi 2 kasus kecelakaan, jumlah laka lantas yang

pelakunya berprofesi sebagai pelajar dari tahun 2014-2016 adalah 4

kasus. Pengemudi pada tahun 2014 tercatat 4 kasus, pada tahun 2015

terdapat 4 kasus dan pada tahun 2016 meningkat menjadi 5 kasus

kecelakaan, total laka lantas yang dilakukan oleh pengemudi dari tahun

2014-2016 adalah 12 kasus.

Data dalam table tersebut di atas menunjukan jenis profesi dari

para pelaku laka lantas di daerah Hukum Polsek Malaka Tengah, dari

data dalam tabel tersebut dapat kita lihat bahwa pengemudi yang paling

banyak menjadi pelaku laka lantas khususnya di Wilayah Hukum Polsek

48
Malaka Tengah dalam jangka waktu tiga tahun terakhir sebanyak 12

kasus.

Dari hasil wawancara Kepala Unit Kecelakaan Lalu Lintas

(KANIT LAKA) Bripka. Agus Basuki mengatakan bahwa kendaraan

bermotor roda 2 (dua) adalah kendaraan yang mendominasi pelanggaran

lalu lintas yang terjadi di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah

selama kurun waktu tiga tahun terakhir hal ini disebabkan jumlah

sepeda motor memang lebih banyak dibandingkan dengan jenis

kendaraan lainnya, di samping itu pengendara sepeda motor juga adalah

pengendara yang memang kurang disiplin dalam berlalu lintas sehingga

setiap dilakukan operasi tertib lalu lintas oleh petugas Sat Lantas

Polsek Malaka Tengah maka akan banyak pengendara kendaraan sepeda

motor yang terjaring mulai dari tidak memiliki SIM, tidak membawa

STNK, tidak menggunakan Helm, dan jenis pelanggaran yang lainnya.28

3.2 Faktor-faktor Penghambat Penegakan Aturan Lalu Lintas di Wilayah

Hukum Polsek Malaka Tengah

Mengenai faktor-faktor apa saja penghambat penegakan aturan lalu

lintas di wilayah hukum polsek malaka tengah akan dijelaskan sebagai

berikut:

1. Kurangnya personil polisi lalu lintas

Kurangnya personil polisi lalu lintas merupakan salah satu

penghambat penegakan aturan lalu lintas di wilayah hukum polsek

28
Wawancara 28 Juni 2017

49
malaka tengah. di polsek malaka tengah hanya terdapat tiga polisi lalu

lintas sehingga mereka sulit untuk mengatur masyarakat yang tidak taat

terhadap peraturan lalu lintas tersebut. Karena jumlah masyarakat

malaka tengah yang cukup banyak, polisi lalu lintas sulit untuk membagi

tugas dalam menangani pengendara yang tidak taat berlalu lintas apa lagi

disaat keramaian hari pasar, hari-hari raya, dan lainya.

Hal ini juga di pertegas oleh Brigadir. Ari Kevanto yang

mengatakan bahwa : “faktor penghambat dalam penegakan aturan lalu

lintas di wilayah hukum polsek malaka tengah ini karena kami

kekurangan personil sehingga sulit untuk membagi tugas dalam titik-

titik keramaian yang biasa terdapat pelanggaran-pelanggaran yang

dilakukan oleh masyarakat”29

2. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menaati peraturan lalu lintas

Masyarakat malaka tengah kebanyakan belum atau kurang dalam

menaati peraturan lalu lintas yang diterapkan. Minimnya kesadaran atau

pengetahuan masyarakat mengenai peraturan lalu lintas inilah yang

membuat banyak pelanggaran dan banyak kecelakan yang terjadi di

wilayah hukum polsek malaka tengah. Walaupun sudah di tilang atau

di berikan sanksi oleh Satuan Lantas tapi masyarakat masih saja

melakukan kesalahan yang sama. Ini pun menyangkut sifat manusia

yang berbeda-beda, tingkat pendidikan dan tingkat kesadaran sehingga


29
Wawancara 28 Juni 2017

50
masyarakat merasa sulit bahkan tidak mau menaati peraturan lalu

lintas walaupun sudah diberikan teguran oleh Satuan Lantas Malaka

Tengah.

Hal ini juga di pertegas oleh Briadir. Ari Kevanto yang

mengungkapkan bahwa : “Dari hasil operasi di jalan yang menyebabkan

pelanggaran lalu lintas terbesar adalah faktor dari masyarakat sendiri.

