Anda di halaman 1dari 32

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Penyimpangan Sosial

1. Penyimpangan Sosial

Pengertian perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai setiap perilaku

yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada didalam masyarakat. Perilaku-

perilaku seperti ini terjadi karena seseorang mengabaikan norma atau tidak

mematuhi patokan baku dalam masyarakat sehingga sering dikaitkan dengan

istilah-istilah negative (Herabudin 2015: 90).

Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama

penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai

kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama)

secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk

sosial. Didalam pola hubungan-hubungan yang lazim disebut interaksi sosial,

anak atau remaja merupakan salah satu pihak, disamping adanya pihak-pihak

lain. Pihak-pihak tersebut saling mempengaruhi, sehingga terbentuklah

kepribadian-kepribadian tertentu sebagai akibatnya. Proses saling memengaruhi

melibatkan unsur-unsur yang baik dan benar, serta unsur-unsur lain yang

dianggap salah dan buruk. Unsur-unsur yang lebih berpengaruh biasanya

tergantung dari mentalitas pihak yang menerima. Artinya, sampai sejauh

manakah pihak penerima mampu menyaring unsur-unsur luar yang diterimanya

melalui proses pengaruhmempengaruhi.

8
9

Perilaku menyimpang dapat juga diartikan sebagai tingkah laku,

perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan

dengan norma-norma dan hukum yang ada didalam masyarakat. Dalam

kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma)

untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh

masyarakat. Namun ditengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita

jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang

berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat

ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain. Penyebab terjadinya

perilaku menyimpang yang terjadi pada kalangan remaja dikarenakan

ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang yang tidak

sanggup menyerap norma-norma kebudayaan kedalam keperibadiannya, ia

tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan ini terjadi

akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang

tumbuh dalam keluarga yang retak atau broken home. Apabila kedua orang

tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan

mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.

1) Ciri-ciri Penyimpangan Sosial Menurut Paul B. Horton

Penyimpangan sosial mempunyai ciri-ciri nya yaitu sebagai berikut:

1. Penyimpangan harus dapat didefinisikan Perilaku dikatakan menyimpang

atau tidak harus dapat dinilai berdasarkan kriteria tertentu dan diketahui

penyebabnya.
10

2. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak Perilaku menyimpang tidak

selamanya negatif, adakalanya penyimpangan dapat diterima masyarakat.

3. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak Semua orang pernah

melakukan suatu penyimpangan sosial, tetapi pada batas-batas tertentu

yang sifatnya relatif untuk semua orang. Dikatakan relatif karena

perbedaannya hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangan.

4. Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal Budaya ideal

merupakan segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok

masyarakat.

5. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan Norma

penghindaran ialah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi

keinginan mereka, tanpa harus menentang suatu nilainilai tata kelakukan

secara terbuka.

6. Penyimpangansosial bersifat adaptif (menyesuaikan) Penyimpangan sosial

tidak selamanya menjadi ancaman karena kadang-kadang bisa dianggap

sebagai alat pemikiran stabilitas sosial.

Pengaruh Terjadinya Penyimpangan Sosial Penyimpangan sosial (perilaku

menyimpang) dapat dipengaruhi oleh hal-hal berikut (Herabudin 2015: 91) :

1. Tidak mempunyai seseorang sebagai panutan dalam memahami dan

meresapi tata nilai atau norm-norma yang berlaku dimasyarakat.

2. Pengaruh lingkungan kehidupan sosial yang tidak baik.


11

3. Prosess bersosialisasi yang negative karena bergaul dengan para pelaku

penyimpangan sosial, seperti kelompok preman, pemabuk, penjudi, dan

sebagainya.

2) Fator Penyebab Penyimpangan Sosial Faktor-faktor yang menjadi

penyebab terjadinya penyimpangan sosial di masyarakat:

1. Sosialisasi subkebudayaan menyimpang Perilaku menyimpang terjadi

pada masyarakat yang memiliki nilai-nilai subkebudayaan yang

menyimpang, yaitu suatu kebudayaan khusus yang normanya

bertentangan dengan norma-norma budaya yang dominan atau pada

umumnya. Misalnya: orang yang tinggal di lingkungan preman. Dalam

lingkungan tersebut perbuatan-perbuatan kasar dan kata-kata kotor

sudah menjadi hal yang biasa untuk dilakukan.

2. Pelampiasanrasa kecewa Seseorang yang mengalami kekecewaan

apabila tidak bisa mengalihkan akan melampiaskan ke hal-hal yang

positif, maka ia akan berusaha untuk mencari pelarian guna rasa

kecewanya. Misalnya: bunuh din, mengkonsurnsi obat-obat terlarang.

dan lain-lain.

3. Dorongan kebutuhan ekonomi Seseorang yang ingin hidup serba

berkecukupan tanpa harus bekerja keras serta adanya tuntutan ekonomi

mendorong seseorang untuk melakukan tindakan penyimpangan.

MisaInya; pencurian, perampokan, korupsi, dan lain-lain.

4. Ikatan sosial yang berlain-lainan Setiap orang umumnya melakukan

interaksi atau hubungan dengan kelompok-kelompok yang berbeda di


12

masyarakat. Dalarn hubungan tersebut, individu akan rnemperoleh

pola-pola sikap dan perilaku kelompoknya. Apabila hubungan itu

memiliki pola dan sikap perilaku yang menyimpang, maka ia juga

akan menunjukkan pola-pola perilaku menyimpang.

5. Pengaruh media massa Media massa, baik cetak maupun elektronik

umumnya menyajikan acara yang tidak hanya berdampak positif,

tetapi juga berdampak negatif. Acara-acara televisi yang menyajikan

berbagai kartun dan film yang lebih menonjolkan kekerasan dan

kriminalitas, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat

memengaruhi emosi dan kejiwaan para pemirsanya. Akibatnya sering

terjadi perkelahian, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.

