Anda di halaman 1dari 12

LKPD PENYIMPANGAN DAN PENGENDALIAN SOSIAL

1. Buatlah kelompok yang berisikan 6-7 siswa


2. Bacalah artikel yang sudah diberikan oleh Guru
3. Analisislah artikel tersebut dengan cara mengaitkan/menghubungkan dengan salah
satu teori penyimpangan yang sudah kalian baca.
4. Tentukan artikel yang sudah kalian baca termasuk dalam bentuk penyimpangan
apa ?
5. Berdasarkan sifat-sifat penyimpangan, termasuk apakah penyimpangan dalam
artikel tersebut?
6. Berdasarkan jumlah pelaku, termasuk apakah penyimpangan dalam artikel
tersebut?
7. Menurut kalian bagaiamana cara pengendalian sosial yang bisa dilakukan agar
membuat pelaku menyimpang itu bisa jera ?

PPT KELOMPOK
Rubrik Penilaian Slide Keterangan Skor
(PPT)
Rubrik 1 1 Slide Judul dan Anggota Kelompok 5
Rubrik 2 1 Slide Cerita singkat mengenai 10
artikel/berita
Rubrik 3 Min 1 Analsis teori penyimpangan 30
Slide , dalam artikel
Max 2
Slide
Rubrik 4 1 Slide Bentuk penyimpangan

Rubrik 5 1 Slide Sifat penyimpangan 10

Rubrik 6 1 Slide Jumlak pelaku penyimpangan 10


Rubrik 7 1 Slide Memberikan Analisis Upaya 30
Solutif Cara Pengendalian
Sosial dari
Penyimpangan yang terjadi
Rubrik 7 1 Slide Penutup, Terima kasih, Foto 5
dan Pembagian tugas anggota
kelompok
Materi Pembelajaran
A. Pengertian Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma dalam
masyarakat. Sedangkan pelaku yang melakukan penyimpangan itu disebut devian (deviant).
Adapun perilaku yang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat disebut
konformitas.

Ada beberapa definisi perilaku menyimpang menurut beberapa tokoh sosiologi, antara lain
sebagai berikut:

 James Vender Zender, Perilaku menyimpang adalah perilaku yang dianggap sebagai
hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang.
 Bruce J Cohen, Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil
menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu
dalam masyarakat.
 Robert M.Z. Lawang, Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang
menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan
menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk
memperbaiki perilaku tersebut.

B. Sifat-sifat Penyimpangan

Penyimpangan sebenarnya tidak selalu berarti negatif, melainkan ada yang positif. Dengan
demikian, penyimpangan sosial dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penyimpangan
positif dan penyimpangan negatif.

 Penyimpangan positif, Penyimpangan positif merupakan penyimpangan yang terarah


pada nilai-nilai sosial yang didambakan, meskipun cara yang dilakukan menyimpang
dari norma yang berlaku. Penyimpangan ini merupakan perilaku yang memiliki
dampak positif terhadap kehidupan, karena memiliki unsur yang inovatif, kreatif dan
menambah wawasan masyarakat. Contohnya adalah, emansipasi wanita. Kalau
mengacu pada budaya patriarki, emansipasi wanita merupakan salah satu bentuk
penyimpangan. Tapi, sebenarnya ini justru bisa membawa perubahan yang positif.
Apalagi, emansipasi wanita merupakan konsep yang muncul akibat perkembangan
zaman dengan kepercayaan bahwa wanita dapat memiliki karir sendiri, mandiri dan
tidak mengandalkan orang lain.
 Penyimpangan negatif, Penyimpangan negatif merupakan tindakan yang dipandang
rendah, melanggar nilai-nilai sosial, dicela dan pelakunya tidak dapat ditolerir
masyarakat. Contoh pembunuhan, pemerkosaan, pencurian dan sebagainya.
C. Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang

Menurut Lemert (1951) Penyimpangan dibagi menjadi dua bentuk yaitu penyimpangan
primer dan sekunder.

 Penyimpangan Primer, Penyimpangan yang dilakukan seseorang akan tetapi si pelaku


masih dapat diterima masyarakat. Ciri penyimpangan ini bersifat temporer atau
sementara, tidak dilakukan secara berulang-ulang dan masih dapat ditolerir oleh
masyarakat. Contohnya: pengemudi yang sesekali melanggar lalu lintas.
 Penyimpangan Sekunder, Penyimpangan yang dilakukan secara terus menerus
sehingga para pelakunya dikenal sebagai orang yang berperilaku menyimpang.
Misalnya orang yang mabuk terus menerus. Contoh seorang yang sering melakukan
pencurian, penodongan, pemerkosaan dan sebagainya.

