Anda di halaman 1dari 5

A.

Bentuk-bentuk Kenakalan remaja

Bentuk kenakalan anak atau remaja terbagi mengikuti tiga kriteria, yaitu : “kebetulan, kadang-kadang,
dan habitual sebagai kebiasaan, yang menampilkan tingkat penyesuaian dengan titik patahan yang
tinggi, medium dan rendah.

Adapun macam dan bentuk-bentuk kejahatan yang dilakukan oleh anak atau remaja dibedakan menjadi
beberapa macam :

1. Kenakalan biasa.

Adalah suatu bentuk kenakalan anak atau remaja yang dapat berupa berbohong, pergi keluar rumah
tanpa pamit pada orang tuanya, keluyuran, berkelahi dengan teman, membuang sampah sembarangan,
membolos dari sekolah dan lain sebagainya.

2. Kenakalan yang menjurus pada tindakan Kriminal.

Adalah suatu bentuk kenakalan anak atau remaja yang merupakan perbuatan pidana, berupa kejahatan
yang meliputi : mencuri, mencopet, menodong, menggugurkan kandungan, memperkosa, membunuh,
berjudi, menonton dan mengedarkan film porno, dan lain sebagainya.

3. Kenakalan Khusus.

Adalah kenakalan anak atau remaja yang diatur dalam Undang- Undang Pidana khusus, seperti
kejahatan narkotika, psikotropika, pencucian uang (Money Laundering), kejahatan di internet (Cyber
Crime), kejahatan terhadap HAM dan sebagainya.

Jensen (dalam Indira Kemala Nasution, 2007:22) membagi kenakalan remaja menjadi empat bentuk
yaitu:
1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan,
pembunuhan, dan lain- lain.
2. Kenakalan yang meninbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain-
lain.

3. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain:pelacuran, penyalahgunaan obat,
hubungan seks bebas.
4. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anaksebagai pelajar dengan cara
membolos, minggat dari rumah,membantah perintah.
Hurlock (dalam Indira Kemala Nasution, 2007:22) berpendapat bahwa kenakalan yang dilakukan remaja
terbagi dalam empat bentuk,yaitu:

1. Perilaku yang menyakiti diri sendiri dan orang lain.


2. Perilaku yang membahayakan hak milik orang lain, seperti merampas,mencuri, dan mencopet.
3. Perilaku yang tidak terkendali, yaitu perilaku yang tidak mematuhi orangtua dan guru seperti
membolos, mengendarai kendaran dengantanpa surat izin, dan kabur dari rumah.
4. Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, sepertimengendarai motor dengan
kecepatan tinggi, memperkosa danmenggunakan senjata tajam.
Dari beberapa bentuk kenakalan pada remaja dapat disimpulkanbahwa semuanya menimbulkan

dampak negatif yang tidak baik bagi dirinya sendiri dan orang lain, serta lingkungan sekitarnya. Adapun
aspek-aspeknya diambil dari pendapat Hurlock & Jensen (dalam Indira Kemala Nasution, 2007:2) bahwa
aspek perilaku yang melanggar aturan danstatus, perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang
lain, perilaku yang mengakibatkan korban materi, dan perilaku yang mengakibatkan korban fisik.

B. Sebab-sebab Kejahatan

1. Macro Theory

Mendeskripsikan korelasi antara kejahatan dengan Struktur Masyarakat

1). Teori Anomie adalah sebuah istilah yang diperkenalkan oleh Emile Durkheim untuk menggambarkan
keadaan yang kacau, tanpa peraturan (berasal dari bahasa yunani A – tanpa dan Nomos – hukum,
peraturan. Masyarakat seperti itu ditandai dengan kepaduan, kerjasama, dan kesepakatan. Namun, jika
bagian komponennya tertata dalam suatu keadaan yang membahayakan keteraturan atau ketertiban
sosial, maka akan terjadi ketidak berfungsian (susunan Dysfunctional).

