Kurikulum 2006/2013
s
Kela
sosiologi
PERILAKU MENYIMPANG
Tujuan Pembelajaran
1. Memahami pengertian dan ciri-ciri perilaku menyimpang.
2. Memahami klasifikasi perilaku menyimpang.
3. Memahami teori terbentuknya perilaku menyimpang.
4. Memahami faktor yang menyebabkan perilaku menyimpang.
5. Memahami bentuk perilaku menyimpang.
A. Perilaku Menyimpang
1. Pengertian Perilaku Menyimpang
Berikut beberapa pengertian perilaku menyimpang menurut para ahli.
a. James Vander Zanden
Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di
luar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang.
b. M.Z. Lawang
Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma
yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang
berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut.
c. Bruce J. Cohen
Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan
diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam
masyarakat.
d. Paul B. Horton
Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran
terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
2
untuk setiap orang. Perbedaannya hanya pada seberapa sering (frekuensi) dan
kadar penyimpangannya saja. Meskipun ada orang yang sering sekali melakukan
penyimpangan sosial (penyimpangan mutlak), lambat laun orang tersebut harus
berkompromi dengan lingkungannya.
3
b. Penyimpangan sosial sekunder
Penyimpangan sosial sekunder adalah penyimpangan sosial yang dilakukan
oleh pelakunya secara terus-menerus meskipun telah diberikan sanksi-sanksi.
Seseorang yang dikategorikan sebagai berperilaku menyimpang sekunder
tidak diinginkan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat.
2. Berdasarkan jumlah orang yang terlibat, dibedakan menjadi tiga bagian sebagai
berikut.
a. Penyimpangan individu
Penyimpangan yang dilakukan sendiri tanpa orang lain. Hanya satu individu yang
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
b. Penyimpangan kelompok
Penyimpangan yang dilakukan bersama-sama dalam suatu kelompok tertentu.
Perilaku menyimpang kelompok ini memiliki nilai, norma, dan sikap serta
tradisi sendiri yang tidak mau menerima norma-norma umum yang berlaku
dalam masyarakat sekitarnya. Fanatisme anggota terhadap kelompoknya
menyebabkan mereka merasa tidak melakukan suatu perilaku menyimpang.
Kejadian inilah yang menyebabkan perilaku menyimpang kelompok lebih
berbahaya apabila dibandingkan dengan perilaku menyimpang individu.
Contohnya:
1.) Kelompok geng kejahatan terorganisasi yang melakukan penyeludupan
dan perampokan.
2.) Kelompok pengacau keamanan dengan tujuan-tujuan tertentu (teroris).
3.) Kelompok yang ingin memisahkan diri dari suatu negara (separatis).
c. Penyimpangan campuran
Penyimpangan yang dilakukan oleh suatu golongan sosial yang memiliki
organisasi yang rapi sehingga individu atau kelompok di dalamnya taat dan
tunduk kepada norma golongan yang secara keseluruhan mengabaikan norma
masyarakat yang berlaku.
4
b. Penyimpangan sosial yang bersifat negatif
Dalam penyimpangan sosial yang bersifat negatif pelaku bertindak ke arah
yang dipandang buruk atau tidak baik karena mengganggu sistem sosial.
5
2. Teori Labelling Edwin M. Lemert
Menurut Lemert, seseorang berperilaku menyimpang karena proses labelling, yaitu
pemberian julukan, cap, merek yang diberikan masyarakat kepada seseorang.
Mula-mula seseorang melakukan penyimpangan primer. Akibat penyimpangan
primer tersebut pelaku mendapat cap atau stigma tertentu. Sebagai tanggapan
terhadap pemberian cap oleh orang lain, pelaku penyimpangan primer kemudian
mendefinisikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi perbuatan
menyimpangnya. Selanjutnya, ia menganut gaya hidup menyimpang yang
menghasilkan karier menyimpang.