6. Pengaruh lingkungan pergaulan Seseorang yang bergaul atau melakukan

interaksi dengan orang-orang yang melakukan penyimpangan sosial,

lama-kelamaan akan terpengaruh untuk melakukan penyimpangan

sosial yang sama. Misalnya: seorang anak yang bergaul dengan anak-

anak yang suka mengonsumsi obat-obatan terlarang, maka dia akan

ikut-ikutan untuk berbuat hal yang sama.

7. Pendidikan keluarga yang terlalu keras Pendidikan keluarga yang terlalu

keras, sepenti pemberian hukuman fisik terhadap anak apabila

melakukan kesalahan mengakibatkan anak menjadi tertekan dan

merasa tidak bebas dalam melakukan suatu perbuatan, akibatnya anak

berontak. Di rumah kelihatannya pendiam dan menurut apa kata orang


13

tuanya, tetapi di luar rumah ia melakukan perbuatan-perbuatan yang

menyimpang.

8. Kegagalandalam sosialisasi Sosialisasi dianggap tidak berhasil apabila

individu tidak berhasil mendalami norma-norma yang berlaku dalam

masyarakat yang diwujudkan dalam setiap perbuatan dan tingkah

lakunya. Akibatnya individu tersebut cenderung melakukan

penyimpangan-penyimpangan sosial.

3) Jenis-jenis Penyimpangan Sosial Batasan perilaku menyimpang

ditentukan oleh norma-norma masarakat. Jenis penyimpangan sosial

(perilaku menyimpang) adalah sebagai berikut (Herabudin 2015: 92) :

1. Penyimpangan Seksual Penyimpangan seksual adalah perilaku seksual

yang tidak lazim dilakukan. Penyimpangan seksual dapat dibedakan

menjadi sebagai berikut:

a. Perzinaan adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh pria dan wanita

diluar pernikahan, baik mereka yang sudah pernah melakuakn

pernikahan yang sah maupun yang belum.

b. Menyukai sesama jenis dalam penyimpangan seksual dibedaka menjadi

dua yaitu sebagai berikut:

1) Lesbian adalah hubungan seksual yang dilakukan sesame wanita.

2) Homoseks adalah hubungan seksual yang dilakuakn sesama pria.

2. Hubungan Seksual diluar Nikah (Kumpul Kebo) Hubungan seksual

diluar nikah (kumpul kebo) adalah hubungan suami istri tanpa ikatan

perkawinan. Hal tersebut merupakan perilaku seks bebas yang


14

mengundang terjangkitnya penyakit kelamin yang membahayakan,

seperti virus HIV penyebab penyakit AIDS.

3. Pemerkosaan Pemerkosaan adalah tindakan pemaksaan dengan

kekerasan pada orang lain untuk melakukan hubungan seksual.

Penyimpangan seksual, selain bertentangan dengan norma, juga

berbahaya bagi pelakunya ataupun bagi masyarakat.Bahaya

penyimoangan seksual antara lain sebagai berikut:

a. Pencemaran dan pencampuradukan keturunan. Masyarakat Indonesia

masih menjunjung adat keturunan yang mengagungkan kesucian,

kehirmatan, dan kemurnian keturunan.

b. Penularan penyakit kelamin yang membahayakan pasangan suami

istri dan dapat mengancam keselamatan anak yang dilahirkannya

Penyakit HIV AIDS yang sangat menakutkan juga disebabkan oleh

perzinaan.

c. Ketidakteraturan rumah tangga sebagai akibat perceraian karena

suami atau istri berbuat zina, sehingga menghancurkan keluarga.

d. Terlantarnya anak-anak yang tidak berdosa sebagai akibat ulah

orang-orang yang tidak bertanggunga jawab (para pelaku zina)

sehingga anak yang dilahirkan mendapat ‘julukan’ anak haram.

4. Penyalahgunaan Narkotika Penggunaan narkotika pada bidang

kedokteran, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dapat

memberikan manfaat bagi manusia, akan tetapi jika digunakan tidak

sesuai dengan norma agama dan masyrakat, penggunaan narkotika


15

dapat membahayakan dan memunculkan perilaku menyimoang. Jenis-

jenis narkotika, antara lain ganja, candu, putaw, sabu-sabu, morfin dan

heroin. Beberapa alasan orang menggunakan narkotika adalah sebagai

berikut:

a. Menghilangkan atau mengurangi rasa takut

b. Menghilangkan rasa malu atau minder

c. Melupakan kesulitan atau permasalahan hidup meskipun hanya

sebentar.

d. Sekedar ingin coba-coba

5. Alkoholisme Minuman alkohol mempunyai efek negative terhadap saraf.

Alkohol data emngakibatkan mabuk dan tidak dapat berfikir secara

normal. Akibatnya, seorang pemabuk mudah melakukan tindakan yang

tidak terkendali, baik secara fisik, sosial maupun psikologis sehingga

merugikan dirinya dan orang lain. Selain itu, dapat menimbulkan

penyimpangan lain, seperti pengrusakan, penganiayaan, bahkan

pembunuhan.

6. Tawuran Tawuran diawali adanya suatu konflik antara dua pelajar atau

lebih yang berlaian sekolah. Tawuran menjadi masalah yang serius

karena pelaku tawuran cenderung mengabaikan norma-norma yang ada,

membabi buta, melibatkan korban yang tidak bersalah, dan merusak

apa saja yang disekitarnya. Akibatnya, tawuran mendatangkan bentuk

penyimpangan lain, seperti perusakan, penganiayaan, dan pembunuhan.


16

7. Tindakan Kriminal atau Tindakan Kejahatan Tindakan kejahatan adalah

bentuk pelanggaran norma hukum, khususnya yang berkaitan dengan

pidana dan perdata, yang pada dasarnya merupakan tindakan yang

merugikan orang lain. Tindakan kriminal, antara lain pencurian,

pemerkosaan, dan perampokan. Tindak kejahatan mencakup pula

semua kegiatan yang dapat menganggu keamanan dan kestabilan

Negara, seperti korupsi, maker, subversi, dan terorisme.