Sedangkan menurut pelakunya, penyimpangan dibedakan menjadi penyimpangan individual


dan penyimpangan kelompok.

 Penyimpangan individual, Penyimpangan individual adalah penyimpangan yang


dilakukan oleh seseorang atau individu tertentu terhadap norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat. Contoh: seseorang yang sendirian melakukan pencurian.
 Penyimpangan kelompok, Penyimpangan kelompok adalah penyimpangan yang
dilakukan oleh sekelompok orang terhadap norma-norma masyarakat. Contoh geng
penjahat.

D. Sebab-sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang

a. Penyimpangan sebagai akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna

Karena ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya,


seorang individu tidak mampu membedakan perilaku yang pantas dan yang tidak pantas. Ini
terjadi karena seseorang menjalani proses sosialisasi yang tidak sempurna dimana agen-agen
sosialisasi tidak mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Contohnya seseorang
yang berasal dari keluarga broken home dan kedua orang tuanya tidak dapat mendidik si anak
secara sempurna sehinga ia tidak mengetahui hak-hak dan kewajibanya sebagai anggota
keluarga maupun sebagai anggota masyarakat. Perilaku yang terlihat dari anak tersebut
misalnya tidak mengenal disiplin, sopan santun, ketaatan dan lain-lain.

b. Penyimpangan karena hasil proses sosialisasi subkebudayaan menyimpang

Subkebudayaan adalah suatu kebudayaan khusus yang normanya bertentangan dengan


norma-norma budaya yang dominan. Unsur budaya menyimpang meliputi perilaku dan nilai-
nilai yang dimiliki oleh anggota-anggota kelompok yang bertentangan dengan tata tertib
masyarakat. Contoh di Jakarta ada peraturan tentang judi yang dilarang. Apabila ada individu
yang mainnya di lingkungan orang yang suka main judi, maka individu akan berinteraksi
dengan kelompok yang normanya menyimpang dan individu itut bisa terpengaruh untuk
melanggar norma yang ada dengan ikut main judi.

E. Teori Perilaku Penyimpangan


a. Teori Pergaulan Berbeda ( Differential Association )

Teori ini dikemukakan oleh Edwin H. Sutherland . Menurut teori ini, penyimpangan
bersumber dari pergaulan dengan sekelompok orang yang telah menyimpang. Penyimpangan
diperoleh melalui proses alih budaya (cultural transmission) . Melalui proses ini seseorang
mempelajari suatu subkebudayaan menyimpang (deviant subculture).

Contohnya perilaku siswa yang suka bolos sekolah. Perilaku tersebut dipelajarinya
dengan melakukan pergaulan dengan orang-orang yang sering bolos sekolah. Melalui
pergaulan itu ia mencoba untuk melakukan penyimpangan tersebut, sehingga menjadi pelaku
perilaku menyimpang.

b. Teori Labelling
Teori ini dikemukakan oleh Edwin M. Lemert . Menurut teori ini, seseorang menjadi
penyimpang karena proses labelling yang diberikan masyarakat kepadanya. Maksudnya
adalah pemberian julukan atau cap yang biasanya negatif kepada seseorang yang telah
melakukan penyimpangan primer (primary deviation) misalnya pencuri, penipu, pemabuk,
dan sebagainya. Sebagai tanggapan terhadap cap itu, si pelaku penyimpangan kemudian
mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangannya
sehingga terjadi dengan penyimpangan sekunder ( secondary deviation) . Alasannya adalah
sudah terlanjur basah atau kepalang tanggung

c. Teori Fungsi

Teori ini dikemukakan oleh Emile Durkheim . Menurut teori ini, keseragaman dalam
kesadaran moral semua anggota masyarakat tidak dimungkinkan karena setiap individu
berbeda satu sama lain. Perbedaan-perbedaan itu antara lain dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, fisik, dan keturunan. Oleh karena itu dalam suatu masyarakat orang yang
berwatak jahat akan selalu ada, dan kejahatanpun juga akan selalu ada. Durkheim bahkan
berpandangan bahwa kejahatan perlu bagi masyarakat, karena dengan adanya kejahatan,
maka moralitas dan hukum dapat berkembang secara normal.

