PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perilaku individu atau sekelompok individu yang tidak sesuai dengan
nilai dan norma yang berlaku secara umum dalam masyarakat sering
terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Teori ini dikemukakan oleh Edwin
M.Lemert, menurutnya seseorang berperilaku menyimpang karena proses
labeling yang diberikan masyarakat kepadanya. Labeling adalah
pemberian julukan, cap, etiket, ataupun kepada seseorang. Pada awalnya
seseorang melakukan penyimpangan primer karena itu sang pelaku
penyimpangan mendapatkan cap (labeling) dari masyarakat. Karena
adanya label tersebut, maka sang pelaku mengidentifikasikan dirinya
sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangan itupun menjadi
suatu kebiasaan atau gaya hidup bagi pelakunya.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian di atas dapat kami rumuskan sebagai berikut :
1. Jelaskan pengertian perilaku menyimpang secara umum dan
menurut para ahli !
2. Jelaskan teori tentang perilaku menyimpang !
3. Sebutkan faktor-faktor perilaku menyimpang!
4. Sebutkan jenis-jenis perilaku menyimpang !
5. Sebutkan sifat-sifat perilaku menyimpang !
6. Sebutkan bentuk-bentuk perilaku menyimpang sosial !
7. Sebutkan dampak perilaku menyimpang !
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
A. PENGERTIAN PERILAKU MENYIMPANG
Secara Umum Perilaku individu atau sekelompok individu yang tidak sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku secara umum dalam masyarakat sering
terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari.
Menurut Pendapat Ahli. Berikut menurut pendapat para ahli mengenai perilaku
menyimpang :
a. Paul B.Horton
Ia mendefinisikan bahwa perilaku menyimpang adalah perilaku yang
dinyatakan sabagai pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma kelompok
ataupun masyarakat.
b. Bruce J.Cohen
:
a. Konformitas (Conformity)
Konformitas merupakan sikap menerima tujuan budaya dengan cara
mengikuti tujuan dan cara yang ditentukan oleh masyarakat.
Contoh : seseorang yang ingin menjadi orang kaya berusaha untuk
mewujudkannya dengan menempuh pendidikan tinggi dan bekerja keras.
b. Inovasi (Innovation)
Inovasi merupakan sikap menerima secara kritis cara-cara pencapaian
tujuan yang sesuai dengan nilai budaya sambil menempuh cara-cara batu
yang belum biasa atau tidak umum dilakukan.
Contoh : seseorang yang ingin menjadi orang kaya, tetpai kedudukannya
di tempat tidak memungkinkan memperoleh gaji besar, sehingga ia
melakukan jalan pintas memperoleh rasa aman saja.
c. Ritualisme (Ritualism)
Ritualisme merupakan sikap menerima cara-cara yang diperkenalkan
secara cultural, namun menolak tujuan-tujuan kebudayaan, sehingga
perbuatan ritualisme berpegang teguh pada kaida-kaidah yang berlaku
namun mengorbankan nilai sosial budaya yang ada.
Contoh : seorang karyawan bekerja tidak untuk memperoleh kekayaan,
tetapi hanya sekedar memperoleh rasa aman saja.
d. Pengasingan Diri (Retreatism)
Pengasingan diri merupakan sikap menolak tujuan-tujuan ataupun
cara-cara untuk mencapai tujuan yang telah menjadi bagian kehidupan
masyarakat ataupun lingkungan sosialnya.
Teori Konflik Berdasarkan teori ini terdapat dua macam konflik, yaitu
sebagai berikut :
a. Konflik Budaya Dalam suatu masyarakat dapat terjadi konflik
budaya etika dalam masyarakat tersebut terdapat sejumlah kebudayaan
khusus dimana setiap kebudayaan khusus tersebut cenderung tertutup
sehingga mengurangi kemungkinan adanya kesepakatan nilai. Sejumlah
norma yang bersumber dari kebudayaan khusus yang berbeda saling
bertentangan antara satu dengan yang lainnya dan dapat menimbulkan
kondisi anomie.
b. Konflik Kelas Sosial Konflik kelas sosial dapat terjadi di
masyarakat ketika suatu kelompok membuat peraturan sendiri untuk
melindungi kepentingan, sehingga terjadilah eksploitasi kelas atas
terhadap kelas bawah. Orang-orang yang menentang hak-hak istimewa
kelas atas dianggap berperilaku menyimpang dan di cap sebagai
penjahat.
Teori Pengendalian
Teori pengendalian beranggapan bahwa masyarakat sebenarnya
meiliki kesepakatan tentang nilai-nilai tertentu yang menjadi dasar
suatu perilaku dapat dikatakan menyimpang atau tidak. Pengendalian
itu mencakup dua bentuk, yaitu pengendalian dari dalam dan
pengendalian dari luar.
Pengendalian dari dalam berupa norma yang dihayati dan nilai
yang dipelajari oleh seseorang melalui proses sosialisasi.
Contohnya, nilai-nilai dan norma sosial yang diperoleh dari lembaga
keluarga, lembaga sekolah dan masyarakat yang mengharuskannya
untuk menghormati sesama manusia.
Pengendalian dari luar adalah imbalan sosial terhadap kepatuhan
dan sanksi yang diberikan kepada setiap tindak penyimpangan atau
pelanggaran nilai dan norma dominan. Misalnya, jika seseorang
melanggar norma pergaulan sosial maka ia akan dijatuhi sanksi oleh
masyarakatnya.
C. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MENYIMPANG
Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seseorang tidak terjadi
6
wanita karir
Contoh penyimpangan yang bersifat positif adalah : seorang wanita yang
bercita-cita sekolah setinggi-tingginya dan menjadi dokter spesialis atau
wanita karier. Bagi sebagian masyarakat perbuatan sang wanita adalah
suatu penyimpangan, namun dari penyimpangan tersebut ada dampak
positif yang muncul dari dalam dirinya yaitu emansipasi wanita. Karena ia
telah bersifat mulia yaitu mau menjadi seorang dokter atau bersosial
kepada orang lain atau masyarakat dengan menjadi seorang dokter.
berikut :
A). Tindakan Kriminal atau Kejahatan.
12
13
masyarakat.
Contoh : seorang residivis dalam penjara akan mendapatkan kawan
sesama penjahat, sehingga sekeluarnya dari penjara akan membentuk
kelompok penjahat , sehingga dalam masyarakat muncullah
kriminalitas-kriminalitas baru.
B). Terganggunya keseimbangan sosial
Robert K. Merton mengemukakan teori yang menjelaskan bahwa
perilaku menyimpang itu merupakan penyimpangan melaliu struktur
sosial. Karena masyarakat merupakan struktur sosial, maka tindak
penyimpangan pasti akan berdampak terhadap masyarakat yang akan
mengganggu keseimbangan sosialnya.
Contoh : pemberontakan, pecandu obat bius, gelandangan, pemabuk,
dsb.
C). Pudarnya nilai dan norma
Karena pelaku penyimpangan tidak mendapatkan sanksi yang tegas
dan jelas, maka muncullah sikap apatis pada pelaksanaan nilai-nilai dan
norma masyarakat. Sehingga nilai dan norma menjadi pudar
kewibawaannya untuk mengatur tata tertib dalam masyarakat. Juga
karena pengaruh globalisasi di bidang informasi dan hiburan
memudahkan masuknya pengaruh asing yang tidak sesuai dengan
budaya Indonesia mampu memudarkan nilai dan norma, karena tindak
penyimpangan sebagai eksesnya.
Contoh : karena pengaruh film-film luar yang mempertontonkan tindak
penyimpangan yang dianggap hal-hal yang wajar disana, akan mampu
menimbulkan orang yang tidak percaya lagi pada nilai dan norma di
Indonesia.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas maka dapat kami simpulkan sebagai berikut :
Perilaku individu atau sekelompok individu yang tidak sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku secara umum dalam masyarakat sering terjadi dalam
kehidupan kita . Teori ini dikemukakan oleh Edwin M.Lemert, menurutnya
seseorang berperilaku menyimpang karena proses labeling yang diberikan
masyarakat kepadanya. Labeling adalah pemberian julukan, cap, etiket, ataupun
kepada seseorang. Pada awalnya seseorang melakukan penyimpangan primer
karena itu sang pelaku penyimpangan mendapatkan cap (labeling) dari
masyarakat. Karena adanya label tersebut, maka sang pelaku
mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi
penyimpangan itupun menjadi suatu kebiasaan atau gaya hidup bagi
pelakunyaari-hari.
B. SARAN
Kami sadari bahwa dalam penulisan makalah ini penulis masih banyak
kekurangan dan kesalahan dalam hal pengetahuan tentang Mata pelajaran
sosiologi.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik saran dari pembaca
tentunya yang bersifat membangun.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://acep-cyber.blogspot.com/2012/07/makalah-perilakumenyimpang-sosiologi.html
18