8. Penyimpangan dalam gaya hidup yang lain dari biasanya Penyimpangan

dalam gaya hidup lain adalah sebagai berikut:

a. Arogansi adalah kesombongan terhadap sesuatu yang dimilikinya,

seperti kekayaan, kekuasaan, dan kepandaian. Sikap arogansi dapat saja

dilakukan oleh seseorang yang ingin meutupi kekurangan yang

dimilikinya.

b. Eksentrik adalah perbuatan yang menyimpang dari biasanya sehingga

dianggap aneh, seperti anak laki-laki memakai anting, perempuan

mengenakan anting dilidahnya, gaya rambut modern (berdiri ke atas),

dan sebagainya.

4) Teori Sosiologi Mengenai Perilaku Menyimpang

1) Teori Kontrol Narwako (2007:116) teori ini menyatakan bahwa perilaku

menyimpang merupakan hasil dari kekosongan kontrol atau

pengendalian sosial.

2) Teori Konflik Narwako (2007:117) Teori konflik adalah pendekatan

terhadap perilaku menyimpang yang paling banyak diaplikasikan kepada


17

kejahatan, walaupun juga digunakan dalam bentuk-bentuk

penyimpangan lainnya.

3) Teori Fungsi Mulyadi dkk (1995: 57) dalam Emile. Durkheim

tercapainya kesadaran moral dari semua anggota masyarakat karena

faktor keturunan, perbedaan lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

5) Upaya menanggulangi penyimpangan sosial

1. Penanaman Nilai dan Norma yang Kuat

Penanaman nilai dan norma dilakukan melalui adanya sosialisasi di dalam

kehidupan masyarakat. Dalam hal ini, yang paling berperan ialah media-

media sosial yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Tujuan dari penanaman

nilai dan norma pada diri individu adalah untuk membentuk konsep diri,

pengembangan keterampilan, pengendalian diri, pelatihan komunikasi, dan

pembiasaan aturan.

Tercapainya semua tujuan-tujuan tersebut menjadikan proses

sosialisasi menjadi ideal yang pada akhirnya seseorang akan tahu mana yang

baik dan mana yang buruk. Hal ini didasari karena adanya nilai dan norma

yang kuat dalam diri individu sehingga perilakunya sesuai dengan harapan

masyarakat.

“Peran individu masyarakat dan pemerintah sangat penting dalam upaya

penanggulangan perilaku menyimpang.”


18

2. Pelaksanaan Peraturan yang Konsisten

Keadaan yang aman dan nyaman bisa terbentuk melalui adanya penerapan

peraturan yang tegas. Segala bentuk peraturan yang dikeluarkan pada

hakikatnya adalah usaha untuk mencegah adanya tindakan penyimpangan.

Hal itu juga menjadi sarana atau alat penindak pelaku penyimpangan yang

ada di dalam masyarakat.

Akan tetapi, jika peraturan yang dikeluarkan tidak konsistem akan

menimbulkan tindak penyimpangan yang lain. Maka dari itu, diperlukan

konsistensi dari setiap peraturan jika ingin berfungsi dengan baik di dalam

masyarakat. Selain itu diperlikan juga sanksi-sanksi yang tegas dalam

peraturan tersebut, sehingga pelanggar akan mendapatkan sanksi tegas

berupa hukuman.

Hukuman ini penting dilakukan agar terjadi efek jera dari pelanggar

peraturan sehingga tidak akan mengulangi perbuatannya lagi. Dengan

begitu, tercapainya tujuan dan dipatuhinya berbagai norma yang ada di

masyarakat dapat terjamin. “Peraturan yang tegas membuat perilaku

menyimpang di masyarakat bisa ditanggulangi dengan baik.”

3. Melakukan Penyuluhan

Pemerintah memiliki peran yang besar dalam upaya penanggulangan

perilaku menyimpang dalam masyarakat. Melalui jalur penyuluhan bisa

disampaikan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan nilai,

norma, dan peraturan yang berlaku di masyarakat.


19

Dengan upaya ini diharapkan setiap masyarakat memahami nilai, norma, dan

peraturan yang berlaku, Adjarian. Pemahaman nilai, norma, dan peraturan

yang berlaku memiliki tujuan yang baik untuk menciptakan suatu kondisi

yang nyaman dan aman bagi masyarakat. bagi para pelaku penyimpangan

sosial, penyuluhan akan nilai, norma, dan peraturan yang berlaku perlu

dilakukan secara terus-menerus.

Peran lembaga-lembaga agama, kepolisian, pengadilan, dan lembaga

masyarakat sangat penting untuk mengadakan penyuluhan tersebut.

B. Penyimpangan Sosial Remaja

Mendefinikasn perilaku menyimpang adalah hal yang cukup sulit

dilakukan.15 Perilaku menyimpang adalah respon individu terhadap suatu

stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi

spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak (Sarlito W. Sarwono,

2016:251).

Saat mulainya berbeda-beda, karena bersamaan dengan waktu

kemasakan seksual yang datangnya lebih cepat pada anak gadis. Di antara tiap

jenis terdapat pula perbedaan individu, karena ada anak-anak yang mencapai

kemasakan tersebut pada umur 10 tahun dan yang sangat terlambat pun ada.

Untuk menentukan berakhirnya masa remaja pun lebih sukar, karena pegangan

yang nyata seperti perkembangan fisik tak ada. Biasanya mereka di anggap

bukan remaja lagi kalau mereka telah cukup bertanggung jawab atas perbuatan-

perbuatannya dan kalau mereka telah menemukan cara-cara yang baik untuk
20

mengatasi kecemasankecemasan terhadap diri mereka sendiri. Golongan remaja

muda adalah para gadis berusia 13 sampai 17 tahun. Ini pun sangat tergantung

pada kematangannya secara seksual. Bagi laki-laki yang disebut remaja muda

berusia dari 14 sampai 17 tahun. Apabila remaja muda sudah menginjak usia 17

sampai 18 tahun, mereka lazim disebut golongan muda atau pemuda pemudi.

