Ketertiban sosial dan pengendalian sosial bertujuan untuk menciptakan keteraturan, tatanan, order
dalam kehidupan masyarakat agar harmonis. Dinamika sosial selalu identik dengan perubahan,
konflik, dan pertentangan. Perilaku menyimpang dan pelanggaran norma lainnya telah menjadi
bagian dari kehidupan sosial. Keberadaan pengendalian sosial adalah upaya untuk meluruskan
kembali segala perilaku dan tindakan sosial yang dianggap menyimpang dari aturan atau norma yang
berlaku di masyarakat.
Sosialisasi adalah proses pengendalian sosial melalui kata-kata atau perbuatan yang dijadikan contoh
agar ditiru oleh masyarakat. Sebagai contoh, seorang ayah memberitahu anaknya agar tidak pernah
sekalipun mengambil hak orang lain. Seorang polisi memberi ceramah tentang bahaya narkoba.
Seorang guru mengingatkan muridnya agar tidak datang terlambat. Contoh-contoh tersebut
merupakan bentuk sosialisasi dalam rangka pengendalian sosial. Proses kontrol sosial melalui
sosialisasi biasanya bertujuan pula untuk mendidik. Cara ini merupakan cara halus dalam penerapan
kontrol sosial.
Pengendalian sosial melalui tekanan sosial dilakukan dengan cara lebih instens dibanding sosialisasi.
Tekanan sosial dapat dilakukan pada kelompok primer dan sekunder. Pada kelompok primer
contohnya, kita mengingatkan teman dekat kita agar tidak menerobos lampu merah karena
taruhannya nyawa. Sebagai teman dekat, peringatan kita punya akses langsung yang sifatnya
personal. Tekanan sosial pada kelompok primer biasanya terjadi secara spontan dan tidak
direncanakan. Pada kelompok sekunder, tekanan diberikan melalui peringatan yang sifatnya
impersonal. Kita tidak mengenal secara personal mereka yang kita peringatkan, tetapi peran kita
dibutuhkan untuk menyelesaikan persoalan yang dianggap penyimpangan sosial.
Pengendalian ini dilakukan dengan memaksa. Kekuatan ini bisa bersifat formal atau informal. Tak
jarang, kekuatan informal dalam bentuk paksaan tidak membuat individu taat aturan, maka paksaan
secara formal dilakukan melalui diterbitkannya aturan hukum yang memaksa masyarakat agar
patuh. Agen yang memiliki legitimasi menerapkan kekuatan untuk kontrol sosial adalah agen yang
berkuasa, seperti negara. Selain dari caranya, kontrol sosial juga bisa dipahami dari jenisnya.
• Pengaruh situasi terhadap perilaku individu.
Bagian utama dari pengendalian sosial berwujud upaya untuk mengendalikan perilaku situasional,
karena kebanyakan orang akan bereaksi sesuai dengan rangsangan situasi yang timbul. Kenyataan
tersebut ternyata berlaku tanpa dipahami sepenuhnya oleh orang banyak.
Perilaku seseorang pada situasi tertentu biasanya merupakan akibat dari adanya kebutuhan,
tekanan, dan rangsangan dari situasi tersebut.
Penyimpangan adalah yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat.
Perilaku-perilaku seperti ini terjadi karena seseorang mengabaikan norma atau tidak mematuhi
patokan baku dalam masyarakat sehingga sering dikaitkan dengan istilah-istilah negatif.
Perilaku dikatakan menyimpang atau tidak harus bisa dinilai berdasarkan kriteria tertentu
dan diketahui penyebabnya.
Semua orang pernah melakukan penyimpangan sosial., tetapi pada batas-batas tertentu
yang bersifat realtif untuk semua orang.Dikatakan relatif karena perbedaanya hanya pada
frekuensi dan kadar penyimpangan. Jadi secara umum, penyimpangan yang dilakukan setiap
orang cenderung relatif. Bahkan orang yang telah melakukan penyimpangan mutlak lambat
laun harus berkompromi dengan lingkungannya.
