Anda di halaman 1dari 25

BAB II

LANDASAN TEORI
A. Masa Remaja
Masa remaja digambarkan sebagai masa kehidupan seseorang yang
bukan lagi anak-anak, namun belum menjadi dewasa. Ini adalah periode
dimana seseorang mengalami perubahan fisik dan psikologis yang sangat
besar, selain itu remaja mengalami perubahan dalam ekspektasi dan
persepsi social. Pertumbuhan dan perkembangan fisik disertai dengan
pematangan seksual, seringkali mengarah pada hubungan intim. Kapasitas
individu untuk berpikir abstrak dan kritis juga berkembang, seiiring
dengan kesadaraan diri ketika berekspektasi social membutuhkan
kematangan emosional.
Remaja merupakan periode kritis peralihan dari anak menjadi
dewasa. Pada remaja terjadi perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun
sosial yang berlangsung secara sekuensial. Masa remaja merupakan masa
yang penuh dengan gejolak. Pada saat ini perubahan sosial yang begitu
cepat (terutama di kota-kota besar), serta sarana serta prasarana
komunikasi dan perhubungan sudah sedemikian maju, ditambah lagi
adanya kesimpangsiuran norma (keadaan anmie).
Kondisi interen dan eksteren remaja yang demikian merupakan
kondisi yang sangat rawan dalam perkembangan kejiwaan individu,
sehingga sangat rawan juga terhadap timbulnya perilaku menyimpang
pada remaja, khususnya dalam bentuk kenakalan remaja.
Remaja bukan sebagai periode konsolidasi kepribadian, tetapi
sebagai tahapan penting dalam siklus kehidupan. Masa remaja berkaitan
erat dengan perkembangan ”sence of identity vs role confusion”, yaitu
perasaan atau kesadaran akan jati dirinya. Apabila remaja berhasil dalam
memahami dirinya, peran dirinya, dan makna hidup beragama, maka ia
akan menemukan jati dirinya dalam artian dia akan memiliki kepribadian
yang sehat. Sebaliknya apabila gagal, maka dia akan mengalami
kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingungan ini akan
berdampak kurang baik bagi remaja. Dia cenderung kurang dapat
menyesuaikan dirinya, baik terhadap dirinya maupun orang lain (Yusuf,
2007 : 188).
B. Perilaku Menyimpang
Menurut E Sinisuka (1978:11) tingkah laku menyimpang adalah
sebuah istilah yang berasal dari bahasaa sing “Juvenile Delinquency” yang
artinya adalah sebuah kelainan tingkah laku, perbuatan, ataupun tindakan
yang bersifat asusila dan pelanggaran terhadap nilai-nilai moral, agama,
serta ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di dalam masyarakat.
Berikut ini pengertian perilaku menyimpang menurut pandangan beberapa
ahli.
a. James Vander Zenden
Menyebutkan bahwa penyimpangan adalah perilaku yang oleh
sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar
batas toleransi.
b. Robert M.Z.
Lawang Mengungkapkan penyimpangan adalah semua tindakan yang
menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan
menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu
untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang itu.
c. Bruce J. Cohen
Mengatakan bahwa perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang
tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak
masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
d. Paul B. Horton
Mengutarakan bahwa penyimpangan adalah setiap perilaku yang
dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok.

Menurut M.Gold dan J. Petronio (Sarlito Wirawan Sarwono,


1997:193) perilaku menyimpang adalah tindakan oleh seeorang yang
belum dewasayang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh
anak itu sendiri bahwa jika perbuatannya itu sempat di ketahui oleh
petugas hokum anak bisa dikenai hukuman.
Menurut Andi Mappiare (1982) tingkah laku menyimpang itu juga
disebut dengan “Tingkah Laku Bermasalah”.Artinya, tingkah laku
bermasalah yang masih di anggap wajar dan di alami oleh remaja yaitu
tingkah laku yang masih dalam batas ciri-ciri pertumbuhan dan
perkembangan sebagian akibat adanya perubahan secara fisik dan psikis,
dan masih dapat diterima sepanjang tidak merugikan diri sendiri dan
masyarakat sekitarnya.
Jadi, dapat disimpulkan perilaku menyimpang adalah suatu
tindakan seseorang yang melanggar aturan dan nilai-nilai atau norma-
norma yang berlaku sehingga menimbulkan permasalahan serta
merugikan diri sendiri dan orang lain.
Perilaku seseorang dapat dikatakan menyimpang apabila perilaku tersebut
dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain, yang melanggar
aturan-aturan, nilai nilai dan norma baik norma agama, norma hukum, dan
norma adat.
Penyimpangan sosial atau perilaku menyimpang, sadar atau tidak
sadar pernah kita alami atau kita lakukan. Penyimpangan sosial dapat
terjadi dimanapun dan dilakukan oleh siapapun. Sejauh mana
penyimpangan itu terjadi, besar atau kecil, dalam skala luas atau sempit
tentu akan berakibat terganggunya keseimbangan kehidupan dalam
masyarakat.
Suatu perilaku dianggap menyimpang apabila tidak sesuai dengan
nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat atau
dengan kata lain penyimpangan (deviation) adalah segala macam pola
perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri (conformity) terhadap
kehendak masyarakat.
