Anda di halaman 1dari 6

ESAI

PSIKOLOGI UMUM
PERILAKU MENYIMPANG MENYEBABKAN TERGANGGUNYA INTERAKSI SOSIAL
SESEORANG

DISUSUN OLEH
Laily Arista Rahmi (2210123220012)

DOSEN PENGAMPU
Dr. Ririanti Rachmayanie Jamain., S. psi., M. pd.
M. Andri Setiawan, M. pd.

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2022/2023
Saat ini Indonesia sedang menghadapi berbagai permasalahan yang
sangat kompleks baik internal maupun eksternal, mungkin dapat dibayangkan
bagaimana jikalau bangsa ini dipimpin oleh generasi muda atau anak bangsa
yang pemalas, maksiat dan akhlak tercela, akan menjadi bangsa terbelakang
yang menyebabkan bangsa menjadi jauh dari bangsa lain. Perilaku menyimpang
adalah konsep masalah sosial yang berkaitan dengan pelanggaran norma, artinya
sesuatu dianggap sebagai masalah sosial karena terkait dengan nilai-nilai
interpersonal, dan pelanggaran tujuan hidup orang. Masalah sosial adalah situasi
yang dianggap sebagai ancaman bagi masyarakat sebagai kondisi yang tidak
diinginkan, tidak dapat ditolerir atau dianggap sebagai ancaman bagi
masyarakat.

Perilaku menyimpang dapat terjadi di mana saja dan dapat dilakukan oleh
siapa saja. Jika terjadi penyimpangan besar atau kecil, dalam skala luas atau
sempit, tentu akan mengakibatkan terganggunya keseimbangan kehidupan
masyarakat dalam berinteraksi sosialnya. Perilaku dianggap menyimpang apabila
tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat, dengan
kata lain semua pola perilaku yang tidak sesuai dengan kehendak masyarakat
adalah perilaku menyimpang. Penyimpangan merupakan sisi negatif dari bentuk
perilaku positif karena perilaku positif menciptakan kenyamanan bagi
masyarakat dan suasana keamanan.

Perilaku menyimpang sering dijumpai pada kalangan anak muda sekarang


ini. Perilaku menyimpang adalah hasil dari proses sosial yang tidak lengkap.
Biasanya terjadi pada kelompok remaja yang paling rentan dalam proses perilaku
menyimpang. Fenomena ini dialami karena para remaja memiliki karakter
kepribadian tersendiri, yakni di masa-masa yang labil atau dalam fase pencarian
jati diri yang sedang dalam masa transisi dari masa remaja menuju status
dewasa, dan sebagainya. Perilaku menyimpang apabila terus berkembang akan
menyebabkan timbulnya penyakit sosial dalam masyarakat. Adapun bentuk-
bentuk penyimpangan yang ada dalam masyarakat antara lain: (1) minuman
keras; (2) menyalahgunaan narkotika; (3) perkelahian antarpelajar; (4) perilaku
seks di luar nikah; (5) berjudi; dan (6) tindak kejahatan (kriminalitas).

Hal ini dapat diatasi jika keluarga beperan dengan baik karena keluarga
merupakan fungsi sosialisasi bagi anggota keluarga, terutama anak-anak yang
masih membutuhkan pengawasan dan arahan, karena hal pertama kali seorang
anak lahir, keluargalah yang menjadi institusi pertama dan utama. Seorang anak
mempelajari aturan, norma, dan nilai dari dalam untuk pertama kalinya ialah dari
keluarga. Bagaimana seorang anak mengetahui peran dan posisinya dalam
masyarakat, keluargalah yang mengajarinya. Hal ini diajarkan kepada anak-anak
dalam keluarga agar anak-anak dapat memahami peran dan posisi mereka dalam
masyarakat, mengingat peran penting kaum muda sebagai generasi muda masa
depan.

Seperti yang disampaikan Soetomo (2013:9) yang mana bahwasanya


perilaku menyimpang dianggap sebagai sumber masalah sosial karena dapat
mengancam sistem sosial. Perilaku menyimpang dapat terjadi dimana saja, baik
dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Perilaku tersebut terjadi karena
seseorang mengabaikan norma yang ada di masyarakat atau tidak mengikuti
norma, sehingga sering dikaitkan dengan istilah negative.