Sikap tindak mereka rata-rata sudah mendekati pola sikap tindak dewasa,

walaupun dari sudut perkembangan memutuskan tindakan moral dengan alasan

agama, dan pentingnya agama dalam kehidupan sehari-hari (Laura A. King,

2016:394). Definisi Remaja Sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang,

yaitu:

1) Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun

sampai 20-21 tahun

2) Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan

fungsi fisiologisnya, terutama terkait dengan kelenjar seksual.

3) Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami

perubahan dalam aspek kognitif, emosi, social, dan moral, diantaranya

masa anak anak menuju masa dewasa.

Adapun batasan usia remaja yang dikemukakan oleh Hurlock adalah

bahwa rentangan usia remaja antara 13- 21 tahun yang dibagi menjadi: a. Mada

pubertas : 10/12 - 13/14 tahun b. Masa remaja awal : 13/14 - 17 tahun c. Masa

remaja akhir : 17 - 21 tahun.

Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa remaja merupakan masa

transisi anak-anak menuju dewasa dengan capaian usia, peuntuk cita cita masa
21

depan serta memiliki kepribadian yang berakhlak mulia. Perrubahan fisik,

perubahan akan prilaku yang menuntut harapan mempersiapkan diri (Triana

Rosalina Noor, 2018).

Selanjutnya Menurut Pendapat Gunarsa & Gunarsa, dan Mappiare,

dalam menjelaskan ciri-ciri remaja sebagai berikut:

1. Masa remaja awal. Biasanya duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama,

dengan ciri-ciri:

a) Tidak stabil keadaannya, lebih emosional

b) Mempunyai banyak masalah

c) Masa yang kritis

d) Mulai tertarik pada lawan jenis,

e) Munculnya rasa kurang percaya diri,

f) Suka mengembangkan pikiran baru, gelisah, suka berkhayal dan suka

menyendiri.

2. Masa remaja madya (pertengahan). Biasanya duduk di bangku Sekolah

Menengah Atas dengan ciri-ciri:

a) Sangat membutuhkan teman

b) Cenderung bersifat narsistik/kecintaan pada diri sendiri

c) Berada dalam kondisi keresahan dan kebingungan, karena pertentangan

yang terjadi dalam diri

d) Berkenginan besar mencoba segala hal yang belum diketahuinya,

e) Keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas.


22

3. Masa remaja akhir. Ditandai dengan ciri-ciri:

a) Aspek-aspek psikis dan fisiknya mulai stabil

b) Meningkatnya berfikir realistis, memiliki sikap pandang yang sudah baik

c) Lebih matang dalam cara menghadapi masalah

d) Ketenangan emosional bertambah, lebih mampu menguasai perasaan.

e) Sudah terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi

f) Lebih banyak perhatian terhadap lambang-lambang kematangan (Khamim

Zakarsih Putro, 2017:29).

Menurut pendapat diatas dapat dipahami terhadap ciri-ciri remaja yang

menjadi harapan remaja dapat menjadi pribadi yang berakhlak mulia yang sesuai

dengan syariat Islam dengan adanya pendidikan pada remaja diharapkan mampu

meminimalisir perbuatan Akhlak tercela. Adapun Ciri-ciri kejiwaan dan

psikososial batasan usia remaja sebagai berikut:

a. Usia remaja muda (12-15 tahun)

1) Sikap protes terhadap orang tua. Remaja pada usia ini cenderung tidak

menyetujui nilai-nilai hidup orang tuanya, sehingga sering menunjukkan

sikap protes terhadap orang tuanya. Dalam upaya pencarian identitas diri,

remaja cenderung melihat kepada tokoh tokoh di luar lingkungan

keluarganya, yaitu guru, figure ideal yang terdapat di flm, atau tokoh

idola.

2) Preokupasi dengan badan sendiri. Tubuh seorang remaja pada usia ini

mengalami perubahan yang cepat sekali. Perubahan perubahan ini

menjadi perhatian khusus bagi remaja.


23

3) Kesetiakawanan dengan kelompok usia. Para remaja pada kelompok umur

ini merasakan keterikatan dan kebersamaan dengan kelompok seusia

dalam upaya mencari kelompok senasib. Hal ini tercermin dalam cara

berprilaku social.

4) Kemampuan untuk berfikir secara abstrak. Daya kemampuan berfikir

seorang remaja mulai berkembang dan dimanesfestasikan dalam bentuk

diskusi untuk mempertajam kepercayaan diri.

5) Perilaku yang labil dan berubah-ubah. Remaja sering memperlihatkan

perilaku yang berubah-ubah. Pada suatu waktu tampak bertanggung

jawab, tapi dalam waktu lain tampak merasa bodoh dan tidak

bertanggung jawab. Remaja merasa cemas akan perubahan dalam dirinya.

Perilaku demikian menunjukan bahwa remaja terdapat konflik yang 29

memerlukan pengertian dan penanganan yang bijaksana.

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa ciri-ciri diatas

merupakan kondisi kejiwaan dan psikososial pada remaja usia muda

dengan batasan umur 12-15 tahun.

b. Usia remaja penuh. (16-21 Tahun)

1. Kebebasan dari orang tua. Dorongan untuk menjauhkan diri dari orang tua

menjadi realitas. Remaja mulai merasakan kebebasan, tetapi juga merasa

kurang menyenangkan . pada diri remaja timbul kebutuhan untuk terikat

dengan orang lain melalui ikatan cinta yang stabil.

2. Ikatan terhadap pekerjaan atau tugas Sering kali remaja menunjukkan minat

pada suatu tugas tertentu yang ditekuni secara mendalam. Terjadi


24

pengembangan akan cita-cita masa depan yaitu mulai memikirkan

melanjutkan sekolah atau langsung bekerja mencari nafkah.

