Anda di halaman 1dari 10

9. KETERTIBAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN SOSIAL.

Ketertiban sosial dan pengendalian sosial bertujuan untuk menciptakan keteraturan, tatanan, order
dalam kehidupan masyarakat agar harmonis. Dinamika sosial selalu identik dengan perubahan,
konflik, dan pertentangan. Perilaku menyimpang dan pelanggaran norma lainnya telah menjadi
bagian dari kehidupan sosial. Keberadaan pengendalian sosial adalah upaya untuk meluruskan
kembali segala perilaku dan tindakan sosial yang dianggap menyimpang dari aturan atau norma yang
berlaku di masyarakat.

A. Berikut adalah macam-macam cara melakukan Pengendalian sosial.

1. Pengendalian sosial melalui sosialisasi

Sosialisasi adalah proses pengendalian sosial melalui kata-kata atau perbuatan yang dijadikan contoh
agar ditiru oleh masyarakat. Sebagai contoh, seorang ayah memberitahu anaknya agar tidak pernah
sekalipun mengambil hak orang lain. Seorang polisi memberi ceramah tentang bahaya narkoba.
Seorang guru mengingatkan muridnya agar tidak datang terlambat. Contoh-contoh tersebut
merupakan bentuk sosialisasi dalam rangka pengendalian sosial. Proses kontrol sosial melalui
sosialisasi biasanya bertujuan pula untuk mendidik. Cara ini merupakan cara halus dalam penerapan
kontrol sosial.

2. Pengendalian sosial melalui tekanan sosial.

Pengendalian sosial melalui tekanan sosial dilakukan dengan cara lebih instens dibanding sosialisasi.
Tekanan sosial dapat dilakukan pada kelompok primer dan sekunder. Pada kelompok primer
contohnya, kita mengingatkan teman dekat kita agar tidak menerobos lampu merah karena
taruhannya nyawa. Sebagai teman dekat, peringatan kita punya akses langsung yang sifatnya
personal. Tekanan sosial pada kelompok primer biasanya terjadi secara spontan dan tidak
direncanakan. Pada kelompok sekunder, tekanan diberikan melalui peringatan yang sifatnya
impersonal. Kita tidak mengenal secara personal mereka yang kita peringatkan, tetapi peran kita
dibutuhkan untuk menyelesaikan persoalan yang dianggap penyimpangan sosial.

3. Pengendalian sosiall melalui kekuatan.

Pengendalian ini dilakukan dengan memaksa. Kekuatan ini bisa bersifat formal atau informal. Tak
jarang, kekuatan informal dalam bentuk paksaan tidak membuat individu taat aturan, maka paksaan
secara formal dilakukan melalui diterbitkannya aturan hukum yang memaksa masyarakat agar
patuh. Agen yang memiliki legitimasi menerapkan kekuatan untuk kontrol sosial adalah agen yang
berkuasa, seperti negara. Selain dari caranya, kontrol sosial juga bisa dipahami dari jenisnya.
• Pengaruh situasi terhadap perilaku individu.

Bagian utama dari pengendalian sosial berwujud upaya untuk mengendalikan perilaku situasional,
karena kebanyakan orang akan bereaksi sesuai dengan rangsangan situasi yang timbul. Kenyataan
tersebut ternyata berlaku tanpa dipahami sepenuhnya oleh orang banyak.

Perilaku seseorang pada situasi tertentu biasanya merupakan akibat dari adanya kebutuhan,
tekanan, dan rangsangan dari situasi tersebut.

B. Penyimpangan sosial (deviasi sosial)

Penyimpangan adalah yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat.
Perilaku-perilaku seperti ini terjadi karena seseorang mengabaikan norma atau tidak mematuhi
patokan baku dalam masyarakat sehingga sering dikaitkan dengan istilah-istilah negatif.

1. Ciri-ciri perilaku menyimpang

a. Penyimpangan harus dapat didefinisikan.

Perilaku dikatakan menyimpang atau tidak harus bisa dinilai berdasarkan kriteria tertentu
dan diketahui penyebabnya.

b. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak.