C. Teori Tingkah Laku Menyimpang
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan perilaku menyimpang,
yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya adalah sebagai berikut
(Kamanto Sunarto, 2007:152).
a. Teori Differential Association
Menurut pandangan teori ini perilaku menyimpang bersumber pada
pergaulan yang berbeda. Perilaku menyimpang terjadi melalui proses
ahli budaya, di mana seseorang mempelajari suatu budaya
menyimpang seperti perilaku homoseksual, hubungan seks
pernikahan, dan penyalahgunaan narkoba. Hal inilah yang biasanya
terjadi pada kehidupan siswa tanpa memandang jenjang
pendidikannya. Pada saat ini perilaku menyimpang sudah biasa
dilakukan oleh murid Sekolah Dasar, karena adanya proses alih
budaya.
b. Teori Labeling
Menurut teori ini, seseorang menjadi menyimpang karena proses
Lableing, pemberian julukan, cap, etiket, dan merek yang diberikan
oleh masyarakat kepada seseorang.
c. Teori Merton
Menurut Merton perilaku menyimpang bersumber dari struktur
sosial yang bisa menghasilkan perilaku konformis, di mana perilaku
menyimpang terjadi sebagai akibat bentuk adaptasi terhadap situasi
tertentu.
d. Teori fungsi Durkheim
Menurut Durkheim, kesadaran moral semua anggota masyarakat
tidak mungkin terjadi, karena setiap individu itu berbeda tergantung
faktor keturunannya, lingkungan fisiknya, dan lingkungan sosialnya.
Dengan demikian kejahatan itu selalu ada, dan menurut Durkheim
kejadian itu perlu, akan moralitas dan hukum berkembang secara
formal.
e. Teori Konflik
Teori ini dianjurkan oleh Karl Marx, ia mengemukakan bahwa
kejahatan erat kaitannya dengan perkembangan kapitalisme. Menurut
teori ini, apa yang merupakan perilaku menyimpang hanya dalam
pandangan kelas yang berkuasa untuk melindungi kepentingan
mereka. Oleh sebab itu orang yang melakukan kejahatan dan terkena
hukuman pidana, umumnya dari kalangan rakyat miskin.
D. Ciri-Ciri Tingkah Laku Menyimpang
Menurut Paul B. Horton perilaku menyimpang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Penyimpangan harus dapat didefinisikan. Perilaku dikatakan
menyimpang atau tidak harus bisa dinilai berdasarkan kriteria tertentu
dan diketahui penyebabnya.
b. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak. Perilaku menyimpang
tidak selamanya negatif, ada kalanya penyimpangan bisa diterima
masyarakat, misalnya wanita karier. Adapun pembunuhan dan
perampokan merupakan penyimpangan sosial yang ditolak
masyarakat.
c. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak. Semua orang pernah
melakukan perilaku menyimpang, akan tetapi pada batas-batas
tertentu yang bersifat relatif untuk semua orang. Dikatakan relatif
karena perbedaannya hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangan.
Jadi secara umum, penyimpangan yang dilakukan setiap orang
cenderung relatif. Bahkan orang yang telah melakukan penyimpangan
mutlak lambat laun harus berkompromi dengan lingkungannya.
d. Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal. Budaya
ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu
kelompok masyarakat. Akan tetapi pada kenyataannya tidak ada
seorang pun yang patuh terhadap segenap peraturan resmi tersebut
karena antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi
kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah menjadi pengetahuan
umum dalam kenyataan kehidupan sehari-hari cenderung banyak
dilanggar.
e. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan. Norma
pengindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk
memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata
kelakukan secara terbuka. Jadinorma-norma penghindaran merupakan
bentuk penyimpangan perilaku yang bersifat setengah melembaga.
f. Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan). Penyimpangan
sosial tidak selamanya menjadi ancaman karena kadang-kadang dapat
dianggap sebagai alat pemikiran stabilitas social
E. Jenis-Jenis Tingkah Laku Menyimpang
Menurut Kamanto Sunarto (-,157) perilaku menyimpang dapat
dibedakan berdasarkan beberapa kriteria atau sudut pandang, Yaitu ;
a. Berdasarkan jenisnya
1) Perilaku menyimpang primer, yaitu perilaku menyimpang yang
baru pertama kali dilakukan oleh seseorang
2) Perilaku menyimpang sekunder, yaitu perilaku menyimpang yang
merupakan pengulangan dari perilaku menyimpang sebelumnya
b. Berdasarkan efek / dampaknya
1) Perilaku menyimpang positif adalah perilaku menyimpang yang
memiliki dampak positif, biasanya berupa inovasi yang
memberikan mutu kehidupan masyarakat.
2) Perilaku menyimpang negatif adalah perilaku menyimapng yang
memberiakn dampak buruk terhadap kehidupan masyarakat atau
bersifat anti sosial.
c. Berdasarkan bentuknya
1) Perilaku menyimpang yang bukan merupakan kejahatan atau
kriminal adalah perilaku menyimapang yang bukan merupakan
tindak pidana.
2) Perilaku menyimpang yang merupakan kejahatan / kriminal
adalah perilaku menyimpang yang dikenai ancaman atau sanksi
pidana.
d. Menyimpang Berdasarkan pelakunya
1) Penyimpangan Individu
Penyimpangan individu adalah penyimpangan yang dilakukan
oleh seseorang individu dengan melakukan tindakan-tindakan
yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku. Contohnya
pencurian yang dilakukan sendiri.