Ada empat fungsi perilaku menyimpang yaitu :

a. Dapat memperkokoh nilai dan norma sosial


b. Dapat memperjelas batas-batasan moral
c. Dapat menumbuhkan adanya kesatuan masyarakat
d. Dapat mendorong adanya perubahan sosial
d. Teori Konflik

Teori ini dikembangkan oleh penganut Teori Konflik Karl Marx . Para penganut teori ini
berpandangan bahwa kejahatan terkait erat dengan perkembangan kapitalisme. Sehingga
perilaku menyimpang diciptakan oleh kelompok-kelompok berkuasa dalam masyarakat untuk
melindungi kepentingan mereka sendiri. Pandangan ini juga mengatakan bahwa hukum
merupakan cerminan kepentingan kelas yang berkuasa dan sistem peradilan pidana
mencerminkan nilai dan kepentingan mereka. Pendekatan teori konflik ini terhadap
penyimpangan yang paling banyak terjadi atau diaplikasikan kepada ranah kejahatan.
Meskipun adanya juga digunakan dalam bentuk penyimpangan lainnya.

e. Teori Tipologi adaptasi

Dengan menggunakan teori ini, Robert K. Merton mencoba menjelaskan penyimpangan


melalui struktur sosial. Menurut teori ini, struktur sosial bukan hanya menghasilkan perilaku
yang konformis saja, tetapi juga menghasilkan perilaku menyimpang. Dalam struktur sosial
dijumpai tujuan atau kepentingan, di mana tujuan tersebut adalah hal-hal yang pantas dan
baik. Selain itu, diatur juga cara untuk meraih tujuan tersebut. Apabila tidak ada kaitan antara
tujuan (cita-cita) yang ditetapkan dengan cara untuk mencapainya, maka akan terjadi
penyimpangan.
Dalam hal ini Merton mengemukakan tipologi cara-cara adaptasi terhadap situasi, yaitu
konformitas, inovasi, ritualisme, pengasingan diri, dan pemberontakan (keempat yang
terakhir merupakan perilaku menyimpang). Perhatikan tabel di bawah ini.

Cara Adaptasi Tujuan Budaya Cara-Cara Yang Melembaga

Konformitas + +

Inovasi + _

Ritualisme _ +

Reatrisme _ _

Pemberontakan ± ±

Keterangan:

Tanda '+' berarti ada penyelarasan, di mana warga masyarakat menerima nilai-nilai
sosiobudaya atau norma-norma yang ada, sedangkan tanda '-' berarti menolaknya. Adapun
tanda '+/-' menunjuk pada pola-pola perilaku yang menolak serta menghendaki nilai-nilai dan
norma-norma yang baru.

1. Konformitas ( conformity )

Merupakan cara adaptasi dimana pelaku mengikuti tujuan dan cara yang ditentukan
oleh masyarakat. Misalnya Gaelan belajar dengan sungguh-sungguh agar nilai ulangannya
bagus.
2. Inovasi ( inovation )

Perilaku seseorang yang menerima tujuan secara budaya, tetapi menolak cara-cara
yang diterima masyarakat dan kaidah-kaidah yang bertentangan dengan norma yang berlaku
dalam masyarakat. Misalnya untuk memperoleh nilai ulangan yang bagus seorang siswa
melakukan tindakan mencotek.

3. Ritualisme ( ritualism )

Terjadi apabila seseorang perilaku seseorang telah meninggalkan tujuan budaya, tetapi
tetap berpegangan pada cara yang telah ditetapkan oleh masyarakat. Misalnya, seorang
karyawan yang tetap membaktikan dirinya untuk suatu pekerjaan yang membosankan,
meskipun pekerjaan tersebut tidak memiliki prospek karier dan hanya memberikan gaji yang
kecil. Tujuan budaya yang ada di masyarakat (mencapai kesuksesan) tidak dikejar oleh
karyawan itu. api, cara yang telah ditetapkan oleh masyarakat tetap ia lakukan, yaitu dengan
bekerja (bekerja adalah cara yang ditetapkan masyarakat untuk mencapai kesuksesan).
4. Retreatism

Timbul apabila seseorang menolak tujuan-tujuan yang disetujui maupun cara-cara


pencapaian tujuan tersebut. Dengan kata lain, pengasingan diri terjadi apabila nilai-nilai
sosial budaya yang berlaku tidak dapat dicapai melalui cara-cara yang telah ditetapkan.
Misalnya Melakukan tindakan bunuh diri karena gagal mencapai keinginannya, Mengisolasi
diri dari masyarakat atau tidak ingin bersosialisasi dengan masyarakat sekitar karena tidak
cocok dengan dirinya.