Dalam studi mengenai perilaku menyimpang terdapat beberapa


perbedaan pendapat dalam menentukan pelaku dan jenis perilaku atau kondisi
yang dianggap menyimpang. Kebanyakan orang akan berpendapat dalam
menentukan penyimpangan tersebut ketika mereka melihatnya. Seperti, bunuh
diri, keterbelakangan mental, homoseksualitas, alkoholisme, yang mana secara
umum akan dikatakan sebagai salah satu bentuk penyimpangan yang umum saja
masih terdapat perbedaan pendapat. Maka dari itu dalam hal menentukan
penyimpangan, posisi dan peran orang yang membuat reaksi sama pentingnya
dengan orang yang melakukan penyimpangan. Walaupun terdapat beberapa
persamaan dan jenis pengendalian sosial diantara kelompok masyarakat, tetapi
reaksi masyarakat terhadap masing-masing orang yang dianggap menyimpang
akan memberikan konsikuensi yang berbeda-beda. Mulai dari hanya sekedar
gunjingan sampai dengan hukuman.

Norma sosial terbentuk sebagai hasil dari proses interaksi sosial, yaitu
proses interaksi sosial yang terjadi melalui pola aksi dan interaksi di dalam
kehidupan sosial. Dengan demikian, norma sosial hanya dapat diciptakan melalui
proses sosial. Namun, tidak semua norma yang merupakan hasil dari proses
interaksi sosial harus ideal dengan norma umum. Artinya dalam proses interaksi
sosial tidak selalu menghasilkan norma positif, karena interaksi sosial juga dapat
menghasilkan norma negatif.

Proses interaksi sosial yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat di


suatu wilayah tertentu untuk menjadikan seseorang bertingkah laku sesuai
dengan nilai dan norma sosial yang berlaku dalam kelompok tersebut, sehingga
dapat mengarahkan setiap orang yang baru menempati suatu wilayah sosial
tertentu baik orang tersebut baru dilahirkan maupun sebagai pendatang. Melalui
proses interaksi sosial diharapkan terbentuknya perilaku sosial yang sesuai
dengan harapan sosial, nilai dan norma sosial yang biasa digunakan oleh
masyarakat setempat. Proses interaksi sosial terjadi secara tidak sempurna
disebabkan ketika seseorang mengalami sosialitas yang tidak lengkap dalam
hidupnya, penyimpangan muncul pada mereka yang salah dalam berinteraksi
sosial. Misalnya, seseorang menjadi pencuri karena lingkungannya telah
membentuk banyak tindakan tidak jujur, melanggar aturan atau norma.

Faktor penyebab masalah sosial ini dipicu oleh ketidaksesuaian pelaksanaan


norma, nilai, serta kepentingan sosial, akibat adanya perubahan sosial dan
kondisi masyarakat yang heterogen. Faktor penyebab yang sering muncul ialah
sebagai berikut:

1. Perubahan nilai dan norma sosial


Seiring berjalannya waktu seringkali terdapat beberapa kelompok
masyarakat yang tidak dapat mengikuti perkembangan tersebut, sehingga
nilai atau norma mereka berbeda dengan yang lain dan sering
dikelompokkan sebagai perilaku yang menyimpang. Contohnya adalah
semakin banyak orang yang mengutarakan pendapatnya tentang
emansipasi wanita, namun masih ada beberapa kelompok yang tidak
setuju dengan pendapat tersebut. Sementara kelompok-kelompok ini
dulunya mayoritas, lama kelamaan mereka menjadi minoritas dan
dianggap perilaku penyimpangan.
2. Proses interaksi sosial yang tidak lengkap adalah penyimpangan yang
terjadi pada individu karena kurangnya pendidikan atau sosialisasi dalam
kaitannya dengan standar yang baik dan benar, seperti ketika anak tidak
mendapat informasi yang cukup dari orang tua tentang apa yang baik dan
apa yang seharusnya. Keluarga sebagai faktor utama dalam sosialisasi
dapat sangat menentukan penilaian pandangan anak, sehingga ketika
tidak ada nilai atau norma yang dia pahami dengan baik, nilai yang dapat
menyebabkan suatu penyimpangan akan dengan mudah ditanamkan
pada seorang anak karena kurangnya pengetahuan tentang mereka.
3. Pelabelan pada masyarakat merupakan sebuatu pandangan yang
menggambarkan penyimpangan yang dapat terjadi ketika seseorang atau
individu sebelumnya telah membentuk label atau stigma negatif terhadap
orang atau kelompok di sekitarnya. Misalnya, ada stigma di masyarakat
bahwa orang bertato adalah orang jahat atau orang yang tidak baik,
padahal belum tentu demikian. Namun karena stigma ini sudah ada,
maka membuat segala sesuatu yang dilakukan individu tersebut menjadi
negatif dan mendorong mereka untuk mengabaikan nilai dan norma yang
ada, karena segala sesuatu yang mereka lakukan selalu dipandang
negatif.
4. Asosiasi Diferensial menjelaskan penyimpangan yang dapat terjadi ketika
seseorang atau individu dapat dipengaruhi untuk berperilaku
menyimpang ketika terus-menerus berinteraksi dengan orang lain yang
memiliki karakteristik menyimpang. Hal ini juga disebabkan karena
seseorang atau kelompok tidak memiliki nilai dan norma yang dapat
dipegang dan digunakan dalam lingkungan masyarakat sebagai pedoman
hidup, sehingga mereka memiliki kesempatan untuk memusatkan
perhatian pada membiarkan perilaku menyimpang.

