Anda di halaman 1dari 9

PERILAKU MENYIMPANG

A. Perilaku Menyimpang
1. Pengertian Perilaku Menyimpang
Robert M.Z. Lawang mendefinisikan penyimpangan sebagai tindakan

menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan

menimbulkan usaha dari pihak berwenang untuk memperbaiki perilaku yang

menyimpang atau abnormal tersebut. Menurut James Vander Zenden,

penyimpangan merupakan perilaku yang oleh sejumlah orang dianggap sebagai

hal yang tercela dan di luar batas toleransi. Jadi, yang dimaksud dengan

penyimpangan adalah perbuatan mengabaikan norma yang terjadi apabila

seseorang atau kelompok orang tidak mematuhi patokan baku di dalam

masyarakat. Menurut Cohen yang dikutip oleh Saparinah Sadli, perilaku

menyimpang adalah tingkah laku yang melanggar atau bertentangan dengan

aturan-aturan normatif (hukum) maupun dari harapan-harapan lingkungan sosial

yang bersangkutan.
Dari berbagai definisi yang ada, dapat dikemukakan bahwa perilaku

menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang

ada di dalam masyarakat. Perilaku seperti ini terjadi karena seseorang

mengabaikan norma atau tidak mematuhi patokan baku dalam masyarakat

sehingga sering dikaitkan dengan istilah-istilah negatif.


2. Ciri Perilaku Menyimpang
Menurut Paul B. Horton, penyimpangan sosial memiliki 6 ciri sebagai

berikut.
a. Penyimpangan harus dapat didefinisikan
Tidak ada satu pun perbuatan yang begitu saja dinilai menyimpang. Suatu

perbuatan dikatakan menyimpang jika memang didefinisikan sebagai


menyimpang. Singkatnya, penilaian menyimpang tidaknya suatu perilaku

harus berdasar kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya.


b. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak
Perilaku menyimpang tidak selalu merupakan hal yang negatif. Ada beberapa

penyimpangan yang diterima bahkan dipuji dan dihormati, seperti orang

jenius yang mengemukakan pendapat-pendapat baru yang kadang-kadang

bertentangan dengan pendapat umum. Sedangkan perampokan, pembunuhan

terhadap etnis tertentu, dan menyebarkan teror dengan bom atau gas beracun,

termasuk dalam penyimpangan yang ditolak oleh masyarakat.


c. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak
Pada kebanyakan masyarakat modern, tidak ada seseorang pun yang masuk

kategori sepenuhnya penurut (konformis) ataupun sepenuhnya penyimpang

(orang yang benar-benar menyimpang). Oleh sebab itu, pada dasarnya, semua

orang normal sesekali pernah melakukan tindakan menyimpang, tetapi pada

batas-batas tertentu yangbersifat relatif untuk setiap orang. Perbedaannya

hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangannya saja. Secara umum,

penyimpangan yang dilakukan tiap orang cenderung relatif. Bahkan orang

yang tadinya penyimpang mutlak lambat laun harus berkompromi dengan

lingkungannya.
d. Penyimpang terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal
Antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan. Artinya,

peraturan yang telah terjadi menjadi pengetahuan umum dalm kenyataan

kehidupan sehari-hari cenderung banyak dilanggar.


e. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan
Apabila pada suatu masyarakat terdapat nilai atau norma yang melarang suatu

perbuatan yang ingin sekali diperbuat oleh banyak orang, maka akan muncul

norma-norma penghindaran. Norma penghindaran adalah pola perbuatan


yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa harus

menentang nilai-nilai tata kelakuan secara terbuka. Jadi, norma-norma

penghindaran merupakan suatu bentuk penyimpangan perilaku yang bersifat

setengah melembaga (semi-institutionalized).


f. Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan)
Penyimpangan sosial tidak selalu menjadi ancaman karena kadang-kadang

dapat dianggap sebagai alat pemelihara stabilitas sosial. Pada kejadian

tertentu perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk

menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial. Tidak ada masyarakat

yang mampu bertahan dalam kondisi statis untuk jangka waktu lama.