5. Pemberontakan ( rebellion )

Terjadi apabila seseorang menolak sarana maupun tujuan yang disahkan oleh
kebudayaan dan menggantikannya dengan yang lain. Misalnya pemberontakan G
30S/PKI yang ingin mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi komunis
A. Hakikat Pengendalian Sosial

Pengendalian sosial adalah mekanisme untuk mencegah penyimpangan dan mengarahkan


anggota masyarakat untuk bertindak menurut norma dan nilai yang telah melembaga. Para
sosiolog menggunakan istilah pengendalian sosial untuk menggambarkan segenap cara dan
proses yang ditempuh oleh sekelompok orang oleh sekelompok orang atau masyarakat yang
bersangkutan untuk memaksa individu agar taat pada sejumlah peraturan.

Pengertian pengendalian menurut para ahli:

Peter L. Berger

Pengertian pengendalian sosial menurut para ahli dari Peter Berger adalah berbagai cara yang
digunakan masyarakat untuk menertibkan para anggota yang membangkang.

Soerjono Soekanto

Pengendalian sosial merupakan proses yang direncanakan maupun tidak direncanakan, yang
tujuannya untuk mengajak, membimbing dan memaksa warga di masyarakat untuk mematuhi
nilai – nilai dan kaidah yang berlaku.

Joseph S. Roucek

Pengendalian sosial merupakan istilah kolektif yang merujuk pada proses yang terencana atau
tidak direncanakan untuk mengajarkan, membujuk atau memaksa individu agar
menyesuaikan diri dengan kebiasaan – kebiasaan dan nilai – nilai di dalam kelompok.

B. Sifat Pengendalian Sosial

Ada dua sifat pengendalian social, yaitu preventif dan represif. Preventif adalah
Pengendalian sosial yang dilakukan sebelum terjadinya penyimpangan sosial. Hal ini
bertujuan untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya
pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma sosial. Sedangkan Represif adalah
Pengendalian sosial yang dilakukan setelah terjadinya penyimpangan sosial. Hal ini bertujuan
untuk mengembalikan keserasian yang pernah terganggu karena terjadinya suatu pelanggaran
dengan cara menjatuhkan sanksi sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.

C. Cara Pengendalian Sosial

Roucek berpendapat bahwa pengendalian social dapat dilakukan melalui intuisi dan non
intuisi, secara lisan, simbolik dan melalui kekerasan, menggunakan hukum atau imbalan, dan
secara formal ataupun informal. Menurut fromm pengendalian social dapat dilakukan melalui
sosialisasi dan Menurut Lapier pengendalian social dapat dilakukan melalui tekanan sosil

1. Cara Pengendalian Melalui Institusi dan non Institusi

Cara pengendalian melalui institusi adalah cara pengendalian social melalui lembaga
social yang ada di dalam masyarakat seperti lembaga pendidikan hukum, agama, politik,
ekonomi, dan keluarga. Cara pengendalian melalui non institusi adalah cara pengendalian di
luar institusi social yang ada, seperti oleh individu atau kelompok massa yang tidak saling
mengenal cara pengendalian ini seringkali menggunakan kekerasan dan sifatnya tidak resmi.

2. Pengendalian Secara Lisan, simbolik, dan Kekerasan

Cara pengendalian melalui lisan dan simbolik sering juga disebut cara pengendalian
social persuasive. Cara ini menekankan pada usaha untuk mengajak atau membimbing
anggota masyarakat agar dapat bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku Pengendalian
social secara lisan dilakukan dengan mengajak orang menaati aturan dengan berbicara
langsung dengan bahasa lisan (verbal). Sementara, pengendalian social secara simbolik dapat
dilakukan melalui tulisan, spanduk, dan iklan layanan masyarakat. Cara pengendalian social
melalui kekerasan disebut dengan cara pengendalian social koersif. Cara ini menekankan
pada tindakan atau ancaman yang menggunakan kekuatan fisik. Tujuan tindakan ini agar si
pelaku jera dan tidak melakukan perbuatannya lagi. Cara koersif sebaiknya dilakukan sebagai
upaya trakhir sesudah cara pengendalian persuasive dilakukan.