Perilaku menyimpang tidak selamanya negatif, adakalanya penyimpangan bisa diterima


masyarakat, misalnya wanita karier. Adapun pembunuhan dan perampokan merupakan
penyimpangan sosial yang ditolak masyarakat.

c. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak

Semua orang pernah melakukan penyimpangan sosial., tetapi pada batas-batas tertentu
yang bersifat realtif untuk semua orang.Dikatakan relatif karena perbedaanya hanya pada
frekuensi dan kadar penyimpangan. Jadi secara umum, penyimpangan yang dilakukan setiap
orang cenderung relatif. Bahkan orang yang telah melakukan penyimpangan mutlak lambat
laun harus berkompromi dengan lingkungannya.

d. Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal

Budaya ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok
masyarakat. Akan tetapi pada kenyataanya tidak ada seorangpun yang patuh terhadap
segenap peraturan resmi tersebut karena antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu
terjadi kesenjangan. Artinya,peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum dalam
kenyataan kehidupan sehari-hari cenderung banyak dilanggar.

e. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan

Norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi
keinginan mereka,tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakuan secara terbuka. Jadi
norma-norma penghindaran perilaku yang bersifat setengah melembaga.

f. Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan)

Penyimpangan sosial tidak selamanya menjadi ancaman karena kadang-kadang dapat


dianggap sebagai alat pemikiran stabilitas sosial.

2. Teori menyimpang

a. Teori pergaulan berbeda (differential Association)

Teori ini dikemukakan oleh Edwin H. Sutherland. Menurut teori ini penyimpangan bersumber dari
pergaulan dengan sekelompok orang yang telah menyimpang.

b. Teori LLabellin

Teori ini dikemukakan oleh Edwin M. Lemert. Menurut teori ini seseorang menjadi penyimpang
karena proses labelling yang diberikan masyarakat kepadanya. Maksudnya adalah pemberian
julukan / cap yang biasanya negatif kepada seseorang yang telah melakukan penyimpangan
primer(primary deviation) misalnya pencuri, penipu dll.

c. Teori fungsi

Teori ini dikemukakan oleh Emile Durkheim. Menurut teori ini, keseragaman dalam kesadaran moral
semua anggota masyarakat tidak memungkinkan karena setiap individu berbeda satu sama lain.
Perbedaan-perbedaan itu antara lain dipengaruhi oleh faktor lingkungan,fisik, dan keturunan. Oleh
karena itu dalam suatu masyarakat orang yang berwatak jahat akan selalu ada, dan kejahatanpun
juga akan selalu ada. Durkheim bahkan berpandangan bahwa kejahatan perlu bagi masyarakat .
Krena dengan adanya kejahatan, maka moralitas dan hukum dapat berkembang secara normal.

d. Teori konflik

Teori ini dikembangkan oleh penganut teori konflik Krl Mark. Para penganut teori ini berpandangan
bahwa kejahatan terkait erat dengan perkembangan kapitalisme. Sehingga perilaku menyimpang
diciptakan oleh kelompok-kelompok berkuasa dalam masyarakat untuk melindungi kepentingan
mereka sendiri. Pndangan ini juga mengatakan bahwa hukum merupakan cerminan kepentingan
kelas yang berkuasa dan sistem peradilan pidana mencerminkan nilai dan kepentingan mereka.

e. Teori tipologi adaptasi

Dengan menggunakan teori ini, Robert K. Merton mencoba menjelaskan penyimpangan melalui
struktur sosial. Menurut teori ini, struktur sosial bukan hanya menghasilkan perilaku konformis saja,
tetapi juga menghasilkan perilaku menyimpang. Dalam struktur sosial dijumpai tujuan atau
kepentingan, dimana tujuan tersebut adalah hal-hal yang pantas dan baik.

10. KEKUASAAN, WEWENANG, DAN KEPEMPIMPINAN.

• Definisi Kekuasaan (power) adalah kemampuan individu atau kelompok untuk mempengaruhi
individu atau kelompok lain (masyarakat) agar mereka mau mengikuti keinginan dari yang
memegang kuasa. Dalam hal ini kekuasaan mencangkup kemampuan untuk memerintah dan juga
memberi keputusan-keputusan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi tindakan-
tindakan individu atau kelompok yang berada dibawah kekuasaannya.

Max Weber (Jerman) mengartikan kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang
untuk memaksakan kehendaknya pada orang atau kelompok lain.

• Definisi Wewenang (authority) adalah kekuasaan yang pada seseorang atau sekelompok orang
yang mendapat pengakuan masyarakat.

