Anda di halaman 1dari 7

RANGKUMAN SOSIOLOGI

1. KONSEP (DEFINISI) GEJALA SOSIAL


A. Definisi Gejala Sosial

Gejala sosial adalah fenomena yang menandai (symptom) munculnya permasalahan sosial di
masyarakat. Pengertian umum ini diadopsi ilmu alam untuk di terapkan dalam ilmu sosial
khususnya sosiologi.
Emile Durkheim adalah tokoh sosiologi klasik yang mempopulerkan gejala sosial sebagai
objek kajian sosiologi. Durkheim menyebutnya sebagai fakta sosial. Dalam bukunya ’Suicide:
A Study in Sociology’, durkheim melihat fenomena bunuh diri sebagai fakta sosial. Masalah
sosial yang muncul adalah rendahnya solidaritas sosial anggota komunitas yang sedang
diteliti.

Perlu dicatat, sebagai tanda suatu permasalahan, gejala sosial berbeda dengan
permasalahan sosial itu sendiri. Namun bukan berarti keduanya tidak berkaitan. Keduanya
justru berhubungan erat.
Sebagai contoh, kasus kriminalitas perampokan yang terjadi di perumahan elit bisa dianggap
sebagai permasalahan sosial. Gejala sosialnya, misalnya, adalah adanya ketimpangan
ekonomi yang tajam antara si kaya dan si miskin di ibu kota. Si miskin tertekan secara
ekonomi, ia kemudian nekat merampok di perumahan elit.

B. Definisi Gejala Sosial Menurut Para Ahli

a. Menurut Pitirim A. Sorokin, yaitu hubungan timbal balik sosial dan non sosial yang
terjadi karena adanya hubungan yang ada di dalam lingkungan masyarakat.
b. Menurut Arnold Rose, yaitu situasi yang tak diinginkan dan dianggap akan
berpengaruh terhadap keadaan masyarakat.
c. Menurut Soerjono Soekanto, yaitu ketidaksesuaian antara unsur-unsur masyarakat
atau kebudayaan dimana akan membahayakan kehidupan dari kelompok
masyarakat.
d. Menurut Soetomo, yaitu kondisi dimana kondisi tersebut tidak diinginkan oleh
beberapa orang.
e. Menurut Raab dab Selznick, yaitu permasalahan hubungan sosial yang menentang
pada masyarakat tersebut untuk kebuasan dari sebagian besar orang.

2. PENYIMPANGAN SOSIAL
 CIRI-CIRI PENYIMPANGAN SOSIAL
Berikut ciri-ciri perilaku menyimpang menurut Paul B. Horton:

a. Penyimpangan harus dapat didefinisikan


Dikatakan menyimpang atau tidaknya semua perilaku, harus dapat dinilai berdasarkan
kriteria tertentu dan diketahui penyebab penyimpangannya.
b. Penyimpangan dapat diterima atau dapat juga ditolak
Tidak selamanya perilaku menyimpang itu negatif, ada kalanya penyimpangan dapat
diterima oleh masyarakat, misalnya wanita karir.
Adapun pembunuhan, perampokan, dan sejenisnya merupakan tindakan menyimpang yang
ditolak masyarakat.

c. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak


Semua orang pernah melakukan tindakan menyimpang, namun masih pada batas-batas
tertentu yang bersifat relatif untuk semua orang. Dikatakan relatif karena perbedaannya
hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangan. Sedangkan mutlak dapat diartikan bahwa
mayoritas masyarakat menganggap sebuah perilaku sebagai perilaku menyimpang.

d. Penyimpangan terhadap budaya nyata atau budaya ideal


Budaya ideal merupakan segenap peraturan hukum yang berlaku dan dijadikan harapan
dalam suatu kelompok masyarakat.
Akan tetapi, faktanya tidak ada seorang pun yang patuh terhadap segenap peraturan resmi
tersebut karena antara budaya ideal dengan budaya nyata selalu terjadi kesenjangan.

e. Adanya norma-norma penghindaran dalam penyimpangan


Norma penghindaran merupakan pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi
keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakukan secara terbuka.
Jadi, norma-norma penghindaran merupakan bentuk penyimpangan perilaku yang bersifat
setengah melembaga.

f. Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan)


Penyimpangan sosial tidak selamanya menjadi ancaman. Terkadang, perilaku tersebut dapat
dianggap sebagai alat pemikiran stabilitas sosial.