Akibat dari perilaku menyimpang ini akan menimbulkan kesenjangan sosial


yang mana juga akan berpengaruh dalam halnya interaksi sosial individu.
Beberapa dampak yang ditimbulkan dari perilaku menyimpang terhadap
interaksi sosial:

1. Pelaku penyimpangan sosial akan dikucilkan dari lingkungan masyarakat


karena sebagian besar masyarakat memandang penyimpangan perilaku
sebagai wabah dan memilih untuk tidak mendekatinya.
2. Membuat batas antara kelompok ekologi berdasarkan parameter sosial.
Hal ini dapat dilihat misalnya pada berbagai suku di Indonesia, di mana
orang Jawa memiliki ciri berbicara dengan lembut, sedangkan orang
Batak memiliki ciri berbicara dengan lantang. Sehingga perbedaan
tersebut terkadang membuat kelompok tersebut saling mendiami satu
sama lain.
3. Munculnya kelompok baru yang anggotanya menyimpang secara sosial
karena terpinggirkan, yang menimbulkan rasa solidaritas dan kepedulian
satu sama lain yang dapat menimbulkan masalah. Dengan adanya
keberadaan individu yang menyimpang secara sosial maka akan
menimbulkan gangguan dalam lingkungan masyarakat. Namun ada juga
yang benar-benar beradaptasi dengan situasi yang ada.

Kesimpulan berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa perilaku


menyimpang terbagi dalam berbagai bentuk. Ketika kita belajar dari
penyimpangan sosial, kita menyadari bahwa itu tidak hanya merugikan diri
kita sendiri tetapi juga orang lain. Sekalipun seseorang bersalah melakukan
penyimpangan sosial atau sikap menyimpang, bukan berarti individu tersebut
tidak dapat berubah, jika orang tersebut memiliki keinginan dan mengakui
kesalahan yang dilakukannya, orang-orang di sekitar kita harus dapat
membantunya untuk menjadi orang yang lebih baik. Pada dasarnya perilaku
menyimpang di kalangan remaja bukan merupakan hal yang baru lagi.
Namun sampai saat ini masih banyak penelitian yang menunjukkan bahwa
perilaku menyimpang yang di lakukan remaja masih sangat tinggi bahkan
dapat dikatakan mencapai titik yang mengkhawatirkan. Penyimpangan dapat
terjadi pada dasarnya karena adanya sosialisasi yang tidak sempurna pada
diri remaja. Remaja cenderung berusaha mencari jati dirinya pada teman
sebayanya dan lingkungannya. Sehingga apabila salah dalam mencari teman
dan bersosialisasi pada lingkungan yang salah mereka akan terjebak pada
perilaku yang menyimpang. Oleh karena itu peran dan fungsi orang tua
sangat menentukan terhadap perilaku remaja pada saat ini. Kita tidak bisa
menyalahkan modernisasi yang sedang berjalan, tapi kita sebagai orang tua
perlu kebijakan dalam menyikapi modernisasi tersebut. Pada era modernisasi
seperti ini keluarga terutama orang tua harus bisa membagi peran dan waktu
untuk anak-anaknya. Untuk menekan pergaulan bebas di kalangan remaja
tidak cukup hanya berupa penanaman nilai keagamaan yang kuat. Akan
tetapi dibutuhkan pendampingan orang tua dalam segala hal, dengan tidak
mengurangi kebebasan dari seorang anak. Fungsi sosialisasi dan afeksi dalam
keluarga perlu ditumbuhkan kembali, mengingat keluarga adalah salah satu
lembaga sosial yang paling dasar yang berperan membentuk karakter anak di
dalam.

Anda mungkin juga menyukai