Budaya ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok
masyarakat. Akan tetapi pada kenyataanya tidak ada seorangpun yang patuh terhadap
segenap peraturan resmi tersebut karena antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu
terjadi kesenjangan. Artinya,peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum dalam
kenyataan kehidupan sehari-hari cenderung banyak dilanggar.
Norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi
keinginan mereka,tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakuan secara terbuka. Jadi
norma-norma penghindaran perilaku yang bersifat setengah melembaga.
2. Teori menyimpang
Teori ini dikemukakan oleh Edwin H. Sutherland. Menurut teori ini penyimpangan bersumber dari
pergaulan dengan sekelompok orang yang telah menyimpang.
b. Teori LLabellin
Teori ini dikemukakan oleh Edwin M. Lemert. Menurut teori ini seseorang menjadi penyimpang
karena proses labelling yang diberikan masyarakat kepadanya. Maksudnya adalah pemberian
julukan / cap yang biasanya negatif kepada seseorang yang telah melakukan penyimpangan
primer(primary deviation) misalnya pencuri, penipu dll.
c. Teori fungsi
Teori ini dikemukakan oleh Emile Durkheim. Menurut teori ini, keseragaman dalam kesadaran moral
semua anggota masyarakat tidak memungkinkan karena setiap individu berbeda satu sama lain.
Perbedaan-perbedaan itu antara lain dipengaruhi oleh faktor lingkungan,fisik, dan keturunan. Oleh
karena itu dalam suatu masyarakat orang yang berwatak jahat akan selalu ada, dan kejahatanpun
juga akan selalu ada. Durkheim bahkan berpandangan bahwa kejahatan perlu bagi masyarakat .
Krena dengan adanya kejahatan, maka moralitas dan hukum dapat berkembang secara normal.
d. Teori konflik
Teori ini dikembangkan oleh penganut teori konflik Krl Mark. Para penganut teori ini berpandangan
bahwa kejahatan terkait erat dengan perkembangan kapitalisme. Sehingga perilaku menyimpang
diciptakan oleh kelompok-kelompok berkuasa dalam masyarakat untuk melindungi kepentingan
mereka sendiri. Pndangan ini juga mengatakan bahwa hukum merupakan cerminan kepentingan
kelas yang berkuasa dan sistem peradilan pidana mencerminkan nilai dan kepentingan mereka.
Dengan menggunakan teori ini, Robert K. Merton mencoba menjelaskan penyimpangan melalui
struktur sosial. Menurut teori ini, struktur sosial bukan hanya menghasilkan perilaku konformis saja,
tetapi juga menghasilkan perilaku menyimpang. Dalam struktur sosial dijumpai tujuan atau
kepentingan, dimana tujuan tersebut adalah hal-hal yang pantas dan baik.
• Definisi Kekuasaan (power) adalah kemampuan individu atau kelompok untuk mempengaruhi
individu atau kelompok lain (masyarakat) agar mereka mau mengikuti keinginan dari yang
memegang kuasa. Dalam hal ini kekuasaan mencangkup kemampuan untuk memerintah dan juga
memberi keputusan-keputusan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi tindakan-
tindakan individu atau kelompok yang berada dibawah kekuasaannya.
Max Weber (Jerman) mengartikan kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang
untuk memaksakan kehendaknya pada orang atau kelompok lain.
• Definisi Wewenang (authority) adalah kekuasaan yang pada seseorang atau sekelompok orang
yang mendapat pengakuan masyarakat.
Webber mengartikan wewenang adalah suatu hak yang telah ditetapkan dalam suatu tata tertib
social bertujuan menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan, menentukan keputusan-keputusan
mengenai persoalan-persoalan penting untuk menyelesaikan pertentangan-pertentangan.
Dapat dikatakan bahwa sifat hakikat kekuasaan dapat terwujud dalam hubungan yang simetris dan
asimetris. Masing-masing hubungan terwujud dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat diperoleh
gambaran sebagai berikut :
a. Hubungan persahabatan
b. Hubungan sehari-hari
2. Asimetris
a. Popularitas
b. Peniruan
c. Mengikuti perintah
g. Hubungan sehari-hari
Sumber kekuasaan
1. Rasa takut, perasaan takut pada seseorang menimbulkan suatu kepatuhan terhadap segala
kemauan dan tindakan orang yang ditakuti tadi. Rasa takut merupakan perasaan negatif
karena seseorang tunduk kepada orang lain dalam keadaan terpaksa. Orang yang mempunyai
rasa takut akan berbuat segala sesuatu yang sesuai dengan keinginan orang yang ditakutinya
agar terhindar dari kesukaran-kesukaran yang akan menimpa dirinya, seandainya tidak patuh.
Gejala ini dinamakan matched dependent behavior. Rasa takut tersebut dimanfaatkan sebaik-
baiknya dalam masyarakat yang mempunyai pemerintahan otoriter.
2. Rasa cinta, rasa cinta menghasilkan perbuatan-perbuatan yang pada umumnya positif. Apabila
ada reaksi positif dari masyarakat yang dikuasai, kekuasaan akan dapat berjalan dengan baik dan
teratur.
3. Kepercayaan, kepercayaan dapat timbul sebagai hasil hubungan langsung antara dua orang atau
lebih yang bersifat asosiatif. Kepercayaan ini sangat penting demi kelanggengan kekuasaan.
4. Pemujaan, seseorang atau sekelompok orang yang memegang kekuasaan mempunyai dasar
pemujaan dari orang-orang lain. Akibatnya segala tindakan penguasa dibenarkan atau setidak-
tidaknya dianggap benar. KeempatKeempat unsur tersebut merupakan sarana yang biasanya
digunakan oleh penguasa untuk dapat menjalankan kekuasaan yang ada di tangannya. Pada
masyarakat kecil dan bersahaja, kehendak menjalankan kekuasaan dapat dilakukan secara langsung
tanpa perantaraan.
a. Saluran militer, penguasa akan lebih banyak mempergunakan paksaan (coercion) serta kekuatan
militer (military force) di dalam melaksanakan kekuasaannya. Tujuan utamanya adalah untuk
menimbulkan rasa takut dalam diri masyarakat sehingga mereka tunduk kepada kemauan penguasa
atau sekelompok orang-orang yang dianggap sebagai penguasa.
b. Saluran ekonomi, penguasa berusaha untuk menguasai kehidupan masyarakatnya. Dengan jalan
menguasai ekonomi serta kehidupan rakyat tersebut, penguasa dapat melaksanakan kekuasaannya.
c. Saluran politik, penguasa dan pemerintah berusaha untuk membuat peraturan-peraturan
d. Saluran tradisional, dengan cara menyesuaikan tradisi pemegang kekuasaan dengan tradisi yang
dikenal di dalam suatu masyarakat, pelaksanaan kekuasaan dapat berjalan dengan lancar.
doktrin, yang bertujuan untuk menerangkan dan sekaligus memberi dasar pembenaran bagi
pelaksanaan kekuasaannya.
f. Saluran-saluran lainnya, selain saluran sebelumnya ada pula yang dapat dipergunakan penguasa,
misalnya alat-alat komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, dan lain-lainnya.
Sepertinya sudah menjadi kesepakatan orang banyak, bahwa untuk menyelenggarakan suatu bentuk
kehidupan dari orang-orang atau kelompok-kelompok orang dalam suatu persekutuan, memerlukan
pengaturan dalam bentuk norma-norma atau hukum yang
pelaksanaannya dipegang oleh seseorang atau orang-orang tertentu dalam masyarakat tersebut;
penyelenggaaan ini bisa atas dasar rasa cinta, takut, pemujaan atau kepercayaan. Orang atau
kelompok orang yang memegang kekuasaan sadar bahwa selain kewajiban-
kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya, dia atau mereka juga diberikan semacam fasilitas dan
hak-hak tertentu yang lebih dari orang-orang kebanyakan, dan penguasa juga sadar bahwa
kekuasaannya itu pada suatu waktu mungkin akan akan hilang karena berbagai sebab; atas dasar
kesadarannya inilah yang biasanya menjadi pemikiran dasar bahwa sedapat mungkin dia atau
mereka mempertahankan kekuasaanya, untuk tujuan itu ditempuh beberapa
3. Menyelenggarakan administrasi dan birokrasi yang baik, yang dianggap lebih memudahkan
kehidupan orang banyak.
6. menguasai bidang-bidang kehidupan pokok dalam masyarakat dengan cara kekerasan atau
paksaan. Maksudnya adalah untuk menghancurkan atau menguasai pusat-pusat
kekuasaan di bidang-bidang kehidupan. Biasanya cara-cara ini tidak dapat bertahan lama, karena
pada suatu saat pasti timbul reaksi yang akan menghancurkan kekuasaan yang ada, selain bahwa
kekuasaan dengan tipe demikian tidak akan bertahan lama, karena penguasa juga mempunyai batas-
batas kemampuan akan kekuatannya.
d. Lapisan kekuasaan.
Ada tiga pola umum sistem lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan, yaitu:
a. Tipe pertama (tipe kasta) adalah sistem lapisan kekuasaan dengan garis pemisah yang tegas dan
kaku. Tipe semacam ini biasanya dijumpai pada masyarakat berkasta, di mana hampir-hampir tidak
terjadi gerak sosial vertikal. Garis pemisah antara masing-masing lapisan hampir tidak mungkin
ditebus.
b. Tipe yang kedua (tipe oligarkis) masih mempunyai dasar pemisah yang tegas. Akan tetapi, dasar
pembedaan kelas-kelas sosial ditentukan oleh kebudayaan masyarakat, terutama pada kesempatan
yang diberikan kepada para warga untuk memperoleh kekuasaan-kekuasaan tertentu. Bedanya
dengan tipe yang pertama adalah walaupun kedudukan para warga pada tipe kedua masih
didasarkan pada kelahiran (ascribed status), individu masih diberi kesempatan untuk naik lapisan. Di
setiap lapisan juga dapat dijumpai lapisan-lapisan yang lebih khusus lagi, sedangkan perbedaan
antara satu lapisan dengan lapisan lainnya tidak begitu mencolok.
c. Tipe yang ketiga (tipe demokratis) yang menunjukkan kenyataan akan adanya garis pemisah
antara lapisan yang bersifat mobil sekali. Kelahiran tidak menentukan seseorang, yang terpenting
adalah kemampuan dan kadang-kadang juga faktor keberuntungan
e. Macam-macam Wewenang
• Wewenang Kharismatis (charismatic authority) Didasarkan pada charisma yaitu suatu kemampuan
khusus yang ada pada diri seseorang.
Ciri-cirinya:
- Adanya wewenang yang lebih tinggi ketimbang seseorang yang hadir secara pribadi.
- Selama tidak ada pertentangan dengan ketentuan-ketentuan tradisional, semua orang dapat
bertindak secara tertent
- Gorontrokrasi
- Patriarkalisme
- Patrimonialisme
• Wewenang Rasional/Legal
• Wewenang Resmi
Sifatnya sistematis, diperhitungkan dan rasional, terdapat pada kelompok-kelompok besar yang
memerlukan aturan-aturan, tata tertib yang tegas dan bersifat tetap.
Berlaku pada kelompok-kelompok kecil, sifatnya spontan, situasional dan didasarkan pada factor
saling mengenal dan timbul dalam hubungan-hubungan antar pribadi.
• Wewenang Pribadi
• Wewenang Teritorial
Wilayah temapt tinggal memegang peranan, unsure kebersamaan cenderung berkurang karena
adanya factor individualisme. Contoh: wali kota.
• Wewenang Terbatas
Wewenang tidak mencangkup semua bidang atau sector kehidupan, terbatas pada salah satu sector
saja. Wilayah luas bidang terbatas. Contoh: menteri pendidikan, hanya membahas bidang
pendidikan.
• Wewenang Menyeluruh
f. Kepemimpinan (Leadership)
• Informal Leadership. Ruang lingkupnya tanpa batas-batas resmi karena didasarkan atas pengakuan
dan kepercayaan dari masyarakat.