 BENTUK PENYIMPANGAN SOSIAL


Berikut bentuk-bentuk perilaku menyimpang:

1. Berdasarkan Kadar dan Intensitas Penyimpangan serta Toleransi Masyarakat

Primer: Penyimpangan ini bersifat sementara (temporer).

Penyimpangan primer disebut juga penyimpangan ringan. Para pelaku penyimpangan ini umumnya
tidak menyadari bahwa dirinya melakukan penyimpangan. Penyimpangan primer masih dapat
ditolerir masyarakat dan orang yang melakukannya masih tetap dapat diterima oleh kelompok
sosialnya karena tidak secara terus menerus melanggar aturan.

Seperti contoh melanggar rambu lalu lintas karena tidak sengaja atau pertama kali melakukan,
pertama kali datang terlambat ke sekolah, dll.
Sekunder: Penyimpangan sekunder disebut juga penyimpangan berat.

Penyimpangan ringan yang berulang-ulang dan terus menerus juga dapat dikategorikan
penyimpangan sekunder, meskipun pelakunya sudah dikenai sanksi. Penyimpangan sekunder tidak
dapat ditolerir.

Contoh: merampok, membunuh, sering melanggar peraturan lalu lintas, sering datang terlambat ke
sekolah, dll

2. Berdasarkan Jumlah Pelaku Penyimpangan

Individu: Penyimpangan yang dilakukan secara individu atau sendiri. Hanya satu individu saja yang
terlibat berlawan dengan norma-norma yang berlaku.

Kelompok: Penyimpangan yang terjadi jika tindakannya dilakukan secara bersama-sama di suatu
kelompok tertentu.

3. Berdasarkan Dampak atau Tujuan

Positif: Perilaku menyimpang yang memiliki dampak positif terhadap sistem sosial karena dianggap
ideal dalam masyarakat akan tetapi dengan cara-cara atau proses yang menyimpang.

Contoh: Seorang pengendara motor mengawal laju mobil ambulans yang membawa pasien kritis,
Seorang dokter ikut berperang membela negara, TKI ilegal, dll.

Negatif: Perilaku ini berwujud dari tindakan ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan
tercela karena tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Penyimpangan memiliki cara dan
dampak/ tujuan yang negatif.

Contoh: merampok, membunuh, korupsi, dll

4. Berdasarkan Norma yang Dilanggar

Antisosial: Tindakan yang melawan kebiasaan masyarakat atau kepentingan umum. Bentuk
tindakan tersebut antara lain:

Menarik diri dari pergaulan, tidak mau berteman, tidak pernah ikut kegiatan di lingkungan sekitar
seperti kerja bakti, dll
Kriminal: Tindakan yang terbukti nyata melanggar hukum pidana.

Misalnya: Pencurian, perampokan, pemerkosaan, pembunuhan, korupsi, dan lain-lain.

 BENTUK-BENTUK KRIMINALITAS
Kriminalitas (crime) atau umum disebut kejahatan merupakan salah satu bentuk penyimpangan
terhadap norma hukum, khususnya hukum pidana.

Berikut beberapa bentuk atau jenis kriminalitas:

1. Berdasarkan Tingkatan atau Kelas Pelaku

Kriminalitas/Kejahatan kerah biru (blue collar crime), yaitu kejahatan yang dilakukan oleh
masyarakat kelas sosial bawah.

Contohnya: mencopet, mencuri ayam

Kriminalitas/Kejahatan kerah putih (white collar crime), yaitu kejahatan yang dilakukan oleh orang
yang terpandang atau berstatus sosial tinggi dalam pekerjaannya.

Contohnya: Korupsi, kolusi, dan nepotisme

2. Berdasarkan Jumlah Pelaku Penyimpangan

Kriminalitas/kejahatan individu (Individual crime): Kriminalitas yang dilakukan secara individu atau
sendiri.

Kriminalitas/kejahatan korporasi (Corporate crime): Kriminalitas yang dilakukan secara


berkelompok atau dilakukan sebuah korporasi (perusahaan).

3. Berdasarkan Perencanaan

Kriminalitas/kejahatan Teroganisir (Organized crime): Kriminalitas yang dilakukan secara


teroganisir atau terencana dengan matang.

Contoh: cyber crime, korupsi dan kolusi terstruktur.


Kriminalitas/kejahatan Tidak Teroganisir (Unorganized crime): Kriminalitas yang dilakukan secara
tidak teroganisir atau tidak terencana atau secara spontan.

Contoh: mencuri karena ada kesempatan.

