L
A
N
J
U
T
A
N
Keadaan masyarakat transisi oleh Emile Durkheim dikatakan akan membawa
individu anggota masyarakat kepada keadaan anomie. Anomie menurut
Durkheim adalah normalesness, yaitu suatu sistem sosial berupa tidak ada
petunjuk atau pedoman untuk tingkah laku.
Tingkah laku menentang ini oleh Merton digolongkan ke dalam empat jenis
yaitu:
1.Innovation, yaitu tingkah laku yang menyetujui nilai, tetapi menentang norma.
2.Ritualism, yaitu tingkah yang menolak nilai-nilai, tetapi menerima norma.
3.Retreatism, yaitu reaksi nonkonformis jenis ini sebagai pengingkaran terhadap
nilai-nilai dan norma-norma. Bentuk reaksinya adalah pelarian diri dari nilai-
nilai dan norma- norma yang berlaku.
4.Rebellion, yaitu sama halnya dengan retreatism, berbeda dari pelarian diri,
pemberontakan justru menerima nilai dan norma yang lain, yang berasal dari
luar masyarakat di mana individu yang bersangkutan tinggal
Pada gilirannya anak/remaja akan dihadapkan kepada
berbagai pilihan yang tidak jarang menimbulkan pertentangan
batin di dalam diri anak itu sendiri. Pertentangan batin itu bisa
berupa konflik (menurut istilah Kurt Lewin) yang ada
beberapa macam jenisnya antara lain sebagai berikut:
1. Konflik mendekat-mendekat: ada dua hal yang sama kuat
nilai positifnya, tetapi saling bertentangan.
2. Konflik menjauh-menjauh: ada dua hal yang harus dihindari,
tetapi tidak mungkin keduanya dihindari sekaligus.
3. Konflik mendekat-menjauh: yaitu jika suatu hal tertentu
sekaligus mengandung nilai positif dan negatif.
2. Teori Kontrol Sosial Travis Hirchi
Hirschi mengklasifikasi unsur-unsur ikatan sosial menjadi
empat, yaitu :
1. Attachment
Attachment mengacu pada kemampuan seseorang
untuk menginternalisasikan norma-norma
masyarakat. Apabila seseorang telah
menginternalisasikan norma-norma itu, berarti ia
mampu mengantisipasi kepentingan orang lain. Jadi
kalau seseorang melanggar norma-norma
masyarakat itu, berarti ia tidak peduli dengan
pandangan, pendapat, serta kepentingan orang lain,
dan tidak peka pada kepentingan orang lain, dan
merasa bebas untuk melakukan penyimpangan.
2. Commitment
Commitment mengacu pada perhitungan
untung-rugi keterlibatan seseorang dalam
perbuatan penyimpangan.
Latar belakang pemikiran bahwa seseorang
menginventarisasikan waktu, tenaga, dan
dirinya dalam suatu kegiatan di masyarakat
untuk memperoleh reputasi di masyarakat.
Dan terjadi proses penghitungan untung-rugi
mengenai keterlibatannya.
3. Involvement
Involvement mengacu bahwa apabila seseorang
disibukkan dalam berbagai kegiatan maka ia tidak
sempat berfikir apalagi melibatkan diri dalam
perbuatan penyimpangan. Karena dia terikat
dengan segala aspek yang terkandung misalnya
membuat janji dengan pihak lain, terikat pada batas
waktu, terikat pada perencanannya program dan
sebagainya sehingga kesempatan untuk berpikir
apalagi melakukan penyimpangan tidak akan
pernah muncul.
4. Beliefs
Mengacu pada situasi keanekaragamaan
penghayatan kaidah-kaidah kemasyarakat di
kalangan anggota masyarakat. Keanekaragaman ini
terutama difokuskan pada keabsahan (validitas)
moral yang terkandung dalam kaidah-kaidah
kemasyarakatan itu.
Para pelaku penyimpangan sering kali kalah bersaing dengan
keyakinan lain sehingga kendor ikatan dirinya dengan tertib
masyarakat dan pada gilirannya ia bebas melakukan
penyimpangan, sebagaimana pada gambar dibawah ini:
Kelebihan dan Kelemahan Teori Kontrol Sosial
Travis Hirchi