Webber mengartikan wewenang adalah suatu hak yang telah ditetapkan dalam suatu tata tertib
social bertujuan menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan, menentukan keputusan-keputusan
mengenai persoalan-persoalan penting untuk menyelesaikan pertentangan-pertentangan.

• Definisi Kepemimpinan (Leadership) adalah kemampuan seseorang (pemimpin/leader) untuk


mempengaruhi orang lain (yang dipimpin/pengikut-pengikutnya) sehingga orang lain bertingkah laku
sebagaimana yang dikehendaki oleh pemimpin tersebut.

a. Hakikat kekuasaan dan sumbernya.

Dapat dikatakan bahwa sifat hakikat kekuasaan dapat terwujud dalam hubungan yang simetris dan
asimetris. Masing-masing hubungan terwujud dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat diperoleh
gambaran sebagai berikut :

Sifat dan hakikat kekuasaan


1. Simetris

a. Hubungan persahabatan

b. Hubungan sehari-hari

c. Hubungan yang bersifat ambivalen

d. Pertentangan antara mereka yang sejajar kedudukannya

2. Asimetris

a. Popularitas

b. Peniruan

c. Mengikuti perintah

d. Tunduk pada pimpinan formal atau informal

e. Tunduk pada seorang ahli

f. Pertentangan antara mereka yang tidak sejajar kedudukannya

g. Hubungan sehari-hari

Kekuasaan dapat bersumber pada bermacam-macam faktor.

Sumber kekuasaan

 Militer, Polisi, Kriminal : Menggunakan kekerasan

• Ekonomi : Mengendalikan tanah, buruh, kekayaan material, produksi

• Politik : Pengambilan keputusan

• Hukum : Mempertahankan, mengubah, melancarkan interaksi

• Tradisi : Sistem kepercayaan nilai-nilai

• Ideologi : Pandangan hidup

• “Disvensionary power” : Kepentingan rekreatif

b. Unsur-unsur, saluran Kekuasaan, dimensinya.


• Kekuasaan yang dapat dijumpai pada interaksi sosial antaraindividu maupun antarkelompok
mempunyai beberapa unsur pokok, yaitu :

1. Rasa takut, perasaan takut pada seseorang menimbulkan suatu kepatuhan terhadap segala
kemauan dan tindakan orang yang ditakuti tadi. Rasa takut merupakan perasaan negatif
karena seseorang tunduk kepada orang lain dalam keadaan terpaksa. Orang yang mempunyai
rasa takut akan berbuat segala sesuatu yang sesuai dengan keinginan orang yang ditakutinya
agar terhindar dari kesukaran-kesukaran yang akan menimpa dirinya, seandainya tidak patuh.
Gejala ini dinamakan matched dependent behavior. Rasa takut tersebut dimanfaatkan sebaik-
baiknya dalam masyarakat yang mempunyai pemerintahan otoriter.

2. Rasa cinta, rasa cinta menghasilkan perbuatan-perbuatan yang pada umumnya positif. Apabila
ada reaksi positif dari masyarakat yang dikuasai, kekuasaan akan dapat berjalan dengan baik dan
teratur.

3. Kepercayaan, kepercayaan dapat timbul sebagai hasil hubungan langsung antara dua orang atau
lebih yang bersifat asosiatif. Kepercayaan ini sangat penting demi kelanggengan kekuasaan.

4. Pemujaan, seseorang atau sekelompok orang yang memegang kekuasaan mempunyai dasar
pemujaan dari orang-orang lain. Akibatnya segala tindakan penguasa dibenarkan atau setidak-
tidaknya dianggap benar. KeempatKeempat unsur tersebut merupakan sarana yang biasanya
digunakan oleh penguasa untuk dapat menjalankan kekuasaan yang ada di tangannya. Pada
masyarakat kecil dan bersahaja, kehendak menjalankan kekuasaan dapat dilakukan secara langsung
tanpa perantaraan.