3. Pengendalian social melalui imbalan dan hukuman

Cara pengendalian social melalui imbalan cenderung bersifat preventif (bersifat


mengalihkan). Seseorang diberi imbalan atas perbuatannya agar ia berperilaku sesuai dengan
nilai dan norma yang berlaku. Cara pengendalian social melalui hukuman cenderung represif.
Cara ini bertujuan untuk memulihakan keadaan seperti keadaan sebelum pelanggaran terjadi.

4. Pengendalian social formal dan informal

Cara pengendalian social menurut Horton dan Hunt adalah cara pengendalian social yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga resmi yang juga memiliki peraturan-peraturan resmi, seperti
sebuah perusahaan yang telah membuat aturan mengenai gaji, kenaikan pangkat, atau cuti
beserta sanksi-sanksinya. Cara pengendalian informal adalah pengendalian yang dilakukan
oleh sekolompok kecil, akrab dan tidak resmi, dan tidak mempunyai aturan-aturan resmi yang
tertulis. Misalnya: memberikan nasehat kepada teman yang berbuat menyimpang

5. Pengendalian social melalui sosialisasi

Cara pengendalian sosial yang paling mendasar adalah melalui proses sosialisasi.
Sosialisasi berperan dalam mengajarkan seseorang agar dapat berperilaku sesuai
harapan/ekspektasi anggota masyarakat tempat ia berada. Sosialisasi mencakup proses
penanaman perilaku, sikap dan pola pikir serta nilai-nilai sosial yang disepakati bersama.
Secara lebih lanjut, sosialisasi juga berperan dalam menginternalisasikan nilai dan norma –
suatu bentuk penghayatan terhadap nilai sosial yang muncul dari dalam diri seseorang akibat
proses sosialisasi.

6. Pengendalian social melalui tekanan

Richard Lapiere melihat pengendalian sosial sebagai proses yang lahir dari kebutuhan
individu agar diterima dalam kelompok. Cara pengendalian sosial ini membuat seseorang
secara langsung atau tidak langsung menyesuaikan perilakunya dengan perilaku
kelompoknya. Suatu kelompok berperan besar dalam mempengaruhi sikap, perilaku, cara
pikir serta keyakinan seseorang

D. Peran lembaga Formal dan Informal dalam pengendalian social

1) Polisi

Polisi bertugas memelihara keamanan dan ketertiban, serta mencegah dan mengatasi
perilaku menyimpang sehingga tercipta ketertiban. Perannya juga bukan hanya
menangkap, menyidik dan menyerahkan, tetapi juga membina dan memberikan
penyuluhan kepada seluruh masyarakat.

2) Pengadilan

Pengadilan merupakan alat pengendalian sosial untuk menentukan hukuman bagi orang
yang melanggar peraturan. Tujuannya agar orang tersebut jera dan sadar atas kesalahan
yang diperbuatnya, serta agar orang lain tidak meniru berbuat hal yang melanggar hukum
atau merugikan orang lain. Sanksi yang tegas akan diberikan bagi mereka yang
melanggar hukum, berupa denda, kurungan atau penjara. Ringan beratnya hukuman
tergantung kesalahan pelaku menurut hukum yang berlaku.

3) Adat

Adat merupakan lembaga atau pranata sosial yang terdapat pada masyarakat tradisional.
Dalam hukum adat terdapat aturan untuk mengatur tata tertib tingkah laku anggota
masyarakatnya. Adat yang sudah melembaga disebut tradisi. Pelanggaran terhadap
hukum adat dan tradisi akan dikucilkan atau diusir dari lingkungan masyarakatnya
tergantung tingkat kesalahannya berat atau ringan.

4) Tokoh masyarakat

Tokoh masyarakat adalah orang yang memiliki wibawa sehingga ia disegani dan
dihormati. yang diharapkan adalahk keteladanan, bimbingan, nasehat dan petunjuk
kepada anggota kelompoknya, serta dapat menyelesaikan konflik sesuai kesepakatan
bersama.

Anda mungkin juga menyukai