4. Berdasarkan Korban

Kriminalitas/kejahatan dengan korban (Crime with Victim): Kriminalitas yang dilakukan dengan
mengakibatkan korban atau merugikan orang lain.

Contoh: pencurian, perampokan, pembunuhan, dll

Kriminalitas/kejahatan tanpa korban (Crime without Victim): Kriminalitas yang dilakukan tanpa
adanya korban atau tidak merugikan orang lain.

Contoh: mengkonsumsi narkoba dan minuman keras sendirian di dalam rumah.

3. PENGENDALIAN SOSIAL

 JENIS PENGENDALIAN SOSIAL

A. Berdasarkan Sifat

Preventif

Yaitu pengendalian sosial yang dilakukan dengan mencegah munculnya gangguan dalam keserasian
masyarakat dengan dijalankan melalui langkah-langkah yang apik tanpa adanya kekerasan yang
muncul sehingga ciri khasnya sendiri membutuhkan waktu lama. Pengendalian sosial preventif
dilakukan sebelum terjadinya penyimpangan.

Represif

Yaitu pengendalian sosial yang dilakukan dengan penanggulangan untuk mengembalikan keserasian
akibat pelanggaran nilai dan norma sosial, adapun langkah yang dilakukan dalam sifat pengendalian
ini dijalankan dengan kekerasan sehingga membutuhkan waktu yang relatif cepat. Pengendalian
sosial preventif dilakukan setelah terjadinya penyimpangan.
B. Berdasarkan Cara

Persuasif

Yaitu proses pengendalian sosial yang dilakukan tanpa adanya kekerasan dengan cara
menyarankan, memberikan himbauan, serta membimbing individu dan kelompok agar dapat
mematuhi nilai dan norma yang ada di dalam kehidupan masyarakat. Pengendalian persuasif
dilakukan secara halus.

Koersif

Yaitu proses pengendalian sosial yang dilakukan dengan cara kekerasan atau dengan cara paksaan,
baik paksaan dilakukan dengn fisik maupun dilakukan dengan nonfisik, yang tujuannya adalah untuk
membentuk masyarakat yang tertib sosial.

C. Berdasarkan Tipe

Formal

Pengendalian sosial yang dilakukan oleh lembaga resmi dengan metode formal dan juga dilakukan
secar sadar serta berkesinambungan. Tujuannya pengendalian sosial formal ini ialah untuk
membentuk prilaku individu agar sesuai dengan norma dan nilai yang berkembang dalam
masyarakat.

Non Formal atau Informal

Pengendalian sosial yang dilakukan oleh lembaga tidak resmi dan cenderung masih dilakukan serta
dijalankan oleh masyarakat tradisional. Cara yang dilakukannya dalam pengendalian sosial
nonformal ini misalnya saja dengan desas-desus, pengucilan, celaan, dan ejekan.

 TUJUAN (FUNGSI) PENGENDALIAN SOSIAL


Ada beragam tujuan maupun fungsi pengendalian sosial sebagai berikut:

1. Menciptakan Ketertiban dan Keteraturan Sosial.

Apabila nilai-nilai dan norma-norma sosial dijalankan semua masyarakat, maka ketertiban dan
keteraturan sosial dalam masyarakat dapat tercipta dan terpelihara. Terciptanya ketertiban dan
keteraturan sosial adalah fungsi pengendalian sosial.

2. Mencegah dan Menanggulangi Penyimpangan

Pengendalian sosial yang dilakukan sebelum terjadi penyimpangan akan mencegah, sedangkan
pengendalian sosial yang dilakukan setelah terjadi penyimpangan akan menanggulangi
penyimpangan tersebut.

3. Mempertebal keyakinan anggota-anggota masyarakat terhadap norma-norma masyarakat.

4. Memberikan penghargaan (reward) kepada anggota-anggota masyarakat yang taat pada norma-
norma kemasyarakatan.
5 Memberikan sanksi (punishment) kepada anggota-anggota masyarakat yang melanggar norma-
norma kemasyarakatan.

6. Mengembangkan rasa malu dalam diri atau jiwa anggota-anggota masyarakat apabila mereka
menyimpang dari norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan yang berlaku.

7. Menimbulkan rasa takut di dalam diri seseorang atau sekelompok orang akan risiko dan ancaman.

8. Menciptakan sistem hukum, yaitu sistem tata tertib dengan sanksi-sanksi yang tegas bagi para
penyelenggara yang biasanya bisa dilihat di dalam sistem hukum tiap-tiap struktur masyarakat yang
berlaku.

Anda mungkin juga menyukai