2) Penyimpangan Kelompok
Penyimpangan kelompok adalah penyimpangan yang dilakukan
secara berkelompok dengan melakukan tindakan-tindakan
menyimpang dari norma-norma masyarakat yang berlaku. Pada
umumnya penyimpangan kelompok terjadi dalam sub kebudayaan
yang menyimpang yang ada dalam masyarakat. Contohnya gank
kejahatan atau mafia.
3) Penyimpangan Institusi
Penyimpangan institusi dilakukan oleh organisasi yang
melibatkan organisasi lainnya yang dilakukan rapih. Sebagai
contohnya tidakan korupsi yang dilakukan oleh para pejabat
negara.
Batas tentang perilaku menyimpang tidak begitu jelas dan sangat
luas, sebagai acuan bahwa perilaku dapat dikatakan menyimpang, maka
Gunarsa (1986) menggolongkan ke dalam dua jenis, yaitu:
a. Penyimpangan tingkah laku yang bersifat amoral dan asosial, dan
tidak diatur dalam undang-undang, sehingga tidak dapat digolongkan
kedalam pelanggaran hukum. Contohnya adalah, berbohong,
membolos, kabur atau minggat dari rumah, membaca buku porno,
berpesta semalam suntuk, berpakaian tidak pantas dan minum
minuman keras.
b. Penyimpangan tingkah laku yang bersifat melanggar hukum dengan
penyelesaian sesuai dengan undang-undang hukum yang biasa disebut
dengan kenakalan remaja (deliquency). Misalnya adalah berjudi,
membunuh, memperkosa dan mencuri.
F. Bentuk – Bentuk Tingkah Laku Menyimpang
a. Penyimpangan individual (individual deviation )
Penyimpangan individual adalah tindakan yang dilakukan oleh
seseorang yang menyimpang dari norma -norma suatu kebudayaan
yang telah mapan. Penyimpangan individu berdasarkan kadar
penyimpangannya dibagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut.
1) Pembandel,
yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar
mengubah pendiriannya yang kurang baik.
2) Pembangkang,
yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan orang
-orang.
3) Pelanggar,
yaitu penyimpangan karena melanggar norma -norma umum yang
berlaku. Misalnya orang yang melanggar rambu -rambu lalu lintas
pada saat di jalan raya.
4) Perusuh atau penjahat,
yaitu penyimpangan karena mengabaikan norma -norma umum
sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di
lingkungannya. Misalnya pencuri, penjambret, penodong, dan lain
-lain.
5) Munafik,
yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata bohong,
berkhianat, dan berlagak membela.
b. Penyimpangan Kelompok (Group Deviation)
Penyimpangan kelompok adalah tindakan yang dilakukan
sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompok yang
bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku.
c. Penyimpangan Campuran (Combined Deviation)
Penyimpangan seperti itu dilakukan oleh suatu golongan sosial
yang memiliki organisasi yang rapi, sehingga individu ataupun
kelompok didalamnya taat dan tunduk kepada norma golongan dan
mengabaikan norma masyarakat yang berlaku.
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono ( - :198) Ada beberapa bentuk
tingkah laku menyimpang yang dapat kita identifikasi adalah:
1) Reaksi Hiperkenetik
Maksudnya anak yang melakukan tingkah laku menyimpang
cenderung berlebihan dalam bersikap.
2) Menarik Diri
Remaja ini akan selalu menghindar dari kelompok teman -
temannya karena di anggap berbeda dengan teman yang lain.
3) Cemas yang Berlebihan
Ia akan selalu dilanda kecemasan atas sikapnya yang bertentangan
dengan orang lain sehingga dirinya takut tidak akan diterima.
4) Melarikan diri dari rumah dan masuk perkumpulan anak -anak
nakal (Gank) .
Hal ini terjadi apabila, misalnya pendapatnya di rumah tidak
didengarkan oleh penghuni umah seperti ayah atau ibu, selalu
diremehkan oleh saudara dan lain -lainnya.
5) Agresi Individual
Biasanya remaja yang mempunyai sikap seperti ini akan cendrung
agresif terhadap lawannya dalam segala hal yang bersifat keras.
6) Menjadi Remaja Nakal
Akibat tidak adanya perhatian di rumah atau orang -orang yang
diharapkan menjadi tempat keluh kesah maka tidak mustahil semua
sikap yang ia munculkan adalah sifatnya yang buruk dengan sering
menggangu teman, memunculkan dan sikap lain yang bersifat fisik
dan kekerasan.
Segala tindakan atau perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
dan norma yang berlaku dalam masyarakat dianggap sebagai bentuk
penyimpangan. Bentuk-bentuk penyimpangan tersebut apabila terus
berkembang akan menyebabkan timbulnya penyakit sosial dalam
masyarakat.
Adapun bentuk-bentuk penyimpangan serta berbagai penyakit
sosial yang ada dalam masyarakat bermacam-macam. Berikut ini berbagai
penyakit sosial yang ada dalam masyarakat.
a. Minuman Keras (Miras)
Minuman keras adalah minuman dengan kandungan alkohol lebih
dari 5%. Akan tetapi, berdasarkan ketetapan dari Majelis Ulama
Indonesia (MUI), setiap minuman yang mengandung alkohol, berapa
pun kadarnya, dapat dikategorikan sebagai minuman keras dan itu
diharamkan (dilarang) penyalahgunaannya. Adapun yang dimaksud
penyalahgunaan di sini adalah suatu bentuk pemakaian yang tidak
sesuai dengan ambang batas kesehatan. Artinya, pada dasarnya boleh
digunakan sejauh hanya untuk maksud pengobatan atau kesehatan di
bawah pengawasan dokter atau ahlinya.
Di beberapa daerah di Indonesia, terdapat jamu atau minuman
tradisional yang dapat digolongkan sebagai minuman keras.
Sebenarnya, jika digunakan tidak secara berlebihan jamu atau
minuman tradisional yang dapat digolongkan sebagai minuman keras
tersebut dapat bermanfaat bagi tubuh. Namun, sangat disayangkan jika
jamu atau minuman tradisional yang dapat digolongkan sebagai
minuman keras tersebut dikonsumsi secara berlebihan atau sengaja
digunakan untuk mabuk-mabukan.
Para pemabuk minuman keras dapat dianggap sebagai penyakit
masyarakat. Pada banyak kasus kejahatan, para pelaku umumnya
berada dalam kondisi mabuk minuman keras. Hal ini dikarenakan saat
seseorang mabuk, ia akan kehilangan rasa malunya, tindakannya tidak
terkontrol, dan sering kali melakukan hal-hal yang melanggar aturan
masyarakat atau aturan hukum.
Minuman keras juga berbahaya saat seseorang sedang mengemudi,
karena dapat merusak konsentrasi pengemudi sehingga dapat
menimbulkan kecelakaan. Pada pemakaian jangka panjang, tidak
jarang para pemabuk minuman keras tersebut dapat meninggal dunia
karena organ lambung atau hatinya rusak terpengaruh efek samping
alkohol yang kerap dikonsumsinya.
b. Penyalahgunaan Narkotika
Pada awalnya, narkotika digunakan untuk keperluan medis,
terutama sebagai bahan campuran obat-obatan dan berbagai
penggunaan medis lainnya. Narkotika banyak digunakan dalam
keperluan operasi medis, karena narkotika memberikan efek nyaman
dan dapat menghilangkan rasa sakit sementara waktu, sehingga pasien
dapat dioperasi tanpa merasa sakit. Pada pemakaiannya di bidang
medis, dibutuhkan seorang dokter ahli untuk mengetahui kadar yang
tepat bagi manusia, karena obat-obatan yang termasuk narkotika
mempunyai efek ketergantungan bagi para pemakainya.
Penyalahgunaan narkotika dilakukan secara sembarangan tanpa
memerhatikan dosis penggunaannya. Pemakaiannya pun dilakukan
dengan berbagai cara, misalnya dihirup asapnya, dihirup serbuknya,
disuntikkan, ataupun ditelan dalam bentuk pil atau kapsul. Pengguna
yang kecanduan, merusak sistem saraf manusia, bahkan dapat
menyebabkan kematian.
c. Perkelahian Antarpelajar
Perkelahian antarpelajar sering terjadi di kota-kota besar seperti
Jakarta, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya. Perkelahian tersebut
tidak hanya menggunakan tangan kosong atau perkelahian satu lawan
satu, melainkan perkelahian bersenjata, bahkan ada yang menggunakan
senjata tajam serta dilakukan secara berkelompok. Banyak korban
berjatuhan, bahkan ada yang meninggal dunia. Lebih disayangkan lagi,
kebanyakan korban perkelahian tersebut adalah mereka yang justru
tidak terlibat perkelahian secara langsung. Mereka umumnya hanya
sekadar lewat atau hanya karena salah sasaran pengeroyokan.
Kondisi ini jelas sangat mengganggu dan membawa dampak psikis
dan traumatis bagi masyarakat, khususnya kalangan pelajar. Pada
umumnya mereka menjadi was-was, sehingga kreativitas mereka
menjadi terhambat. Hal ini tentu saja membutuhkan perhatian dari
semua kalangan sehingga dapat tercipta suasana yang nyaman dan
kondusif khususnya bagi masyarakat usia sekolah.
d. Perilaku Seks di Luar Nikah
Perilaku seks di luar nikah selain ditentang oleh norma-norma
sosial, juga secara tegas dilarang oleh agama. Perilaku menyimpang ini
dapat dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan yang belum atau
bahkan tidak memiliki ikatan resmi. Dampak negatif dari perilaku seks
di luar nikah, antara lain, lahirnya anak di luar nikah, terjangkit PMS
(penyakit menular seksual), bahkan HIV/AIDS, dan turunnya moral
para pelaku.
e. Berjudi
Berjudi merupakan salah satu bentuk penyimpangan sosial. Hal ini
dikarenakan berjudi mempertaruhkan harta atau nafkah yang
seharusnya dapat dimanfaatkan. Seseorang yang gemar berjudi akan
menjadi malas dan hanya berangan-angan mendapatkan banyak uang
dengan cara-cara yang sebenarnya belum pasti.
Indonesia merupakan salah satu negara yang melarang adanya
perjudian, sehingga seluruh kegiatan perjudian di Indonesia adalah
kegiatan illegal yang dapat dikenai sanksi hukum. Akan tetapi, dalam
beberapa kasus, aparat keamanan masih menolerir kegiatan perjudian
yang berkedok budaya, misalnya perjudian yang dilakukan masyarakat
saat salah seorang warganya mempunyai hajatan. Langkah ini
sebenarnya kurang tepat, mengingat bagaimana pun juga hal ini tetap
merupakan bentuk perjudian yang dilarang agama.
f. Kejahatan (Kriminalitas)
Kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan
melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya.
Sementara itu secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah
laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan (immoril),
merugikan masyarakat, sifatnya asosiatif dan melanggar hukum serta
undang-undang pidana. Tindak kejahatan bisa dilakukan oleh siapa
pun baik wanita maupun pria, dapat berlangsung pada usia anak,
dewasa, maupun usia lanjut.
Tindak kejahatan pada umumnya terjadi pada masyarakat yang
mengalami perubahan kebudayaan yang cepat yang tidak dapat diikuti
oleh semua anggota masyarakat, sehingga tidak terjadi penyesuaian
yang sempurna. Selain itu tindak kejahatan yang disebabkan karena
adanya tekanan mental atau adanya kepincangan sosial. Oleh karena
itu tindak kejahatan (kriminalitas) sering terjadi pada masyarakat yang
dinamis seperti di perkotaan. Tindak kejahatan (kriminalitas) misalnya
adalah pembunuhan, penjambretan, perampokan, korupsi, dan lain-
lain.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Remaja Yang Menyimpang
Remaja kelompok ini adalah remaja yang menyimpang dalam
aqidahnya, salah kaprah, tidak bisa menerima kebenaran dari orang lain,
bersifat egois terhadap perilakunya, seakan-akan ia diciptakan untuk dunia
dan dunia diciptakan untuk dirinya. Pada dasarnya kenakalan remaja
menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan
norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya.
Kartini Kartono (1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal itu
disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental
disebabkan oleh pengarah sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga
perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan
disebut "kenakalan".Kelainan itu adalah kelainan tingkah laku / tindakan
remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta
ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.
Bagi remaja pada umumnya keluarga memiliki peranan lebih kecil
dibandingkan dengan peran teman sebayanya, tetapi bukan berarti
keluarga tidak penting bagi remaja. Kenyataannya keluargalah yang paling
menentukan. Remaja berhasil melalui tahap perkembangan ini dengan baik
ternyata adalah remaja yang memperoleh dukungan penuh dari keluarga.
Banyak bukti bahwa keluarga menentukan bagaimana remaja menjadi
orang dewasa.
Oleh karena itu sangat penting bagi orang tua untuk menjadi
sahabat bagi remaja mereka agar dapat membantu mereka dalam melewati
masa-masa sulit dalam hidup mereka untuk kemudian menjadi orang
dewasa yang mandiri dan berhasil. Namun apabila orang tua tidak mampu
menjadikan dirinya sebagai sahabat sang anak, maka anak akan mencari
orang lain yang bisa memahami dirinya tanpa memperhatikan sisi baik dan
buruk orang tersebut.
Dalam kondisi yang seperti ini, apabila remaja mempunyai persoalan dan
tidak mendapatkan solusi bagaimana mengatasinya, maka untuk
menghilangkan kejenuhannya bisa jadi ia akan melakukan cara-cara yang
kurang bagus atau tidak sesuai lagi dengan apa yang sebenarnya ia cari.
B. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari
norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut
akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Masalah
kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus
sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada
1899 di Illinois, Amerika Serikat. Beberapa ahli mendefinisikan kenakalan
remaja ini sebagai berikut:
a. Kartono,
Ilmuwan sosiologi Kenakalan Remaja atau dalam bahasa
Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala
patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk
pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk
perilaku yang menyimpang".
b. Santrock
"Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai
perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi
tindakan kriminal."
C. Faktor Penyebab Kenakalan Remaja
Ulah para remaja yang masih dalam tarap pencarian jati diri sering
sekali mengusik ketenangan orang lain. Kenakalan-kenakalan ringan yang
mengganggu ketentraman lingkungan sekitar seperti sering keluar malam
dan menghabiskan waktunya hanya untuk hura-hura seperti minum-
minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang, berkelahi, berjudi,
dan lain-lainnya itu akan merugikan dirinya sendiri, keluarga, dan orang
lain yang ada disekitarnya.
Berbagai faktor yang ada tersebut dapat dikelompokkan menjadi
faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini penjelasannya secara
ringkas:
a. Faktor Internal
Kenakalan remaja biasanya kurang mampu melakukan adaptasi
pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti
adanya keanekaragaman pandangan. budaya, tingkat ekonomi, dan
semua rangsang dari lingkungan yang makin lama makin beragam dan
banyak. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang.
Faktor internal penyebab kenakalan remaja adalah ;
1) Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja
memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama,
terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya.
Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja terjadi
karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
2) Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah
laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan
terseret pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah
mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak
bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai
dengan pengetahuannya.
b. Faktor Eksternal
1) Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih sayang
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan
fondasi primer bagi perkembangan anak. Sedangkan lingkungan
sekitar dan sekolah ikut memberikan nuansa pada perkembangan
anak. Karena itu baikburuknya struktur keluarga dan masyarakat
sekitar memberikan pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan
kepribadian anak.
Keadaan lingkungan keluarga yang menjadi sebab timbulnya
kenakalan remaja seperti keluarga yang broken-home, rumah
tangga yang berantakan disebabkan oleh kematian ayah atau
ibunya, keluarga yang diliputi konflik keras, ekonomi keluarga
yang kurang, semua itu merupakan sumber yang subur untuk
memunculkan delinkuensi remaja.