Masyarakat yang terisolasi sekalipun akan mengalami perubahan. Ledakan

penduduk, perubahan teknologi, serta hilangnya kebudayaan lokal dan

tradisional, mengharuskan banyak orang untuk menerapkan norma-norma

baru.
Perilaku menyimpang beberapa individu bisa menjadi awal dari

terbentuknya suatu norma baru. Jika semakin banyak orang ikut menerapkan

perilaku menyimpang itu, dan kelompok terorganisasi ikut menunjang dan

membenarkan penyimpangan tersebut, maka perbuatan itu tidak lagi

dipandang sebagai perilaku menyimpang tetapi justru sebagai norma baru.

Pada masyarakat modern dewasa ini, banyak kita temukan para wanita yang

bekerja di luar rumah bahkan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang

dahulunya hanya dilakukan oleh para laki-laki.


3. Sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang
a. Dari Sudut Pandang Sosiologi
Setiap masyarakat mempunyai tujuan kebudayaannya, dan memiliki cara

yang diperkenankan untuk mencapai tujuan tersebut. Apabila kesempatan untuk


mencapai tujuan ini tidak ada, individu-individu itu akan mencari alternatif.

Perilaku alternatifnya kemungkinan akan menimbulkan penyimpangan sosial.


1) Perilaku menyimpang karena sosialisasi
Teori ini menekankan bahwa perilaku sosial, baik yang bersifat

menyimpang maupun yang tidak menyimpang, berkaitan dengan norma dan

nilai-nilai yang diserapnya. Perilaku menyimpang disebabkan oleh adanya

gangguan pada proses penyerapan dan pengamalan nilai-nilai tersebut dalam

perilaku seseorang.
Seseorang biasanya menyerap nilai-nilai dan norma-norma dari

beberapa orang yang cocok dengan dirinya saja. Akibatnya, jika ia banyak

menyerap nilai-nilai atau norma yang tidak berlaku secara umum, ia akan

cederung berperilaku menyimpang.


Contoh:
Jika seorang siswa bergaul dengan orang-orang yang berperilaku

menyimpang seperti pecandu narkoba maka lambat laun ia akan mempelajari

nilai dan norma itu kemudian terserap dalam kepribadiannya. Lama kelamaan

ia akan melakukan perbuatan itu.


2) Perilaku menyimpang karena anomie
Menurut Emile Durkheim anomie adalah suatu situasi tanpa norma

dan tanpa arah sehingga tidak tercipta keselarasan antara kenyataan yang

diharapkan dan kenyataan-kenyataan sosial yang ada. Konsep tersebut

dipakai untuk menggambarkan sebuah masyarakat yang memiliki banyak

norma dan nilai, tetapi antara norma dan nilai yang satu dengan yang lainnya

saling bertentangan. Akibatnya, timbul keadaan tidak adanya seperangkat

nilai atau norma yang dapat dipatuhi secara konsisten dan diterima secara

luas.
Perilaku menyimpang akan meluas jika banyak orang yang semula

menempuh cara-cara pencapaian tujuan dengan cara yang wajar beralih ke

cara-cara yang menyimpang.


3) Perilaku menyimpang karena hubungan diferensiasi
Menurut Edwin H. Sutherland, penyimpangan ini terjadi jika

seseorang harus mempelajari terlebih dahulu bagaimana cara menjadi

seseorang yang menyimpang. Pengajaran ini terjadi akibat interaksi sosial

seseorang dengan orang lain. Derajat interaksi tergantung pada frekuensi,

prioritas, lama, dan intensitasnya.


Contoh:
Seseorang yang ingin berporfesi sebagai pencuri karena terdesak kebutuhan

hidup berusaha mempelajari cara mencuri dari temannya yang terlebih dahulu

menjadi pencuri. Setelah ia mengetahui cara-caranya ia akan enjadi pencuri

mengikuti temannya.
4) Perilaku menyimpang karena pemberian julukan (labelling)
Teori ini menyebutkan bahwa perilaku menyimpang lahir karena

adanya batasan (cap, julukan, sebutan) atas suatu perbuatan yang disebut

menyimpang. Jadi, bila kita memberi cap terhadap seseorang sebagai orang

yang menyimpang, maka orang tersebut akan mendorong orang itu

berperilaku yang menyimpang.