• Teori Anomie, lahir, tumbuh dan berkembang berdasarkan kondisi sosial (social heritage) munculnya
revolusi industri hingga Great Depression di Prancis dan Eropa tahun 1930-an yang menghasilkan
deregulasi tradisi sosial, efek bagi individu dan lembaga sosial/masyarakat.
• Durkheim mempergunakan istilah anomie untuk mendeskripsikan keadaan “deregulation” di dalam
masyarakat yang diartikan sebagai tidak ditaatinya aturan-aturan yang terdapat pada masyarakat
sehingga orang tidak tahu apa yang diharapkan dari orang lain dan keadaan ini memudahkan terjadinya
penyimpangan perilaku (deviasi)
• Menurut Emile Durkheim, teori anomie terdiri dari tiga perspektif, yaitu:
a).Manusia adalah mahluk sosial (man is social animal).
b). Keberadaan manusia sebagai mahluk sosial (human being is a social animal).
c). Manusia cenderung hidup dalam masyarakat dan keberadaannya sangat tergantung pada masyarakat
tersebut sebagai koloni (tending to live in colonies, and his/her survival dependent upon moral
conextions).

Adapun kritikan terhadap teori ini sebagai berikut:

Menurut Traub & Little (1975), Terdapat nilai-nilai dan norma-norma yang dominan yang diterima
sebagian besar masyarakat.Teori ini tidak menjelaskan secara memadai mengapa hanya individu
tertentu dari kalangan masyarakat kelas bawah yang melakukan penyimpangan

2). Teori Konflik


Teori ini berorientasi kepada aspek-aspek :
Konflik merupakan hal yang bersifat alamiah dalam masyarakat ;
Pada tiap tingkat, masyarakat cenderung mengalami perubahan. Sehingga disetiap perubahan, peranan
kekuasaan terhadap kelompok masyarakat lain terus terjadi ;
Kompetisi untuk terjadinya perubahan selalu eksis ;
Dalam kompetisi, penggunaan kekuasaan hukum dan penegakan hukum selalu menjadi alat dan
mempunyai peranan penting dalam masyarakat.

Perspektif konflik menganut prinsip-prinsip :

Masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok yang berbeda

Terjadi perbedaan penilaian dalam kelompok-kelompok tersebut tentang baik dan buruk

Konflik antara kelompok-kelompok tersebut mencerminkan kekuasaan politik

Hukum dibuat untuk kepentingan mereka yang memiliki kekuasaan politik

Kepentingan utama dari pemegang kekuasaan politik untuk menegakkan hukum adalah menjaga dan
memelihara kekuasaannya

Perspektif Konflik Konservatif


• Konsep dasar teori konflik adalah kekuasaan dan penggunannya.
• Konflik terjadi di antara kelompok-kelompok yang mencoba menggunakan kontrol atas suatu situasi.
• Teori konflik mempunyai asumsi bahwa siapa yang memiliki kekuasaan lebih tinggi dalam kelas sosial
akan memiliki powerful members pada masyarakat. Dengan kekuasaannya tersebut mereka dapat
mempengaruhi pembuatan keputusan, juga dapat memaksakan nilai-nilai terhadap kelas sosial yang
lebih rendah.
• Pada proses pembentukan hukum, kelas sosial yang lebih dominan dalam masyarakat akan
menggunakan kekuasaan untuk mempengaruhi hukum tersebut dengan nilai-nilai mereka. Kelas sosial
tersebut akan menjadi pemegang dan siapa yang menentang mereka akan menjadi target dari penegak
hukum.