Dr. Kartini Kartono juga berpendapat bahwasannya faktor
penyebab terjadinya kenakalan remaja antara lain:
1. Anak kurang mendapatkan perhatian, kasih sayang dan
tuntunan pendidikan orang tua, terutama bimbingan ayah,
karena ayah dan ibunya masing–masing sibuk mengurusi
permasalahan serta konflik batin sendiri
2. Kebutuhan fisik maupun psikis anak–anak remaja yang tidak
terpenuhi, keinginan dan harapan anak–anak tidak bisa
tersalur dengan memuaskan, atau tidak mendapatkan
kompensasinya
3. Anak tidak pernah mendapatkan latihan fisik dan mental
yang sangat diperlukan untuk hidup normal, mereka tidak
dibiasakan dengan disiplin dan kontrol-diri yang baik.
4. Maka dengan demikian perhatian dan kasih sayang dari orang
tua merupakan suatu dorongan yang berpengaruh dalam
kejiwaan seorang remaja dalam membentuk kepribadian serta
sikap remaja sehari-hari. Jadi perhatian dan kasih sayang dari
orang tua merupakan faktor penyebab terjadinya kenakalan
remaja.
2) Minimnya pemahaman tentang keagamaan
Dalam kehidupan berkeluarga, kurangnya pembinaan agama
juga menjadi salah satu faktor terjadinya kenakalan remaja.
Dalam pembinaan moral, agama mempunyai peranan yang sangat
penting karena nilai-nilai moral yang datangnya dari agama tetap
tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat.
Pembinaan moral ataupun agama bagi remaja melalui rumah
tangga perlu dilakukan sejak kecil sesuai dengan umurnya karena
setiap anak yang dilahirkan belum mengerti mana yang benar dan
mana yang salah, juga belum mengerti mana batas-batas
ketentuan moral dalam lingkungannya. Karena itu pembinaan
moral pada permulaannya dilakukan di rumah tangga dengan
latihan latihan, nasehat-nasehat yang dipandang baik.
Maka pembinaan moral harus dimulai dari orang tua melalui
teladan yang baik berupa hal-hal yang mengarah kepada
perbuatan positif, karena apa yang diperoleh dalam rumah tangga
remaja akan dibawa ke lingkungan masyarakat. Oleh karena itu
pembinaan moral dan agama dalam keluarga penting sekali bagi
remaja untuk menyelamatkan mereka dari kenakalan dan
merupakan cara untuk mempersiapkan hari depan generasi yang
akan datang, sebab kesalahan dalam pembinaan moral akan
berakibat negatif terhadap remaja itu sendiri.
Pemahaman tentang agama sebaiknya dilakukan semenjak
kecil, yaitu melalui kedua orang tua dengan cara memberikan
pembinaan moral dan bimbingan tentang keagamaan, agar
nantinya setelah mereka remaja bisa memilah baik buruk
perbuatan yang ingin mereka lakukan sesuatu di setiap harinya.
Kondisi masyarakat sekarang yang sudah begitu mengagungkan
ilmu pengetahuan mengakibatkan kaidah-kaidah moral dan tata
susila yang dipegang teguh oleh orang-orang dahulu menjadi
tertinggal di belakang.
Dalam masyarakat yang telah terlalu jauh dari agama,
kemerosotan moral orang dewasa sudah lumrah terjadi.
Kemerosotan moral, tingkah laku dan perbuatan – perbuatan
orang dewasa yang tidak baik menjadi contoh atau tauladan bagi
anak-anak dan remaja sehingga berdampak timbulnya kenakalan
remaja.
3) Pengaruh dari lingkungan sekitar,
Pengaruh budaya barat serta pergaulan dengan teman
sebayanya yang sering mempengaruhinya untuk mencoba dan
akhirnya malah terjerumus ke dalamnya. Lingkungan adalah
faktor yang paling mempengaruhi perilaku dan watak remaja. Jika
dia hidup dan berkembang di lingkungan yang buruk, moralnya
pun akan seperti itu adanya. Sebaliknya jika ia berada di
lingkungan yang baik maka ia akan menjadi baik pula.
Di dalam kehidupan bermasyarakat, remaja sering melakukan
keonaran dan mengganggu ketentraman masyarakat karena
terpengaruh dengan budaya barat atau pergaulan dengan teman
sebayanya yang sering mempengaruhi untuk mencoba.
Sebagaimana diketahui bahwa para remaja umumnya sangat
senang dengan gaya hidup yang baru tanpa melihat faktor
negatifnya, karena anggapan ketinggalan zaman jika tidak
mengikutinya.
Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari
remaja alami, juga membawa dampak terhadap munculnya
kenakalan remaja. Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan
kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk
(misalnya narkoba). Begitu pula sarana transportasi umum yang
sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota (bisa
negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang
remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian
reaksi emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya
perilaku yang jelek.
Faktor lingkungan merujuk kepada peranan masyarakat,
multimedia dan berbagai fasilitas, seperti pusat-pusat hiburan
yang menyediakan pelbagai produk yang bisa menumbuhkan dan
meningkatkan rangsangan seksual dan nafsu hewani. Aktivitas
lingkungan yang menyumbang terhadap kenakalan remaja antara
lain pergaulan bebas diantara pria dan wanita, sikap permisif yang
ditunjukkan masyarakat, munculnya pusatpusat hiburan serta
pertunjukan musik yang mengumbar birahi serta tayangan
kekerasan dan pornografi.
Pada praktiknya kontribusi keempat faktor tersebut berbeda-
beda dalam berbagai kasus kenakalan remaja. Sekalipun demikian
jika seorang remaja terjatuh dalam kenakalan, maka orang tualah
yang memiliki tanggung jawab terbesar. Ketimbang menyalahkan
pihak lain, orang tua pulalah hendaknya yang mengambil inisiatif
memperbaikinya. Dalam keadaan demikian seyogyanya orang tua
harus dapat memaafkan dan berlaku adil terhadap anak.