6
bagi semua warga masyarakat tidaklah mungkin dicapai karena indvidu dalam
kelompok sosial tersebut berbeda satu sama lain. Perbedaan disebabkan karena
mereka dipengaruhi oleh faktor keturunan, lingkungan fisik, lingkungan sosial yang
berbeda. Bagi Durkheim, penyimpangan sosial selalu ada dalam kehidupan sosial.
5. Teori Konflik
Teori ini dirumuskan berdasarkan pemikiran Karl Marx. Marx melihat bahwa
kepentingan kapitalis sering bergandengan dengan kepentingan penguasa dan ini
tercermin dari bagaimana norma dan perangkat hukum diciptakan dengan maksud
untuk mendukung kepentingan mereka.
Menurut Emile Durkheim, anomi adalah situasi tanpa norma dan tanpa
arah sehingga tidak tercipta keselarasan antara kenyataan yang diharapkan dan
kenyataan sosial yang ada. Robert K. Merton menganggap anomi disebabkan
adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dan cara-cara legal yang disepakati
masyarakat untuk mencapai tujuan budaya tersebut. Penyimpangan sosial terjadi
ketika orang melakukan cara tak legal untuk mencapai tujuan budaya. Selain itu,
Merton juga membagi lima tipe cara adaptasi dalam situasi tertentu di antaranya
konformitas, inovasi, ritualisme, pengunduran diri, dan pemberontakan.
7
c. Perilaku menyimpang karena asosiasi diferensial (differential association)
Menurut Edwin H. Sutherland, penyimpangan terjadi akibat adanya asosiasi
yang berbeda terhadap kejahatan. Semakin tinggi derajat interaksi dengan orang
yang berperilaku menyimpang, semakin tinggi kemungkinan seseorang belajar
bertingkah laku yang menyimpang. Derajat interaksi ini bergantung pada frekuensi,
prioritas, durasi, dan intensitas.
Misalnya para pecandu alkohol dan penjahat umumnya mempunyai tipe tubuh
mesomorf. Kriminolog Italia, Cesare Lombroso, berpendapat bahwa orang jahat dicirikan
dengan ukuran rahang dan tulang pipi panjang, kelainan pada mata yang khas, tangan-
tangan, jari-jari kaki, serta tangan relatif besar, dan susunan gigi yang abnormal. Para
ahli ilmu sosial sangat meragukan kebenaran teori tipe tubuh. Meskipun ditunjang oleh
berbagai bukti empiris, para kritikus menemukan sejumlah kesalahan metode penelitian
sehingga meragukan kebenarannya.
8
timbulnya kesepakatan nilai. Tipe kelompok menjadikan norma kebudayaannya
sebagai peraturan resmi. Akibatnya orang-orang yang menganut budaya
berbeda dianggap sebagai penyimpangan. Pada masyarakat seperti ini,
kelompok minoritas harus bertentangan (berkonflik) dengan kelompok
mayoritas karena mereka dipaksa meninggalkan kebudayaan yang telah
mereka anut sebelumnya.
2.) Konflik kelas sosial
Terjadi akibat suatu kelompok menciptakan peraturan sendiri untuk melindungi
kepentingannya. Pada kondisi ini, terjadi eksploitasi kelas atas terhadap
kelas bawah. Mereka yang menentang hak-hak istimewa kelas atas dianggap
mempunyai perilaku menyimpang sehingga dicap sebagai penjahat.
b. Teori pengendalian
Kebanyakan orang menyesuaikan diri dengan nilai dominan karena adanya
pengendalian dari dalam maupun dari luar, pengendalian dari dalam berupa norma
yang dihayati dan nilai yang dipelajari seseorang. Pengendalian dari luar berupa
imbalan sosial terhadap konformitas dan sanksi hukuman terhadap tindakan
penyimpangan.