3. Pengembangan nilai moral dan etis yang mantap. Remaja mulai menyusun

nilai-nilai moral dan etis sesuai dengan cita-cita.

4. Pengembangan hubungan pribadi yang stabil. Adanya tokoh panutan atau

hubungan cinta yang stabil menyebabkan terbentuknya kstabilan diri

remaja.

5. Penghargaan kembali pada orang tua dalam kedudukan yang sejajar. Dari

penjelasan diatas dapat dipahami bahwa berikut keadaan kejiwaan dan

psikosial remaja penuh terhadap prilaku yang diperlihatkan pada usianya

yaitu 16-21 tahun.

Tugas Perkembangan Remaja Salah satu periode dalam rentang kehidupan

ialah (fase) remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam

siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat

diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Untuk dapat

melakukan sosialisasi dengan baik, remaja harus menjalankan tugas-tugas

perkembangan pada usinya dengan baik. Kay, sebagaimana dikutip Yudrik Jahja

mengemukakan tugas-tugas perkembangan masa remaja sebagai berikut:

a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

b. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figurfigur yang

mempunyai otoritas.

c. Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan bergaul dengan

teman sebaya, baik secara individual maupun kelompok.


25

d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitas pribadinya.

e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap

kemampuannya sendiri.

f. Memeperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar

skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup.

g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)

kekanak-kanakan.

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa tugas perkembangan

merupakan hal-hal yang harus dipenuhi atau dilakukan oleh remaja dan

dipengaruhi oleh harapan social. Tugas perkembangan berisi harapan lingkungan

yang merupakan tuntutan bagi remaja dalam bertingkah laku. Adapun tugas

perkembangan remaja sebagai berikut:

a. Menerima keadaan dan penampilan diri, serta menggunakan tubuhnya

secara efektif.

b. Belajar berperan sesuai dengan jenis kelamin (sebagai lakilaki atau

perempuan)

c. Mencapai relasi yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya, baik

secara sejenis maupun lawan jenis.

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab.

e. Mencapai kemandirian secara emosional terhadap orang tua dan orang

dewasa lainnya.

f. Mempersiapkan karier dan kemandirian secara ekonomi.


26

g. Menyiapkan diri (fisik dan psikis) dalam menghadapi perkawinan dan

kehidupan keluarga.

h. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual untuk hidup

bermasyarakat dan untuk masa depan (dalam bidang pendidikan dan

pekerjaan) i. Mencapai nilai-nilai kedewasaan.

Jadi dapat dipahami apabila tugas pekembangan sosial ini dapat

dilakukan dengan baik, remaja tidak akan mengalami kesulitan dalam kehidupan

sosialnya serta akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan

tugas perkembangan untuk fase-fase berikutnya. Sebaliknya, manakala remaja

gagal menjalankan tugas-tugas perkembangannya akan membawa akibat negatif

dalam kehidupan sosial fase-fase berikutnya, menyebabkan ketidakbahagiaan

pada remaja yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan

kesulitankesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan berikutnya.

Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja ―Setiap fase usia

memiiki karakteristik khusus yang membedakannya dari fase-fase pertumbuhan

yang lain. Demikian pula hanya dengan fase remaja, memiliki karakteristik dan

ciri-ciri yang berbeda dari karakteristik dan ciri-ciri fase kanak-kanak, dewasa,

dan tua. Selain itu, setiap fase memiliki kondisi- kondisi dan tuntutan-tuntutan

yang khas bagi masing-masing individu. Oleh karena itu, kemampuan individu

untuk bersikap dan bertindak dalam menghadapi suatu keadaan berbeda dari satu

fase ke fase lain.


27

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa pertumbuhan pada fase ini

melibatkan perubahan fisik terhadap tubuh remaja seperti perubahan tinggi

badan, jantung, pembulu darah, kelenjar reproduksi dan tanda psiologis lainnya.

b. Karakteristik Pertumbuhan Intelektual ―Pertumbuhan intelektual pada masa

remaja yang berarti perubahan pada kuantitas dan kualitas kinerja akal.

Kemampuan berkembangnya lebih cepat dibandingkan dengan fase

sebelumnya, kematangan akal lebih sempurna pada fase ini. Perkembangan

kemampuan akal ini merupakan faktor terpenting yang membantu remaja

beradaptasi dengan dirinya dan lingkungan sosialnya. Syaratnya, tersedia

pendidikan yang bagus serta pengarahan sesuai dengan fase ini, dimana

pertumbuhan akal sangat penting dalam kehidupan remaja selama terjadinya

perubahan-perubahan fisik, mental dan sosial.‖32 Dapat dipahami bahwa

Pertumbuhan akal pada remaja seperti kemampuan remaja untuk berfikir,

mengingat dan memahami itu tergantung kepada pendidikan dan pengarahan

yang baik.

c. Karakteristik Perkembangan Emosi Pengarahan dan pendidikan pada tingkat

ini akan membantu remaja melewati fase remaja dengan aman dan selamat

juga menghindarkan dari konflik mental seperti cemas dan putus asa. Selain

itu pendidikan yang benar juga dapat menghindarkan dari efek negatif yang

muncul akibat egoisme remaja yang berlebihan. Para psikolog mengkaji

emosi-emosi remaja dan tanda-tanda yang menyertai masing-masing emosi

sebagai berikut:
28

1) Emosi Ketakutan Para remaja kadang takut kepada benda-benda konkret

seperti ular, anjing, badai, suara-suara aneh, lift, api, air, kereta api dan

pesawat terbang. Terkadang ketakutan mereka terkait dengan hubungan-

hubungan sosial; seperti pertemuan dengan orang lain, berada ditengah-

tengah orang yang lebih pintar, orang-orang tua, atau orang-orang yang

berwatak keras, dan seterusnya. Mereka juga takut kepada kesendirian, atau

berada ditengah massa, membaca didepan kelas, berpidato, berada didalam

pesta bersama lawan jenis, atau berada didalam kelompok yang

mayoritasnya adalah orang tua.