Itu disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang lalu lintas,

seperti dapat dicontohkan kebanyakan orang yang saat ini lebih suka

membeli SIM dari pada mengikuti tes”30

3. Kurangnya kesadaraan pengguna jalan untuk lebih berhati-hati dalam

berkendara

Misalnya seorang pengendara motor sering mencari cela di

antara kendaraan lain pada saat terjadi macet di jalan raya, tanpa ia sadari

perilaku si pengendara yang lain ada di belakangnya atau di sekitarnya.

Sikap atau perilaku semacam ini dapat memicu terjadi pelanggaran dan

laka lantas yang sangat tidak diinginkan.

4. Minimnya sarana dan prasarana

Tidak adanya rambu-rambu lalu lintas merupakan salah satu

faktor penghambat dalam penertiban lalu lintas di wilayah hukum polsek

malaka tengah, karena masyarakat lebih leluasa memarkirkan

kendaraannya di sembarangan tempat, sehingga menimbulkan

kemacetan dan kecelakan yang dapat merugikan banyak pihak ketika

memarkirkan kendaraanya di sembarang tempat atau di atas jalan.


30
Wawancara 28 Juni 2017

51
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bripka Yohanes Tahu,

mengatakan bahwa: “pelanggaran terkait faktor sarana dan prasarana

biasanya terjadi dikarenakan kurangnya prasarana jalan yang meliputi

rambu-rambu lalu lintas, alat pemberi isyarat lalu lintas, alat pengawasan

dan pengamanan jalan, dan fasilitas pendukung lainnya terkait kegiatan

lalu lintas. Bahkan sampai saat ini pelanggaran terkait faktor jalan

belum berkurang karena rambu lalu lintas maupun alat pemberi isyarat

yang belum juga memadai”31

Begitu pula dengan prasarana berupa pembuatan SIM,

perpanjangan STNK, salah satu masyarakat tidak mempunyai SIM

atau malas dalam melakukan perpanjangan STNK, karena beralasan

buta huruf dan tidak tersediahnya sarana dan prasarana dalam

menangani pembuatan SIM dan STNK tersebut di wilayah hukum

polsek malaka Tengah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang pelanggar lalu

lintas Bapak Atanasius Tahu, mengungkapkan bahwa: “selama saya

menjadi tukang ojek, saya tidak memiliki SIM karena beberapa alasan,

sebagai warga negara indonesia yang baik sekaligus masyarakat

penguna jalan saya juga ingin memiliki SIM sebagai syarat untuk

mengemudikan kendaraan bermotor, tetapi terkendala karena saya

seorang buta huruf tidak bisa baca tulis, hal itu lah yang menjadi alasan

penghambat yang menyebabkan saya tidak memiliki SIM, karena ketika

mengurus SIM harus melalui beberapa tahapan yaitu tes tulis dan praktek
31
Wawancara 29 Juli 2017

52
sehingga saya meminta supaya ada kebijakan kepada kami yang tidak

sekolah atau memiliki kekurangan-kekurangan tertentu seperti ini.”32

Hal ini dipertegas oleh seorang masyarakat Bapak Fergi Malaikosa

mengatakan bahwa: ”sudah tiga tahun SIM saya tidak di perpanjang

karena tempat pengurusan SIM sangat jauh, yaitu di Polres Belu Atambua

sehingga saya sangat mengharapkan kepada pihak Sat Lantas Polsek

Malaka Tengah untuk memfasilitasi beberapa kekurangan yang ada agar

pembuatan SIM di lakukan di wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah”33

3.3 Cara Menanggulangi terjadinya Pelanggaran Lalu Lintas di Wilayah

Hukum Polsek Malaka Tengah.

Jajaran aparat Polisi Lalu Lintas di Wilayah Hukum Polsek Malaka

Tengah membentuk tim khusus yang dinamakan Satlantas yang bertugas

membantu dalam mengatasi berbagai masalah lalu lintas, adapun cara

efektif yang dilakukan Satlantas dalam bertugas dengan cara menggelar

patroli lalu lintas. Patroli lalu lintas adalah suatu kegiatan perondaan yang

dilakukan pada ruas jalan tertentu dengan tujuan untuk melakukan

pengawasan terhadap arus lalu lintas dan aktivitas masyarakat pemakai jalan

guna menumbuhkan dampak penangkalan bagi pemakai jalan,

32
Wawancara 28 Juni 2017
33
Wawancara 28 Juni 2017

53
menemukan dan menindak pelanggaran lalu lintas serta memberikan

perlindungan dan pelayanan bagi masyarakat yang mebutuhkan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti persiapan