9
a. Akibat sosialisasi yang tidak sempurna
Ada beberapa agen sosialisasi yakni keluarga, teman bermain, sekolah, lingkungan
sekitar, dan media massa. Tidak selamanya pesan-pesan yang disampaikan oleh
agen sosialisasi sesuai antara yang satu dengan yang lainnya. Apa yang diajarkan
dalam keluarga, bisa jadi berbeda dengan yang diajarkan oleh sekolah. Walaupun
pada umumnya apa yang diajarkan dan dilarang oleh keluarga dan sekolah sama.
Proses sosialiasasi yang tidak sempurna antara lain disebabkan oleh:
1.) disorganisasi keluarga, yaitu perpecahan dalam keluarga sebagai satu unit
karena masing-masing anggota keluarga gagal dalam memenuhi kewajiban-
kewajibannya sesuai dengan perannya;
2.) peperangan yang mengakibatkan disorganisasi dalam berbagai aspek
kemasyarakatan. Nilai dan norma sering kali tidak berfungsi dalam keadaan
masyarakat yang kacau sehingga banyak sekali terjadi penyimpangan-
penyimpangan.
10
ini peredaran narkotika telah dilakukan secara masif dan terorganisir oleh bandar-
bandar narkotika untuk mencari “korban” pengguna narkotika baru. Jaringan bandar
narkotika ini bahkan makin membahayakan dengan semakin luasnya peredaran
tidak hanya skala nasional, tetapi juga internasional.
b. Perkelahian pelajar
Perkelahian antarpelajar sering pula disebut tawuran pelajar. Pada mulanya hanya
merupakan fenomena yang terjadi di perkotaan. Sekarang ini tawuran turut menjadi
mode bagi pelajar-pelajar di luar perkotaan.
Pada awalnya tawuran diawali oleh konflik yang terjadi antara siswa di dalam
satu sekolah atau antarsekolah. Oleh karena adanya perasaan solidaritas antarsiswa,
perkelahian akan meluas dan menghasilkan konflik antarsiswa dari sekolah yang
berlainan.
Tawuran adalah suatu fenomena yang tergolong “patologis” dan memiliki
kompleksitas yang jauh lebih tinggi. Tawuran mengandung sifat-sifat sebagai
berikut.
1.) Tawuran merupakan hasil adanya solidaritas yang tinggi dari suatu kelompok
dan mengandung suatu gejala konflik sosial yang tidak nyata (laten) dan
agresivitas negatif pada pribadi yang bersangkutan.
2.) Sasaran tawuran tidak begitu jelas bagi si pelaku. Oleh karena itu biasanya
sasaran tawuran bersifat membabi buta dan akhirnya merugikan kelompok
lain.
3.) Kebrutalan peserta tawuran ditandai hilangnya kesadaran mereka yang kadang
disebabkan oleh minuman keras, aktivitas massa, dan histeris.
4.) Tawuran dapat mengembangkan sifat keberanian yang semu pada diri remaja
karena mereka bersembunyi dalam kelompok dan dalam suasana yang kacau.
5.) Tawuran merusak sportivitas karena tidak adanya aturan.
c. Kenakalan remaja
Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan, atau
hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa
anak-anak ke dewasa. Kenakalan remaja meliputi semua perilaku menyimpang dari
norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Penyebab kenakalan
remaja antara lain sebagai berikut.
11
1.) Krisis identitas, perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja
memungkinkan terjadi dua integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan
konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan
remaja terjadi karena kegagalan pada integrasi kedua.
2.) Kontrol diri yang lemah, remaja yang tidak dapat mempelajari dan
membedakan tingkah laku yang bisa diterima dengan yang tidak bisa diterima
akan membawa remaja pada perilaku yang menyimpang, demikian pula
remaja yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, tetapi
tidak dapat mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah sesuai dengan
pengetahuannya.
3.) Keluarga dan perceraian orang tua, tidak adanya komunikasi antaranggota
keluarga dapat memicu perilaku negatif pada remaja.
4.) Teman sebaya yang kurang baik.