Kemudian orang tua Tidak terlalu menampakkan kekecewaan
dan dapat menerima anak apa adanya,serta Member! pertolongan
dan membimbing dengan sabar, lemah lembut dan penuh kasih
sayang.dan terakhhir selaku orang tua harus Meminta pendapat
remaja yang bersangkutan tentang bagaimana mencari solusi
masalah yang sedang dihadapi.
4) Tempat pendidikan
Dalam hal ini yang lebih spesifiknya adalah berupa lembaga
pendidikan atau sekolah. Kenakalan remaja ini sering terjadi
ketika anak berada di sekolah dan jam pelajaran yang kosong.
Belum lama ini bahkan kita telah melihat di media adanya
kekerasan antar pelajar yang terjadi di sekolahnya sendiri. Ini
adalah bukti bahwa sekolah juga bertanggung jawab atas
kenakalan dan dekadensi moral yang terjadi di negeri ini.
Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga
yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah
terlebih dahulu hams dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena
itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk
belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang
tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum,
dsb.) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan
di luar sekolah bersama teman-temannya.
Sekolah merupakan lingkungan belajar kedua yang
berkontribusi terhadap keberhasilan dan ketidakberhasilan,
dengan salah satu indikator kenakalan anak. Faktor sekolah yang
berkontribusi terhadap kenakalan remaja antara lain disiplin
sekolah yang longgar, ketidak acuhan guru dan pengelola sekolah
terhadap masalah siswa di luar urusan sekolah, serta tidak
lancarnya komunikasi antara guru dan orang tua yang
menyebabkan kecilnya peran orang tua dalam kemajuan
pendidikan anaknya.
D. Masalah Yang Dihadapi Remaja
Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan sering sekali
ternyata tidak mulus, banyak memgalami berbagai hambatan dan
rintangn. Lebih-lebih bagi siswa sekolah menengah yang berada dalam
fase perkembangan remaja, masa dimana individu mengalami berbagai
perubahan fisik maupun psikis. Pada fase ini individu mengalami
perubahan ynag besar yang dimulai dengan datangnya masa puber.
Datangnya masa puber ditandai dengan kematangan seksualitas.
Sikap-sikap dan perilaku yang terjadi pada masa puber sering
mengganggu tugas-tugas pada masa perkembangan anak pada masa
berikutnya yaitu masa remaja, dan sebagai akibatnya anak akan
mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan pada fase remaja.
Beberapa masalah yang dialami para remaja sekarang
a. Masalah Emosi
Secara tradisional masa remaja dianggap periode “badai dan
tekanan” suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai
akiabat dari perubahan fisik dan kelenjar. Emosi remaja seringkali
sangat kuat, tidak terkendali, dan kadang tampak pada mereka,
mudfah marah, mudah dirangsang, emosinya cenderung meledak-
ledak dan tidak mampu mengendalikan perasaannya. Keadaan ini
sering menimbulkan berbagai permasalahn khususnya dalam
kaitannya dengan penyesuainan diri dilingkunganya. Maraknya kasus
perkelahian antar pelajar akhir-akir ini adalah contoh nyata dari
ketidakmampuan remaja mengolah dan mengendalikan emosi.
b. Masalah Penyesuaian Diri
Salah satu tugas yang paling sulit pada masa remaja adalah yang
berhubungan dengan penyesuian social. Remaja harus meyesuaikan
diri dengan lawan jenis, baik sesama remaja maupun dengan orang-
oarang dewasadiluar lingkungan keluarga dan sekolah. Untuk
mencspai pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak
banyak enyesuaian baru. Pada fase ini remaja lebih banyak diluar
rumah bersama-sama temannya sebagai kelompok, maka dapatlah
dimengerti kalau pengaruh teman-temannya sebaya dalam pola
perilaku,sikap, minat dan gaya hidupnya lebih besar daripada
pengaruh dari keluarga.
Perilaku remaja sangat bergantung dari pola-pola perilaku
kelompok. Yang menjadi masalah apabila mereka salah bergaul,
misalnya berada dalam kelompok pemakai obat-obatan terlarang,
minuman keras, merokok, dan perilaku negative lainnaya. Dalam
keadasan demikian remajacenderung akna mengikutinya tanpa
memperdulikan akibat yangakan menimpa dirinya. Kebutuhan akan
penerimaan dirinya dalam kelompok sebaya merupakan kebutuhan
yang dianggap paling penting. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
remaja mau melaksanakan apa saja yang akan menimpa atas perilaku
mereka tersebut.
c. Masalah Perilaku Seksual
Tugas perkembangan yang harus dilakukan oleh remaja
sehubunagn dengan kematangan seksualitasnya adalah pembentukan
hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis dan belajar
memerankan seks yang diakuinya. Pada masa remaja sudah mulai
tertarik pada lawan jenis, mulai bersifat romants yang didikuti oleh
keinginnan yang kuat untuk memperoleh dukungan dan perhtian dari
lawan jenis, sebagai akibatnya remaja mempunyai minat tinggi pada
seks.