Ketakutan-ketakutan sosial ada dua bentuk, yaitu gugup dan malu.

Biasanya sebab-sebab yang umum mengakibatkan kegugupan dan

ketegangan yang berkaitan dengan individu- individu dari lawan jenis,

perbuatan tertentu yang menjadikan remaja sebagai bahan tertawaan atau

pelecehan orang lain, sikapnya terihat aneh dihadapan teman-teman

sebayanya, perbedaan pakaiannya mencolok dengan yang dikenakan

anggota kelompok, atau perbuatan tertentu yang dilakukan oleh kedua

orang tuanya yang membuatnya objek kasihan/pelecehan. Pujian,

kedudukan keluarga , aturan moralnya, atau profesi orang tua yang lebih

rendah tingkatannya daripada teman—temannya terkadang menjaadi

penyebab terjadinya gugup.

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa rasa takut, gugup dan

canggung ini merupakan sebuah rasa yang terkadang menjangkiti remaja,

terutama ketika mereka berada didalam lingkungan baru atau masa-masa


29

baru yang berbeda dengan masa sebelumnya yang bisa saja masa

sebelumnya itu adalah sebuah masa yang indah atau bahkan duka

2) Emosi Cinta Cinta adalah reaksi emosional yang dibangun lewat hubungan-

hubungan yang menyenangkan. Pada fase remaja, cinta berhubungan

dengan orang-orang, dan dalam sejumlah kecil kasus berhubungan dengan

hewanhewan peliharan. Akan tetapi tidak sama sekali berhubungan dengan

mainan atau benda-benda tidak hidup sebagaimana terjadi pada fase kanak-

kanak. Lebih dari itu, remaja lebih pandai daripada anak kecil dalam

memilih orang yang dicintainya.

Substansi cinta adalah kecendrungan jiwa yang membawa seseorang

condong kepada sesuatu dan seseorang yang dicintainya. Dia terkait erat

dengan muatan emosional yang kompleks. Muatan emosional ini unsur-

unsurnya harmonis dan bertujuan membangun hubungan-hubungan erat

yang menghububungkan individu dengan pilar-piar dunia disekelilingnya.

Oleh karena itu, cinta sangat terkait erat dengan dorongan seksual, dan

pada fase-fase berikutnya secara bertahap berkembang dari cinta diri

sendiri (egoisme) ke cinta kepada lawan jenis

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa Islam dalam emosi ini

mengaturnya hanya dengan bingkai perkawinan dan pembinaan kehidupan

bersama. Ketertarikan lawan jenis merupakan panggilan fitrah, dan islam

membawanya berjalan dijalan yang benar. Selain perkawinan, tidak ada

jalan sesuai dengan manhaj islam yang fitri.


30

d. Karakteristik perkembangan sosial Kemampuan bersosial merupakan faktor

untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial tempat remaja hidup.

1) Setia pada teman sebaya Remaja terikat sangat erat dengan kelompok

teman sebaya. Dia berupaya keras untuk bergabung dengan mereka, dan

berjuang untuk mengokohkan kedudukannya disana, serta mengadopsi

nilai- niai perilaku yang dipegang oleh kelompoknya (sebelum kelompok-

kelompok yang lain) dengan sepenuh jiwa, perasaan dan kesetiaannya. Itu

karena remaja di tengah teman-temannya, merasakan adanya persamaan

dan kesatuan tujuan dan perasaan. Pada saat yang sama dia juga merasakan

jurang yang lebar dan seringkali memisahkan antara dirinya dan orang

dewasa.

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa karakteristik remaja

yaitu sangat erat dengan kelompok teman sebaya maka dari itu sebagai

orang yang akan mendidik remaja seharusnya senantiasa mengawasi

rermaja dalam pergaulannya terhadap teman sebaya manakah yang dapat

mempengarugi kepribadian remaja yang berakhlak baik atau buruk.

2) Keinginan Untuk menegaskan jati diri Remaja, pada fase pertengahan

remaja, berusaha memiliki kedudukan ditengah-tengah kelompoknya. Dan

agar kelompok tersebut mengakui jati dirinya, dia selalu ingin melakukan

aksi- aksi yang memancing perhatian orang kepadanya. Caranya

bermacammacam. Kadang dia mengenakan pakaian yang mencolok dan

mode terbaru. Dia juga mencoba berbicara, tertawa dan berjalan dengan
31

cara yang dibuat-buat. Atau melibatkan dirinya kedalam diskusidiskusi

yang jauh diatas tingkat kemampuannya, gemar berdebat dalam hal-hal

yang sangat jauh dari pengetahuannya. Dia tidak melakukan hal itu

berdasarkan prinsip, melainkan hanya kerena suka berdebat dan mengobrol

dengan ungkapan-ungkapan yang bombastis.

Dapat dipahami dari penjelasan diatas bahwa remaja dalam pendidikan

sosial meliputi pembinaan dan pembentukan individu yang berakhlak

tinggi, hal ini menjadi tugas bersama untuk merealisasikan dengan

pengembangan pemahaman akhlak dan perilaku sosial, agar dapat

membedakan prilaku baik dan perilaku yang jahat.

Kurangnya Pemahaman Tentang Agama Sudah menjadi kejadian yang

ada didunia di mana segala sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu

pengetahuan, sehingga keyakinan beragama mulai terdesak. Kepercayaan

kepada allah SWT tinggal simbol, larangan-larangan dan suruhan-suruhan

allah SWT. tidak diindahkan lagi. Dengan kurangnya pemahaman tentang

agama pada seseorang maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada di

dalam dirinya sehingga terjerumus kedalam perilaku menyimpang. Dengan

demikian satu-satunya alat pengawas dan pengontrol moral yang dimiliki

adalah masyarakat dengan hukum dan peraturannya.

e.Model penyimpangan remaja

Ada banyak bentuk penyimpangan perilaku dikalangan remaja,

seperti perkelahian, kejahatan seksual, menjambret, merampok, menyamun

dan membegal, dan sebagainya.