yang dilakukan patrol lalu lintas di Wilayah Hukum Polsek Malaka

Tengah adalah meliputi kelengkapan perorangan dan kelengkapan

kendaraan. Kelengkapan perorangan meliputi: surat-surat pengenal

identitas perorangan, surat perintah tugas, tilang, buku atau kertas

catatan, senjata organik perorangan beserta kelengkapan pendukung antara

lain borgol, tongkat polisi, jas hujan, dan peluit. Sedangkan kelengkapan

kendaraan meliputi kendaraan roda dua yang terdiri dari rotator, sirine,

dan helm. Kendaraan roda empat terdiri dari surat-surat kendaraan, ban

cadangan, senjata api, segitiga pengaman, dan buku patroli.

Jenis patrol lalu lintas ada dua macam yaitu operasi rutin dan

operasi khusus. Operasi rutin kepolisian bidang lalu lintas diarahkan

terhadap sasaran rutin yang telah dirumuskan dalam program dan

anggaran Polri yang diselenggarakan sepanjang tahun oleh seluruh

kekuatan operasional Polri bidang lalu lintas yang tergelar diseluruh

kewilayahan dan kesatuan fungsi lalu lintas. Sedangkan operasi khusus

adalah operasi khusus dilaksanakan apabila gangguan kelancaran lalu

lintas di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah atau wilayah tertentu

yang dianggap cukup meresahkan dan dianggap perlu34

Waktu patroli dilaksanakan jam padat arus lalu lintas sesuai dengan

anatomi karakteristik kerawanan bidang lalu lintas seperti hari pasar,


34
Hasil Observasi 29 Juni 2017

54
hari raya, jam padat arus pemberangkatan bus antar propinsi. Di dalam

melaksanakan patroli lalu lintas, jajaran Satlantas selalu berupaya

melakukan sesuatu dengan sistematis dan terpadu serta terencana supaya

tercapai tujuan dan sasaran.

Aparat Polantas dalam menjalankan tugasnya sering menghadapi

kendala-kendala seperti kurangnya mobil untuk melakukan patroli lalu

lintas, waktu akan operasi biasanya ada yang memberitahu bahwa akan

ada operasi oleh polisi, pelanggar lalu lintas yang akan ditilang ada yang

melarikan diri.

Seperti yang dikatakan oleh Brigadir Yohanes Tahu mengungkapkan

bahwa:“Dalam melaksanakan tugas polisi sering menghadapi kendala-

kendala, berbagai macam kendala di antaranya: pelanggar susah diajak

kerja sama, pada waktu operasi pengendara biasanya langsung berbalik arah

atau bahkan melarikan kendaraannya secepat mungkin untuk

menghindari operasi sehingga membuat polisi sedikit mengeluarkan

tenaga dan mengejarnya. Selain itu, pada waktu operasi berlangsung

kadang ada pengendara yang malas-malasan menunjukan surat-suratnya

ke aparat. Hal-hal tersebut yang membuat kendala bagi aparat dalam

menjalankan tugasnya”35

Dalam usaha meningkatkan efektivitas penegakan aturan lalu

lintas di wilayah hukum polsek malaka tengah , Aparat Polantas juga

melakukan sosialisasi mengenai pemahaman lalu lintas, baik dalam

kalangan masyarakat ataupun dalam lembaga pendidikan di tingkat


35
Wawancara 31 Juni 2017

55
SLTP dan SLTA dengan tujuan agar masyarakat lebih mendapatkan

pengetahuan mengenai tertib berlalu lintas untuk mewujudkan masyarakat

di wilayah hukum polsek malaka tengah yang sadar akan hukum berlalu

lintas.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan maka disimpulkan sebagai berikut:

1) Pelanggaran lalu lintas yang terjadi di Wilayah Hukum Polsek Malaka

Tengah disebabkan adanya masyarakat atau pengguna jalan yang tidak

memiliki kelengkapan berkendara, masyarakat seringkali terlihat

mengoperasikan handphone pada saat berkendara, adapun kendaraan-

kendaraan yang tidak layak/pantas dipergunakan namun dipaksakan oleh

masyarakat yang dapat membahayakan keselamatan diri sendiri dan

orang lain, serta ugal-ugalan di jalan yang dilakukan oleh masyarakat

yang tidak bertanggung jawab dan tindakan ceroboh berbahaya

lainnya.