5.) Komunitas atau lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
d. Korupsi
Korupsi merupakan tindakan seseorang/kelompok yang dengan sengaja
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan yang secara langsung atau
tidak langsung merugikan keuangan negara/daerah. Korupsi merupakan salah satu
jenis kriminalitas yang sedang diberantas di Indonesia. KPK adalah lembaga yang
aktif dalam pemberantasan tindak pidana korupsi.
Korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) merupakan tindak kejahatan yang
meresahkan dan merugikan masyarakat. Secara normatif, masyarakat menginginkan
KKN hilang, tetapi kenyataannya masyarakat sering tidak menyadari bahwa tindakan
mereka termasuk kategori KKN. Tindakan memberi buah tangan terhadap seseorang
dengan tujuan tertentu merupakan awal tindak KKN. Tindakan peserta didik, seperti
menyontek, membolos, dan sering meninggalkan jam pelajaran merupakan bagian
dari KKN. Oleh karena itu, kita hendaknya membiasakan diri untuk menghindari
perilaku yang termasuk KKN.
f. Perampokan
Perampokan merupakan tindak kriminal dengan cara merampas harta benda orang
lain. Tindakan menyimpang ini sering disertai dengan penganiayaan, intimidasi, dan
paksaan terhadap korban, bahkan tidak segan-segan melukai korban. Ada banyak
faktor yang melatarbelakangi seseorang melakukan tindakan perampokan antara
12
lain karena alasan ekonomi, perilaku menyimpang, dan kecemburuan sosial karena
ekonomi hanya dikuasai oleh golongan kelas atas saja.
3. Sikap Antisosial
a. Pengertian
Menurut Kathleen Stassen Berger, sikap antisosial adalah sikap dan perilaku yang
tidak mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain atau masyarakat
di sekitarnya. Seseorang yang memiliki sikap antisosial menunjukkan sikap yang
tidak bertanggung jawab serta kurangnya penyesalan atas kesalahan-kesalahan
yang mereka lakukan. Orang dengan gangguan kepribadian antisosial secara terus-
menerus melakukan pelanggaran terhadap hak-hak orang lain dan sering melanggar
norma. Mereka mengabaikan norma dan konvensi sosial, mengabaikan sikap impulsif
(cepat bertindak menurut hati), serta gagal dalam membina hubungan interpersonal
dan pekerjaan. Tindakan antisosial sering mendatangkan kerugian bagi masyarakat
sebab pelaku tidak menyukai keteraturan sosial yang diinginkan oleh masyarakat.
Sikap antisosial dipengaruhi oleh faktor berikut.
1.) Terdapat norma dan nilai sosial yang tidak sesuai keinginan masyarakat
sehingga terjadi kesenjangan budaya dan pola pikir masyarakat.
2.) Masyarakat kurang siap dalam menerima perubahan dalam tatanan masyarakat.
Dalam perubahan ada komponen yang tidak sepakat dalam perubahan,
misalnya perusakan terhadap fasilitas umum.
3.) Ketidakmampuan seseorang untuk memahami bentuk perbedaan sosial
sehingga muncul kecemburuan sosial.
4.) Adanya ideologi yang dipaksakan masuk ke dalam lingkungan masyarakat. Hal
ini akan menimbulkan kegoncangan budaya bagi masyarakat.
5.) Pemimpin yang kurang sigap dan tanggap atas fenomena sosial dalam
masyarakat serta tidak mampu menerjemahkan keinginan masyarakat secara
keseluruhan.
13
- Pelanggar, orang yang melanggar norma-norma umum atau
masyarakat yang berlaku.
- Penjahat, orang-orang yang mengabaikan norma-norma umum
atau masyarakat. Berbuat sekehendak hati yang dapat menimbulkan
kerugian-kerugian harta atau jiwa lingkungan di sekitar.