32

f. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Perilaku Menyimpang, di Kalangan Remaja

1) Faktor Keluarga Kartono (2003:58) Pola kriminal ayah, ibu, atau salah seorang

anggota keluarga dapat mencetak pola kriminal hampir semua anggota keluarga

lainnya.

2) Faktor Sekolah Mulyono (1993:29)Sekolah adalah suatu lingkungan pendidikan

yang secara garis besar masih bersifat formal. Anak remaja yang masih duduk

dibangu SMP maupun SMU pada umumnya mereka menghabiskan waktu

mereka selama 7 jam disekolah setiap hari,

3) Faktor Masyarakat Masyarakat adalah lingkungan yang terluas bagi remaja

sekaligus paling banyak menawarkan plihan. Pada lingkungan inilah remaja

dihadapkan dengan berbagai bentuk kenyataan yang ada dalam kehidupan

masyarkat yang berbeda-beda, apalagi perkembangan moral kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

4) Kelompok Bermain Dhori, dkk. (2003:137) Lingkungan tempat tinggal dan

kelompok bermain merupakan dua media sosialisasi yang sangat berkaitan,

karena seorang individu akan memiliki kelompok bermain atau pergaulan

dalam lingkungan tempat tinggal tersebut.

5) Media Masa Media masa dapat juga disebut sebagai sosialisasi yang dapat

mempengaruhi kepribadian dan perilaku seorang individu. Pesan-pesan yang

disampaikan lewat media masa seperti televisi mampu mempengaruhi

kepribadian bagi orang yang melihatnya.


33

C. Peranan Orang Tua dalam menanggulangi perilaku menyimpang di

kalangan remaja.

Orang tua menurut Wahib (2015) orang tua adalah orang yang telah

melahirkan kita yaitu bapak dan ibu. Kraena rang tua adalah pusat kehidupan

rohani anak, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian adalah

hasil dari ajaran dan didikan orang tuanya tersebut. Sehingga orang tua memegang

peranan penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak.

1. Upaya dalam menanggulangi penyimpangan sosisal remaja:

1. Sanksi social

Sanksi sosial dapat diterapkan bagi individu yang melakukan perilaku

menyimpang. Pelanggar bisa mendapatkan sanksi tegas berupa hukuman.

Hal itu dilakukan agar terjadi efek jera dari pelanggar peraturan sehingga

tidak akan mengulangi perbuatannya tersebut lagi.

2. Peran lembaga social

Lembaga atau sebuah institusi sosial juga berperan dalam mengatasi

perilaku menyimpang yang terjadi di masyarakat. Dengan menguatkan peran

dan fungsi pihak eksternal, penyimpangan sosial yang terjadi dapat segera

diatasi.

Adapun contoh dari lembaga sosial tersebut seperti lembaga

pendidikan, pengadilan, dan lainnya Pemerintah memiliki peran besar dalam

upaya penanggulangan perilaku menyimpang dalam masyarakat, yakni dengan

memberikan penyuluhan. Melalui penyuluhan kepada masyarakat mengenai


34

pentingnya pelaksanaan nilai, norma, dan peraturan yang berlaku di

masyarakat diharapkan dapat membuat individu memahami nilai, norma, dan

peraturan yang berlaku

4. Rehabilitasi

Rehabilitasi juga dapat menjadi cara untuk mengatasi penyimpangan

sosial. Misalnya, seorang anak remaja atau pelajar yang memakai narkoba.

Remaja tersebut perlu mendapatkan pendampingan dan rehabilitasi agar tidak

mengalami kecanduan. Rehabilitasi sosial dapat dilakukan oleh pemerintah,

pihak pemangku kepentingan, atau swadaya lembaga masyarakat

5. Kerja sama dengan berbagai pihak

Cara mengatasi penyimpangan sosial selanjutnya adalah melakukan

kerja sama dengan berbagai pihak. Keterlibatan banyak pihak sangat

diperlukan.

Sebagai contoh kepala desa dengan penduduk atau orang tua anak, kepolisian,

keamanan, dan lainnya. Selain sebagai cara mengatasi, upaya ini juga dapat

menjadi tindakan preventif atau pencegahan.

D.Aksi Teror Panah

Teror inilah yang ditakuti masyarakat kota bima agar slalu waspada

ketika berada dimana pun. Bahkan anak-anak remaja ini bisa melakakuan aksi

teror panah dijalan dan rame orang. Saya pun sebagai peneliti melihat kejadian

ini didepan mata sendiri kejadian teror itu bisa membuat masyarakat menjadi

ketakutan. Kepolisian harus cepat mengambil tindakan yang kejam ini karna

banyak memakan korban jiwa yang tidak bermasalah menjadi korbannya.


35

Jadi panah ini adalah senjata yang digunakan oleh anak-anak remaja dikota

bima untuk melakukan aksinya tersebut mencari mangsa yang akan mereka

jadikan korban untuk dipanah tanpa ada rasa bersalah. Panah yang mereka buat

ini dengan menggunakan sebuah seperti pisau dan kayu mereka membuat sendiri.

Yang seharusnya panah ini dilakukan untuk atlet memanah tetapi disalhgunakan

oleh anak remaja di Kota Bima untuk menghabiskan nyawa yang mereka panah

tersebut, Orang yang mereka panah pun tidak kenal tetapi panah ini sudah

menjadi trend di Kota Bima.

Aksi Teror Panah yang meresahkan warga Kota Bima sudah banyak

korban yang dipanah oleh pelaku kebanyakan pelaku panah itu seorang remaja

yang masih sekolah SMP,SMA, di mande sudah terdapat korban yang terkena

panah bahkan di kabupaten pun juga ikut merasakannya. Pihak kepolisian harus

turun merajia sekolah-sekolah untuk memastikan apakah mereka menyimpan

panah atau tidaknya pihak kepolisian pun harus tetap melihat kondisi yang

sekarang di Kota Bima dengan adanya panah ini.