56
2) Dalam melaksanakan tugasnya polisi sering mengalami kendala-kendala

yang menjadi faktor penghambat penegakan aturan lalu lintas di

Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah, diantaranya sebagai berikut

kurangnya personil polisi lalu lintas, kurangnya kesadaran masyarakat

dalam mentaati peraturan lalu lintas, Kurangnya kesadaraan pengguna

jalan untuk lebih berhati-hati dalam berkendara, serta minimnya sarana

dan parasarana di wilayah hukum polsek malaka tengah.

3) Upaya yang dilaksanakan Polisi Lalu Lintas dengan cara menggelar

patroli lalu lintas, polanya meliputi patroli dalam kota menurut sifat

tugasnya patroli lalu lintas dilakukan secara mandiri dan gabungan.

Pelaksanaan patroli lalu lintas dilaksanakan pada hari pasar, hari raya,

jam padat arus pemberangkatan bis atau kendaran lainnya. Ada pula

sosialisasi yang dilakukan aparat polantas baik dalam kalangan

masyarakat dan lembaga pendidikan di tingkat SLTP dan SLTA

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai

berikut:

1) Perlu penambahan personil Anggota Satuan Lantas di Wilayah

Hukum Polsek Malaka Tengah, dan kelengkapan penunjang

pelaksanaan penertiban Lalu Lintas.

2) Bagi masyarakat atau pengguna jalan perlu memiliki sikap

kesadaran hukum berlalu lintas pada setiap diri pengendara demi

tercapainya kondisi aman, lancar, tertib dan selamat di jalan raya.

57
3) Di harapkan untuk segala kekurangan dapat diperhatikan dan

dilengkapi baik dalam kekurangan, sarana dan prasarana demi

mendukung dan menunjang penegakan aturan lalu lintas di

Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah.

4) Di harapakan untuk personil anggota lalu lintas lebih

meningkatkan kerja sama baik antar personil maupun masyarakat

dalam mengatur keadaan lalu lintas di Wilayah Hukum Polsek

Malaka Tengah dalam mewujudkan tertib berlalu lintas yang

dingingkan.

Daftar Pustaka

Allot Antony, 2004. The Limit of Law. London: Butterwort & Co

Djajoesman HS, 1976. Grafik Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta: PT. Balai

Pustaka

S.A. Soepardi, 1998. Buku Pedoman Tugas Bintara Polri. Jakarta: Lembaga
Pendidikan dan Latihan Polri

Fachrudin Irfan, 2004. Pengawasan Peradilan Administrasi terhadap Tindakan


Pemerintah. Bandung: PT. Alumni

Hans Kelsen, 2004. General Theory of Law & State. New York: Russells &

Russells

Laurance M. Friedman, 1979. The Legal System. New York: Russells Sage

58
Mayer Soekanto, 1998. Syarat-syarat Efektivitas Hukum. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Philipus M. Hadjon, 1990. Pengantar Hukum Perizinan. Surabaya: PT. Yuridika

, 2002. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia.


Yokyakarta: Gadjha Mada University Press
,2002. Perlindungan Hukum bagi Rakyat di

Indonesia.Surabaya: PT. Edisi Khusus

Poerwadarminto, 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Balai

Pustaka

Soerjono Soekanto, 2004. Efektivitas Hukum dan Peranan Sanksi. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

,1985. Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum. Jakarta: CV.


Rajawali

, 1985. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum.


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Satjipto Rahardja, 2002. Negara Hukum yang Membahagiakan Masyarakat.


Yogyakarta: PT. Genta Publishing

Dokumen:

Pembukaan UUD Tahun 1945 alinea ke-4

Undang-undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Pasal 310 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan

59
Undang-undang No. 12 Tahun 2011 Pasal 1 Ayat 8 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang No. 12 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat 10 tentang Pemerintah Daerah

Undang-undang No. 12 Tahun 2011 Pasal 7 Ayat 1 tentang Jenis dan Hirarki

Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang No. 22 Tahun 2002 Pasal 1 butir 1 tentang Kepolisian

Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 2 tentang Lalu Lintas

Peraturan Kapolri No 23 Tahun 2010 Pasal 7 tentang Satuan Lalu Lintas

Peraturan Kapolri No. 23 Tahun 2010 Pasal 59 tentang Satuan Lalu Lintas

Undang-undang RI No. 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian NKRI

60

Anda mungkin juga menyukai