Sebagai contoh, mula-mula seseorang melakukan perbuatan

menyimpang, misalnya sebagai wanita nakal, pelaku penyimpangan ini lalu

diberi cap wanita nakal. Sebagai tanggapan terhadap pemberian cap

tersebut, pelaku penyimpangan kemudian mengidentifikasikan dirinya

sebagai penyimpang dan mengulangi perbuatan menyimpangnya.


Dalam keadaan tertentu lainnya, pemberian cap akan dapat mendorong

kembalinya orang yang menyimpang ke perilaku yang normal. Ini akan


terjadi bila pelaku penyimpangan menyadari kesalahan dan akan

memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan.


b. Dari Sudut Pandang Biologi
Sebagian besar ilmuwan abad ke-19 berpandangan bahwa kebanyakan

perilaku menyimpang disebabkan oleh faktor-faktor biologis. Ilmuwan yang

berpandangan demikian diantaranya Sheldon dan Cesare Lombroso.


Akan tetapi, dalam perkembangannya, para ahli ilmu sosial sangat

meragukan kebenaran teori tentang tipe tubuh tersebut. Para ilmuwan lainnya

menganggap faktor biologis sebagai faktor yang secara relatif tidak penting

pengaruhnya terhadap penyimpangan perilaku.


c. Dari Sudut Pandang Psikologi
Ilmuwan terkenal di bidang ini adalah Sigmund Freud. Dia membagi diri

manusia menjadi tiga bagian penting sebagai berikut.


1) Id, bagian diri yang bersifat tidak sadar, naluriah dan impulsif (mudah

terpengaruh oleh gerak hati).


2) Ego, bagian diri yang bersifat sadar dan rasional (penjaga pintu kepribadian).
3) Superego, bagian diri yang telah menyerap nilai-nilai kultural dan berfungsi

sebagai suara hati.


Menurut Freud perilaku menyimpang terjadi apabila id yang berlebihan

(tidak terkontrol) muncul bersamaan dengan superego yang tidak aktif, sementara

dalam waktu yang sama ego yang seharusnya dominan tidak berhasil memberikan

perimbangan.
d. Dari Sudut Pandang Kriminologi
1. Teori Konflik
Dalam teori ini terdapat dua macam konflik, yaitu sebagai berikut.
a) Konflik budaya, terjadi apabila dalam suatu masyarakat terdapat sejumlah

kebudayaan khusus yang masing-masing cenderung tertutup sehingga

kecil sekali terjadi kesepakatan nilai. Masing-masing kelompok

menjadikan norma budayanya sebagai peraturan resmi. Akibatnya, orang-

orang yang menganut budaya berbeda dianggap sebagai penyimpang.


b) Konflik kelas sosial, terjadi akibat suatu kelompok menciptakan peraturan

sendiri untuk kepentingan kelompoknya. Terjadilah penekanan kelas atas

terhadap kelas bawah. Mereka yang menentang hak-hak istimewa kelas

atas dianggap melakukan perilaku menyimpang.


2. Teori Pengendalian
Kebanyakan orang menyesuaikan diri dengan nilai dominan karena adanya

pengendalian dari dalam maupun dari luar. Pengendalian dari dalam berupa

norma yang dihayati dan nilai yang dipelajari seseorang. Pengendalian dari

luar berupa imbalan sosial terhadap konformitas (tindakan mengikuti norma)

dan sanksi hukum terhadap tindakan penyimpangan.


4. Jenis Perilaku Menyimpang
a. Penyimpangan Sosial Primer
Penyimpangan sosial primer adalah penyimpangan yang bersifat

sementara (temporer). Orang yang melakukan penyimpangan primer masih

tetap dapat diterima oleh kelompok sosialnya karena tidak secara terus-

menerus melanggar norma-norma umum.


b. Penyimpangan Sosial Sekunder
Penyimpangan sosial sekunder adalah penyimpangan sosial yang

dilakukan secara terus-menerus, meskipun sanksi telah diberikan kepadanya,

sehingga para pelakunya secara umum dikenal sebagai orang yang

berperilaku menyimpang.
Berdasarkan jumlah individu yang terlibat dalam perilaku menyimpang,

maka penyimpangan sosial dibedakan menjadi dua jenis sebagai berikut.