• Sikap antisosial yang muncul karena penyimpangan situasional
Penyimpangan situasional adalah penyimpangan yang dipengaruhi
oleh situasi tertentu. Penyimpangan situasional akan selalu kembali
apabila situasinya berulang. Dalam hal ini penyimpangan dapat menjadi
kumulatif. Bentuk sikap antisosial yang muncul adalah sebagai berikut.
- Degradasi moral atau demoralisasi karena kata-kata keras dan
radikal yang keluar dari mulut pekerja yang di-PHK secara sepihak
oleh perusahaan tempatnya bekerja.
- Tingkah laku kasar pada golongan remaja.
• Sikap antisosial yang muncul karena penyimpangan biologis
Penyimpangan biologis merupakan faktor pembatas yang tidak
memungkinkan memberikan respons tertentu. Gangguan akan terjadi
apabila individu tidak dapat melakukan peranan sosial tertentu yang
sangat perlu.
• Sikap antisosial yang bersifat sosiokultural
Bentuk antisosial yang bersifat sosiokultural antara lain sebagai berikut.
- Primodialisme, pandangan yang berpegang teguh pada hal-hal
yang didapat sejak lahir.
- Etnosentrisme atau fanatisme suku bangsa, suatu sikap yang menilai
kebudayaan masyarakat lain dengan ukuran masyarakat sendiri.
- Sekularisme, sikap yang mengedepankan hal yang bersifat
nonagamawi, seperti teknologi dan ilmu pengetahuan.
- Hedonisme, sikap yang mendasarkan diri kepada pola kehidupan
yang serba mewah, glamor, dan menempatkan kesenangan materiil
di atas segalanya.
- Fanatisme, sikap yang menyukai suatu hal secara berlebihan.
Fanatisme yang berlebihan dapat menyebabkan konflik dan
perpecahan.
- Diskriminasi, sikap yang membeda-bedakan secara sengaja
golongan-golongan yang berkaitan dengan kepentingan-
kepentingan tertentu.
14
2.) Berdasarkan sifatnya
• Tindakan antisosial yang dilakukan secara sengaja
Tindakan ini dilakukan secara sadar oleh pelaku, namun tetap tidak
mempertimbangkan penilaian orang lain terhadap tindakannya tersebut.
Contohnya, vandalisme atau aksi corat coret pada tembok rumah orang
lain.
• Tindakan antisosial karena tidak peduli
Tindakan ini dilakukan karena ketidakpedulian si pelaku terhadap
keberadaan masyarakat di sekitarnya. Contohnya, membuang sampah di
sembarang tempat atau mengebut ketika berkendara di jalan raya.
Sikap antisosial yang dimiliki seseorang bukanlah suatu sikap yang tetap, artinya
pada suatu saat bisa berubah menjadi sikap konformitas. Faktor yang memengaruhi sikap
antisosial adalah usia dan pendidikan. Umumnya sikap antisosial akan berkurang seiring
dengan bertambahnya usia seseorang. Menurut Soerjono Soekanto, ada tiga istilah yang
berkaitan dengan istilah sikap antisosial.
a. Antikonformitas (rebellion)
Suatu pelanggaran terhadap norma-norma dan nilai-nilai sosial yang disengaja
oleh individu atau sekelompok orang. Contohnya, mencuri, membuat keributan,
membunuh, dan mengisolasi diri dari pergaulan masyarakat.
b. Aksi antisosial
Suatu aksi yang menempatkan kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok
tertentu di atas kepentingan umum. Contohnya, menutup jalan umum untuk acara
tertentu sehingga mengganggu kelancaran lalu lintas dan tidak mau ikut gotong
royong bersama warga sekitar.
c. Antisosial grudge
Rasa sakit hati atau dendam terhadap masyarakat atau terhadap aturan sosial
tertentu sehingga menimbulkan perilaku menyeleweng, sikap ini disebut dendam
antisosial. Contohnya, melakukan kekerasan dalam rumah tangga karena merasa
frustasi dan kecewa pada norma-norma sosial yang mengatur upaya pemenuhan
kebutuhan.
15