Tokoh Teori Konflik yang mengilustrasikan karakteristik bentuk konflik adalah George B. Vold
dan Austin T. Vold. Keduanya melahirkan suatu teori dengan menekankan bahwa “Dalam suatu
masyarakat terdapat kelompok alamiah dan berbagai kelompok kepentingan yang berlomba terhadap
kelompok alamiah lain”

2. Micro Theory

Teori ini ingin menjawab mengapa seseorang/kelompok orang dalam masyarakat melakukan
kejahatan atau menjadi kriminal (Etiology Criminal). Lebih kongkritnya teori ini bertendensi pada
pendekatan Psikologis atau Biologis
1).Sosial Kontrol Teori (social control theories)
Travis Hirchi mengatakan bahwa “Perilaku kriminal merupakan kegagalan kelompok-kelompok
sosial seperti keluarga, sekolah, kawan sebaya untuk mengikatkan atau terikat dengan individu lain”,
Argumentasi ini, didasarkan bahwa kita semua dilahirkan dengan kecenderungan alami untuk melanggar
aturan hukum. Dalam hal ini kontrol sosial, memandang Delinkuen sebagai “konsekuensi logis dari
kegagalan seseorang untuk mengembangkan larangan-larangan ke dalam terhadap perilaku melanggar
hukum”

Manusia dalam Teori Kontrol Sosial dipandang sebagai mahluk yang memiliki moral murni, oleh
karena itu, manusia memiliki kebebasan untuk melakukan sesuatu.
Albert J. Reiss Jr membedakan dua macam kontrol, yaitu Personal control dan Social Control.
a. Personal Control adalah kemampuan seseorang untuk menahan diri agar tidak mencapai
kebutuhannya dengan cara melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat.
b. Social Control adalah kemampuan kelompok sosial atau lembaga-lembaga di masyarakat
melaksanakan norma-norma atau peraturan-peraturan menjadi efektif.

Dalam Teori Kontrol Sosial, ada elemen yang harus diperhatikan :


1). Attachment (Keterikatan)
Adalah keterkaitan seseorang pada (orang tua), sekolah, atau lembaga lainnya yang dapat mencegah
atau menghambat yang bersangkutan untuk melakukan kejahatan.
2). Involvement (Keterlibatan)
Bahwa frekuensi kegiatan positif (belajar tekun, anggota pramuka, panjat tebing), dll Cenderung
menyebabkan Seseorang itu tidak terlibat dalam kejahatan.
3). Commitment (Pendirian kuat yang positif)
Bahwa sebagai suatu investasi seseorang dalam masyarakat antara lain dalam bentuk pendidikan,
reputasi yang baik, dan kemajuan dalam bidang wiraswasta tetap dijaga untuk mewujudkan cita-citanya.

4). Belief (Pandangan nilai moral yang tinggi)


Merupakan unsur yang mewujudkan pengakuan seseorang akan norma-norma yang baik dan adil dalam
masyarakat. Unsur ini menyebabkan seseorang menghargai norma-norma dan aturan-aturan serta
merasakan adanya kewajiban moral untuk menaatinya.

2). Teori pembelajaran sosial (Social Learning Theories)


Sosial Learning Theory  berinduk pada psikhologi, dengan tokohnya; Petrovich Pavlov, John B. waston,
B.F. Skinner, belakangan Albert Bandura ( sebagai tokoh utamanya) yang mengembangkan teori
pembelajaran social ini dikaitkan dengan juvenile delinquency.
Teori ini menjelaskan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengalaman belajar, pengalaman
kemasyarakatan disertai nilai-nilai dan pengharapannya dalam hidup bermasyarakat.

Observational Learning :
Individu-individu mempelajari kekerasan dan agresi melalui behavioral modeling. Tingkah laku
secara sosial ditransmisikan melalui contoh-contoh yang terutama datang dari keluarga, sub budaya dan
media massa.
Direct Experience :
Anak-anak dapat menjadi agresif sebagaimana orang dewasa melalui Trial and Error.
Contoh : Anak yang di bully, akan berfikir untuk belajar beladiri, kemudian pada akhirnya
mereka menjadi agresif/menjadi anak nakal.ok

Anda mungkin juga menyukai