1) Penyimpangan Individu
Penyimpangan dilakukan sendiri tanpa ada campur tangan orang lain.

Sebagai contoh, yaitu anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya,

seseorang yang berbuat asusila, dan seseorang yang menggunakan obat

terlarang.
2) Penyimpangan Kelompok
Penyimpangan kelompok terjadi apabila perilaku menyimpang

dilakukan bersama-sama dalam kelompok tertentu. Sebagai contoh, yaitu

kelompok (geng) kejahatan terorganisir yang melakukan penyelendupan dan

perampokan.
3) Penyimpangan Campuran
Penyimpangan yang dilakukan secara campuran oleh individu dan

kelompok yang biasanya dilakukan oleh suatu badan yang terorganisasi

secara rapi. Sebagai contoh, yaitu perdagangan obat-obatan terlarang yang

dilakukan oleh sindikat kelas kakap.


5. Bentuk Perilaku Menyimpang
a. Penyalahgunaan Narkoba
Para pemakai narkotika dan obat-obatan terlarang yang tidak pada

tempatnya dan dengan dosis yang melampaui ukkuran akan menimbulkan dampak

negatif yang berbeda-beda sesuai dengan jenis bahan yang digunakan, frekuensi

pemakaian dan kualita narkotika. Semua dampak negatif yang ditimbulkan akan

menyebabkan berkurangnya produktivitas seseorang selama pemakaian dan

setelah pemakaian bahan-bahan tersebut secara berlebihan.


Pemakaian narkotika di luar keperluan kedokteran dianggap perilaku

menyimpang sebab dapat merugikan pemakai dan masyarakat di sekitarnya.

Selain itu, penyimpangan narkoba dapat memicu tindakan menyimpang lainnya

seperti, mencuri, membunuh, perbuatan asusila, dan yang terpenting adalah

hilangnya kesempatan untuk mengisi hidupnya dengan aktivitas yang bermanfaat.


b. Perkelahian Pelajar
Perkelahian pelajar menjadi masalah yang cukup serius karena perkelahian

atau tawuran cenderung mengabaikan norma-norma yang ada, melibatkan korban

yang tidak bersalah, dan merusak benda-benda yang berada di sekitarnya.


Akibatnya, tawuran mendatangkan bentuk penyimpangan dan bahkan

pembunuhan yang sadis.


c. Perilaku Seksual di Luar Nikah
Pada setiap masyarakat, keabsahan hubungan seksual dibuat melalui

pernikahan. Hubungan seksual di luar pernikahan dalam masyarakat Indonesia

dianggap sebagai pelanggaran berat terhadap norma. Di dalam agama Islam

disebut zinah dan harus mendapatkan hukuman berat baik di dunia maupun di

akhirat nanti. Begitu pula dalam hukum adat di beberapa daerah, hubungan

seksual di luar nikah dianggap pelanggaran berat dan juga dihukum berat.

Pelakunya dianggap telah menodai nama baik keluarga dan seluruh masyarakat di

lingkungan itu.
d. Alkoholisme
Bagi masyarakat yang taat beragama, kebiasaan minum-minuman keras

merupakan perilaku yang menyimpang, karena perbuatan tersebut telah melanggar

norma agama. Akibat sampingnya, bisa merusak susunan saraf, mengganggu

kesadaran dan berpikir jernih, mudah emosi, sehingga bisa melakukan hal-hal

yang mengganggu/merugikan ketertiban umum, bahkan bisa membunuh orang.

Untuk mencegahnya, pemerintah dengan dibantu semua pihak harus membatasi

dan mengawasi secara ketat produksi dan distribusi minuman keras.


e. Tindak pidana
Tindak pidana adalah tindakan yang melanggar hukum formal dan

merugikan pihak lain. Perbuatan ini umumnya disengaja demi keuntungan diri

sendiri atau kelompok. Contoh: mencopet, menjambret, mencuri, memperkosa,

membunuh orang, mengedarkan obat-obat terlarang, melakukan penyelundupan,

pemalsuan uang atau dokumen (ijazah); melakukan tindakan makar atau

subversif, korupsi atau manipulasi.

Anda mungkin juga menyukai