Pihak kepolisian sudah mengadakan rajia tetapi masih ada aja anak remaja

yang melakukan hal tersebut jadi apa yang akan membuat remaja tersebut tidak

lagi melakukan aksi teror panah. Polisi sudah merajia besar-besaran untuk

mengetahui siapa pelaku yang masih melakukan itu dan apa motif pelaku

melakukan hal berbahaya itu.

Sehingga warga kota bima tidak lagi bisa keluar malam sampai jam 10

malam, toko-toko biasanya tutup jam 10 jadi tutup jam 8, tidak ada lagi yang

nongkrong diluaran karna adanya aksi teror panah di kota bima mereka trauma
36

akan hal tersebut takut membuat dirinya yang menjadi korban selanjutnya.

Kebanyakan anak-anak yang mempunyai panah itu masih remaja tetapi mereka

melukai orang-orang dan bahkan orang yang sudah tua menjadi korbannya. Aksi

teror panah masalah besar yang harus pihak kepolisian menanggulanginya.

Masih banyak remaja yang melakukan aksi teror panah, mereka banyak

kelompoknya sehingga masih ada temen lainnya melakukan hal tersebut

sebaiknya pihak kepolisian harus turun lapangan untuk mengecek lagi dan lagi

keadaan dikota bima karna hal ini lah yang membuat masyarakat kota bima resah

dalam melakukan aktivitas yang dilakukan sehari-hari bahkan pulang malam pun

mereka takuti. Bukan hanya pihak kepolisian yang turun lapangan tetapi spol pp

pun berhak merajia mereka karna ini menjadi masalah dan membuat masayarakat

di kota bima tidak nyaman dengan adanya aksi teror ini, pelaku panah ini juga

harus dikasih pendidikan yang lebih lagi dan dibina untuk tidak melakukan hal

yang keji seperti itu lagi.

Jangan sampai ditahun-tahun berikutnya masalah aksi teror ini terjadi

lebih meningkat piahk kepolisian harus berkerjasama dengan lembaga yang

lainnya tentang bagaimana cara melindungi seorang anak remaja dan

menangulangi tidak melakukan aksi penyimpangan tersebut.

E. Teori Perubahan Sosial

1) Faktor Penyebab Perubahan Sosial

Kita pasti sudah mengenal hukum sebab-akibat, dimana ada suatu

pasti ada penyebabnya. Ada langit dan bumi, pasti ada kuasa prima yang

menciptakannya. Begitu pula ada gejala-gejala sosial pasti ada penyebabnya


37

dari perubahan sosial itulah yag dinamakan sebagai sumber perubahan.

Sumber-sumber perubahan sosial merupakan factor-faktor yang menyebabkan

terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat seperti kasus baru yaiyu

pemanahan. Faktor tersebut dapat dkategorikan menjadi faktor perubahan

sosial di masyarakat. Di sampan itu juga ada faktor individual yang disebut

“AGEN OF CHANGE”.

a.Faktor Internal

Faktor internal ini disebut juga dengan istilah faktor sosiogenetik yng

artinya masyarakat itu sendirilah yang merupakan sumber masalah. Adapun

dimaksud dengan masyarakat di sini kolektif dan dapat pula individual.

Faktor internal ini masih dapat dibedakan menjadi faktor internal manifest

atau disengaja (intended), dan yang laten atau tidak disengaja (unintended),

adapun faktor-faktor internal tersebut dapat berupa fenomena-fenomena

sosial sebagai berikut:

1) Pertumbuhan Penduduk di Kota dan Kabupaten yang pesat

2) Penemuan-Penemuan Baru

a) Discovery

b) Invention

3) Pertentangan (Conflict)

4) Revolusi

b.Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang terdapat di luar masyarakat

yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial. Yang termasuk dalam faktor


38

eksternal yaitu: Lingkungan alam, peperngan, dan pengaruh kebudayaan

masyarakat lain.

2) Faktor Pendorong perubahan

1. Kontak dengan budaya lain

2. Sitem pendidikan yang maju

3. Sikap menghargai karya orang lain

4. Sikap tolernsi

5. Penduduk yang heterogen

6. Ketidakpuasaan masyarakat terhadap kehidupan

7. Orientasi ke masa depan

8. Orientasi nilai

b.Faktor Penghambat Perubahan Sosial

1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain

2. Perkembagan ilmu pengetahuan yang terlembat

3. Sikap masyarakat yang sangat tradisonal

4. Status quo

5. Perasaan takut

6. Sikap apriori

7. Ideologis

8. Adat dan kebiasaan

F. Teori Aksi (Action Theory)

Teori sepenuhnya mengikuti karya weber. Teori Aksi dewasa ini tidak banyak

mengalami perkembangan melebihi apa yang sudah dicapai tokoh utamanya


39

weber. Menahan teori ini sebenernya telah mengalami semacam jalan buntu. Arti

pentingnya justru terletak pada peranannya dalam mengembangkan kedua teori

berikiutnya yakni symbolic interactionism dan phenomenology.

Beberapa asumsi fundamental Teori Aksi dikemukakan oleh Hinkle dengan

merujuk karya Mac Iver, Znaniecki dan Parsons sebagai berikut.

1) Tindakan manusia dari kesadarannya sendiri sebagai subyek dan dari situasi

ekternaldalm posisinya sebagai obyek

2) Sebagai subyek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-

tujua tertentu. Jadi tindakan manusia bukan tanpa tujuan.

3) Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta

perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.

4) Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tak dapat

diubah dengan sendirinya.

5) Manusia memilih, menilai dan mengevluasi terhadap tindakan yang akan,

sedang dan yang telah dilakukannya

6) Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan timbul

pada saat pengambilan keputusan.

7) Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan pemakaian teknik

penemuan yang bersifat subyektif seperti metode verstehen, imajinasi,

sympatbetic reconstruction atau seakan-akan mengalami sendiri vicarious

experience.

Anda mungkin juga menyukai