• Dalam masyarakat, kekuasaan di dalam pelaksanaannya dijalankan melalui saluran-saluran


tertentu. Saluran-saluran tersebut banyak sekali, di antaranya,

a. Saluran militer, penguasa akan lebih banyak mempergunakan paksaan (coercion) serta kekuatan
militer (military force) di dalam melaksanakan kekuasaannya. Tujuan utamanya adalah untuk
menimbulkan rasa takut dalam diri masyarakat sehingga mereka tunduk kepada kemauan penguasa
atau sekelompok orang-orang yang dianggap sebagai penguasa.

b. Saluran ekonomi, penguasa berusaha untuk menguasai kehidupan masyarakatnya. Dengan jalan
menguasai ekonomi serta kehidupan rakyat tersebut, penguasa dapat melaksanakan kekuasaannya.
c. Saluran politik, penguasa dan pemerintah berusaha untuk membuat peraturan-peraturan

yang harus ditaati oleh masyarakat.

d. Saluran tradisional, dengan cara menyesuaikan tradisi pemegang kekuasaan dengan tradisi yang
dikenal di dalam suatu masyarakat, pelaksanaan kekuasaan dapat berjalan dengan lancar.

e. Saluran ideologi, penguasa-penguasa mengemukakan serangkaian ajaran-ajaran atau doktrin-

doktrin, yang bertujuan untuk menerangkan dan sekaligus memberi dasar pembenaran bagi
pelaksanaan kekuasaannya.

f. Saluran-saluran lainnya, selain saluran sebelumnya ada pula yang dapat dipergunakan penguasa,
misalnya alat-alat komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, dan lain-lainnya.

• Apabila dimensi kekuasaan ditelaah, ada kemungkinan-kemungkinan di antaranya :

a. Kekuasaan yang sah dengan kekerasan.

b. Kekuasaan yang sah tanpa kekerasan.

c. Kekuasaan tidak sah dengan kekerasan.

d. Kekuasaan tidak sah tanpa kekerasan.

C. Cara-cara mempertahankan kekuasaan.

Sepertinya sudah menjadi kesepakatan orang banyak, bahwa untuk menyelenggarakan suatu bentuk
kehidupan dari orang-orang atau kelompok-kelompok orang dalam suatu persekutuan, memerlukan
pengaturan dalam bentuk norma-norma atau hukum yang

pelaksanaannya dipegang oleh seseorang atau orang-orang tertentu dalam masyarakat tersebut;
penyelenggaaan ini bisa atas dasar rasa cinta, takut, pemujaan atau kepercayaan. Orang atau
kelompok orang yang memegang kekuasaan sadar bahwa selain kewajiban-
kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya, dia atau mereka juga diberikan semacam fasilitas dan
hak-hak tertentu yang lebih dari orang-orang kebanyakan, dan penguasa juga sadar bahwa
kekuasaannya itu pada suatu waktu mungkin akan akan hilang karena berbagai sebab; atas dasar
kesadarannya inilah yang biasanya menjadi pemikiran dasar bahwa sedapat mungkin dia atau
mereka mempertahankan kekuasaanya, untuk tujuan itu ditempuh beberapa

cara agar kekuasaan itu dipertahankan, yaitu melalui :


1. Menghilangkan segenap peraturan-peraturan lama, terutama dalam bidang politik,
yang dianggap merugikan kedudukan penguasa.; peraturan-peraturan tersebut
akan digantikannya dengan peraturan-peraturan baru yang akan menguntungkan
penguasa; keadaan tersebut biasnya terjadi pada waktu akan ada pergantian kekuasaan dari seorang
penguasa kepada penguasa yang lain.

2. Mengadakan sistem-sistem kepercayaan yang akan dapat memperkokoh kedudukan penguasa


ataugolongannya, sistem-sistem itu meliputi ideologi, agama dan lainnya.

3. Menyelenggarakan administrasi dan birokrasi yang baik, yang dianggap lebih memudahkan
kehidupan orang banyak.

4. Senantiasa mengadakan konsolidasi secara horisontal dan vertikal.

5. dengan menguasai bidang-bidang kehidupan tertentu, misalnya menguasai bidang


ekonomi dengan cara memperluas pasaran-pasaran perdagangan, menambah tenaga kerja,
menaikan produksi, mengadakan perlindungan terhadap barang-barang produksi dan sebagainya;
hal ini biasanyadilakukan dengan cara damai.

6. menguasai bidang-bidang kehidupan pokok dalam masyarakat dengan cara kekerasan atau
paksaan. Maksudnya adalah untuk menghancurkan atau menguasai pusat-pusat
kekuasaan di bidang-bidang kehidupan. Biasanya cara-cara ini tidak dapat bertahan lama, karena
pada suatu saat pasti timbul reaksi yang akan menghancurkan kekuasaan yang ada, selain bahwa
kekuasaan dengan tipe demikian tidak akan bertahan lama, karena penguasa juga mempunyai batas-
batas kemampuan akan kekuatannya.

d. Lapisan kekuasaan.