Remaja lebih banyak mencari informasi tentang seks dari sumber-
sumber yang kadang tidak dapat dipertanggungjawabkan, misalnya
dari tena sebaya yang sama-sam kurang memahami arti pentingnya
seks, internet, media elektronik yan semakin canggih, dan media cetak
yang kadang-kadang lebih mengarah pada pornografi. Sebagai akibat
dari informasi yang salah dapat menimbulkan perilaku seks remkja
yang apabila ditinjau dari segi moral dan kesehatan tidsak layak untuk
dilakukan misalnya berciuman, bercumbu, mesturbasi, dan
bersenggama. Namun generasi sekarang hal-hgal tersebut dianggap
normal atau paling tidak diperbolehkan. (Hurlock, 1980:229)
Pergaulan bebas di kalangan remaja telah mencapai titik
kekhawatiran yang cukup parah, terutama seks bebas. Mereka begitu
mudah memasuki tempat-tempat khusus orang dewasa, apalagi malam
minggu. Pelakunya bukan hanya kalangan SMA, bahkan sudah
merambat di kalangan SMP. ‘’Banyak kasus remaja putri yang hamil
karena kecelakan.
Menurut Dr Rose Mini AP, M Psi seorang psikolog pendidikan,
seks bagi anak wajib diberikan orangtua sedini mungkin. “Pendidikan
seks wajib diberikan orangtua pada anaknya sedini mungkin.
Tepatnya dimulai saat anak masuk play group (usia 3-4 tahun), karena
pada usia ini anak sudah dapat mengerti mengenai organ tubuh
mereka dan dapat pula dilanjutkan dengan pengenalan organ tubuh
internal.
Tidak ada cara instan untuk mengajarkan seks pada anak kecuali
melakukannya setahap demi setahap sejak dini. Kita dapat
mengajarkan anak mulai dari hal yang sederhana, dan menjadikannya
sebagai satu kebiasaan sehari-hari. Tanamkan pengertian pada anak
layaknya kita menanamkan pengertian tentang agama. Kita tahu tidak
mungkin mengajarkan agama hanya dalam tempo satu hari saja dan
lantas berharap anak akan mampu menjalankan ibadahannya, maka
demikian juga untuk seks.
Pengenalan seks pada anak dapat dimulai dari pengenalan
mengenai anatomi tubuh. Kemudian meningkat pada pendidikan
mengenai cara berkembangbiak makhluk hidup, yakni pada manusia
dan binatang. Nah, kalau sudah tahu, orangtua dapat memberi tahu
apa saja dampak-dampak yang akan diterima bila anak begini atau
begitu,”
Salah satu cara menyampaikan pendidikan seksual pada anak dapat
dimulai dengan mengajari mereka membersihkan alat kelaminnya
sendiri. Dengan cara “Mengajari anak untuk membersihkan alat
genitalnya dengan benar setelah buang air kecil (BAK) maupun buang
air besar (BAB), agar anak dapat mandiri dan tidak bergantung
dengan orang lain. Pendidikan ini pun secara tidak langsung dapat
mengajarkan anak untuk tidak sembarangan mengizinkan orang lain
membersihkan alat kelaminnya.
Pengenalan seks pada anak dapat dimulai dari pengenalan
mengenai anatomi tubuh. Kemudian meningkat pada pendidikan
mengenai cara berkembangbiak makhluk hidup, misalnya pada
manusia. Sehingga orangtua dapat memberikan penjelasan mengenai
dampak-dampak yang akan diterima bila anak sudah melakukan hal-
hal yang menyimpangnya.
 Oleh sebab itu perlunya pendidikan seks sejak dini, bila perlu
diberikan disekolah-sekolah agra para siswa dapat mengetahui
pendidikan seks yang benar dan tidak terjerumus kehal-hal yang
negative.
d. Masalah Perilaku Sosial
Tanda-tanda masalah perilaku social pada remaja dapat dilihat dari
adanya diskriminasi terhadap mereka yang terlatar belakang ras,
agama, atau social ekonomi yang berbeda. Dengan pola-pola perilaku
social seperti ini, maka melahirkan geng-geng atau kelompok-
kelompok remaja yang pembentukanya berdasarkan atas kesamaan
latar belakang, agama, suku dan social ekonomi. P
embentukan kelompok atau geng pada renaja tersebut dapat
memicu terjadinya permusuhan antar kelompok atau geng. Untuk
mencegah dan mengatasi masalah diatas dapat dilakukan dengan
menyelenggarakan kegiatan-kegiatana kelompok dengan tidak
memperhatikan latar belakang suku, agama,ras, dan social ekonomi.
e. Masalah Moral
Masalah moral yang terjadi pada para remja ditandai oleh adanya
ketidakmampuan remaja membedakan mana yang benar dan mana
yang salah. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidakkonsisitenan dalam
konse benar dan slah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya antar sekolah, keluarga, da kelompok remaja.
Ketidakmampuan membedakan mana yang benar dan mana yang
salah dapat membawa mala petaka bagi kehidupan remja pada
khususnya dan pada semua oaring pada umumnya.
f. Masalah Keluarga
Remaja sering menganggap standar perilaku orang tua yang kuno
dan yang modern berbeda. Menurut remaja, orang tua yang
mempunyai standar kuno harus mengikuti standar modern, sedagkan
orang tua tetap pada pendiriannya semula. Keadaan inilah yang sering
menjadi sumber perselisihan antar mereka. Sehingga remaja yang
cenderung keaah modernisasi akan membantah semua yang ditetapkan
oleh orang tuanya sehingga menimbulakan penyimpangan untuk
melakukan apa yang sudah diinginkannya.

Anda mungkin juga menyukai