Ada tiga pola umum sistem lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan, yaitu:

a. Tipe pertama (tipe kasta) adalah sistem lapisan kekuasaan dengan garis pemisah yang tegas dan
kaku. Tipe semacam ini biasanya dijumpai pada masyarakat berkasta, di mana hampir-hampir tidak
terjadi gerak sosial vertikal. Garis pemisah antara masing-masing lapisan hampir tidak mungkin
ditebus.

b. Tipe yang kedua (tipe oligarkis) masih mempunyai dasar pemisah yang tegas. Akan tetapi, dasar
pembedaan kelas-kelas sosial ditentukan oleh kebudayaan masyarakat, terutama pada kesempatan
yang diberikan kepada para warga untuk memperoleh kekuasaan-kekuasaan tertentu. Bedanya
dengan tipe yang pertama adalah walaupun kedudukan para warga pada tipe kedua masih
didasarkan pada kelahiran (ascribed status), individu masih diberi kesempatan untuk naik lapisan. Di
setiap lapisan juga dapat dijumpai lapisan-lapisan yang lebih khusus lagi, sedangkan perbedaan
antara satu lapisan dengan lapisan lainnya tidak begitu mencolok.
c. Tipe yang ketiga (tipe demokratis) yang menunjukkan kenyataan akan adanya garis pemisah
antara lapisan yang bersifat mobil sekali. Kelahiran tidak menentukan seseorang, yang terpenting
adalah kemampuan dan kadang-kadang juga faktor keberuntungan

e. Macam-macam Wewenang

• Wewenang Kharismatis (charismatic authority) Didasarkan pada charisma yaitu suatu kemampuan
khusus yang ada pada diri seseorang.

• Wewenang Tradisional (berlangsung turun-menurun)

Ciri-cirinya:

- Adanya ketentuan-ketentuan tradisional yang mengikat penguasa yang mempunyai wewenang,


serta orang-orang lainnya dalam masyarakat.

- Adanya wewenang yang lebih tinggi ketimbang seseorang yang hadir secara pribadi.

- Selama tidak ada pertentangan dengan ketentuan-ketentuan tradisional, semua orang dapat
bertindak secara tertent

Wewenang Tradisional terbagi lagi manjadi:

- Gorontrokrasi

- Patriarkalisme

- Patrimonialisme

• Wewenang Rasional/Legal

Berdasarkan pada system hokum yang berlaku dalam masyarakat.

• Wewenang Resmi

Sifatnya sistematis, diperhitungkan dan rasional, terdapat pada kelompok-kelompok besar yang
memerlukan aturan-aturan, tata tertib yang tegas dan bersifat tetap.

• Wewenang Tidak Resmi

Berlaku pada kelompok-kelompok kecil, sifatnya spontan, situasional dan didasarkan pada factor
saling mengenal dan timbul dalam hubungan-hubungan antar pribadi.
• Wewenang Pribadi

Tergantung pada solidaritas antara anggota-anggota kelompok unsure kebersamaan sangat


memegang peranan.

• Wewenang Teritorial

Wilayah temapt tinggal memegang peranan, unsure kebersamaan cenderung berkurang karena
adanya factor individualisme. Contoh: wali kota.

• Wewenang Terbatas

Wewenang tidak mencangkup semua bidang atau sector kehidupan, terbatas pada salah satu sector
saja. Wilayah luas bidang terbatas. Contoh: menteri pendidikan, hanya membahas bidang
pendidikan.

• Wewenang Menyeluruh

Wewenangnya tidak dibatasi oleh bidang-bidang kehidupan tertentu.

f. Kepemimpinan (Leadership)

Kepemimpinan (Leadership) adalah kemampuan seseorang (pemimpin/leader) untuk


mempengaruhi orang lain (yang dipimpin/pengikut-pengikutnya) sehingga orang lain bertingkah laku
sebagaimana yang dikehendaki oleh pemimpin tersebut.

Kepemimpinan dibagi menjadi 2:

• Formal Leadership. Kepemimpinan yang tersimpul dalam suatu jabatan.

• Informal Leadership. Ruang lingkupnya tanpa batas-batas resmi karena didasarkan atas pengakuan
dan kepercayaan dari masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai